Anya masuk ke gedung L'Espere melalui pintu belakang, gadis itu menepuk-nepuk punggungnya yang terasa pegal sejenak, berdiri seharian membuat kaki dan punggungnya terasa kaku dan berat.
Anya masuk ke dalam ruang loker karyawan untuk berganti pakaiannya lalu mengambil peralatan bersih bersihnya dan melangkah masuk ke toilet.
Baru satu langkah ia berada toilet tersebut, terdengar suara desahan dan teriakan serak dari arah bilik toilet yang berada paling pojok, gadis itu menghela napasnya dengan muka memerah lalu dengan cepat mengeluarkan earphone nya dan langsung menyumbat telinganya dengan earphone yang memutar lagu lagu beat dengan volume yang kuat.
Ketika mendengar desahan yang berubah menjadi jeritan, Anya menendang dinding kayu pemisah toilet dengan kesal, ia tidak memperdulikan jika ia akan terkena masalah ke depannya, hari ini moodnya benar benar buruk.
Gadis itu mencibir gusar ketika mengingat pelecehan seksual di tempat kerja pertamanya. Suara desahan menghilang dari bilik toilet tersebut.
Anya kembali melanjutkan kegiatannya, ia mengepel lantai toilet yang basah dan kotor.
"Anya, seseorang menginginkanmu. Cepat ganti bajumu" ujar salah seorang pekerja laki laki yang masuk ke dalam toilet tersebut.
"Aku bukan pelayan, mengapa mereka menginginkanku?" ujar Anya dengan bingung, ia sengaja mengajukan dirinya sebagai pekerja di bagian belakang supaya bisa menghindari kejadian seperti ini.
"Aku juga tidak tahu, sebaiknya kau cepat bergerak jika tidak ingin James memarahi mu" ujar laki laki itu.
Anya menghela napas panjang, ada apa dengan hari ini, mengapa ia begitu sial, keluh gadis itu dalam hati.
Namun Anya memilih untuk menuruti perintah tersebut dari pada ia di depak dari tempat tinggal sementaranya.
"Ada apa James?" tanya Anya setelah mengganti pakaiannya.
James terperangah tidak percaya ke arah Anya, gadis itu memakai baju putih berlengan tanggung di padu dengan rok dibawah lutut berwarna cream dan rambutnya yang dikucir ke belakang, sangat tidak tampak seperti pelayan bar.
"Apa apaan dengan penampilanmu? Kau ingin mempermalukan ku ya?" tanya James berteriak diantara suara musik yang berdentum keras.
"Aku hanya punya baju ini" kilah Anya yang juga berteriak.
"Sudahlah, pokoknya kau harus menuju meja 11, dia menginginkanmu" ujar James sambil mendorong tubuh Anya ke arah Meja 11 yang berada disebelah timur dari arah Anya.
Anya melangkah sambil menggigit bibirnya dengan kesal, tangannya mengepal di sisi kiri kanan pahanya, ia akan membunuh pelanggan itu jika nanti ia dilecehkan oleh orang tersebut, namun matanya melebar ketika mendapati Daniel, orang yang memesannya. Ia langsung menghela napas lega tanpa sadar.
Daniel duduk di sofa panjang yang berwarna merah, tangannya merentang disisi kiri kanan seperti siap menyambut Anya ke dalam pelukannya namun laki laki itu segera mengubah gaya duduk ketika melihat pakaian kuno yang Anya pakai.
"Apa apaan dengan pakaianmu?" ujar Daniel kesal.
"Aku cuma gadis miskin, jadi wajar kalau aku berpakaian seperti ini" ujar Anya dengan nada mencibir.
Daniel menunjukkan tempat di sampingnya dengan wajahnya, menyuruh Anya untuk duduk, Anya melirik ke arah pelayan lain ataupun hostess yang menatap tidak suka ke arahnya, ia menghela napasnya entah untuk ke berapa kalinya dalam satu hari ini lalu duduk di samping Daniel.
"Kau mau?" ujar Daniel sambil mengangkat gelas yang berisi Vodka ke arah Anya.
"Aku tidak bisa minum" ujar Anya sambil menggelengkan kepalanya.
"Pft, gadis kampungan" ujar Daniel.
Anya sangat kesal ketika mendengar kata Daniel namun ia lebih memilih diam tidak meladeni laki laki di depannya yang seperti mengajaknya untuk berdebat.
"Hey, kenapa kau diam saja? Aku tidak menyewamu hanya untuk duduk di sampingku" ujar Daniel yang mulai mabuk.
"Aku bukan pelayan ataupun hostess disini" ucap Anya menanggapi pertanyaan Daniel.
"Aku tau, makanya aku menyewa mu, kau butuh uang kan?" tanya Daniel sambil tersenyum seraya mengangkat gelas vodka ke arah Anya.
Anya menepis tangan Daniel agar menjauh dari wajahnya, ia berdecak pelan menahan kesalnya. Sedangkan Daniel hanya terkekeh dan meneguk kembali minumannya.
Para gadis yang duduk di bangku bar yang berada di depan meja bartender ataupun gadis yang sedang melayani pelanggan yang lain melihat Daniel yang sedang mabuk tersebut mengernyitkan kening mereka.
Pasalnya laki-laki itu tidak pernah memilih untuk mabuk ketika mereka melayaninya namun mengapa sekarang Daniel malah mabuk ketika duduk dengan perempuan yang tidak ada seksinya sama sekali, malah seperti perempuan kampungan yang datang entah darimana di mata mereka.
"Kau sudah mabuk" ujar Anya sambil meraih gelas di tangan Daniel.
Daniel menjauhkan gelasnya dari tangan Anya.
"Pelayan macam apa kau yang malah menghentikan kesenangan pelanggan yang kau layani" ujar Daniel dengan nada celoteh, ia sudah menghabiskan hampir dua botol vodka yang memiliki kadar alkohol cukup besar tersebut.
"Aku bukan pelayan, berapa kali harus kukatakan kepadamu" ujar Anya dengan kesal lalu kembali mencoba meraih gelas dalam tangan Daniel.
Daniel menangkap lengan Anya dengan tangan kosongnya, melepaskan gelas di tangannya yang jatuh ke sofa dan membasahi sofa tersebut dengan vodka yang masih tertinggal dalam gelasnya kemudian mendorong tubuh Anya ke sofa dan menindih tubuh gadis itu.
Daniel terkekeh melihat Anya yang terkejut dibawahnya, baru alkohol begitu menyengat dari mulut Daniel, ia menipiskan jarak yang tercipta diantara mereka.
Anya memejamkan matanya dengan ketakutan ketika wajahnya hanya beberapa senti dari wajah Daniel, lalu wajah Daniel terjatuh ke lehernya membuat Anya membuka matanya dan menoleh sedikit ke arah Daniel.
Laki laki itu tertidur di atas tubuhnya, dengan kesal Anya mendorong tubuh Daniel ke sampingnya lalu merapikan bajunya yang kusut, lalu mengacungkan kepalan tangannya ke arah Daniel, seperti ingin memukul laki laki itu. Namun ia mengurungkan niatnya ketika melihat James yang sedang berjalan ke arahnya.
"Daniel tidak apa apa?" tanya James.
"Dia mabuk" jawab Anya lalu berjalan menjauhi James dan Daniel yang sedang tertidur.
"Kau mau kemana?" tanya James kembali.
"Tentu saja aku mau melanjutkan kerjaku lagi" jawab Anya.
Ia berusaha agar nada bicara tidak terdengar seperti orang kesal.
"Siapa yang menyuruhmu untuk balik ke belakang? Kau harus membawa Daniel ke lantai atas" jelas James.
James melambai tangannya ke arah pelayan laki laki dan menyuruh pria itu untuk membersihkan meja yang Daniel tempati.
"Mengapa harus aku James? Ada banyak wani.."
"Karena kau yang melayaninya. Tidak usah berdebat. Bawa Daniel ke lantai atas" ujar James tegas.
Anya berdecak kesal. Ia berusaha memapah tubuh Daniel sambil menggerutu dan memaki Daniel yang sangat menyusahkan nya.
Butuh waktu lama untuk Anya memapah Daniel yang sedang tertidur, gadis itu mendorong dengan kesal tubuh Daniel ke tempat tidur dan berbalik badannya untuk keluar kamar. Sedangkan Daniel hanya menggerakkan badannya tidak berarti dan mengigau pelan dalam tidurnya.
Namun beberapa detik kemudian ia menatap Daniel yang tertidur telungkup, akan sangat tidak nyaman jika laki laki itu tidur sampai pagi dengan posisi seperti itu.
Anya menghela napasnya lalu menghampiri Daniel, mendorong Daniel supaya tidur dengan benar lalu melepaskan sepatu Daniel dan menyelimuti laki laki itu.
Anya menatap Daniel sejenak sebelum keluar dari kamar tersebut.
Daniel membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya di kamar yang bukan miliknya, ia segera bangun dan duduk di tempat tidur, gerakannya malah membuat kepalanya menjadi pusing berdentum_dentum akibat pengaruh alkohol tadi malam, dipegang kepalanya menahan sakit lalu melihat sekeliling ruangan, hanya ia yang berada dalam ruangan tersebut lalu beranjak ke meja dan memeriksa barang barangnya yang masih utuh tanpa kehilangan satu kartu kredit pun, laki laki menghela napas lega. Daniel pernah kecolongan ketika ia mabuk dan kehilangan semua kartu kredit dan uangnya dan ia tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya karena mabuk dan menurunkan kewaspadaan bersama dengan wanita yang tidak ia kenal, namun ia merasa ia tidak akan apa apa sewaktu berdua dengan Anya, oleh karena itu, ia memutuskan untuk meminum melebihi teloransi alkoholnya. Daniel mengangkat bahunya tidak peduli. Ia melirik jam yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tanpa membuang waktu Daniel s
Daniel berjalan memasuki gedung L'Espere lalu tersenyum ke arah James yang sedang mengawasi anggotanya yang melayani pelanggan."Kemana saja kau beberapa hari ini?" tanya laki-laki tinggi tersebut."Aku sibuk" jawab Daniel sekenanya.Dua orang wanita yang memakai baju sangat seksi berjalan menghampiri Daniel langsung menggandeng tangannya dengan manja dan gerakan sensual."Daniel. Play with us" ujar salah satu dari mereka.Daniel tersenyum khasnya yang menawan lalu memagut bibir kedua wanita bergiliran dengan gelora lalu melepaskan pagutan intens dan tersenyum tanpa ada sorotan mata ingin melanjutkan kegiatan yang barusan mereka lakukan."Not tonight ladies. Next time for sure" ujar Daniel tersenyum.Kedua wanita tersebut yang menatap Daniel dengan sangat berhasrat, menghela napas mereka lalu mulai beranjak menjauh dari Daniel."Dimana Anya?. Aku ingin gadis itu" tanya Daniel kepada James.James tertawa pelan."Ap
Anya membuka pelan matanya, kepalanya dihantam pusing yang membuat Anya memegang kepalanya menahan sakit, ia menatap langit langit kamar berwarna putih yang tinggi.Anya mengerjap matanya beberapa kali, bukankah tenda camping nya berwarna biru?, tanya Anya dalam hati."Tidurmu sangat berantakan"Suara bariton rendah yang ia kenal milik Daniel membuat Anya terbangun mendadak lalu menatap tercengang ke arah Daniel yang memakai piyama sutra berwarna hitam, laki laki itu duduk di kursi tidak jauh dari tempat tidur yang sedang Anya tempati, Daniel duduk sambil menikmati kopi paginya dengan tenang.Anya berusaha mengingat apa yang telah ia alami semalam, namun ingatannya hanya sampai Anya meneguk vodka."Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanya Anya curiga."Memang yang aku lakukan kepadamu?" jawab Daniel dengan pertanyaan.Anya melihat tubuhnya yang hanya memakai tank top berwarna cream, kemeja yang ia pakai semalam menghilang ent
Anya berjalan masuk ke supermarket tempat ia bekerja, hari ini ia akan mengundurkan dirinya dari pekerjaannya sebagai kasir. Sebenarnya Anya sangat menyayangkan keputusannya tersebut, kerja kerasnya selama dua minggu ini jadi sia sia karena pengunduran dirinya. Ia tidak akan mendapat upah apapun karena masih menjalani masa training. Anya membungkukkan badannya kepada Managernya yang bertubuh gemuk dan memakai kacamatanya. "Such a pity if you quit this job Ms Shakira" ujar laki laki itu. "I Know. Thank you for everything you've done until now" Anya membungkukkan badannya dan pun keluar dari supermarket. Sekarang ia harus pergi ke bar L'Espere untuk meminta pengunduran dirinya dan mengambil barang-barang miliknya. "Jadi kau akan tinggal dimana?" tanya James yang sedang duduk dan merokok. Anya menatap laki-laki yang baru menjadi mantan bosnya sekilas "Aku akan tinggal di rumahnya Daniel" "Apa kau menjalin hubungan dengan Daniel?" Ja
Daniel keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan penampilan sempurnanya, ia menjinjing tas kerja lalu melangkah menuju ruang makan. "Just toast?" Daniel menaikkan alisnya melihat roti panggang yang tersaji di atas meja. Anya masuk ke dalam ruang makan sambil membawa secangkir kopi dan dua botol selai coklat dan stroberi. "Anya, mengapa cuma ada roti panggang?" tanya Daniel tidak mengerti. Ia sangat jarang memakan makanan yang satu ini. "Memangnya apa yang kau harapkan, Aku hanya menemukan itu. Tidak ada apapun di kulkas" Anya meletakkan secangkir kopi dan botol selai di hadapan majikannya. Daniel mengambil tempat duduk dan mulai sarapan dalam diam. "Aku akan belanja dan memasakkan makanan empat sehat lima sempurna untukmu nantinya, jadi jangan memasang wajah kesal seperti itu" Ucap Anya yang melihat wajah Daniel yang tidak senang dengan sarapannya. Daniel mengambil dompet dari jas dan mengeluarkan beberapa lembar uang s
"Sir, Kau baik baik saja?" Arlene menatap khawatir akan wajah Daniel yang sedikit memucat karena laki-laki itu hampir tidak tidur semalaman karena memikirkan Anya. "Tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Daniel menatap kesal. Kurang tidur dan pikiran gelisah yang dipenuhi oleh Anya membuat kesabaran Daniel menipis. "Tidak. Hanya saja wajah anda sedikit pucat" Arlene menggelengkan kepalanya dan menatap ke arah lain. Ia tau bosnya sedang bad mood. "Aku hanya kurang tidur. Bagaimana dengan pertemuan dengan Mr Andy? Kau sudah mengaturnya kan?" Daniel menghela napas panjang untuk mengatur perasaannya. "Sudah sir, anda akan bertemu dengan Mr Andy besok lusa pada jam makan siang" jawab Arlene sigap. "Baiklah, setelah ini apa lagi kegiatanku?" "Anda akan makan siang dengan Mr Hir.." Laporan Arlene berhenti ketika mendengar telepon Daniel berbunyi, laki-laki itu segera menerima panggilan tersebut. "Apa anda y
Anya membuka pelan matanya lalu menggeliat untuk beberapa saat untuk melemaskan ototnya yang kaku lalu duduk dan menatap ke arah jam weker. Pukul 6 pagi. "Terima kasih karena masih memberikan ku kehidupan, semoga hariku menyenangkan" Anya berdoa rutinnya. Anya bangun dan berlalu ke kamar mandi, setengah jam kemudian ia keluar kamar dan mulai mengambil alat bersihnya. Hari ini adalah hari minggu, jadi waktunya ia membersihkan seluruh ruangan apartemen Daniel. "Here I go, start cleaning the jerk house " Anya mengangkat tinggi sebuah kain pel. Anya mulai membersihkan ruang tamu lalu menuju ke ruang makan, ia membersihkan setiap jengkal apartemen tersebut, mulai dari membersihkan debu dengan vacuum cleaner, mengelap jendela dan membersihkan sudut-sudut barang elektronik dengan cutton bud. Anya menyeringai tidak jelas, hari ini ia tidak akan memberikan kesempatan kepada Daniel untuk menyindirnya. "Lihat saja, aku akan membuat aparteme
Sudah dua hari Daniel mendiamkan Anya, gadis itu juga tidak mau memulai pembicaraan karena takut akan nada dingin Daniel. Mereka hanya melakukan aktivitas pribadi dan bertanya seperlunya saja, membuat suasana menjadi canggung dan dingin. Daniel menghabiskan sarapan dan kopi paginya lalu melangkah ke pintu apartemen sembari menjinjing tas kerja. "Hati hati di jalan, semoga harimu menyenangkan" Ucap Anya di belakang Daniel. Daniel menatap Anya yang hanya menundukkan kepalanya lalu menghela napas. "Aku pergi" Anya mengangguk dalam diam. &&& "Sir" panggil Arlene. Daniel tersadar dari pikiran dalamnya lalu menoleh ke arah Arlene yang memandangnya dengan tatapan bingung. "Sir. Are you okay?" "Ya. Kenapa?" tanya Daniel tidak mengerti. Arlene tersenyum pelan. "Tidak apa apa" wanita itu kembali menjelaskan jadwal Daniel mulai dari pagi hari sampai menjelang malam. Daniel hany
“Kau tidak apa-apa Anya?” tanya Daniel meletakkan coklat yang ia terima dari Carla, salah satu wanita kencannya. “Ini untukmu, seorang teman memberikannya kepadaku dan berkata selamat atas honeymoon kedua kita” Ucap Daniel melepaskan dasinya. Anya hanya diam menundukkan kepalanya. “Hei. Kau kenapa Anya? Mengapa diam saja? Apa kau sakit?” tanya Daniel. Anya mengangkat wajah dan menatap kepada Daniel lalu menggelengkan kepalanya, ia sangat membenci dirinya sendiri sekarang ini. adegan ciuman pipi yang ia lihat tidak bisa ia keluarkan dari kepalanya. “Baiklah. Aku akan mandi dulu. Istirahatlah” Daniel melangkah ke kamar mandi. Sepeninggal Daniel ke kamar mandi, Anya menatap kotak coklat, mengambilnya dan membukanya perlahan. Coklat berbentuk bulat tersusun rapi dan cantik dalam kotak yang berwarna coklat keemasan. Ia mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. Coklat tersebut langsung melebur didalam mulutnya, ia kembali
Anya memeluk erat kedua anaknya, ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Jason dan Evan namun sifat keras kepala Daniel membuatnya tidak punya pilihan lain. Anya menangis sembari mengeratkan pelukannya.“Mom, jangan menangis, kami akan baik-baik saja disini” ujar Jason.“Ya. Lagi pula kami akan tinggal dengan grandma dan grandpa. Jadi mom tidak perlu khawatir” sambung Evan.“Tapi. Bagaimana jika kalian sakit? Siapa yang akan merawat kalian?” tanya Anya khawatir.“Grandma” jawab kembaran itu serentak.“Bagaimana dengan sekolah. Siapa yang akan mengantar kalian?” tanya Anya kembali.“Grandpa” ujar Evan. Jason mengangguk.“Tapi.. tapi”“Anya. Kau berlebihan. Kita hanya pergi seminggu, berhentilah menangis” potong Daniel yang sedari tadi melihat adegan dramatis tersebut.“Tapi kita akan pergi ke Itali Daniel, bukan San Fra
Anya meletakkan dua piring berisi sosis dan roti panggang lalu menuangkan susu pada kedua gelas panjang dan meletakkan secangkir kopi yang sudah selesai ia siapkan. Anya menganggukkan kepala dengan puas ketika melihat semua menu sarapan sudah tersaji dengan lezat diatas meja. Ia menatap ke lorong penghubung ruang makan dengan ruang keluarga, tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan masuk ke ruang makan. “Jason, Evan” panggil Anya. “Yes mom” jawab dua anak laki-laki berusia delapan tahun yang berlari ke ruang makan. “Good morning mom” sapa kedua laki-laki kembar tersebut lalu mengecup pipi Anya sekilas. Anya tersenyum lembut. “Good morning sweetheart”. “Dad belum siap?” tanya Anya ketika melihat hanya dua anaknya yang masuk ke ruang makan. “Aku disini my beloved one. Good morning” Sapa Daniel yang baru ikut bergabung di r
1 Tahun kemudianLos Angeles, California. Daniel menatap bahagia kearah Anya yang sedang berjalan bersama dengan ayah angkatnya di atas karpet merah. Ia memakai setelan tuksedo putih berdasi kupu-kupu. Anya yang memakai baju pengantin berwarna putih dan kepalanya yang ditutupi oleh jaring putih membuat gadis itu seperti putri dalam cerita dongeng.Robert menyerahkan Anya ke tangan Daniel yang disambut dengan senang hati oleh anak angkatnya. Butuh waktu setahun bagi Daniel untuk sembuh dari rasa sakit dalam hatinya. Rasa bersalah Daniel kepada adiknya membuat laki-laki itu lebih memfokuskan pikirannya dalam pekerjaan. Selama setahun Daniel berubah menjadi seperti Daniel 20 tahun yang lalu, yang datang kepadanya untuk ambisi besar. Namun kali ini tidak ada diiringi oleh dendam melainkan rasa bersalah yang mendalam. Kehadiran Anya dalam hidup Daniel membuat laki-laki bisa bersikap seperti semula dalam waktu setahun. Terdengar lama namun cukup
Daniel mengambil sebuah handphone, sudah beberapa hari ia tidak mengecek handphonenya. Ia menghidupkan pesan suara. "Daniel. ini aku Richard, aku tidak bisa menghubungimu jadi aku mengirimkan hasil penyelidikanku ke e-mailmu. Tolong hubungi aku kalau kau mendengar pesan suara ini" Daniel mengerutkan keningnya dan segera memeriksa e-mailnya, terdapat sebuah file P*F dan rekaman suara. "Jay, aku ingin memberikan tugas untukmu. Kau harus membunuh Reyna, lakukan apapun yang kau bisa. Aku tidak perduli yang terpenting dia mati. Kau mengerti" Suara Cathrina yang Daniel dengar membuat lelaki itu mengkatubkan rahangnya. Anya segera menggenggam tangan Daniel. "Aku tidak apa-apa Anya" ujar Daniel. Bukti tersebut akan semakin memperjelas kesalahan Cathrina. Daniel menggenggam erat handphonenya, menatap penuh kebencian. Handphone Daniel bergetar, ia heran melihat ibunya menelpon. Mungkin ibunya masih mengkhawatirkannya, pikir Daniel.
“Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Robert dan Elianor masuk kedalam rumah keluarga William. Mereka terkejut dengan perkataan Evan akan memberikan Daniel untuk mereka adopsi. Robert dan Elianor sudah lama menginginkan seorang anak namun tuhan berkehendak lain. “Mengapa kau mengatakan akan memberikan Daniel untuk kami adopsi?” tanya Robert membuka percakapan.Ia paling tau betapa sayangnya Evan kepada Daniel. Karena rasa sayangnya kepada Daniel dan Reyna akhirnya Evan memutuskan untuk bercerai dengan Reyna karena takut kehilangan perempuan itu jika tidak menceraikannya. Enam tahun yang lalu, Cathrina datang menemui Evan yang masih hidup bahagia dengan Reyna. Ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung anaknya Evan. Evan memang pernah terjebak semalam dengan Cathrina ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota, entah bagaimana ia bangun dengan tubuh telanjang dan Cathrina tidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Cath
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Jason kecil menangis sesenggukan setelah diusir oleh Daniel dari kamarnya. Ia tidak mengerti mengapa kakaknya begitu marah kepadanya. Perasaan sedih membuat Jason membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Ia memutuskan masuk kedalam kamar ibunya, pintu ia buka perlahan. Ia takut jika ibunya sedang tidur dan terjaga karena kehadirannya maka ia akan mendapatkan makian dari ibunya. “Aku tidak mau tau. Kau harus menghilang dengan semua barang bukti. Kau ingin aku dipenjara huh?” teriak Cathrina marah. Jason terkejut dengan nada tinggi tersebut, Ia memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar ibunya. Kehadirannya akan membuat emosi ibunya semakin meninggi. “Hei. Jangan membantah denganku. Kita berdua yang merencanakan pembunuhan ibunya Daniel” bentak Cathrina di telepon. Gerakan Jason terhenti ketika mendengar perkataan ibunya, ia tidak menduga bahwa ibunya lah yang telah membunuh ibunya Daniel. “M
Daniel mengernyitkan keningnya melihat nama Jason tertera dilayar handphonenya. “Halo Jason. ada apa kau menelpon ku?”. “Mengapa kakak tidak bilang kalau kak Ira kecelakaan?” tanya Jason to the point. Daniel sadar bahwa ia belum memberitahu Jason. hubungan mereka yang buruk selama 20 tahun ini membuat Daniel tidak terbiasa memberitahu hal yang penting kepada Jason. “Aku lupa. Maaf” Jason tertegun dan menatap handphone dengan bingung. Baru kali ini kakaknya meminta maaf kepadanya. “Tidak apa-apa. Bisakah aku berkunjung ke apartemen mu?” “Tenang saja. Aku akan membawa Vero” lanjut Jason. “Aku tidak mengatakan apapun” Daniel memutar bola matanya. Dari nada bicara Jason seakan mengejeknya karena terlalu overprotective. Jason tersenyum. “Aku hanya memperjelas keadaan” “Besok saja kau berkunjung” Ucap Daniel mengalah. “Baiklah. Sampaikan salamku untuk kak Ira” “Ya” Daniel memutuskan teleponnya lalu k