Beranda / Romansa / Cinta vs Pelet / Wanita di Indekos

Share

Wanita di Indekos

Penulis: Swimbi D. A
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-15 19:41:46

Roni--lelaki yang sedang mencuci motor--bersedia mengantar Sari ke sebuah alamat yang menurutnya adalah rumah kekasih Jojo setelah Sari mengiba. Ketika tiba, Sari memintanya menunggu di luar, sedangkan ia akan masuk sendiri. 

Jantung Sari berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia menyusuri lorong indekos. Ragu, tetapi ia hanya ingin membuktikan apa yang dikatakan Roni. Dalam hati ia berdoa dan berharap semua kata dari Roni tidak benar.

Sari semakin gugup kala tiba di depan sebuah kamar yang Roni beritahu. Berulang ia mengatur napas dan mengetuk pintu. Seorang gadis dengan celana hot pants dan tengtop merah membuka pintu. Seksi. Tersenyum, penuh tanya, mencoba mengenali wajah tamunya. 

Mereka saling tatap beberapa detik hingga mata Sari menangkap sosok lelaki yang sedang duduk di sebuah sofa. Pandangan lelaki itu tak lepas dari gawai, asik bermain games. Tak menyadari wanita yang akan dinikahinya telah membongkar rahasia yang sebenarnya ingin ia akhiri sebelum Sari tahu. 

Belum sempat gadis seksi itu bertanya, Sari segera berucap, "Maaf, salah kamar." Ia segera pergi dari sana.

Jojo yang mendengar suara wanita tak asing bagi telinganya, menoleh. Namun, ia tak sempat melihat wajah tamu itu. 

"Siapa?" tanya Jojo. Erika--gadis seksi--hanya mengangkat bahunya. 

Secepat mungkin Sari berjalan menghampiri Roni. Meminta pertolongan untuk mengantar ke bus arah bandar udara. Air matanya tak tertahankan, tumpah begitu cepat. Roni yang tidak paham hanya menuruti karena iba melihat gadis di depannya menangis. Hingga tersedu. 

Perlahan Roni curiga, mulai paham siapa Sari sebenarnya. Namun, ia memutuskan tidak banyak bertanya. Khawatir membuat Sari semakin sedih. Roni menghentikan laju motornya di sebuah warung kecil pinggir jalan. Membeli air mineral dan ia berikan pada Sari. 

"Mas, jangan bilang Jojo kalau pernah mengantar saya, ya?" Roni mengangguk. 

Sesaat Sari menceritakan siapa sebenarnya ia dan apa tujuannya menemui Jojo. Roni hanya bisa diam mendengarkan dan sedikit merasa bersalah karena telah mengantar Sari ke indekos Erika. Akan tetapi, Sari sangat berterima kasih karena ia tahu yang sebenarnya sebelum mereka menikah. 

***

Sari mengurung diri di kamar ketika sampai di rumah. Hubungan yang Sari pikir akan berjalan baik dan berakhir indah, menghancurkan hatinya sekejap. Menikah dengan sahabat, orang yang jelas telah ia kenal lama. Mungkin saja tidak ada kebohongan atau rahasia diantara mereka. Namun, apa yang ia saksikan beberapa jam lalu? Jojo berkhianat? Mengapa? Apa maksud lamarannya? 

Semua tanya membuncah dalam pikiran Sari dan tidak dapat dijawab. Hanya kehampaan. Semakin tanya itu hadir, semakin sakit. Ia hanya mampu menangis sejadi-jadinya dalam pelukan boneka beruang berukuran tubuh orang dewasa, pemberian Jojo bulan lalu. 

"Besok saat kamu pulang ke Jakarta, aku dan keluarga ikut mengantar. Kita langsung lamaran saja." 

"Apa tidak terlalu cepat, Mas?"

"Tidak. Kamu tahu sendiri, aku bisa cuti enam bulan sekali. Aku tidak mau menanti hingga cuti berikutnya untuk melamar. Cuti berikutnya kita menikah."

Kata-kata manis saat Jojo meyakinkan Sari muncul. Seolah mengingatkan jika ia benar serius. Tidak mau mengulur waktu terlalu lama. Agar segera bisa meminang dan menjadikannya kekasih halal. Sekejap semua kenangan itu hancur. Bayang wajah Jojo dan Erika terlintas. 

Tak pernah ia bayangkan, mengapa bisa Jojo membuatnya sesakit ini? Apa maksud kedatangan bersama keluarganya jika ia belum mau menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius? 

Sari hanya bisa memaki diri. Mempertanyakan apa salahnya? Pikirnya, ia harus bertemu. Menatap wajah Jojo langsung dan meminta jawaban dari semua tanya dalam hati. 

[Mbak, sudah sampai rumah?]

Sebuah pesan singkat membuyarkan tangis. Pesan dari Roni. Tadi sebelum Sari naik bus, Roni meminta nomor teleponnya. Untuk berjaga, mengetahui gadis itu sampai di rumah dengan selamat. Ia sangat khawatir, takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Sari di jalan. 

[Sudah. Terimakasih, Mas.]

Roni hanya membaca pesan itu. Ia yakin Sari butuh istirahat, jadi tidak membalasnya lagi. 

"Libur-libur di kamar aja, Bro?" Suara Jojo muncul dari balik pintu kamar Roni. Roni segera mengunci gawainya dan berbalik badan menghadap Jojo yang sudah berada tepat di belakangnya. 

"Dari mana lu?"

"Biasa."

Roni yang sudah berjanji, tidak membongkar kedatangan Sari, ia hanya tersenyum mendengar jawaban Jojo dan juga tidak melanjutkan tanya. Lebih memilih diam agar Jojo tidak curiga. Meski Roni pun penasaran dengan alasan lelaki bermata sipit itu dan sangat tidak percaya dengan kelakuannya. 

Jojo berlalu setelah berbincang sesaat dengan Roni membahas masalah pekerjaan. Ia menuju kamarnya dan baru ingat belum membalas pesan Sari sejak kemarin. Segera ia membuka pesan yang menumpuk itu. Beberapa pesan telah Sari hapus, tidak ingin Jojo mengetahui kedatangannya di Kalimantan. 

Hanya tersisa pesan menanyakan kabarnya dan mengapa sulit dihubungi. Segera Jojo menelpon Sari. Akan tetapi, tidak ada jawaban. Sari meletakkan gawainya di meja rias setelah membalas pesan Roni. Gawainya ia setel tanpa nada dering. 

Ia masih menangis dalam pelukan boneka beruang. Matanya enggan terpejam. Namun, perlahan rasa lelah menggelayuti hingga membawanya terlelap. 

***

[Kenapa nggak diangkat? Kamu ngambek? Maaf, Sayang, dari hari Jumat aku sibuk. Lembur. Seharian kemarin aku tidur, nggak cek handphone.]

"Bulshit!" cerca Sari. Ia baru saja membuka gawai dan mendapati pesan dari Jojo setelah bangun tidur. 

Mungkin jika kemarin tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri, ia akan percaya apa yang baru saja Jojo katakan. Seperti yang sudah-sudah. Sari baru sadar, selama ini Jojo sering beralasan lembur. Padahal mungkin saja ia sedang bersama wanita itu seperti yang kemarin Sari saksikan. 

Ingin Sari akhiri hubungan yang telah terbongkar belangnya. Namun, bingung harus bicara dari mana dan bagaimana? Bagi Sari, pernikahan adalah hal yang sakral. Ia ingin menikah seumur hidup hanya sekali. Terlebih ia adalah anak tunggal, kedua orang tuanya sangat menantikan momen bahagia ini.

Bagaimana perasaan kedua orang tuanya jika Sari batal menikah atau rumah tangganya gagal? Ia tak mau mengecewakan orang-orang yang ia sayang.

Sari pun memikirkan perasaan keluarga Jojo. Ia tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Saat ingin menikah pun mereka putuskan bersama. Jadi, Sari pun tidak bisa gegabah dalam tindakan ini. 

Hari sakral itu tinggal dua bulan lagi. Persiapan sudah 70% dan di Jogja pun akan ada acara ngunduh mantu karena Jojo anak terakhir dari dua bersaudara. Sudah pasti orang tuanya pun sedang sibuk mempersiapkan untuk acara di sana. 

Air matanya kembali jatuh. Tak kuat menahan sakit dan bingung. Namun, seketika ia hapus kala panggilan masuk dari Jojo datang. Sejenak Sari menetralkan hati yang hancur. Pikirnya, ia harus bicara. Meskipun nanti Jojo akan mengakui dan membuat sakit itu semakin menusuk. Selesaikan, bukan diam atau lari seperti pengecut. 

[Hallo.]

[Iya, kenapa, Sayang, semalam teleponku nggak kamu angkat?]

[Sudah tidur. Mas, aku mau bicara penting. Tapi nggak bisa sekarang karena mau persiapan berangkat kerja. Kamu ada waktu kapan?]

[Ya sudah, nanti malam sepulang kerja. Mau bahas apa memangnya?]

[Tentang pernikahan kita.]

[Iya, nanti malam aku telepon kamu lagi. Ya sudah siap-siap berangkat. Aku juga sudah mau jalan nih, jemputannya sudah sampai.]

[Oke, daaa….]

[Iya, sampai nanti.]

Sari menutup telepon. Tangannya bergetar. Tangis yang ia tahan tadi, tumpah lagi. Tak pernah ia menangis karena cinta sampai seperti ini. Yang sudah-sudah, jika patah hati, cukup dengan menyibukkan diri dengan aktivitas atau hobinya sudah cukup melupakan. 

Namun, kali ini hatinya benar-benar hancur. Ia tak tahu harus melanjutkan atau berhenti? Apa Jojo akan berkata jujur tentang wanita di Indekos itu? Apa Sari bisa menerima pengakuannya dan tetap melanjutkan rencana indah mereka? 

Berulang tanya itu ia lontarkan pada dirinya sendiri. Ia harus memikirkan matang-matang keputusannya. Tidak boleh gegabah. Menyeimbangkan perasaan orang tuanya dan orang tua Jojo. Lalu, mempersiapkan diri untuk segala resiko yang akan terjadi. 

***

[Gimana, Ndok, apa yang mau kamu bahas?]

Setelah basa-basi menanyakan kabar, Jojo langsung ke inti. Penasaran dengan apa yang akan Sari tanyakan. 

[Mas, seandainya aku mau kita batalkan saja gimana?]

[Maksud kamu gimana?]

[Aku nggak bisa menikah dengan kamu.]

[Kamu gila? Semua persiapan sudah matang. Tinggal menunggu waktu. Kenapa tiba-tiba begini? Apa kamu punya lelaki lain?]

[Mas! Kamu sadar diri tidak? Siapa yang memiliki pasangan lain? Tuduhan Itu adalah yang sedang terjadi dengan dirimu!]

Jojo kaget dengan ucapan Sari. Sesaat ia terdiam. Apa Sari sudah mengetahui hubungannya dengan Erika? Namun, dari mana? 

[Sar, aku….]

[Jelaskan, Mas! Jika kamu mau kita tetap menikah, temui aku segera.]

[Nggak bisa begitu, Sar! Kau tahu, kita terpisah pulau. Aku juga tidak bisa dadakan pergi ke Jakarta. Lagipula aku sibuk kerja, mana sempat berselingkuh?]

[Cukup, Mas! Jangan berbohong! Aku sudah tahu semuanya. Mengapa kamu masih bisa berbohong? Ketemu dan jelaskan semuanya.]

Amarah Sari meledak. Ia tak habis pikir bahwa Jojo masih bisa berlindung dari kebohongannya. Mengapa? Apa Sari melewatkan cerita yang pernah Jojo kisahkan? Ia mencoba mengingat, tetapi tidak pernah Jojo bercerita tentang kedekatannya dengan wanita lain sebelum ia melamar. 

[Sar! Dari mana kamu dapat berita itu? Kita kenal lama, kamu cukup tahu aku. Mana mungkin aku begitu.]

[Gadis seksi dengan rambut gelombang dan pakaian terbuka. Cantik, memang. Aku tidak ada apa-apanya. Apa perlu aku infokan alamat indekosnya?]

Jojo tercengang, menyerah. Ia ragu dengan ucapan Sari. Akan tetapi pikirannya langsung terfokus pada Erika. Mengapa Sari mengetahui ciri-ciri Erika? Lalu, Jojo menyetujui untuk segera datang ke Jakarta. Meski masih bingung.

Apa benar Sari mengetahui atau hanya asal menebak? Atau mungkin sudah saatnya Jojo ceritakan yang sebenarnya tentang Erika, pikir Jojo. 

***

Empat bulan sebelum Jojo melamar Sari. Ia bersama kedua temannya menghabiskan waktu malam minggu di sebuah kafe. Dua tahun Jojo menjomlo. Bukan karena sulit berpindah ke lain hati. Melainkan merasa jera akan hadirnya seorang pendamping. Karena sempat bertunangan dengan seorang gadis asal pulau Kalimantan. Namun, gadis itu tergoda oleh lelaki berseragam pegawai negeri. 

Itu sebab, hatinya jera. Merasa harga diri terinjak-injak, sedangkan ia hanya seorang pekerja di sebuah pertambangan batu bara. Tidak sepadan dengan lelaki yang mencuri hati kekasihnya. Semenjak kejadian itu, ia merasa sendiri lebih nyaman. Bebas kemana pun dengan siapa pun. 

Cinta dan kecantikan gadis itu membuat Jojo tuli atas nasihat ibunya. Sejak awal, ibunya tidak setuju. Beralasan tidak menginginkan Jojo menikah dengan gadis pulau seberang. Khawatir akan sulit bertemu setelah menikah. Apalagi jika mereka menetapkan tinggal di sana. 

Di kafe, pada malam itu ada seorang gadis dengan rok mini menatap Jojo dari sudut ruangan. Teman Jojo yang menyadari, memberikan kode untuk mendekati gadis itu. 

Jojo hanya terdiam. Menatap balik wanita itu dari kejauhan. Teman-temannya menyarankan untuk mencari kenalan. Bukan pengganti. Mungkin saja gadis itu adalah obat pembalut luka. Sejenak Jojo berpikir, membenarkan. Toh, harus sampai kapan ia diam seperti ini? Rapuh dan terlihat pengecut sebagai lelaki, sungguh memalukan. 

Jojo menghampiri. Senyumnya mengembang dan memperkenalkan diri. Erika, gadis berambut bergelombang itu menyambut dengan ramah. Obrolan mereka berjalan mulus. Karena sikap supel yang dimiliki Erika. Tak ingin melewatkan kesempatan menjemput kebahagiaan, Jojo pun meminta nomor teleponnya. 

Sekarang, Jojo terjebak oleh perasaan dan perbuatannya sendiri. Gadis yang ia anggap hanya untuk batu loncatan, ternyata telah membuatnya nyaman. Berawal dari Erika yang memanfaatkan uang Jojo. Ia terlalu cepat memberi hal berharga dalam diri wanita. Sesuatu yang belum pernah Jojo dapatkan. 

Namun, perlahan Erika tak hanya menyukai materi yang Jojo berikan. Ia mulai jatuh cinta. Begitu pun Jojo. Seolah gadis itu menjadi candu baginya. Sulit pergi atau berpaling. 

Jojo sadar, perbuatannya salah. Ia ingin mengakhiri dengan Erika. Namun, tak tega. Lalu, ia putuskan bertahan dan akan bicara pada Sari suatu hari mengenai ini. Jojo pun akan menikahi Erika dan Sari harus menerima keputusan itu. 

Lelaki boleh menikahi wanita manapun yang ia senangi. Bahkan boleh hingga empat. Jadi tidak ada salahnya jika menikahi dua wanita. Toh, ia merasa mampu dalam segi ekonomi, pikir Jojo. 

Bersambung….

Bab terkait

  • Cinta vs Pelet   Murka

    Empat hari berlalu, sejak percakapan senin lalu di telepon. Sari enggan menghubungi Jojo lebih dulu. Ia memilih menanti kabar kedatangan Jojo ke Jakarta. Memperjelas hubungan.Tiba-tiba Jojo mengirimkan foto tiket keberangkatannya ke Jakarta. Tertulis pada sebuah foto kertas itu, bahwa besok pagi ia berangkat ke Jakarta. Sari hanya membalas singkat, ia akan menjemput di bandar udara.Semalaman pikiran Sari melayang. Apa yang akan ia katakan besok ke Jojo? Seandainya harus berakhir, apa Sari bisa menjelaskan kepada kedua orang tua dan keluarga besarnya? Lalu, menanggung malu dan membuang uang dari Jojo yang terlanjur sudah membayar deposito.Jika lanjut, apa bisa Jojo cerita jujur tentang wanita itu dan mengakhirinya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Cinta vs Pelet   Siasat Erika

    Empat hari berlalu, sejak percakapan senin lalu di telepon. Sari enggan menghubungi Jojo lebih dulu. Ia memilih menanti kabar kedatangan Jojo ke Jakarta. Memperjelas hubungan.Tiba-tiba Jojo mengirimkan foto tiket keberangkatannya ke Jakarta. Tertulis pada sebuah foto kertas itu, bahwa besok pagi ia berangkat ke Jakarta. Sari hanya membalas singkat, ia akan menjemput di bandar udara.Semalaman pikiran Sari melayang. Apa yang akan ia katakan besok ke Jojo? Seandainya harus berakhir, apa Sari bisa menjelaskan kepada kedua orang tua dan keluarga besarnya? Lalu, menanggung malu dan membuang uang dari Jojo yang terlanjur sudah membayar deposito.Jika lanjut, apa bisa Jojo cerita jujur tentang wanita itu dan mengakhirinya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Cinta vs Pelet   Positif

    Sari menutup mulutnya dengan tangan. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Sesaat ia dan Jojo saling pandang. Ada kepanikan dari raut wajah Jojo di sana."Sar… aku bisa selesaikan ini semua. Aku janji. Tolong jangan pergi." Jojo ingin meraih tangan Sari. Namun, Sari tepis dan menggeleng. Sebagai isyarat bahwa ia tidak mau.Sari mencaci dirinya sendiri dalam hati. Ia sudah tidak tahu harus berkata apa. Tubuhnya terasa sangat lemas. Kini, Ia harus ikhlas melepas Jojo. Mengubur kembali cinta yang telah bangkit.Percuma dilanjutkan, jika harus mengorbankan bayi dalam kandungan Erika. Sari tidak mau dirinya terkena karma dikemudian hari. Mundur adalah jalan yang tepat. Meski harus mengorbankan rasa malu di hadapan keluarga.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Cinta vs Pelet   Cinta Karena Napsu

    Ibu Ani kembali meraih gawai. Ia menghubungi Ibu Ning--ibu Jojo. Menceritakan apa yang baru saja terjadi dengan Sari dan meminta bantuan untuk mencari tahu melalui Jojo.[Aduh Gusti… ada apa anak-anak, ya, Bu? Acara sudah matang begini. Tolong rayu Sari, Bu. Nanti saya bicara dengan Jojo.]Ibu Ning sempat kesal mendengar cerita Ibu Ani. Menyalahkan sepihak Sari dalam hati. Namun, ia tersadar belum mendengar cerita dari Jojo. Bagaimana jika Jojo yang membuat salah sehingga membuat Sari marah dan ingin membatalkan?Ibu Ani sempat bingung tetapi ia berjanji akan menanyakan ke Jojo lebih dulu dan membantu menyelesaikan. Ia pun berusaha berulang menghubungi Jojo. Tidak ada jawaban. Nomornya masih juga belum aktif.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Cinta vs Pelet   Kemuliaan Hati Sari

    Dua hari berlalu. Sari merasa sudah lebih baik. Ia menghampiri meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.Orang tuanya sama sekali tidak membahas perihal masalah ia dan Jojo. Ibu Ani pun belum bertanya lagi ke Ibu Ning. Jadi orang tuanya belum mengetahui kejadian yang sebenarnya. Mereka membiarkan Sari untuk menenangkan diri dan bercerita jika sudah siap.Namun, hari ini Sari berniat membuka obrolan."Mah, Pah. Maafin Sari, ya? Sari nggak bisa lanjut sama Mas Jojo."Keduanya menatap anak tunggal mereka. Ibu Ani hanya mengangguk."Ternyata kita tidak sejalan. Maaf Sari nggak bisa cerita jelasnya."

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Cinta vs Pelet   Tuhan Maha Mendengar

    Jojo menjadi murung belakangan ini. Setiap pulang kerja ia memilih berdiam diri di kamar. Ingin sekali mencoba menghubungi Sari, tetapi pesan ibunya untuk bersabar menanti kabar lebih dulu dari Sari.Khawatir akan membuat Sari terganggu jika ia menghubungi. Justru gawai Jojo dipenuhi oleh pesan dan panggilan dari Erika. Sama sekali tidak dibalasnya.Di tempat lain, Erika tak henti mencari cara. Seorang teman menyarankan untuk bermain ilmu hitam. Hanya itu jalan satu-satunya membuat Jojo kembali.Namun, Erika menolak. Sering kali teman-temannya menyarankan agar ia menggunakan susuk agar menarik perhatian lelaki dan dengan mudah mendapatkan uang lebih banyak. Erika yang masih memiliki rasa takut, menolak. Ia khawatir candu atau membuat para pelanggannya tergi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Cinta vs Pelet   Erika Pulang Kampung

    Telepon Sari berdering. Namun, ia yang sedang makan malam bersama orang tuanya di lantai bawah tidak mengetahui karena gawai itu tertinggal di kamar. Hal ini membuat Jojo semakin gugup.Mengapa Sari tidak menjawab teleponnya? Jojo mengira gadis itu masih belum mau bicara. Lalu, Jojo putuskan untuk meninggalkan pesan. Sembari menstabilkan rasa grogi jika di telepon.Berulang jemari Jojo mengetik kata. Namun, berulang juga ia hapus kembali. Seolah tidak menemukan kata yang pas.[As-salamu 'alaikum, Sar. Apa kabar kamu? Aku baru saja mendapat kabar dari Ibu mengenai kelanjutan hubungan kita. Apakah itu benar? Aku tidak tahu harus bicara apa. Terlalu banyak kata terima kasih yang ingin aku sampaikan, tapi apa itu akan membuatmu percaya?]

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Cinta vs Pelet   Pelet

    Semua bahan yang dibutuhkan untuk ritual sudah Erika dapatkan. Ia segera kembali ke rumah Emak. Wanita tua itu sudah menanti. Sebuah baskom besar terletak di atas meja. Lalu, Emak meminta semua bahan yang dibutuhkan.Emak meletakkan baju Jojo di baskom bersama seekor ayam cemani. Mata Emak terpejam. Bibirnya tak henti komat-kamit. Merapalkan mantra. Erika sangat ketakutan. Namun, demi kembalinya Jojo, ia menahan rasa takut.Mata Erika mengelilingi ruangan. Banyak benda pusaka seperti keris tergantung di dinding.Rumah kecil itu terasa sangat menakutkan terlebih warna lampu yang seperti ingin redup. Sudut-sudut ruang tampak gelap, tidak terkena sinar lampu.Tiba-tiba Emak membuka mata. Mengang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17

Bab terbaru

  • Cinta vs Pelet   Emak Marah

    Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia

  • Cinta vs Pelet   Jojo Menemui Erika

    Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka

  • Cinta vs Pelet   Erika Melabrak Sari

    [Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua

  • Cinta vs Pelet   Ruqyah Pertama

    Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu

  • Cinta vs Pelet   Penyesalan Jojo

    Dering gawai mengejutkan Sari yang tengah berpikir. Panggilan masuk datang dari orang tuanya di Jakarta. Ia segera mengangkat. Setelah saling menanyakan kabar, Sari memberikan kabar baik tentang tubuhnya yang telah berbadan dua tanpa memberitahu masalah yang sedang terjadi.Senyum mengembang dari wajah kedua orang tuanya, mendengar kabar itu. Sari pun ikut bahagia melihatnya.[Terus, sekarang Mas Jojo mana, Ndok?][Belum pulang, Ma. Lembur.][Kalau begitu kamu jangan capek-capek, ya. Jangan sering lembur juga.][Aku hari ini mengundurkan diri, Ma.][Lho, kenapa?]

  • Cinta vs Pelet   Sari Sadar Kelicikan Erika

    Beberapa pesan singkat Erika masuk ke gawia Jojo, tetapi tak satupun yang dibalas. Jojo hanya melihatnya sebentar, lalu kembali ia masukan gawai ke dalam saku.Selama dalam perjalanan pulang, Jojo terdiam. Suara bising obrolan rekan-rekannya tak terdengar, seolah sunyi. Tanpa ada suara apapun. Pikirannya melayang, teringat bayang-bayang foto USG yang Sari kirimkan tadi siang. Bagaimana nasib bayi itu ketika lahir, pikirnya.Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya. Ada rasa sedih dalam hati, memikirkan jika calon anaknya nanti membencinya karena tahu ia telah mengkhianati Sari dan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Bayang-bayang rasa bersalah terus menghantui sepanjang perjalanan. Hingga Jojo tiba di halte tempatnya turun.Seturunnya dari bis, Joj

  • Cinta vs Pelet   Foto USG

    Erika berdeham. Menahan malu dan amarah yang bergelut dalam pikirannya. Ia meraih rokok dari nakas dan segera menyalakannya. Setelah satu hisapan bisa terlepas, ia merasakan sedikit lega dan bisa mengembalikan keberanian bicara lagi."To the point aja, tujuan anda kesini ada apa?" tanya Erika ketus.Sari masih mempertahankan senyum tipis pada bibirnya. Menatap gadis yang berani menggoda suaminya lagi. Sambil mengangguk ia pun menjawab, "Iya, pertanyaan bagus. Saya cuma mau tanya, benar kamu mencintai Jojo dan kalian akan segera menikah?"Erika kembali tergelak sambil menghisap batang racun nikotin yang berada di jarinya. Senyum sengit ia lontarkan, seolah meledek."Hmmm… sepertinya Jojo suda

  • Cinta vs Pelet   Indekos Erika

    Entah, hari itu mengapa Sari sama sekali menurut perkataan Jojo yang meminta segera membuang amplop cokelat, bukti perselingkuhannya. Perlahan, ingatan Sari mundur. Jojo seperti membakar sesuatu di halaman belakang. Bodohnya lagi, ia tidak curiga. Rasa lelah membuatnya tak peduli. Mempercayai apa saja yang keluar dari bibir Jojo.Bahkan keesokan pun Sari tidak memperhatikan sampah yang ia buang keluar. Apakah ada amplop itu atau tidak. Penyesalan sangat menusuk. Ternyata Jojo begitu lihai bermain lidah dan hati. Begitu pun dirinya yang sangat bodoh dan mudah dibohongi.Ambar menceritakan semua tentang pertemuan hari itu perlahan. Lalu, ia pun mengeluarkan gawainya dari saku. Mencari foto dan video yang pernah suaminya kirim untuk di cetak. Menurut Ambar, sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu Sari semuanya. Rasa kasi

  • Cinta vs Pelet   Emas Kawin Erika

    Sari mengejar Jojo keluar rumah yang sudah tidak terlihat. Ia menghentikan langkahnya saat menyadari air mata yang telah membasahi wajah. Bagaimana mungkin bisa keluar rumah untuk mengejar Jojo. Apa pantas menyelesaikan masalah di tempat umum, tanyanya dalam hati. Pikiran waras masih dapat mengontrol emosi.Sementara Ambar yang sedang menyapu di teras rumahnya, melihat wajah sembab Sari. Ia yakin telah terjadi sesuatu dengan tetangganya itu.Ambar bergegas membuka pintu pagar dengan sedikit berlari menghampiri rumah Sari. Sari yang menyadari kedatangan Ambar segera menghapus semua tanda kesedihan yang sebenarnya sudah tidak bisa ia tutupkan."Mbak, nggak apa-apa?" Ambar berjalan menghampiri Sari.S

DMCA.com Protection Status