Daniel keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan penampilan sempurnanya, ia menjinjing tas kerja lalu melangkah menuju ruang makan.
"Just toast?" Daniel menaikkan alisnya melihat roti panggang yang tersaji di atas meja.
Anya masuk ke dalam ruang makan sambil membawa secangkir kopi dan dua botol selai coklat dan stroberi.
"Anya, mengapa cuma ada roti panggang?" tanya Daniel tidak mengerti. Ia sangat jarang memakan makanan yang satu ini.
"Memangnya apa yang kau harapkan, Aku hanya menemukan itu. Tidak ada apapun di kulkas" Anya meletakkan secangkir kopi dan botol selai di hadapan majikannya.
Daniel mengambil tempat duduk dan mulai sarapan dalam diam.
"Aku akan belanja dan memasakkan makanan empat sehat lima sempurna untukmu nantinya, jadi jangan memasang wajah kesal seperti itu" Ucap Anya yang melihat wajah Daniel yang tidak senang dengan sarapannya.
Daniel mengambil dompet dari jas dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus dollar, memberikannya kepada Anya.
"Ini sangat banyak Daniel" Anya terperangah melihat uang di tangannya.
"Beli apapun yang kau perlukan dan satu lagi" Daniel mengambil sebuah buku catatan kecil dan menulis beberapa huruf dan angka, merobeknya lalu menyerahkannya kepada Anya.
"Itu kode apartemenku. Kau harus mengingatnya"
Anya mengangguk sembari melihat beberapa angka yang tertulis di kertas.
"Ngomong-ngomong, kopi buatanmu enak" komentar Daniel lalu melanjutkan kembali sarapannya.
Anya tersenyum senang. Ini pertama kali Daniel memujinya.
"Aku pernah bekerja di cafe dan belajar bagaimana membuat kopi yang enak" Nada bangga terselip dalam ucapan Anya, gadis itu sedikit mengangkat wajahnya tampak angkuh.
Bibir Daniel berdenyut, apa yang bisa dibanggakan kopi yang nikmat?. "Nilai plusmu hanya secangkir kopi"
Senyuman Anya menghilang. Ingin rasanya ia berdecak kesal namun melihat Daniel dengan wajah tidak bersalahnya membuat Anya menghela napas panjang, ia tahu laki-laki itu hanya memancing kekesalannya. Jadi hari ini Anya akan menelan bulat-bulat sindiran sang majikan menyebalkan nya.
Daniel menyelesaikan sarapan dan menyeruput kembali kopinya lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu.
Anya mengikuti Daniel untuk mengantarkan laki-laki itu berangkat kerja "Hati-hati di jalan. Semoga harimu menyenangkan"
Daniel tertegun dan berbalik, menatap terkejut akan perkataan Anya. Ini pertama kali ada yang mengantarnya berangkat kerja karena Daniel sudah sangat lama tinggal sendirian, ia bahkan hampir lupa tata krama hidup dengan orang lain. Tanpa sadar Daniel tersenyum lembut. "Aku pergi"
Anya tersenyum mengiyakan.
&&&
Anya merapikan baju yang ia pakai sebelum keluar dari apartemen Daniel yang berada di lantai 14, lantai paling atas.
Anya memasukkan kertas dan uang yang diberikan oleh Daniel kedalam tas kecilnya kemudian masuk ke dalam lift dan menekan angka satu.
Anya baru sadar, ia lupa bertanya dimana letak terdekat supermarket atau tempat belanja kepada Daniel, ia sangat asing dengan kawasan elit tempat laki-laki itu tinggal karena ia belum pernah ke sini sebelumnya.
Anya menghela napas panjang dan merutuki kebodohannya dalam hati.
&&&
Anya memandangi gedung supermarket dihadapannya dengan senang, setelah bertanya kesana kemari akhirnya ia menemukan tempat ini, sebuah pusat perbelanjaan yang dikhususkan untuk daerah elit Downtown Los Angeles.
Anya pun melangkah masuk dengan riang. Ia membeli sayur, buah dan beberapa bumbu masakan serta makanan ringan yang ia rasa perlu untuk di beli. Anya menghabiskan dua jam untuk berbelanja. Puas berbelanja gadis itu keluar dari gedung supermarket dan menyetop sebuah taxi untuk mengantarkannya kembali ke apartemen Daniel.
Beberapa saat kemudian taxi pun tiba di depan apartemen Daniel, Anya mengeluarkan semua barang belanjanya lalu membayar biaya taxi lalu melangkah masuk ke dalam pintu pertama gedung apartemen menuju ke sebuah mesin digital untuk menekan kode sekuriti apartemen yang Daniel berikan padanya.
Anya meletakkan barang belanja disamping kakinya dan merongoh tangan kedalam tas kecil yang ia bawa, Tiba-tiba raut wajah Anya berubah ketika tidak mendapati kertas berisi kode sekuriti tersebut. Ia kembali melihat dan mengaduk-aduk tas kecil namun tetap saja tidak menemukan kertas kecil itu. Frustasi dengan usahanya, Anya menumpahkan semua barang dalam tas kecil tersebut.
Sebuah pelembab bibir, bedak, dompet, sebuah handphone berjatuhan dilantai dan beberapa lembar dan koin dollar namun gadis itu masih tidak mendapati kertas yang ia cari.
Panik pun menyerang Anya, ia mengambil handphone yang tergeletak di lantai, namun beberapa detik kemudian gadis itu terduduk di lantai dingin sambil menatap nanar ke depan. Ia belum meminta nomor telepon Daniel.
"Holy shit" gerutu Anya.
"Excume me miss. Can I help you?" Seorang laki-laki berseragam sekuriti melihat gerak-gerik mencurigakan Anya dan menghampiri gadis itu.
Anya menoleh dan memejamkan kesal matanya.
Sial, habis sudah dirinya hari ini.
&&&
Daniel masuk ke dalam apartemen dan heran melihat apartemennya yang gelap gulita. Ia pun menghidupkan semua lampu yang ada di ruangan.
"Anya"
Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu berada di apartemen. Daniel melangkah menuju kamar Anya, menghidupkan lampu dan melihat ruangan kosong.
"Kemana gadis itu?". Daniel melangkah ke dapur namun tidak juga menemukan sosok pembantu baru nya, lalu sebuah pemikiran tiba-tiba menyusup ke dalam pikirannya.
"I knew it" Daniel segera menuju ke kamar pribadinya dan memeriksa barang-barang pribadinya, tidak ada yang hilang.
Penasaran, Daniel melangkah ke kamar Anya kembali lalu membuka pintu lemari dan melihat baju dan barang milik sang gadis masih ada di sana.
"Lalu dimana dia? Sial aku belum meminta nomor teleponnya". Daniel melepaskan jas dan dasi dengan kesal melangkah menuju kamar miliknya.
Beberapa saat kemudian, Daniel keluar dari kamar mandi Laki memakai piyama handuk sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Ia meraih telepon genggam dan menekan beberapa nomor.
"James, apa kau tahu dimana Anya sekarang?" tanya Daniel ketika telepon terhubung.
"Anya? Tidak. Bukankah dia bersamamu?" James berbalik tanya.
Daniel menghela napas, laki-laki khawatir akan apa yang terjadi dengan Anya "Aku pulang kerja dia sudah tidak ada di apartemenku"
"Hei, jangan bilang kalau dia melarikan diri" tebak James.
"Entahlah. Tapi barang-barang ku tidak ada yang hilang dan barang-barang ku Anya juga masih ada di apartemen ku" bantah Daniel.
"Anya tidak memiliki keluarga di Los Angeles jadi tidak mungkin ia meninggalkan apartemen mu begitu saja" jelas James.
Daniel semakin cemas akan keadaan Anya. "Jika kau tahu dimana keberadaan Anya. Tolong beritahu aku"
"Pasti Daniel" jawab James.
Daniel mematikan teleponnya lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan menatap langit-langit kamarnya.
"Sebenarnya ada dimana kau sekarang Anya" Gumam Daniel pelan.
"Sir, Kau baik baik saja?" Arlene menatap khawatir akan wajah Daniel yang sedikit memucat karena laki-laki itu hampir tidak tidur semalaman karena memikirkan Anya. "Tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Daniel menatap kesal. Kurang tidur dan pikiran gelisah yang dipenuhi oleh Anya membuat kesabaran Daniel menipis. "Tidak. Hanya saja wajah anda sedikit pucat" Arlene menggelengkan kepalanya dan menatap ke arah lain. Ia tau bosnya sedang bad mood. "Aku hanya kurang tidur. Bagaimana dengan pertemuan dengan Mr Andy? Kau sudah mengaturnya kan?" Daniel menghela napas panjang untuk mengatur perasaannya. "Sudah sir, anda akan bertemu dengan Mr Andy besok lusa pada jam makan siang" jawab Arlene sigap. "Baiklah, setelah ini apa lagi kegiatanku?" "Anda akan makan siang dengan Mr Hir.." Laporan Arlene berhenti ketika mendengar telepon Daniel berbunyi, laki-laki itu segera menerima panggilan tersebut. "Apa anda y
Anya membuka pelan matanya lalu menggeliat untuk beberapa saat untuk melemaskan ototnya yang kaku lalu duduk dan menatap ke arah jam weker. Pukul 6 pagi. "Terima kasih karena masih memberikan ku kehidupan, semoga hariku menyenangkan" Anya berdoa rutinnya. Anya bangun dan berlalu ke kamar mandi, setengah jam kemudian ia keluar kamar dan mulai mengambil alat bersihnya. Hari ini adalah hari minggu, jadi waktunya ia membersihkan seluruh ruangan apartemen Daniel. "Here I go, start cleaning the jerk house " Anya mengangkat tinggi sebuah kain pel. Anya mulai membersihkan ruang tamu lalu menuju ke ruang makan, ia membersihkan setiap jengkal apartemen tersebut, mulai dari membersihkan debu dengan vacuum cleaner, mengelap jendela dan membersihkan sudut-sudut barang elektronik dengan cutton bud. Anya menyeringai tidak jelas, hari ini ia tidak akan memberikan kesempatan kepada Daniel untuk menyindirnya. "Lihat saja, aku akan membuat aparteme
Sudah dua hari Daniel mendiamkan Anya, gadis itu juga tidak mau memulai pembicaraan karena takut akan nada dingin Daniel. Mereka hanya melakukan aktivitas pribadi dan bertanya seperlunya saja, membuat suasana menjadi canggung dan dingin. Daniel menghabiskan sarapan dan kopi paginya lalu melangkah ke pintu apartemen sembari menjinjing tas kerja. "Hati hati di jalan, semoga harimu menyenangkan" Ucap Anya di belakang Daniel. Daniel menatap Anya yang hanya menundukkan kepalanya lalu menghela napas. "Aku pergi" Anya mengangguk dalam diam. &&& "Sir" panggil Arlene. Daniel tersadar dari pikiran dalamnya lalu menoleh ke arah Arlene yang memandangnya dengan tatapan bingung. "Sir. Are you okay?" "Ya. Kenapa?" tanya Daniel tidak mengerti. Arlene tersenyum pelan. "Tidak apa apa" wanita itu kembali menjelaskan jadwal Daniel mulai dari pagi hari sampai menjelang malam. Daniel hany
Anya meletakkan dua piring sarapan pagi lengkap di atas meja, terdapat roti, sosis, telur mata sapi, jamur dan hash brown dalam satu piring lalu meletakkan secangkir kopi panas yang sangat harum. Daniel melangkah ke ruang makan dan tersenyum ketika menghirup harumnya kopi kesukaannya. Ia mengambil tempat duduk dan memulai sarapan pagi. "Wanita yang kau bawa semalam tidak ikut sarapan?" Anya melihat keluar ruang makan dan tidak mendapati siapa pun. "Dia sudah pulang" komentar Daniel tenang. "Apa? Kenapa?" tanya Anya tidak mengerti. Ini masih pagi dan Daniel sudah memulangkan wanita yang bermalam dengannya?. "Untuk apa aku membiarkan Jeslyn berlama-lama disini" Jawab Daniel tenang. Mata Anya membulat. "Tapi.. Tapi bukankah kalian baru menghabiskan malam bersama?" Daniel menatap Anya bingung. "Terus apa masalahnya?" "Mengapa kau malah bertanya padaku, harusnya aku yang bertanya kenapa malah memulangkannya pagi-
Anya menatap datar ke arah Daniel dan seorang wanita berambut pendek yang terkesan sangat seksi karena di padu oleh pakaiannya yang ketat menonjolkan lekuk tubuhnya. Mereka baru saja masuk ke dalam apartemen ketika Anya sedang menonton televisi. "Anya. Kau belum tidur?" tanya Daniel dalam bahasa Indonesia. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul sebelas malam. Anya tersenyum pelan. "Aku akan tidur" jawab Anya juga dalam bahasa Indonesia. "Daniel, who is she?" Tanya wanita bertubuh ramping, matanya menatap penuh penasaran. "She is my maid" jawab Daniel tersenyum. "My my" wanita tersebut tersenyum misterius sembari meneliti tubuh Anya dari kepala hingga ke kakinya. "Aku permisi" Anya melangkah masuk kamar karena terganggu akan tatapan wanita kencan Daniel. "Anya" panggil Daniel. Ia melepaskan pelukan di bahu wanita berambut pendek dan menghampiri Anya. "Wajahmu pucat Anya. Kau sungguh tidak apa-apa?"
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Daniel kepada sekretarisnya ketika ia sampai ke ruang kerja pribadinya. Daniel duduk, mengambil dan membaca berkas laporan tentang proyek Mahattan House dengan wajah serius, sesekali kening mengerut dan mencoret beberapa bagian dalam berkas tersebut dengan bal poin. "Siang ini anda akan bertemu dengan Mr Park Joseph di restoran Fig & Olive, dan jam 3 sore akan bertemu dengan Mr Deriel Anhartd" jelas Arlene dengan buku catatan di tangannya. "Dan untuk besok? Apa jadwalku kosong?" tanya Daniel kembali. Ia ingin menghabiskan waktunya di rumah, sudah sangat lama ia tidak mengambil masa cuti dan bersantai di rumah, hari liburnya akan menyenangkan kalau ia bisa mengganggu Anya dan membuat gadis itu geram. Ekspresi gusar sang gadis menjadi suatu kesenangan bagi Daniel. laki-laki itu tersenyum lembut membayangkan wajah Anya yang memerah karena marah. "Jadwal anda kosong sampai sore hari, malamnya anda akan mengha
Sepanjang jalan, tidak ada yang mau memecahkan kesunyian yang tercipta di antara Daniel dan Anya, beberapa saat kemudian mobil Daniel berhenti di parkiran sebuah hotel. Laki-laki itu membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangannya bak gentleman. Anya tersipu malu akan perlakuan lembut yang tidak ia rasakan selama ini, gadis itu menerima uluran tangan Daniel dan keluar dari mobil, menatap ke sekeliling hotel yang tampak ramai akan para tamu undangan yang juga baru tiba di hotel tersebut. Daniel membuka lengannya, meminta Anya untuk mengamit lengannya dan mereka pun melangkah masuk ke dalam hotel tersebut. Di dalam ballroom hotel yang mewah tersebut ratusan tamu yang sudah lebih dahulu menghadiri pesta pertunangan tersebut, ruangan ballroom di penuhi dengan warna kuning keemasan membuat ruangan tersebut tampak glamor dan elegan. Anya terpukau dengan suasana mewah tersebut, baru kali ini ia menghadiri suatu pesta yang begitu mewah, beberapa menit kemudian acara pertuna
Daniel menatap tajam Jason dan tersenyum terpaksa. "Kabarku baik, senang bertemu denganmu" Jawab Daniel dengan wajah datar, ia juga berbahasa Indonesa. Baik Deriel maupun James bingung dengan suasana yang tiba-tiba berubah menegangkan dan bahasa yang tidak mereka pahami, sedangkan Jason hanya tersenyum menyeringai. "Senang juga bertemu denganmu kak" ujar Jason. Daniel pamit undur diri kepada James dan melangkah ke arah Anya yang sedang asik mengobrol dengan Mia. "Kita pulang" Laki-laki itu lalu menarik tangan Anya. "Tapi Daniel, aku belum pamit dengan Mia" Sela Anya tidak setuju. Daniel menatap tajam ke arah Anya. "Jangan membantah" Suara Daniel terdengar sangat rendah, menandakan bahwa ia sedang marah. Anya terkejut melihat tatapan dingin Daniel, ini kedua kalinya tatapan dingin laki-laki itu melayang kepadanya. Gadis itu seketika diam membisu dan menuruti Daniel. Jason yang melihat kepergiaan Daniel yang tergesa
“Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali
Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra
Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r
1 Tahun kemudianLos Angeles, California. Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu. Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan. Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam. Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup
Daniel mengambil sebuah handphone, sudah beberapa hari ia tidak mengecek handphonenya. Ia menghidupkan pesan suara. "Daniel. ini aku Richard, aku tidak bisa menghubungimu jadi aku mengirimkan hasil penyelidikanku ke e-mailmu. Tolong hubungi aku kalau kau mendengar pesan suara ini" Daniel mengerutkan keningnya dan segera memeriksa e-mailnya, terdapat sebuah file P*F dan rekaman suara. "Jay, aku ingin memberikan tugas untukmu. Kau harus membunuh Reyna, lakukan apapun yang kau bisa. Aku tidak perduli yang terpenting dia mati. Kau mengerti" Suara Cathrina yang Daniel dengar membuat lelaki itu mengkatubkan rahangnya. Anya segera menggenggam tangan Daniel. "Aku tidak apa-apa Anya" ujar Daniel. Bukti tersebut akan semakin memperjelas kesalahan Cathrina. Daniel menggenggam erat handphonenya, menatap penuh kebencian. Handphone Daniel bergetar, ia heran melihat ibunya menelpon. Mungkin ibunya masih mengkhawatirkannya, pikir Daniel.
“Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Robert dan Elianor masuk kedalam rumah keluarga William. Mereka terkejut dengan perkataan Evan akan memberikan Daniel untuk mereka adopsi. Robert dan Elianor sudah lama menginginkan seorang anak namun tuhan berkehendak lain. “Mengapa kau mengatakan akan memberikan Daniel untuk kami adopsi?” tanya Robert membuka percakapan.Ia paling tau betapa sayangnya Evan kepada Daniel. Karena rasa sayangnya kepada Daniel dan Reyna akhirnya Evan memutuskan untuk bercerai dengan Reyna karena takut kehilangan perempuan itu jika tidak menceraikannya. Enam tahun yang lalu, Cathrina datang menemui Evan yang masih hidup bahagia dengan Reyna. Ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung anaknya Evan. Evan memang pernah terjebak semalam dengan Cathrina ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota, entah bagaimana ia bangun dengan tubuh telanjang dan Cathrina tidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Cath
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Jason kecil menangis sesenggukan setelah diusir oleh Daniel dari kamarnya. Ia tidak mengerti mengapa kakaknya begitu marah kepadanya. Perasaan sedih membuat Jason membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Ia memutuskan masuk kedalam kamar ibunya, pintu ia buka perlahan. Ia takut jika ibunya sedang tidur dan terjaga karena kehadirannya maka ia akan mendapatkan makian dari ibunya. “Aku tidak mau tau. Kau harus menghilang dengan semua barang bukti. Kau ingin aku dipenjara huh?” teriak Cathrina marah. Jason terkejut dengan nada tinggi tersebut, Ia memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar ibunya. Kehadirannya akan membuat emosi ibunya semakin meninggi. “Hei. Jangan membantah denganku. Kita berdua yang merencanakan pembunuhan ibunya Daniel” bentak Cathrina di telepon. Gerakan Jason terhenti ketika mendengar perkataan ibunya, ia tidak menduga bahwa ibunya lah yang telah membunuh ibunya Daniel. “M
Daniel mengernyitkan keningnya melihat nama Jason tertera dilayar handphonenya. “Halo Jason. ada apa kau menelpon ku?”. “Mengapa kakak tidak bilang kalau kak Ira kecelakaan?” tanya Jason to the point. Daniel sadar bahwa ia belum memberitahu Jason. hubungan mereka yang buruk selama 20 tahun ini membuat Daniel tidak terbiasa memberitahu hal yang penting kepada Jason. “Aku lupa. Maaf” Jason tertegun dan menatap handphone dengan bingung. Baru kali ini kakaknya meminta maaf kepadanya. “Tidak apa-apa. Bisakah aku berkunjung ke apartemen mu?” “Tenang saja. Aku akan membawa Vero” lanjut Jason. “Aku tidak mengatakan apapun” Daniel memutar bola matanya. Dari nada bicara Jason seakan mengejeknya karena terlalu overprotective. Jason tersenyum. “Aku hanya memperjelas keadaan” “Besok saja kau berkunjung” Ucap Daniel mengalah. “Baiklah. Sampaikan salamku untuk kak Ira” “Ya” Daniel memutuskan teleponnya lalu k