Daniel Millard berjalan di parkiran hotel menuju mobil sportnya, pria berumur 27 tahun tersebut baru pulang dari acara pernikahan salah satu kolega bisnisnya yang mengakhiri masa lajang dengan happy ending dan mengawali kehidupan barunya dengan penuh kebahagian.
Daniel tersenyum kecil ketika mengingat ekspresi kolega bisnisnya sewaktu mengucap sumpah janji setia. Sang kolega bisnis benar-benar menunjukkan ekspresi bahwa ia adalah lelaki paling bahagia di dunia.
Daniel tidak mengerti bagaimana seorang pria betah dan cukup hanya dengan satu orang wanita.
Itu sangat tidak masuk akal menurutnya, karena secara, hidup Daniel berbanding terbalik dengan kolega bisnisnya.Daniel menekan tombol buka kunci, suara alarm mobil pun terdengar, sebuah mobil Lamborghini hitam terpampang dengan elegannya, ia masuk kedalam mobil dan melaju di kota Los Angeles dengan kecepatan tinggi.
Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, Daniel bersenandung kecil mengikuti lagu di Pemutar Musik, sesekali menopang dagu ditangannya yang berada di stir mobil, ia terlihat sangat tampan dilihat dari sisi manapun, wajah perpaduan Inggris - Indonesia yang aristokrat dengan rahang tegas, mata biru laut yang dalam, hidung mancung dan gigi putih yang berjajar rapi, serta rambutnya yang bergaya Crew Cut with a Twist membuat Daniel menjadi makhluk adam paling sempurna, hanya wanita gila dan lesbian yang tidak menyukai lelaki ini.
Daniel tidak mempercayai sebuah idiom 'Nobody is Perfect' karena secara dia sendiri adalah makhluk tuhan paling tampan.Lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, ia segera menghentikan laju mobilnya menunggu lampu hijau sambil bersenandung ria.
Tak berapa lama kemudian, lampu lalu lintas pun berubah hijau, Daniel menjalankan kembali mobilnya namun sesaat kemudian kembali menginjak pedal rem dengan mendadak, seorang wanita menyeberang tepat didepannya.
Daniel langsung keluar dari mobil dan menghampiri si wanita yang sedang terduduk di jalan dengan tatapan shock, gadis itu menatap aspal jalan dengan mata melebar, tidak mempercayai bahwa ia hampir saja mati.
"Hey, are you okay?" Daniel menatap sang gadis dengan tatapan cemas namun sang gadis masih setia menatap jalan aspal.
"Lady, you okay right?" Daniel mengibas tangannya di depan wajah sang gadis yang masih mematung.
Para pengemudi dibelakang mobil Daniel meng-klakson beberapa kali dan berteriak 'Hey, What's wrong, men' dengan nada marah, Daniel mengguncang pelan tubuh gadis itu.
"Girl, are you alright?" Pengemudi mobil lainnya semakin keras meng-klakson di iringi dengan kata makian, membuat Daniel menjadi gusar.
"Hei!!" Daniel mengguncang keras tubuh sang gadis itu.
Gadis itu menoleh kepada Daniel lalu air mata yang mengenang di pelupuk matanya mengalir pelan, sedetik kemudian sang gadis menangis dengan suara histeris membuat Daniel terkejut dan gelagapan.
Daniel segera menarik lengan sang gadis berdiri dan memasukkan gadis itu ke dalam mobil, sekarang yang terpenting ia harus keluar dari kemacetan jalan yang disebabkan olehnya.
Daniel melajukan mobilnya ke jalan kecil yang tidak banyak dilalui oleh kendaraan maupun orang yang berjalan kaki, setelah menghentikan mobilnya, ia menatap gadis berambut panjang yang masih menangis dengan suara memekakkan telinga, maskara yang luntur membuat penampilan gadis itu tampak begitu mengerikan, apalagi dengan rambut panjangnya yang berantakan, sesekali gadis itu menghapus airmata di pipi dengan asal dan mengelap ingus dengan lengan bajunya.
Daniel mengernyit jijik menatap sang gadis lalu menawarkan sekotak tissue yang berada di atas dashboard mobilnya."Thank you, hiks" Sang gadis berterima kasih dengan suara serak yang sesenggukan.
Gadis berkulit putih langsat tersebut masih melanjutkan tangisannya, Daniel menghela napas dan diam membiarkan sang gadis untuk menangis sepuas hati, bagaimana pun ini adalah salahnya walaupun tidak sepenuhnya menjadi salahnya karena si gadis lah yang tidak melihat bahwa lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.
Setelah beberapa lama, sang gadis akhirnya menghentikan tangisannya, hanya suara isak yang tertahan karena lama menangis yang terdengar dari bibir kecilnya.
"You calmed down?" Daniel sang gadis yang dibalas dengan anggukan.
"Please get off of my car" Daniel mengusir sang gadis dengan suara lembut.
Kata-kata Daniel malah membuat gadis itu kembali menangis sesenggukan, ekspresinya tampak begitu menderita.
"Why you're crying again?" Daniel menatap tidak mengerti, ia bahkan tidak membentak gadis itu.
"Hari ini adalah hari paling sial dalam hidupku" bukannya menjawab, gadis itu malah mencurahkan isi hatinya.,
Gadis Indonesia rupanya!.
"Aku tidak peduli dengan kisah hidupmu, bisakah kau keluar dari mobilku?" Daniel juga ikut berbahasa dalam bahasa ibunya.
Sang gadis mengernyitkan keningnya menahan tangis seraya menatap harap kepada Daniel yang menatap datar kearahnya.
"Aku akan bunuh diri jika tidak mengeluarkan segala unek-unek ku" Sang gadis mengancam masih dengan raut wajahnya menahan tangis, membuat bibir Daniel berdenyut. Ia menjadi speechless.
Daniel menghela napas panjang lalu menatap datar sang gadis dan mengangkat tangan kirinya mempersilahkannya untuk bercerita.
"Kau tau, beberapa hari ini aku terus mengalami kesialan" Sang gadis memulai curhatnya.
"What do I care ?" Daniel memutar bola matanya. Ia belum pernah bertemu dengan gadis mengerikan seperti ini.
"Beberapa hari yang lalu aku baru putus dengan pacarku, dia memutuskan ku hanya karena aku tidak mau berhubungan intim dengannya, apa kau percaya alasan tidak masuk akal itu?" Sang gadis mengomel sangat antusias, bola matanya yang membesar mengekspresikan perasaan yang ia rasakan.
"Aku juga akan melakukan hal yang sama jika jadi pacarmu" Daniel berkomentar dengan suara malas.
"Terus kemarin ibu pemilik kontrakan mengusirku, dia bilang kalau kontrakan itu sudah dia jual kepada orang lain tanpa memberitahuku, aku harus tinggal dimana?" Sang gadis melanjutkan ceritanya tidak memperdulikan komentar Daniel.
"Kau bisa mencari kontrakan lain bukan?" jawab Daniel dengan pertanyaan.
Apa yang salah denganmu? Begitu saja harus curhat padaku?!.
"Aku tidak punya banyak uang, hanya kontrakan itu yang bisa aku sewa" keluh sang gadis kembali.
Daniel menghela napas panjang kembali. Baru kali ini ia berjumpa dengan gadis yang tidak memiliki rasa malu atau pun sifat menjaga image darinya, bahkan gadis itu tidak memperdulikan dirinya sendiri.
"Dan hari ini, aku di pecat dari pekerjaan ku hanya karena mereka ingin meminimalkan biaya pengeluaran perusahaan mereka, aku benar-benar sial" Sang melanjutkan isak tangisnya.
"Hanya itu saja yang ingin kau ceritakan?" Daniel menatap sang gadis yang dibalas dengan anggukan.
"Kau sudah selesai menangis dan juga sudah menyelesaikan ceritamu, kau tidak terluka kan?" Tanya Daniel dengan suara gusar yang sengaja ia samarkan.
Sang gadis itu mengangguk kembali.
Daniel tersenyum lebar lalu mendekatkan tubuh kearah sang gadis, membukakan pintu mobil lalu menjauhkan kembali badannya dan tersenyum lebar kearah sang gadis.
"Get.off.of.my.car" Daniel tersenyum sembari menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Sang gadis menatap sedih kepada Daniel yang dibalas dengan tatapan datar, tidak terpengaruh oleh tatapan memelas Sang gadis, sang gadis itu pun keluar dari mobil Daniel. Tanpa kata Daniel melajukan mobilnya meninggalkan gadis itu di pinggir jalan.
Anya terbangun dari tidurnya, lalu duduk diatas matras di dalam tendanya, tubuhnya masih di balut oleh Sleeping bag berwarna hitam, matanya mengerjap pelan beberapa kali mencoba untuk menghilangkan kantuknya.Anya melirik jam weker kecil yang tergeletak di sampingnya, sudah pukul tujuh pagi, segera Anya membuka resleting sleeping bag lalu melangkah keluar dari tenda sambil menggerakkan badannya untuk mengendurkan otot-ototnya yang kaku karena tidur.Anya berada diatas gedung bar, tempatnya bekerja pada malam hari. Setelah pengusiran secara halus oleh ibu pemilik kontrakan, ia memohon kepada manajer yang mengelola bar L'Espere untuk membiarkannya tidur di gedung ini sampai ia menemukan tempat tinggal barunya.Walaupun dengan nada gusar, James - sang manajer - akhirnya membiarkan gadis itu untuk tinggal namun diatap gedung bar, kamar-kamar di gedung tersebut hanya di peruntukkan untuk pelanggan yang ingin menghabiskan one night stand atau pun pelanggan yang mabuk,
Mereka keluar dari gedung bar, meninggalkan Christine yang berteriak memanggil Daniel yang tidak memperdulikan akan teriakan tersebut, Daniel dan Anya masuk ke dalam mobil Lambhorgini hitamnya lalu mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalan US State Route 101 menuju ke Restoran Fig & Olive yang berada di jalan 8490 Melrose Pl, West Hollywood."Mengapa kita ke sini?" tanya Anya menatap horor ke arah restoran yang terkenal akan kemegahan dan mahal tersebut."Tentu saja untuk makan" jawab Daniel sambil menggenggam tangan Anya dan menarik gadis itu untuk ikut dengannya."Kau gila!!, Aku tidak memakai baju yang layak untuk masuk ke dalam restoran ini" kilah Anya sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Daniel di tangannya.Daniel berdecak pelan lalu membuka jas hitamnya dan melemparkan jas tersebut ke arah Anya."Pakai itu" perintah Daniel.Anya menatap tajam ke arah Daniel, namun karena perutnya mulai membelit yang dis
Anya masuk ke gedung L'Espere melalui pintu belakang, gadis itu menepuk-nepuk punggungnya yang terasa pegal sejenak, berdiri seharian membuat kaki dan punggungnya terasa kaku dan berat.Anya masuk ke dalam ruang loker karyawan untuk berganti pakaiannya lalu mengambil peralatan bersih bersihnya dan melangkah masuk ke toilet.Baru satu langkah ia berada toilet tersebut, terdengar suara desahan dan teriakan serak dari arah bilik toilet yang berada paling pojok, gadis itu menghela napasnya dengan muka memerah lalu dengan cepat mengeluarkan earphone nya dan langsung menyumbat telinganya dengan earphone yang memutar lagu lagu beat dengan volume yang kuat.Ketika mendengar desahan yang berubah menjadi jeritan, Anya menendang dinding kayu pemisah toilet dengan kesal, ia tidak memperdulikan jika ia akan terkena masalah ke depannya, hari ini moodnya benar benar buruk.Gadis itu mencibir gusar ketika mengingat pelecehan seksual di tempat kerja pertamanya. Suara desa
Daniel membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya di kamar yang bukan miliknya, ia segera bangun dan duduk di tempat tidur, gerakannya malah membuat kepalanya menjadi pusing berdentum_dentum akibat pengaruh alkohol tadi malam, dipegang kepalanya menahan sakit lalu melihat sekeliling ruangan, hanya ia yang berada dalam ruangan tersebut lalu beranjak ke meja dan memeriksa barang barangnya yang masih utuh tanpa kehilangan satu kartu kredit pun, laki laki menghela napas lega. Daniel pernah kecolongan ketika ia mabuk dan kehilangan semua kartu kredit dan uangnya dan ia tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya karena mabuk dan menurunkan kewaspadaan bersama dengan wanita yang tidak ia kenal, namun ia merasa ia tidak akan apa apa sewaktu berdua dengan Anya, oleh karena itu, ia memutuskan untuk meminum melebihi teloransi alkoholnya. Daniel mengangkat bahunya tidak peduli. Ia melirik jam yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tanpa membuang waktu Daniel s
Daniel berjalan memasuki gedung L'Espere lalu tersenyum ke arah James yang sedang mengawasi anggotanya yang melayani pelanggan."Kemana saja kau beberapa hari ini?" tanya laki-laki tinggi tersebut."Aku sibuk" jawab Daniel sekenanya.Dua orang wanita yang memakai baju sangat seksi berjalan menghampiri Daniel langsung menggandeng tangannya dengan manja dan gerakan sensual."Daniel. Play with us" ujar salah satu dari mereka.Daniel tersenyum khasnya yang menawan lalu memagut bibir kedua wanita bergiliran dengan gelora lalu melepaskan pagutan intens dan tersenyum tanpa ada sorotan mata ingin melanjutkan kegiatan yang barusan mereka lakukan."Not tonight ladies. Next time for sure" ujar Daniel tersenyum.Kedua wanita tersebut yang menatap Daniel dengan sangat berhasrat, menghela napas mereka lalu mulai beranjak menjauh dari Daniel."Dimana Anya?. Aku ingin gadis itu" tanya Daniel kepada James.James tertawa pelan."Ap
Anya membuka pelan matanya, kepalanya dihantam pusing yang membuat Anya memegang kepalanya menahan sakit, ia menatap langit langit kamar berwarna putih yang tinggi.Anya mengerjap matanya beberapa kali, bukankah tenda camping nya berwarna biru?, tanya Anya dalam hati."Tidurmu sangat berantakan"Suara bariton rendah yang ia kenal milik Daniel membuat Anya terbangun mendadak lalu menatap tercengang ke arah Daniel yang memakai piyama sutra berwarna hitam, laki laki itu duduk di kursi tidak jauh dari tempat tidur yang sedang Anya tempati, Daniel duduk sambil menikmati kopi paginya dengan tenang.Anya berusaha mengingat apa yang telah ia alami semalam, namun ingatannya hanya sampai Anya meneguk vodka."Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanya Anya curiga."Memang yang aku lakukan kepadamu?" jawab Daniel dengan pertanyaan.Anya melihat tubuhnya yang hanya memakai tank top berwarna cream, kemeja yang ia pakai semalam menghilang ent
Anya berjalan masuk ke supermarket tempat ia bekerja, hari ini ia akan mengundurkan dirinya dari pekerjaannya sebagai kasir. Sebenarnya Anya sangat menyayangkan keputusannya tersebut, kerja kerasnya selama dua minggu ini jadi sia sia karena pengunduran dirinya. Ia tidak akan mendapat upah apapun karena masih menjalani masa training. Anya membungkukkan badannya kepada Managernya yang bertubuh gemuk dan memakai kacamatanya. "Such a pity if you quit this job Ms Shakira" ujar laki laki itu. "I Know. Thank you for everything you've done until now" Anya membungkukkan badannya dan pun keluar dari supermarket. Sekarang ia harus pergi ke bar L'Espere untuk meminta pengunduran dirinya dan mengambil barang-barang miliknya. "Jadi kau akan tinggal dimana?" tanya James yang sedang duduk dan merokok. Anya menatap laki-laki yang baru menjadi mantan bosnya sekilas "Aku akan tinggal di rumahnya Daniel" "Apa kau menjalin hubungan dengan Daniel?" Ja
Daniel keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan penampilan sempurnanya, ia menjinjing tas kerja lalu melangkah menuju ruang makan. "Just toast?" Daniel menaikkan alisnya melihat roti panggang yang tersaji di atas meja. Anya masuk ke dalam ruang makan sambil membawa secangkir kopi dan dua botol selai coklat dan stroberi. "Anya, mengapa cuma ada roti panggang?" tanya Daniel tidak mengerti. Ia sangat jarang memakan makanan yang satu ini. "Memangnya apa yang kau harapkan, Aku hanya menemukan itu. Tidak ada apapun di kulkas" Anya meletakkan secangkir kopi dan botol selai di hadapan majikannya. Daniel mengambil tempat duduk dan mulai sarapan dalam diam. "Aku akan belanja dan memasakkan makanan empat sehat lima sempurna untukmu nantinya, jadi jangan memasang wajah kesal seperti itu" Ucap Anya yang melihat wajah Daniel yang tidak senang dengan sarapannya. Daniel mengambil dompet dari jas dan mengeluarkan beberapa lembar uang s