"Mandi bareng, yuk?" ucap Jojo setibanya di hotel.
Sari membulatkan mata, terkejut. Rasa malu dan tidak percaya diri menyelimuti. Meski bersama kekasih halal, ia masih merasa canggung dan sungkan tanpa sehelai benang di tubuh jika berhadapan langsung. Selama ini, ia masih menutupi tubuhnya dengan selimut saat memadu kasih. Wajar saja jika wanita itu kaget.
"Nggak, ah. Kamu duluan aja, Mas."
"Kenapa? Malu?"
Jojo menggeleng tak percaya dengan penolakan istrinya itu. Ia pikir, kali ini Sari akan menuruti keinginannya setelah apapun Jojo korbankan untuk mendapat kepercayaan dan cinta. Apakah itu tidak cukup bagi Sari?
"Ma-maaf, Mas."
Jojo melenggang pergi dari hadapan Sari menuju toilet. Menenggelamkan tubuh pada bath-up. Mencoba menenangkan diri dengan sikap Sari yang belum juga berubah. Apa yang harus dilakukan untuk membuat Sari bisa mengikuti hasratnya? Wajar bukan, seorang suami meminta pelayanan kepada istrinya?
Tiba-tiba bayang Erika muncul menggoda. Senyum manis dan lekukan tubuh gadis itu saat-saat bersama dengan Jojo seolah mengajak kembali. Erika, gadis yang tidak pernah menolak keinginan Jojo. Selalu mengutamakan ingin dari pasangannya.
Senyum Erika semakin mengembang dalam pikiran. Merayu Jojo, mengajak ke dalam kenangan manis mereka.
Jojo segera bangkit dari dalam air. Menyadarkan diri bahwa itu hanya sebuah ilusi. Mengapa tiba-tiba gadis itu muncul lagi? Apa karena Jojo sedang galau, tidak dapat menemukan wanita seperti Erika?
Sementara Sari yang tengah duduk di ranjang memikirkan cara meminta maaf. Apa harus ia memberanikan diri mengikuti ingin Jojo? Hatinya bertanya-tanya, apakah Jojo seperti ini karena sikap Erika yang mampu memberikan segalanya hingga ia ketergantungan? Haruskan Sari mengikuti jejak itu?
Seketika bulu kuduk Sari bangun, tak dapat ia bayangkan apa yang pernah Jojo lakukan bersama Erika. Beberapa kali Sari mondar-mandir di depan toilet. Ingin mengetuk pintu. Namun, rasa malu masih menyelimuti. Hingga wajah Erika tampil sangat jelas dalam ingatan saat datang ke pesta pernikahan mereka. Senyum sinis penuh dendam dan percaya diri dari bibir Erika hari itu menandakan bahwa semua belum berakhir Sari sadari.
Sari berdiri di depan pintu toilet. Tangannya siap mengetuk pintu sedangkan hidungnya mengambil napas panjang. Ia mulai mengetuk, berharap Jojo membuka dan memaafkannya setelah Sari menerima ajakan itu.
Namun, Jojo yang terlanjur kecewa tidak membuka pintu. Menikmati air hangat sendiri hingga muncul kenangan bersama Erika lagi. Kini, Jojo membiarkan kenangan itu kembali. Mengingat cara gadis itu memperlakukannya penuh kasih meski banyak orang yang memandang rendah dan murahan. Akan tetapi, bagi Jojo bagaimanapun ia adalah satu-satunya wanita yang paling memahami segala keinginannya.
Jojo tahu, ini salah. Tidak seharusnya ia mengingat kembali gadis itu. Bukankah ia telah berjanji kepada semua orang yang tersakiti? Disaat seperti ini, sangat mudah bagi Jojo membandingkan pasangannya dengan wanita lain, bukan?
Meski sempat kesal dan marah dengan Erika, Jojo tidak akan pernah bisa melupakan kenangan bersama gadis yang kali pertama mengajaknya terjun ke surga dunia. Ia membiarkan wajah Erika mengusik pikirannya.
Apakah Jojo berdosa dengan apa yang ia pikirkan sekarang? Akan tetapi, pikiran buruk yang sedang menguasainya tidak menyalahkan. Sari-lah yang salah karena tidak bisa menjaga suaminya padahal lelaki itu tengah berusaha menjadi yang terbaik dan belajar mencintai istrinya.
Jojo menenggelamkan semua tubuhnya ke dalam bathup lagi, mencoba menetralkan pikiran jahat yang menguasai. Tanpa ia duga, semakin hati dan pikirannya bekerjasama melupakan, wajah Erika semakin jelas terbayang. Jojo menyudahi mandi dan segera keluar dari toilet. Ia mendapati istrinya dengan wajah memelas di depan pintu. Mengharap maaf.
Di tempat yang berbeda, Erika sedang menangis. Rindu dalam hatinya tak henti memikirkan Jojo. Sakit hati pun semakin menusuk saat ia tak henti memandang foto kemesraan sepasang pengantin baru itu. Namun, Erika tidak bisa berhenti memandang. Rasa penasaran menggebu.
Gadis itu tak henti menenggak botol minuman beralkohol. Mencoba memabukkan diri, agar bisa melupakan dan membenci Jojo.
Sementara Jojo yang baru saja keluar dari toilet saling tatap dengan Sari. Tubuh wanita itu tiba-tiba memeluk erat. Perlahan Jojo melepaskan. Jojo tersenyum tipis menatap istrinya.
"Mandi, nanti malam kita cari makan keluar," ucap Jojo dingin.
Lalu, ia pun berjalan mengambil pakaian ganti. Sari terdiam menatap suaminya dari belakang. Ia sangat menyesal dengan penolakan tadi. Sekarang, Sari tidak tahu harus meminta maaf dengan cara apa agar semua kembali seperti beberapa jam lalu. Hubungan yang masih baik-baik saja.
Ia hanya bisa menuruti kata Jojo sambil berpikir, mencari cara meminta maaf kepada suaminya.
Jojo bersandar pada kursi di balkon. Tangan kanannya mengapit sebatang rokok yang telah menyala sedangkan tangan kirinya membuka gawai. Ada sebuah pemberitahuan dari gawai, bahwa ia mendapat pesan masuk melalui akun biru.
Jojo pun membuka, matanya membulat. Tidak percaya pesan yang baru saja masuk. Gadis yang beberapa menit lalu ia rindukan.
[Jo, selamat menempuh hidup baru. Aku tidak bermaksud mengacaukan liburan kalian. Hanya ingin mengucap maaf atas sikap keras yang menahanmu untuk mempertahankan hubungan dengan wanita sepertiku.]
Mengapa disaat seperti ini gadis yang mampu memuaskan napsu Jojo itu muncul? Apakah memang hanya Erika yang bisa memahami kebutuhan seksnya? Apakah firasat keduanya terhubung?
Jemari Jojo mengarahkan pada tulisan untuk membalas pesan itu tetapi sesaat kemudian ia arahkan untuk memblokir. Berulang, jemari menuruti perintah otak tetapi tidak juga hatinya memilih. Dimana ia akan letakan jari sebagai jawaban?
Sementara Erika tengah menanti jawaban. Air matanya terus berlinang penuh harap hingga tak sadarkan diri. Terlelap karena terlalu banyak menenggak minuman beralkohol. Ia sudah tidak tahu arah harus kemana dan bagaimana?
Bagi Erika, Jojo bukan sekadar pasangan yang mampu memahaminya. Akan tetapi, lelaki itu adalah cinta pertama, yang tidak akan mudah lenyap. Satu-satunya lelaki yang pernah mencintai Erika dengan tulus dan tidak pernah menganggapnya sebagai wanita murahan.
Hanya Jojo, lelaki yang mampu membuatnya benar-benar dicintai dan dihargai. Bahkan kasih sayang dari orang tua atau keluarga lainnya pun tidak pernah Erika rasakan. Hanya dengan Jojo rasa itu ada.
"Aku sayang kamu, Jo," ucap Erika mengigau.
Bersambung….
Tidak sengaja Jojo memencet blokir akun Erika, terkejut karena melihat Sari saat ia menoleh ke dalam kamar. Istrinya berdiri di dekat ranjang dengan pakaian tidur transparan. Sari tersenyum sambil memanggil lembut nama suaminya. Meminta lelaki itu mematikan puntung rokok dan menghampiri.Sari yang sangat menyesal telah membuat Jojo kecewa, memberanikan diri untuk berpakaian seksi. Mencoba menjadi apa yang diinginkan Jojo. Meski belum sepenuhnya ia merasa nyaman dengan baju seksi itu. Sesekali kedua tangannya menutupi bagian intim yang transparan. Sari sadar, usahanya itu tidak membuahkan hasil. Bagian-bagian seksi tubuhnya tetap terlihat."Kamu ngapain pakai baju begitu?" tanya Jojo. Setelah mematikan puntung rokok, ia menghampiri Sari. Berdiri tepat di depannya.
Samar, Erika melihat Meli--adiknya--duduk di sebelahnya. Meli segera berlari mencari perawat untuk memeriksa kondisi Erika setelah menyadari kakaknya membuka mata. Dua hari sudah, gadis seksi itu tak sadarkan diri setelah percobaan konyol mengakhiri hidup.Ayah Erika dan Meli secara bergantian mendampingi masa-masa sekaratnya. Berharap tulang punggung mereka segera pulih dan mampu menopang biaya kehidupan mereka lagi. Seperti janji Erika terhadap Meli yang akan membiayai hingga tingkat menengah atas agar mudah mencari kerja, tidak seperti ia yang hanya sebagai pelacur."M-mel." Lirih Erika setelah Dokter memeriksanya."Kakak, jangan banyak bicara dulu kata Dokter. Kakak, mau minum?" Erika menggeleng. Air matanya tumpah lagi. Mengapa ia masih diberi kesempat
Belum ada satu hari Erika tiba di rumah orang tuanya. Namun, ia sudah tidak betah mendengar ibunya yang tak henti meminta uang dan menyalahkan Erika yang telah berusaha bunuh diri. Hal itu justru membuat beban karena harus mengeluarkan uang untuk biaya rumah sakit dan ongkos keluarga menemani serta membawanya kembali ke rumah.Hati Erika semakin tertekan dengan sikap ibunya sedangkan ayahnya hanya diam. Tidak menjawab sepatah kata pun yang dilontarkan istrinya."Sabar, ya, Kak," ucap Meli. Gadis itu pun tidak bisa berbuat apa-apa hanya mampu mendampingi Erika yang mulai terlihat putus asa lagi.Hatinya bertanya-tanya, apakah ini yang disebut cinta seorang ibu kepada anaknya? Sedikit pun, tidak pernah Erika rasakan sikap manis penuh kasih dari seorang ibu. B
"Pengantin baru melamun mulu," ledek seorang teman yang menyadari Jojo banyak diam. "Masih LDR, ya, kangen-lah sama kekasih halal," sahut yang lainnya. Sorak meledek terlontar membuat Jojo tersenyum tipis menanggapi. Padahal hatinya sedang memikirkan Erika bukan Sari. Efek aroma parfum yang telah diberi pelet telah berpengaruh. Semalaman tak henti Jojo memikirkan Erika. Namun, ia tidak berpikir buruk sedikit pun. Justru Jojo mengira bahwa dirinya salah, ia belum juga berpindah ke hati Sari. Masih sangat mencintai Erika. Erika pun muncul semalam dalam mimpi Jojo. Gadis itu selalu bisa berpenampilan baik yang menggoda. Mereka habiskan malam penuh gairah. Namun, Sari muncul dalam mimpi i
Seperti biasa, Jojo melakukan panggilan video ke Sari saat ingin berangkat kerja selama beberapa menit. Adanya kemajuan teknologi dapat menyatukan hubungan para pasangan jarak jauh seperti mereka. Sari bisa melepas rindu melihat wajah suaminya.Berbeda dengan apa yang dirasa Jojo. Semakin ia sering melihat Sari, rasa bosan bertambah. Namun, demi menjaga hubungan dengan wanita itu, Jojo berusaha mengupayakan tetap terlihat tenang dan seperti biasa.[Aku berangkat sekarang, Ndok.][Iya, hati-hati.][Hari ini aku lembur, tidak perlu menanti, ya, Sayang? Besok aku telpon.][Oke. Istirahat yang cukup setelah pulang dan jangan telat makan.]
Baru saja pintu kamar Jojo tertutup, yang terdorong oleh tubuh Erika saat bersandar menerima kecupan mesra dari suami orang. Mereka tak kuasa lampiaskan kenikmatan sesaat di depan pintu kamar. Erika yang tak kuasa menahan rasa puas, mengeluarkan suara rintihan.Sementara Sari, berniat mencari makanan ringan. Ia keluar dari kamarnya. Betapa terkejutnya, saat mendengarkan suara rintihan nikmat Erika yang sangat terdengar jelas saat Sari melintas tepat di depan kamar mereka. Seketika bulu kuduk Sari merinding."Apa yang mereka lakukan di siang hari?" ucapnya dalam hati. Wanita polos itu segera mempercepat langkah kakinya menuju lift.Untuk menghilangkan rasa malu dan pikiran kotor pada hatinya, Sari meraih gawai dari sakunya. Mencoba menghubungi Jojo lagi.&nbs
[Honey, maaf aku tidur disini malam ini. Sementara aku memblokir nomormu juga dan menghapus semua percakapan kita. Aku sayang kamu.][Baiklah.]Jojo segera menghapus semua percakapan dan memblokir nomor Erika saat Sari sedang berganti pakaian. Sari tak juga keluar dari toilet, membuat Jojo berkesempatan pura-pura tidur. Ia masih merasa lelah dan sama sekali tidak ingin berbagi kerinduan.Padahal istrinya sedang merias diri dan mencoba berpenampilan seksi untuk Jojo. Sari keluar toilet dan mendapati suaminya terlihat terlelap. Ia kecewa, tetapi paham dengan keadaan Jojo. Bukankah lelaki itu sudah bilang saat mereka bulan madu lalu, bahwa Jojo tidak memiliki banyak waktu jika sudah mulai bekerja dan Sari menyetujui. Menerima apapun yang terjadi ketika Jojo mulai sibuk be
"Sore… mau ambil kunci kamar 1208," ucap Erika. Ambar, resepsionis yang tadi pagi bertemu dengan Jojo bersama Sari di parkiran, diam sejenak. Memandang saksama wajah Erika. Apakah sama wanita yang tadi pagi ia jumpai? "Mbak? Hallo…," ucap Erika lagi. Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Ambar yang bengong. "Eh, ma-maaf, Bu. 1208?" jawab Ambar. Erika mengangguk heran. Tak paham dengan sikap resepsionis di depannya. Apakah ada yang salah dengan penampilannya? Ambar segera memberikan kunci yang Erika pinta dan menepis pikiran buruk karena bukan urusannya. Ambar berpikir, mungkin saja Erika dan wanita berhijab yang ia temui adalah saudara.
Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia
Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka
[Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua
Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu
Dering gawai mengejutkan Sari yang tengah berpikir. Panggilan masuk datang dari orang tuanya di Jakarta. Ia segera mengangkat. Setelah saling menanyakan kabar, Sari memberikan kabar baik tentang tubuhnya yang telah berbadan dua tanpa memberitahu masalah yang sedang terjadi.Senyum mengembang dari wajah kedua orang tuanya, mendengar kabar itu. Sari pun ikut bahagia melihatnya.[Terus, sekarang Mas Jojo mana, Ndok?][Belum pulang, Ma. Lembur.][Kalau begitu kamu jangan capek-capek, ya. Jangan sering lembur juga.][Aku hari ini mengundurkan diri, Ma.][Lho, kenapa?]
Beberapa pesan singkat Erika masuk ke gawia Jojo, tetapi tak satupun yang dibalas. Jojo hanya melihatnya sebentar, lalu kembali ia masukan gawai ke dalam saku.Selama dalam perjalanan pulang, Jojo terdiam. Suara bising obrolan rekan-rekannya tak terdengar, seolah sunyi. Tanpa ada suara apapun. Pikirannya melayang, teringat bayang-bayang foto USG yang Sari kirimkan tadi siang. Bagaimana nasib bayi itu ketika lahir, pikirnya.Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya. Ada rasa sedih dalam hati, memikirkan jika calon anaknya nanti membencinya karena tahu ia telah mengkhianati Sari dan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Bayang-bayang rasa bersalah terus menghantui sepanjang perjalanan. Hingga Jojo tiba di halte tempatnya turun.Seturunnya dari bis, Joj
Erika berdeham. Menahan malu dan amarah yang bergelut dalam pikirannya. Ia meraih rokok dari nakas dan segera menyalakannya. Setelah satu hisapan bisa terlepas, ia merasakan sedikit lega dan bisa mengembalikan keberanian bicara lagi."To the point aja, tujuan anda kesini ada apa?" tanya Erika ketus.Sari masih mempertahankan senyum tipis pada bibirnya. Menatap gadis yang berani menggoda suaminya lagi. Sambil mengangguk ia pun menjawab, "Iya, pertanyaan bagus. Saya cuma mau tanya, benar kamu mencintai Jojo dan kalian akan segera menikah?"Erika kembali tergelak sambil menghisap batang racun nikotin yang berada di jarinya. Senyum sengit ia lontarkan, seolah meledek."Hmmm… sepertinya Jojo suda
Entah, hari itu mengapa Sari sama sekali menurut perkataan Jojo yang meminta segera membuang amplop cokelat, bukti perselingkuhannya. Perlahan, ingatan Sari mundur. Jojo seperti membakar sesuatu di halaman belakang. Bodohnya lagi, ia tidak curiga. Rasa lelah membuatnya tak peduli. Mempercayai apa saja yang keluar dari bibir Jojo.Bahkan keesokan pun Sari tidak memperhatikan sampah yang ia buang keluar. Apakah ada amplop itu atau tidak. Penyesalan sangat menusuk. Ternyata Jojo begitu lihai bermain lidah dan hati. Begitu pun dirinya yang sangat bodoh dan mudah dibohongi.Ambar menceritakan semua tentang pertemuan hari itu perlahan. Lalu, ia pun mengeluarkan gawainya dari saku. Mencari foto dan video yang pernah suaminya kirim untuk di cetak. Menurut Ambar, sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu Sari semuanya. Rasa kasi
Sari mengejar Jojo keluar rumah yang sudah tidak terlihat. Ia menghentikan langkahnya saat menyadari air mata yang telah membasahi wajah. Bagaimana mungkin bisa keluar rumah untuk mengejar Jojo. Apa pantas menyelesaikan masalah di tempat umum, tanyanya dalam hati. Pikiran waras masih dapat mengontrol emosi.Sementara Ambar yang sedang menyapu di teras rumahnya, melihat wajah sembab Sari. Ia yakin telah terjadi sesuatu dengan tetangganya itu.Ambar bergegas membuka pintu pagar dengan sedikit berlari menghampiri rumah Sari. Sari yang menyadari kedatangan Ambar segera menghapus semua tanda kesedihan yang sebenarnya sudah tidak bisa ia tutupkan."Mbak, nggak apa-apa?" Ambar berjalan menghampiri Sari.S