Mereka keluar dari gedung bar, meninggalkan Christine yang berteriak memanggil Daniel yang tidak memperdulikan akan teriakan tersebut, Daniel dan Anya masuk ke dalam mobil Lambhorgini hitamnya lalu mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalan US State Route 101 menuju ke Restoran Fig & Olive yang berada di jalan 8490 Melrose Pl, West Hollywood.
"Mengapa kita ke sini?" tanya Anya menatap horor ke arah restoran yang terkenal akan kemegahan dan mahal tersebut.
"Tentu saja untuk makan" jawab Daniel sambil menggenggam tangan Anya dan menarik gadis itu untuk ikut dengannya.
"Kau gila!!, Aku tidak memakai baju yang layak untuk masuk ke dalam restoran ini" kilah Anya sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Daniel di tangannya.
Daniel berdecak pelan lalu membuka jas hitamnya dan melemparkan jas tersebut ke arah Anya.
"Pakai itu" perintah Daniel.
Anya menatap tajam ke arah Daniel, namun karena perutnya mulai membelit yang disebabkan oleh rasa lapar membuat Anya memakai jas yang kebesaran di tubuhnya yang mungil sambil Menggereyotkan bibirnya mencibir dalam hati.
Daniel menatap sejenak ke arah Anya lalu menarik ikatan rambut panjang gadis itu, membuat rambut Anya jadi tergerai melambai lambai karena terkena angin malam Los Angeles kemudian menarik Anya untuk masuk ke dalam Restoran tersebut.
Dekorasi restoran bergaya minimalis namun tetap sangat elegan dengan lampu lampu bergantung rapi yang di tutupi oleh keranjang, tampak mewah dan di sempurnakan oleh sebuah pohon yang dililit lampu kecil disekelilingnya yang berada di tengah ruang restoran tersebut, sang kepala pelayan langsung menyambut kedatangan mereka dengan tersenyum ramah, menuntut mereka menuju salah satu meja lalu menarik kursi untuk di duduki oleh Anya dan Daniel.
Seorang pelayan datang lalu menyerahkan buku menu dan menjelaskan menu spesial mereka minggu ini.
"Aku pesan Riviera Salmon dan Wine Dulcetto" ujar Daniel sambil tersenyum pelan.
"Aku juga sama" ujar Anya sambil mengernyit tidak mengerti dengan menu yang Daniel pesan.
Setelah mencatat pesanan sang pelayan pamit undur diri dan berjalan menjauh dari Anya dan Daniel. Anya menatap menyelidik ke arah Daniel sejenak.
"Apa?" tanya Daniel terganggu dengan tatapan curiga gadis itu.
"Kenapa kau begitu baik kepadaku? Kita bahkan baru bertemu seminggu yang lalu" Anya menyipit matanya ke arahnya Daniel. Tidak ada orang yang baik tanpa maksud tertentu di dunia ini.
"Anggap saja ini sumbangsih ku kepada gadis miskin sepertimu" Jawab Daniel dengan santai.
Anya mencibir pelan. "Aku tidak butuh rasa kasihanmu"
"Apa?!" tanya Daniel yang tidak mendengar dengan jelas.
"Aku bilang aku tidak butuh rasa kasihan mu" ujar Anya kembali dengan suara yang lebih keras.
"Apa maksudmu kau tidak butuh rasa kasihan ku? Kau hampir mati karena tidak makan selama satu hari. Seharusnya kau berteri..."
Suara bentakan pelan Daniel terhenti ketika sang pelayan kembali menghampiri mereka sambil membawa sebuah meja dorong yang terdapat pesanan Daniel dan Anya diatasnya kemudian meletakkan piring yang berisi salmon di panggang dengan saus mayones, lalu menuangkan wine Dulcetto berwarna merah di gelas Daniel dan Anya lalu mempersilahkan mereka untuk menikmati hidangan.
Anya menggigit bibirnya menatap salmon di piringnya dengan selera lalu mengambil garpu dan pisau dengan cepat dan mulai memotong motong kecil salmon tersebut kemudian langsung memakan potongan salmon tersebut, saus mayones langsung melebur di dalam mulut Anya.
"Cih, tidak butuh rasa kasihan apanya? Kau bahkan langsung memakannya tanpa meminta izinku terlebih dahulu" ujar Daniel mencibir, Anya tidak memperdulikan cibiran tersebut, yang penting kini ia bisa mengganjal perut berisiknya dengan salmon panggang yang sangat enak.
"Nama kamu siapa?" Tanya Daniel yang baru mengingat bahwa ia tidak tahu nama gadis itu.
"Anya Syakira" jawab Anya sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Telan dulu makananmu baru berbicara, mengapa kau begitu menjijikkan?" tanya Daniel sambil mengernyit tidak senang ke arah Anya.
Sang gadis hanya berdecak sejenak lalu kembali menyantap salmon tersebut lalu meneguk air putih dengan cepat yang malah membuatnya terdesak oleh minumannya, Daniel yang melihat Anya yang ter batuk-batuk mengernyit jijik lalu menyodorkan sapu tangannya ke arah Anya yang langsung di sambut dengan cepat lalu membersihkan mulut sejenak.
"Namaku Daniel Millard" ucap Daniel memperkenalkan dirinya sendiri.
Anya kembali menyantap lahap makanannya tanpa mau berbicara dengan Daniel, rasa laparnya membuat gadis itu sangat memfokuskan matanya ke arah piring di depannya, sedangkan Daniel melempar pelan garpu dan pisau di atas piring dengan kesal, melihat cara makan Anya yang tidak mempunyai etika membuat mood makannya menghilang entah kemana.
&&&
Anya keluar dari tenda camping sambil menggerakkan badannya mencoba melemaskan otot kakunya karena tidur di dalam tenda yang tidak nyaman tersebut. Senyumannya mengembang ketika menatap ke arah mentari yang bersinar dengan cerah, Anya memejamkan matanya, menghirup udara pagi yang segar dalam dalam dan mengeluarkannya dengan cepat.
Terima kasih karena masih memberikan hidup kepadaku, semoga hari ini akan jadi hari yang menyenangkan, doa rutin gadis itu.
Kening Anya berkerut ketika mengingat kejadian semalam, ia tidak menyangka bahwa ia bisa makan malam di tempat mewah seperti restoran Fig & Olive itu, ini seperti mimpi baginya. Sebuah mimpi di dunia nyata, seumur hidup Anya bahkan tidak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa masuk ke dalam restoran tersebut, namun yang lebih membingungkan ketika ia pulang ke L'Espere, sang manajer hanya tersenyum ke arahnya, mengatakan bahwa Daniel sudah menjelaskan mengapa ia tidak bekerja tadi malam, sepertinya laki laki itu cukup berpengaruh di L'Espere sampai bisa membuat James mengerti bahkan mengatakan tidak apa apa kepadanya.
Ia mengangkat bahunya, setidaknya ia masih bekerja di bar ini, jadi ia tidak peduli.
Anya beranjak turun ke lantai bawah sambil membawakan peralatan mandinya, hari ini gadis itu akan kembali menjalani rutinitasnya yang padat.
&&&
"Selamat datang" ujar Anya sambil tersenyum lebar menyambut seorang pelanggan laki laki.
"Aku ingin sebungkus rokok itu" ujar pelanggan laki laki yang berpenampilan seperti preman jalanan sambil menunjukkan sebuah bungkusan rokok di rak dibelakang Anya.
Anya membalikkan badannya, membuka kaca rak kemudian mengambil sebuah bungkus rokok, sang pelanggan bergerak maju dan menyentuh punggung Anya dengan gerakan menurun membuat Anya tersentak dan membelalakkan matanya.
Endure it, endure it, ucap Anya dalam hatinya sambil merapat giginya menahan emosinya, sang pelanggan laki laki itu hanya terkekeh senang melihat reaksi dari gadis di depannya.
Anya kembali melanjutkan aktivitasnya mengambil satu bungkus rokok dan menyerahkan rokok tersebut ke arah sang pelanggan dengan senyuman yang sarat emosi tersebut, mengatakan harga dari sebungkus rokok tersebut, sambil menyeringai sang pelanggan memberikan beberapa lembar dollar kemudian mengedipkan matanya ke arah Anya sebelum melangkah keluar supermarket.
Anya menghela napasnya sambil menatap tajam ke arah pintu supermarket, ia menggigit bibirnya berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan emosinya yang membara.
Anya masuk ke gedung L'Espere melalui pintu belakang, gadis itu menepuk-nepuk punggungnya yang terasa pegal sejenak, berdiri seharian membuat kaki dan punggungnya terasa kaku dan berat.Anya masuk ke dalam ruang loker karyawan untuk berganti pakaiannya lalu mengambil peralatan bersih bersihnya dan melangkah masuk ke toilet.Baru satu langkah ia berada toilet tersebut, terdengar suara desahan dan teriakan serak dari arah bilik toilet yang berada paling pojok, gadis itu menghela napasnya dengan muka memerah lalu dengan cepat mengeluarkan earphone nya dan langsung menyumbat telinganya dengan earphone yang memutar lagu lagu beat dengan volume yang kuat.Ketika mendengar desahan yang berubah menjadi jeritan, Anya menendang dinding kayu pemisah toilet dengan kesal, ia tidak memperdulikan jika ia akan terkena masalah ke depannya, hari ini moodnya benar benar buruk.Gadis itu mencibir gusar ketika mengingat pelecehan seksual di tempat kerja pertamanya. Suara desa
Daniel membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya di kamar yang bukan miliknya, ia segera bangun dan duduk di tempat tidur, gerakannya malah membuat kepalanya menjadi pusing berdentum_dentum akibat pengaruh alkohol tadi malam, dipegang kepalanya menahan sakit lalu melihat sekeliling ruangan, hanya ia yang berada dalam ruangan tersebut lalu beranjak ke meja dan memeriksa barang barangnya yang masih utuh tanpa kehilangan satu kartu kredit pun, laki laki menghela napas lega. Daniel pernah kecolongan ketika ia mabuk dan kehilangan semua kartu kredit dan uangnya dan ia tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya karena mabuk dan menurunkan kewaspadaan bersama dengan wanita yang tidak ia kenal, namun ia merasa ia tidak akan apa apa sewaktu berdua dengan Anya, oleh karena itu, ia memutuskan untuk meminum melebihi teloransi alkoholnya. Daniel mengangkat bahunya tidak peduli. Ia melirik jam yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tanpa membuang waktu Daniel s
Daniel berjalan memasuki gedung L'Espere lalu tersenyum ke arah James yang sedang mengawasi anggotanya yang melayani pelanggan."Kemana saja kau beberapa hari ini?" tanya laki-laki tinggi tersebut."Aku sibuk" jawab Daniel sekenanya.Dua orang wanita yang memakai baju sangat seksi berjalan menghampiri Daniel langsung menggandeng tangannya dengan manja dan gerakan sensual."Daniel. Play with us" ujar salah satu dari mereka.Daniel tersenyum khasnya yang menawan lalu memagut bibir kedua wanita bergiliran dengan gelora lalu melepaskan pagutan intens dan tersenyum tanpa ada sorotan mata ingin melanjutkan kegiatan yang barusan mereka lakukan."Not tonight ladies. Next time for sure" ujar Daniel tersenyum.Kedua wanita tersebut yang menatap Daniel dengan sangat berhasrat, menghela napas mereka lalu mulai beranjak menjauh dari Daniel."Dimana Anya?. Aku ingin gadis itu" tanya Daniel kepada James.James tertawa pelan."Ap
Anya membuka pelan matanya, kepalanya dihantam pusing yang membuat Anya memegang kepalanya menahan sakit, ia menatap langit langit kamar berwarna putih yang tinggi.Anya mengerjap matanya beberapa kali, bukankah tenda camping nya berwarna biru?, tanya Anya dalam hati."Tidurmu sangat berantakan"Suara bariton rendah yang ia kenal milik Daniel membuat Anya terbangun mendadak lalu menatap tercengang ke arah Daniel yang memakai piyama sutra berwarna hitam, laki laki itu duduk di kursi tidak jauh dari tempat tidur yang sedang Anya tempati, Daniel duduk sambil menikmati kopi paginya dengan tenang.Anya berusaha mengingat apa yang telah ia alami semalam, namun ingatannya hanya sampai Anya meneguk vodka."Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanya Anya curiga."Memang yang aku lakukan kepadamu?" jawab Daniel dengan pertanyaan.Anya melihat tubuhnya yang hanya memakai tank top berwarna cream, kemeja yang ia pakai semalam menghilang ent
Anya berjalan masuk ke supermarket tempat ia bekerja, hari ini ia akan mengundurkan dirinya dari pekerjaannya sebagai kasir. Sebenarnya Anya sangat menyayangkan keputusannya tersebut, kerja kerasnya selama dua minggu ini jadi sia sia karena pengunduran dirinya. Ia tidak akan mendapat upah apapun karena masih menjalani masa training. Anya membungkukkan badannya kepada Managernya yang bertubuh gemuk dan memakai kacamatanya. "Such a pity if you quit this job Ms Shakira" ujar laki laki itu. "I Know. Thank you for everything you've done until now" Anya membungkukkan badannya dan pun keluar dari supermarket. Sekarang ia harus pergi ke bar L'Espere untuk meminta pengunduran dirinya dan mengambil barang-barang miliknya. "Jadi kau akan tinggal dimana?" tanya James yang sedang duduk dan merokok. Anya menatap laki-laki yang baru menjadi mantan bosnya sekilas "Aku akan tinggal di rumahnya Daniel" "Apa kau menjalin hubungan dengan Daniel?" Ja
Daniel keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan penampilan sempurnanya, ia menjinjing tas kerja lalu melangkah menuju ruang makan. "Just toast?" Daniel menaikkan alisnya melihat roti panggang yang tersaji di atas meja. Anya masuk ke dalam ruang makan sambil membawa secangkir kopi dan dua botol selai coklat dan stroberi. "Anya, mengapa cuma ada roti panggang?" tanya Daniel tidak mengerti. Ia sangat jarang memakan makanan yang satu ini. "Memangnya apa yang kau harapkan, Aku hanya menemukan itu. Tidak ada apapun di kulkas" Anya meletakkan secangkir kopi dan botol selai di hadapan majikannya. Daniel mengambil tempat duduk dan mulai sarapan dalam diam. "Aku akan belanja dan memasakkan makanan empat sehat lima sempurna untukmu nantinya, jadi jangan memasang wajah kesal seperti itu" Ucap Anya yang melihat wajah Daniel yang tidak senang dengan sarapannya. Daniel mengambil dompet dari jas dan mengeluarkan beberapa lembar uang s
"Sir, Kau baik baik saja?" Arlene menatap khawatir akan wajah Daniel yang sedikit memucat karena laki-laki itu hampir tidak tidur semalaman karena memikirkan Anya. "Tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Daniel menatap kesal. Kurang tidur dan pikiran gelisah yang dipenuhi oleh Anya membuat kesabaran Daniel menipis. "Tidak. Hanya saja wajah anda sedikit pucat" Arlene menggelengkan kepalanya dan menatap ke arah lain. Ia tau bosnya sedang bad mood. "Aku hanya kurang tidur. Bagaimana dengan pertemuan dengan Mr Andy? Kau sudah mengaturnya kan?" Daniel menghela napas panjang untuk mengatur perasaannya. "Sudah sir, anda akan bertemu dengan Mr Andy besok lusa pada jam makan siang" jawab Arlene sigap. "Baiklah, setelah ini apa lagi kegiatanku?" "Anda akan makan siang dengan Mr Hir.." Laporan Arlene berhenti ketika mendengar telepon Daniel berbunyi, laki-laki itu segera menerima panggilan tersebut. "Apa anda y
Anya membuka pelan matanya lalu menggeliat untuk beberapa saat untuk melemaskan ototnya yang kaku lalu duduk dan menatap ke arah jam weker. Pukul 6 pagi. "Terima kasih karena masih memberikan ku kehidupan, semoga hariku menyenangkan" Anya berdoa rutinnya. Anya bangun dan berlalu ke kamar mandi, setengah jam kemudian ia keluar kamar dan mulai mengambil alat bersihnya. Hari ini adalah hari minggu, jadi waktunya ia membersihkan seluruh ruangan apartemen Daniel. "Here I go, start cleaning the jerk house " Anya mengangkat tinggi sebuah kain pel. Anya mulai membersihkan ruang tamu lalu menuju ke ruang makan, ia membersihkan setiap jengkal apartemen tersebut, mulai dari membersihkan debu dengan vacuum cleaner, mengelap jendela dan membersihkan sudut-sudut barang elektronik dengan cutton bud. Anya menyeringai tidak jelas, hari ini ia tidak akan memberikan kesempatan kepada Daniel untuk menyindirnya. "Lihat saja, aku akan membuat aparteme
“Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali
Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra
Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r
1 Tahun kemudianLos Angeles, California. Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu. Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan. Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam. Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup
Daniel mengambil sebuah handphone, sudah beberapa hari ia tidak mengecek handphonenya. Ia menghidupkan pesan suara. "Daniel. ini aku Richard, aku tidak bisa menghubungimu jadi aku mengirimkan hasil penyelidikanku ke e-mailmu. Tolong hubungi aku kalau kau mendengar pesan suara ini" Daniel mengerutkan keningnya dan segera memeriksa e-mailnya, terdapat sebuah file P*F dan rekaman suara. "Jay, aku ingin memberikan tugas untukmu. Kau harus membunuh Reyna, lakukan apapun yang kau bisa. Aku tidak perduli yang terpenting dia mati. Kau mengerti" Suara Cathrina yang Daniel dengar membuat lelaki itu mengkatubkan rahangnya. Anya segera menggenggam tangan Daniel. "Aku tidak apa-apa Anya" ujar Daniel. Bukti tersebut akan semakin memperjelas kesalahan Cathrina. Daniel menggenggam erat handphonenya, menatap penuh kebencian. Handphone Daniel bergetar, ia heran melihat ibunya menelpon. Mungkin ibunya masih mengkhawatirkannya, pikir Daniel.
“Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Robert dan Elianor masuk kedalam rumah keluarga William. Mereka terkejut dengan perkataan Evan akan memberikan Daniel untuk mereka adopsi. Robert dan Elianor sudah lama menginginkan seorang anak namun tuhan berkehendak lain. “Mengapa kau mengatakan akan memberikan Daniel untuk kami adopsi?” tanya Robert membuka percakapan.Ia paling tau betapa sayangnya Evan kepada Daniel. Karena rasa sayangnya kepada Daniel dan Reyna akhirnya Evan memutuskan untuk bercerai dengan Reyna karena takut kehilangan perempuan itu jika tidak menceraikannya. Enam tahun yang lalu, Cathrina datang menemui Evan yang masih hidup bahagia dengan Reyna. Ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung anaknya Evan. Evan memang pernah terjebak semalam dengan Cathrina ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota, entah bagaimana ia bangun dengan tubuh telanjang dan Cathrina tidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Cath
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Jason kecil menangis sesenggukan setelah diusir oleh Daniel dari kamarnya. Ia tidak mengerti mengapa kakaknya begitu marah kepadanya. Perasaan sedih membuat Jason membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Ia memutuskan masuk kedalam kamar ibunya, pintu ia buka perlahan. Ia takut jika ibunya sedang tidur dan terjaga karena kehadirannya maka ia akan mendapatkan makian dari ibunya. “Aku tidak mau tau. Kau harus menghilang dengan semua barang bukti. Kau ingin aku dipenjara huh?” teriak Cathrina marah. Jason terkejut dengan nada tinggi tersebut, Ia memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar ibunya. Kehadirannya akan membuat emosi ibunya semakin meninggi. “Hei. Jangan membantah denganku. Kita berdua yang merencanakan pembunuhan ibunya Daniel” bentak Cathrina di telepon. Gerakan Jason terhenti ketika mendengar perkataan ibunya, ia tidak menduga bahwa ibunya lah yang telah membunuh ibunya Daniel. “M
Daniel mengernyitkan keningnya melihat nama Jason tertera dilayar handphonenya. “Halo Jason. ada apa kau menelpon ku?”. “Mengapa kakak tidak bilang kalau kak Ira kecelakaan?” tanya Jason to the point. Daniel sadar bahwa ia belum memberitahu Jason. hubungan mereka yang buruk selama 20 tahun ini membuat Daniel tidak terbiasa memberitahu hal yang penting kepada Jason. “Aku lupa. Maaf” Jason tertegun dan menatap handphone dengan bingung. Baru kali ini kakaknya meminta maaf kepadanya. “Tidak apa-apa. Bisakah aku berkunjung ke apartemen mu?” “Tenang saja. Aku akan membawa Vero” lanjut Jason. “Aku tidak mengatakan apapun” Daniel memutar bola matanya. Dari nada bicara Jason seakan mengejeknya karena terlalu overprotective. Jason tersenyum. “Aku hanya memperjelas keadaan” “Besok saja kau berkunjung” Ucap Daniel mengalah. “Baiklah. Sampaikan salamku untuk kak Ira” “Ya” Daniel memutuskan teleponnya lalu k