1 Tahun kemudian
Los Angeles, California.Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu.
Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.
Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan.Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam.
Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup
Thanks for reading and please vote if you like this story. Always stay healthy^^
Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r
Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra
“Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali
Daniel Millard berjalan di parkiran hotel menuju mobil sportnya, pria berumur 27 tahun tersebut baru pulang dari acara pernikahan salah satu kolega bisnisnya yang mengakhiri masa lajang dengan happy ending dan mengawali kehidupan barunya dengan penuh kebahagian.Daniel tersenyum kecil ketika mengingat ekspresi kolega bisnisnya sewaktu mengucap sumpah janji setia. Sang kolega bisnis benar-benar menunjukkan ekspresi bahwa ia adalah lelaki paling bahagia di dunia.Daniel tidak mengerti bagaimana seorang pria betah dan cukup hanya dengan satu orang wanita.Itu sangat tidak masuk akal menurutnya, karena secara, hidup Daniel berbanding terbalik dengan kolega bisnisnya.Daniel menekan tombol buka kunci, suara alarm mobil pun terdengar, sebuah mobil Lamborghini hitam terpampang dengan elegannya, ia masuk kedalam mobil dan melaju di kota Los Angeles dengan kecepatan tinggi.Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, Daniel bersenandung
Anya terbangun dari tidurnya, lalu duduk diatas matras di dalam tendanya, tubuhnya masih di balut oleh Sleeping bag berwarna hitam, matanya mengerjap pelan beberapa kali mencoba untuk menghilangkan kantuknya.Anya melirik jam weker kecil yang tergeletak di sampingnya, sudah pukul tujuh pagi, segera Anya membuka resleting sleeping bag lalu melangkah keluar dari tenda sambil menggerakkan badannya untuk mengendurkan otot-ototnya yang kaku karena tidur.Anya berada diatas gedung bar, tempatnya bekerja pada malam hari. Setelah pengusiran secara halus oleh ibu pemilik kontrakan, ia memohon kepada manajer yang mengelola bar L'Espere untuk membiarkannya tidur di gedung ini sampai ia menemukan tempat tinggal barunya.Walaupun dengan nada gusar, James - sang manajer - akhirnya membiarkan gadis itu untuk tinggal namun diatap gedung bar, kamar-kamar di gedung tersebut hanya di peruntukkan untuk pelanggan yang ingin menghabiskan one night stand atau pun pelanggan yang mabuk,
Mereka keluar dari gedung bar, meninggalkan Christine yang berteriak memanggil Daniel yang tidak memperdulikan akan teriakan tersebut, Daniel dan Anya masuk ke dalam mobil Lambhorgini hitamnya lalu mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalan US State Route 101 menuju ke Restoran Fig & Olive yang berada di jalan 8490 Melrose Pl, West Hollywood."Mengapa kita ke sini?" tanya Anya menatap horor ke arah restoran yang terkenal akan kemegahan dan mahal tersebut."Tentu saja untuk makan" jawab Daniel sambil menggenggam tangan Anya dan menarik gadis itu untuk ikut dengannya."Kau gila!!, Aku tidak memakai baju yang layak untuk masuk ke dalam restoran ini" kilah Anya sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Daniel di tangannya.Daniel berdecak pelan lalu membuka jas hitamnya dan melemparkan jas tersebut ke arah Anya."Pakai itu" perintah Daniel.Anya menatap tajam ke arah Daniel, namun karena perutnya mulai membelit yang dis
Anya masuk ke gedung L'Espere melalui pintu belakang, gadis itu menepuk-nepuk punggungnya yang terasa pegal sejenak, berdiri seharian membuat kaki dan punggungnya terasa kaku dan berat.Anya masuk ke dalam ruang loker karyawan untuk berganti pakaiannya lalu mengambil peralatan bersih bersihnya dan melangkah masuk ke toilet.Baru satu langkah ia berada toilet tersebut, terdengar suara desahan dan teriakan serak dari arah bilik toilet yang berada paling pojok, gadis itu menghela napasnya dengan muka memerah lalu dengan cepat mengeluarkan earphone nya dan langsung menyumbat telinganya dengan earphone yang memutar lagu lagu beat dengan volume yang kuat.Ketika mendengar desahan yang berubah menjadi jeritan, Anya menendang dinding kayu pemisah toilet dengan kesal, ia tidak memperdulikan jika ia akan terkena masalah ke depannya, hari ini moodnya benar benar buruk.Gadis itu mencibir gusar ketika mengingat pelecehan seksual di tempat kerja pertamanya. Suara desa
Daniel membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya di kamar yang bukan miliknya, ia segera bangun dan duduk di tempat tidur, gerakannya malah membuat kepalanya menjadi pusing berdentum_dentum akibat pengaruh alkohol tadi malam, dipegang kepalanya menahan sakit lalu melihat sekeliling ruangan, hanya ia yang berada dalam ruangan tersebut lalu beranjak ke meja dan memeriksa barang barangnya yang masih utuh tanpa kehilangan satu kartu kredit pun, laki laki menghela napas lega. Daniel pernah kecolongan ketika ia mabuk dan kehilangan semua kartu kredit dan uangnya dan ia tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya karena mabuk dan menurunkan kewaspadaan bersama dengan wanita yang tidak ia kenal, namun ia merasa ia tidak akan apa apa sewaktu berdua dengan Anya, oleh karena itu, ia memutuskan untuk meminum melebihi teloransi alkoholnya. Daniel mengangkat bahunya tidak peduli. Ia melirik jam yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tanpa membuang waktu Daniel s