Anya berjalan masuk ke supermarket tempat ia bekerja, hari ini ia akan mengundurkan dirinya dari pekerjaannya sebagai kasir. Sebenarnya Anya sangat menyayangkan keputusannya tersebut, kerja kerasnya selama dua minggu ini jadi sia sia karena pengunduran dirinya. Ia tidak akan mendapat upah apapun karena masih menjalani masa training.
Anya membungkukkan badannya kepada Managernya yang bertubuh gemuk dan memakai kacamatanya.
"Such a pity if you quit this job Ms Shakira" ujar laki laki itu.
"I Know. Thank you for everything you've done until now" Anya membungkukkan badannya dan pun keluar dari supermarket. Sekarang ia harus pergi ke bar L'Espere untuk meminta pengunduran dirinya dan mengambil barang-barang miliknya.
"Jadi kau akan tinggal dimana?" tanya James yang sedang duduk dan merokok.
Anya menatap laki-laki yang baru menjadi mantan bosnya sekilas "Aku akan tinggal di rumahnya Daniel"
"Apa kau menjalin hubungan dengan Daniel?" James menatap gadis di hadapannya penuh dengan tatapan selidik, ia bahkan menyipitkan matanya mencari jawaban dari gerak-gerik Anya.
"Tidak. Aku bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumahnya Daniel" . Anya tertegun dan tertawa kecil karena tatapan detektif tersebut.
James mengangguk mengerti. "Aku pikir Daniel tertarik denganmu karena ia tidak pernah mau tinggal bersama orang lain"
Anya menaikkan alis matanya. "Benarkah?"
"Selama ini dia memang membawa banyak wanita ke rumahnya namun tidak ada satupun dari mereka yang dia ajak untuk tinggal bersama" jelas James.
Anya mengernyitkan keningnya sejenak lalu menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran negatifnya. tidak mungkin. Ia hanya seorang pembantu.
"Kemari lah. Aku akan memberimu pelukan perpisahan" ujar James merentang sebelah tangannya.
"Terima kasih sudah menerimaku bekerja disini James. Kau bahkan membiarkanku tinggal di gedung ini" Anya memeluk James dan tersenyum.
"Aku melakukannya karena kau memaksaku" Ucap James bernada bercanda.
Anya hanya tertawa pelan.
&&&
"Hanya itu saja barang-barang mu?" tanya Daniel yang sedang duduk ruang tamu.
Anya mengangguk lalu menoleh ke arah semua barang bawaannya, sebuah koper besar berisi bajunya dan satu koper lagi berisi matras dan tenda camping nya.
Daniel berdiri dan menghadap Anya dan mulai menjelaskan apa yang harus gadis itu lakukan. "Pekerjaanmu bersih-bersih dan memasak. Untuk dry clean aku memakai jasa professional"
Anya menganggukkan kepalanya lalu menatap ke sekeliling ruangan yang luas tersebut.
"Ikut aku" Daniel melangkah kakinya menuju lantai dua.
"Kau boleh masuk ke ruangan apa saja, kecuali kamar pribadi dan ruang kerjaku" Daniel menunjukkan kamar pribadi dan ruang kerjanya.
Anya kembali menganggukkan kepalanya "Aku mengerti"
"Dua hal yang harus kau patuhi selama kau tinggal disini. Satu, jangan pernah membawa siapapun ke rumahku dan kedua, jangan pernah mengatakan ke siapapun apa yang kau lihat di dalam rumah ini"
Anya mengernyitkan keningnya. Aturan pertama bisa ia mengerti namun aturan kedua terdengar mencurigakan.
Apa Daniel melakukan sesuatu hal ilegal di dalam rumah ini?.
Daniel menatap Anya datar lalu menghela napas. Ia tau apa yang sedang perempuan ini pikirkan. "Aku tidak melakukan hal ilegal kalau itu yang ada di pikiranmu"
Anya tersentak lalu mengedipkan matanya berusaha untuk bersikap normal namun lirik rasa bersalah membuat bibir Daniel berdenyut, ia melirik jam tangannya. "Bereskan barang-barang mu dan setelah itu siapkan makan malam untukku" perintah Daniel lalu berlalu dari hadapan Anya.
"Baik Dan.. Mr Millard" Anya segera bersikap profesional.
Daniel menoleh "Cukup panggil Daniel saja. Seperti biasanya"
"Baiklah Daniel"
&&&
Anya menatap takjub ke sekeliling ruangan yang akan menjadi kamarnya, kamar yang berwarna serba putih tersebut sangat luas untuk di tempati sendiri, ia menyentuh selimut putih tempat tidurnya dengan senyuman senang, pertama tangannya sekarang Anya naik ke atas tempat tidur yang sangat empuk dan mulai meloncat-loncat di atas spring bed king size.
"Oh my. Apa aku sedang bermimpi?" tanya Anya mencubit pipinya dan merasakan sakit.
"It's not a dream. Oh my gosh. What a wonderful place" Suara sang gadis sangat riang menunjukkan bahwa ia sangat puas akan kamar barunya.
Anya melirik ke arah pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan beranda. Anya turun dari tempat tidur dan berjalan menuju beranda, membuka pintu perlahan, angin sejuk langsung menerpa wajah sang gadis, membuat rambutnya melambai lambai. Anya memejamkan matanya sambil merentang kedua tangannya menyambut angin yang sejuk tersebut ke dalam pelukannya.
Anya tersadar dari ketakjuban terhadap dekorasi kamar barunya, ini bukan waktunya untuk bermalas-malasan, ia harus membereskan barang-barangnya dan mulai menyiapkan makan malam untuk Daniel. Ia menggulung rambutnya dan mulai mengeluarkan baju-bajunya untuk di susun rapi di dalam lemari besar yang terdapat di dalam kamarnya.
&&&
Alis Daniel terangkat ketika menatap pasta sederhana yang ada di hadapannya, lalu menoleh ke arah Anya yang berdiri tidak jauh darinya. "Mengapa bentuknya sederhana sekali?"
"Aku bukan Chef Professional jadi aku hanya bisa membuat pasta sederhana" Anya mengedipkan matanya seperti itu bukan masalah baginya.
"Tapi ini terlalu sederhana" Daniel mengangkat mie dengan saus krim dengan garpu tanpa minat.
"Kalau kau tidak mau untukku saja, kau lebih baik makan di restoran mahal kelas dunia yang sesuai dengan selera mu" Anya mencoba meraih piring pasta dari tangan Daniel.
Daniel menjauhkan piring pasta dengan sigap "Hey, ini makan malam ku"
"Kau selalu komplain setiap kali aku melakukan sesuatu, apa mau mu sebenarnya?" tanya Anya kesal.
"Wajar kalau aku komplain semua hal yang kau lakukan, karena aku membayar tinggi jasamu" Daniel memutar bola matanya, jika orang lain sudah ia pecat dari tadi.
Anya berdecak kesal lalu pergi menuju dapur untuk melanjutkan kegiatannya. Sedangkan Daniel hanya menyeringai melihat kepergian Anya, mengganggu gadis itu sangat menyenangkan baginya, apalagi jika ia melihat wajah kesal Anya.
Mulai hari ini mungkin hidupku akan di penuhi oleh hal yang menyenangkan.
Daniel mulai memasukkan pasta ke dalam mulutnya dan mulai mengunyah pasta tersebut, saus krim terasa melebur di lidahnya. "Rasanya lumayan" Laki-laki itu menghabiskan pastanya lalu meminum air putih beberapa tegukan.
"Anya" panggil Daniel.
Anya melongok kepalanya dari balik pintu dapur."Ya"
"Bawakan secangkir kopi ke ruang kerjaku satu jam lagi" Daniel mengelap bibirnya dengan sapu tangan dan beranjak dari tempat duduknya.
"Berapa sendok teh gulanya?"
"Dua"
"Baiklah"
Satu jam kemudian, setelah membersihkan dapur, Anya membawakan sebuah nampan berisi secangkir kopi seraya melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Daniel, ia mengetuk pintu ruang kerja Daniel dua kali.
"Masuk" ucap Daniel dari dalam ruangan.
Anya membuka handel pintu dan masuk ke dalam ruangan yang penuh buku dan berkas yang tidak ia pahami. Anya menatap takjub ke arah lemari besar di ujung ruangan yang diisi puluhan buku. Gadis itu menggelengkan kepalanya untuk fokus kembali, ia meletakkan cangkir kopi yang masih mengepul di atas meja kerja Danie. Ia baru menyadari bahwa laki-laki itu sedang memakai kacamata frame panjang, ketampanan Daniel semakin bertambah, Anya sadar akan hal itu. Karena ia juga wanita normal yang menyukai laki-laki, apalagi seorang laki-laki tampan seperti Daniel. Namun tampan bukan satu satunya tolak ukur Anya dalam menilai seorang pria.
Daniel punya kepribadian playboy yang membuat Anya merasa lebih baik menghindar daripada mendekati lelaki itu, lagi pula Anya juga sadar diri kalau ia bukan wanita cantik seperti kebanyakan wanita yang ia temui, jadi Daniel pasti tidak akan tertarik dengannya. Persepsinya membuat hatinya tidak tertarik dengan seorang pria sesempurna Daniel.
"Apa yang kau tunggu? Valentine Day?" tanya Daniel ketika mendapati bahwa Anya masih berdiri ditempatnya sembari memandanginya dengan tatapan melamun
Anya tersadar dari lamunannya lalu buru buru melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruang kerja Daniel.
"Sial, dia pasti berpikir bahwa aku sedang tergila-gila padanya" gerutu Anya kepada dirinya sendiri.
"Aku tidak berpikir seperti itu"
Suara rendah dan berat milik Daniel membuat Anya memekik dan menoleh cepat, melihat Daniel yang berdiri di belakangnya. Ia tidak akan menyangka bahwa laki-laki itu akan keluar dari ruang kerjanya. Buru-buru Anya membungkukkan kepalanya entah untuk alasan apa dan melangkah menjauhi ruang kerja Daniel dengan wajah memerah karena malu.
Daniel tersenyum samar dan masuk kembali ke dalam ruangannya, sebenarnya ia keluar karena ia ingin mengatakan kode sekuriti apartemennya kepada Anya, namun perkataan kesal Anya membuatnya tidak bisa berdiam diri untuk tidak menganggu gadis itu.
Daniel keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan penampilan sempurnanya, ia menjinjing tas kerja lalu melangkah menuju ruang makan. "Just toast?" Daniel menaikkan alisnya melihat roti panggang yang tersaji di atas meja. Anya masuk ke dalam ruang makan sambil membawa secangkir kopi dan dua botol selai coklat dan stroberi. "Anya, mengapa cuma ada roti panggang?" tanya Daniel tidak mengerti. Ia sangat jarang memakan makanan yang satu ini. "Memangnya apa yang kau harapkan, Aku hanya menemukan itu. Tidak ada apapun di kulkas" Anya meletakkan secangkir kopi dan botol selai di hadapan majikannya. Daniel mengambil tempat duduk dan mulai sarapan dalam diam. "Aku akan belanja dan memasakkan makanan empat sehat lima sempurna untukmu nantinya, jadi jangan memasang wajah kesal seperti itu" Ucap Anya yang melihat wajah Daniel yang tidak senang dengan sarapannya. Daniel mengambil dompet dari jas dan mengeluarkan beberapa lembar uang s
"Sir, Kau baik baik saja?" Arlene menatap khawatir akan wajah Daniel yang sedikit memucat karena laki-laki itu hampir tidak tidur semalaman karena memikirkan Anya. "Tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Daniel menatap kesal. Kurang tidur dan pikiran gelisah yang dipenuhi oleh Anya membuat kesabaran Daniel menipis. "Tidak. Hanya saja wajah anda sedikit pucat" Arlene menggelengkan kepalanya dan menatap ke arah lain. Ia tau bosnya sedang bad mood. "Aku hanya kurang tidur. Bagaimana dengan pertemuan dengan Mr Andy? Kau sudah mengaturnya kan?" Daniel menghela napas panjang untuk mengatur perasaannya. "Sudah sir, anda akan bertemu dengan Mr Andy besok lusa pada jam makan siang" jawab Arlene sigap. "Baiklah, setelah ini apa lagi kegiatanku?" "Anda akan makan siang dengan Mr Hir.." Laporan Arlene berhenti ketika mendengar telepon Daniel berbunyi, laki-laki itu segera menerima panggilan tersebut. "Apa anda y
Anya membuka pelan matanya lalu menggeliat untuk beberapa saat untuk melemaskan ototnya yang kaku lalu duduk dan menatap ke arah jam weker. Pukul 6 pagi. "Terima kasih karena masih memberikan ku kehidupan, semoga hariku menyenangkan" Anya berdoa rutinnya. Anya bangun dan berlalu ke kamar mandi, setengah jam kemudian ia keluar kamar dan mulai mengambil alat bersihnya. Hari ini adalah hari minggu, jadi waktunya ia membersihkan seluruh ruangan apartemen Daniel. "Here I go, start cleaning the jerk house " Anya mengangkat tinggi sebuah kain pel. Anya mulai membersihkan ruang tamu lalu menuju ke ruang makan, ia membersihkan setiap jengkal apartemen tersebut, mulai dari membersihkan debu dengan vacuum cleaner, mengelap jendela dan membersihkan sudut-sudut barang elektronik dengan cutton bud. Anya menyeringai tidak jelas, hari ini ia tidak akan memberikan kesempatan kepada Daniel untuk menyindirnya. "Lihat saja, aku akan membuat aparteme
Sudah dua hari Daniel mendiamkan Anya, gadis itu juga tidak mau memulai pembicaraan karena takut akan nada dingin Daniel. Mereka hanya melakukan aktivitas pribadi dan bertanya seperlunya saja, membuat suasana menjadi canggung dan dingin. Daniel menghabiskan sarapan dan kopi paginya lalu melangkah ke pintu apartemen sembari menjinjing tas kerja. "Hati hati di jalan, semoga harimu menyenangkan" Ucap Anya di belakang Daniel. Daniel menatap Anya yang hanya menundukkan kepalanya lalu menghela napas. "Aku pergi" Anya mengangguk dalam diam. &&& "Sir" panggil Arlene. Daniel tersadar dari pikiran dalamnya lalu menoleh ke arah Arlene yang memandangnya dengan tatapan bingung. "Sir. Are you okay?" "Ya. Kenapa?" tanya Daniel tidak mengerti. Arlene tersenyum pelan. "Tidak apa apa" wanita itu kembali menjelaskan jadwal Daniel mulai dari pagi hari sampai menjelang malam. Daniel hany
Anya meletakkan dua piring sarapan pagi lengkap di atas meja, terdapat roti, sosis, telur mata sapi, jamur dan hash brown dalam satu piring lalu meletakkan secangkir kopi panas yang sangat harum. Daniel melangkah ke ruang makan dan tersenyum ketika menghirup harumnya kopi kesukaannya. Ia mengambil tempat duduk dan memulai sarapan pagi. "Wanita yang kau bawa semalam tidak ikut sarapan?" Anya melihat keluar ruang makan dan tidak mendapati siapa pun. "Dia sudah pulang" komentar Daniel tenang. "Apa? Kenapa?" tanya Anya tidak mengerti. Ini masih pagi dan Daniel sudah memulangkan wanita yang bermalam dengannya?. "Untuk apa aku membiarkan Jeslyn berlama-lama disini" Jawab Daniel tenang. Mata Anya membulat. "Tapi.. Tapi bukankah kalian baru menghabiskan malam bersama?" Daniel menatap Anya bingung. "Terus apa masalahnya?" "Mengapa kau malah bertanya padaku, harusnya aku yang bertanya kenapa malah memulangkannya pagi-
Anya menatap datar ke arah Daniel dan seorang wanita berambut pendek yang terkesan sangat seksi karena di padu oleh pakaiannya yang ketat menonjolkan lekuk tubuhnya. Mereka baru saja masuk ke dalam apartemen ketika Anya sedang menonton televisi. "Anya. Kau belum tidur?" tanya Daniel dalam bahasa Indonesia. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul sebelas malam. Anya tersenyum pelan. "Aku akan tidur" jawab Anya juga dalam bahasa Indonesia. "Daniel, who is she?" Tanya wanita bertubuh ramping, matanya menatap penuh penasaran. "She is my maid" jawab Daniel tersenyum. "My my" wanita tersebut tersenyum misterius sembari meneliti tubuh Anya dari kepala hingga ke kakinya. "Aku permisi" Anya melangkah masuk kamar karena terganggu akan tatapan wanita kencan Daniel. "Anya" panggil Daniel. Ia melepaskan pelukan di bahu wanita berambut pendek dan menghampiri Anya. "Wajahmu pucat Anya. Kau sungguh tidak apa-apa?"
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Daniel kepada sekretarisnya ketika ia sampai ke ruang kerja pribadinya. Daniel duduk, mengambil dan membaca berkas laporan tentang proyek Mahattan House dengan wajah serius, sesekali kening mengerut dan mencoret beberapa bagian dalam berkas tersebut dengan bal poin. "Siang ini anda akan bertemu dengan Mr Park Joseph di restoran Fig & Olive, dan jam 3 sore akan bertemu dengan Mr Deriel Anhartd" jelas Arlene dengan buku catatan di tangannya. "Dan untuk besok? Apa jadwalku kosong?" tanya Daniel kembali. Ia ingin menghabiskan waktunya di rumah, sudah sangat lama ia tidak mengambil masa cuti dan bersantai di rumah, hari liburnya akan menyenangkan kalau ia bisa mengganggu Anya dan membuat gadis itu geram. Ekspresi gusar sang gadis menjadi suatu kesenangan bagi Daniel. laki-laki itu tersenyum lembut membayangkan wajah Anya yang memerah karena marah. "Jadwal anda kosong sampai sore hari, malamnya anda akan mengha
Sepanjang jalan, tidak ada yang mau memecahkan kesunyian yang tercipta di antara Daniel dan Anya, beberapa saat kemudian mobil Daniel berhenti di parkiran sebuah hotel. Laki-laki itu membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangannya bak gentleman. Anya tersipu malu akan perlakuan lembut yang tidak ia rasakan selama ini, gadis itu menerima uluran tangan Daniel dan keluar dari mobil, menatap ke sekeliling hotel yang tampak ramai akan para tamu undangan yang juga baru tiba di hotel tersebut. Daniel membuka lengannya, meminta Anya untuk mengamit lengannya dan mereka pun melangkah masuk ke dalam hotel tersebut. Di dalam ballroom hotel yang mewah tersebut ratusan tamu yang sudah lebih dahulu menghadiri pesta pertunangan tersebut, ruangan ballroom di penuhi dengan warna kuning keemasan membuat ruangan tersebut tampak glamor dan elegan. Anya terpukau dengan suasana mewah tersebut, baru kali ini ia menghadiri suatu pesta yang begitu mewah, beberapa menit kemudian acara pertuna
“Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali
Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra
Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r
1 Tahun kemudianLos Angeles, California. Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu. Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan. Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam. Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup
Daniel mengambil sebuah handphone, sudah beberapa hari ia tidak mengecek handphonenya. Ia menghidupkan pesan suara. "Daniel. ini aku Richard, aku tidak bisa menghubungimu jadi aku mengirimkan hasil penyelidikanku ke e-mailmu. Tolong hubungi aku kalau kau mendengar pesan suara ini" Daniel mengerutkan keningnya dan segera memeriksa e-mailnya, terdapat sebuah file P*F dan rekaman suara. "Jay, aku ingin memberikan tugas untukmu. Kau harus membunuh Reyna, lakukan apapun yang kau bisa. Aku tidak perduli yang terpenting dia mati. Kau mengerti" Suara Cathrina yang Daniel dengar membuat lelaki itu mengkatubkan rahangnya. Anya segera menggenggam tangan Daniel. "Aku tidak apa-apa Anya" ujar Daniel. Bukti tersebut akan semakin memperjelas kesalahan Cathrina. Daniel menggenggam erat handphonenya, menatap penuh kebencian. Handphone Daniel bergetar, ia heran melihat ibunya menelpon. Mungkin ibunya masih mengkhawatirkannya, pikir Daniel.
“Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Robert dan Elianor masuk kedalam rumah keluarga William. Mereka terkejut dengan perkataan Evan akan memberikan Daniel untuk mereka adopsi. Robert dan Elianor sudah lama menginginkan seorang anak namun tuhan berkehendak lain. “Mengapa kau mengatakan akan memberikan Daniel untuk kami adopsi?” tanya Robert membuka percakapan.Ia paling tau betapa sayangnya Evan kepada Daniel. Karena rasa sayangnya kepada Daniel dan Reyna akhirnya Evan memutuskan untuk bercerai dengan Reyna karena takut kehilangan perempuan itu jika tidak menceraikannya. Enam tahun yang lalu, Cathrina datang menemui Evan yang masih hidup bahagia dengan Reyna. Ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung anaknya Evan. Evan memang pernah terjebak semalam dengan Cathrina ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota, entah bagaimana ia bangun dengan tubuh telanjang dan Cathrina tidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Cath
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Jason kecil menangis sesenggukan setelah diusir oleh Daniel dari kamarnya. Ia tidak mengerti mengapa kakaknya begitu marah kepadanya. Perasaan sedih membuat Jason membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Ia memutuskan masuk kedalam kamar ibunya, pintu ia buka perlahan. Ia takut jika ibunya sedang tidur dan terjaga karena kehadirannya maka ia akan mendapatkan makian dari ibunya. “Aku tidak mau tau. Kau harus menghilang dengan semua barang bukti. Kau ingin aku dipenjara huh?” teriak Cathrina marah. Jason terkejut dengan nada tinggi tersebut, Ia memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar ibunya. Kehadirannya akan membuat emosi ibunya semakin meninggi. “Hei. Jangan membantah denganku. Kita berdua yang merencanakan pembunuhan ibunya Daniel” bentak Cathrina di telepon. Gerakan Jason terhenti ketika mendengar perkataan ibunya, ia tidak menduga bahwa ibunya lah yang telah membunuh ibunya Daniel. “M
Daniel mengernyitkan keningnya melihat nama Jason tertera dilayar handphonenya. “Halo Jason. ada apa kau menelpon ku?”. “Mengapa kakak tidak bilang kalau kak Ira kecelakaan?” tanya Jason to the point. Daniel sadar bahwa ia belum memberitahu Jason. hubungan mereka yang buruk selama 20 tahun ini membuat Daniel tidak terbiasa memberitahu hal yang penting kepada Jason. “Aku lupa. Maaf” Jason tertegun dan menatap handphone dengan bingung. Baru kali ini kakaknya meminta maaf kepadanya. “Tidak apa-apa. Bisakah aku berkunjung ke apartemen mu?” “Tenang saja. Aku akan membawa Vero” lanjut Jason. “Aku tidak mengatakan apapun” Daniel memutar bola matanya. Dari nada bicara Jason seakan mengejeknya karena terlalu overprotective. Jason tersenyum. “Aku hanya memperjelas keadaan” “Besok saja kau berkunjung” Ucap Daniel mengalah. “Baiklah. Sampaikan salamku untuk kak Ira” “Ya” Daniel memutuskan teleponnya lalu k