Daniel berjalan memasuki gedung L'Espere lalu tersenyum ke arah James yang sedang mengawasi anggotanya yang melayani pelanggan.
"Kemana saja kau beberapa hari ini?" tanya laki-laki tinggi tersebut.
"Aku sibuk" jawab Daniel sekenanya.
Dua orang wanita yang memakai baju sangat seksi berjalan menghampiri Daniel langsung menggandeng tangannya dengan manja dan gerakan sensual.
"Daniel. Play with us" ujar salah satu dari mereka.
Daniel tersenyum khasnya yang menawan lalu memagut bibir kedua wanita bergiliran dengan gelora lalu melepaskan pagutan intens dan tersenyum tanpa ada sorotan mata ingin melanjutkan kegiatan yang barusan mereka lakukan.
"Not tonight ladies. Next time for sure" ujar Daniel tersenyum.
Kedua wanita tersebut yang menatap Daniel dengan sangat berhasrat, menghela napas mereka lalu mulai beranjak menjauh dari Daniel.
"Dimana Anya?. Aku ingin gadis itu" tanya Daniel kepada James.
James tertawa pelan.
"Apa yang kau lihat dari gadis desa itu?" tanya James penasaran.
"Sometimes it's good to change my taste" jawab Daniel tersenyum misterius.
James hanya menggelengkan kepalanya lalu memanggil salah anak pekerja untuk memanggilkan Anya.
Beberapa menit kemudian Anya muncul lalu menghela napas ketika menatap Daniel yang duduk ditempat biasanya, di sebelah kanan sebuah meja bundar terdapat sebuah sofa berwarna merah yang berbentuk setengah lingkaran.
"Hey, ada apa dengan reaksi mu?" tanya Daniel tidak senang dengan helaan napas Anya.
"Harus berapa kali aku katakan kalau aku bukan pelayan ataupun hostess disini" ujar Anya malas.
"Kau perempuan tidak tahu terima kasih. Aku melakukan ini karena kasian kepadamu" ujar Daniel kesal.
"Aku tidak butuh rasa kasihan mu" ujar Anya lalu mulai duduk di samping ketika mendapati James yang sedang menatap tajam ke arahnya.
"Ayolah, jangan munafik. Akui saja kalau kau butuh bantuaynku. Kau butuh uang bukan?" tanya Daniel lalu meneguk vodka nya.
"Tentu saja aku butuh. Semua orang membutuhkan itu" jawab Anya membenarkan.
Daniel tersenyum menyeringai lalu menyodorkan sebuah gelas vodka ke arah Anya.
"Aku tidak bisa minum tuan" ujar Anya bersikap formal.
"Kau perempuan kaku" komentar Daniel memutar bola matanya.
Anya hanya diam menanggapi komentar Daniel.
"Ayolah kau harus meminumnya sedikit, sangat tidak nyaman harus minum sendirian" ujar Daniel masih tidak mau mengalah.
"Sudah ku bilang bukan kalau aku ti..."
"Apa kau ingin aku memanggil James?" tanya Daniel mengancam.
Anya menelan ludah dan melirik ke arah James yang terus mengawasinya dengan tajam.
Perlahan Anya meraih gelas berisi vodka dari tangan Daniel lalu meneguk beberapa kali . Rasa panas membakar segera melewati tenggorakan nya. Anya terbatuk-batuk karenanya.
Daniel terkekeh melihat Anya yang mencoba meredam batuk yang mencekik lehernya.
"Kau benar-benar tidak bisa minum rupanya" ujar Daniel terkekeh.
Anya berdecak kesal mendengarkan komentar Daniel namun rasa panas di tenggorokannya membuat Anya tidak bisa menghardik laki-laki itu.
"Kalau kau tidak bisa minum mengapa kau bekerja di bar?" tanya Daniel.
Anya menatap tajam ke arah lelaki dihadapannya.
"Sudah ku bilang aku bukan pelayan" ujar Anya kesal.
Daniel membuka mulutnya pertanda mengerti, ia terkekeh kembali mengingat Anya yang menderita hanya karena beberapa tegukan vodka.
"Ya tuhan, ini sangat menyenangkan. Kau harus minum sedikit lagi" ujar Daniel tersenyum menyeringai.
"Kau!!" bentak Anya.
Daniel hanya tersenyum tidak pengaruh oleh bentakan Anya.
"Kau tidak ingin kehilangan pekerjaanmu bukan?" tanya Daniel kembali mengancam.
Anya semakin meradang melihat sikap pongah Daniel namun sama sekali tidak bisa melawan kata-kata laki-laki itu. Ia bisa merasakan tatapan tajam James dibelakangnya karena bentakannya tadi.
Dengan kesal mengambil gelas vodka tersebut lalu langsung meneguk dengan cepat dan menghabiskan vodka tersebut membuat Daniel terkejut dengan sikapnya.
Rasa pusing mulai menghampiri Anya membuatnya mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Anya, kau tidak apa apa?" tanya Daniel yang menyadari bahwa Anya mulai mabuk.
Anya menoleh dan menatap tajam ke arah Daniel.
"Tentu saja aku tidak apa apa. Ini bukan masalah yang besar bagiku" ujar Anya yang mulai kehilangan fokusnya.
"Sepertinya kau mulai mabuk Anya" ujar Daniel mengawasi Anya.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Ternyata aku bisa meminum minuman ini" ujar Anya menunjukkan gelasnya lalu terkekeh.
"Tidak kau sudah mabuk Anya" ujar Daniel lalu mulai berdiri dan menarik lengan Anya, menyuruh gadis itu untuk berdiri.
"Jangan menyentuhku you crazy bastard" ujar Anya sambil menepiskan lengannya.
Daniel terperangah tidak percaya. Baru kali ini ada yang memakinya seperti itu.
"Ayo kita pergi" ujar Daniel.
"Aku tidak mau. Aku ..."
Ujaran Anya terputus ketika rasa mual mulai naik ke dadanya, gadis itu menutup mulutnya menahan rasa mual.
"Aku harus ke toilet"
Anya berdiri dan berjalan dengan linglung menuju toilet sambil tetap menutup mulutnya dengan tangan, di pertengahan jalan Anya di tarik dan di peluk oleh seorang laki-laki yang berusia tiga puluhan.
"Lepaskan aku" ujar Anya mendorong laki laki itu.
"Ayolah bitch, kau tidak bisa menolaknya" ujar laki-laki itu.
Daniel menatap datar ke arah mereka berdua lalu menghampiri dan menarik Anya ke pelukannya.
"Hey, siapa kau? Kau merusak kesenanganku" ujar laki laki itu.
"Dia milikku pak tua" ujar Daniel dalam bahasa Indonesia.
"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti" ujar laki laki itu.
"Aku bukan milikmu brengsek" ujar Anya yang juga berbahasa Indonesia, ia mencoba melepaskan pelukan Daniel dengan mendorong dadanya namun tidak membuahkan hasil.
"Kemari kan pelacur ku" ujar laki-laki itu mencoba meraih Anya dari pelukan Daniel.
Dengan tenang Daniel menangkap tangan laki laki itu lalu memelintir ke belakang, sang laki laki menjerit kesakitan.
"I said. She is mine. Clear?" tanya Daniel penuh tekanan.
"Ya ya. Aku mengerti. Lepaskan aku" ujar laki laki itu kesakitan.
Daniel melepaskan kuncian tangan pada laki laki itu dengan kasar, James yang sedari tadi mengawasi segera mendatangi Daniel ketika laki laki itu memanggilnya dengan isyarat tangan.
"Kau tau Anya tinggal dimana?" tanya Daniel
"Anya tinggal di atap gedung ini" jawab James.
"Apa?" tanya Daniel tidak percaya.
"Ya. Sudah hampir sebulan Anya tinggal di atap gedung ini" jelas James.
Daniel menatap Anya yang mengoceh tidak jelas dipelukan nya.
Anya membuka pelan matanya, kepalanya dihantam pusing yang membuat Anya memegang kepalanya menahan sakit, ia menatap langit langit kamar berwarna putih yang tinggi.Anya mengerjap matanya beberapa kali, bukankah tenda camping nya berwarna biru?, tanya Anya dalam hati."Tidurmu sangat berantakan"Suara bariton rendah yang ia kenal milik Daniel membuat Anya terbangun mendadak lalu menatap tercengang ke arah Daniel yang memakai piyama sutra berwarna hitam, laki laki itu duduk di kursi tidak jauh dari tempat tidur yang sedang Anya tempati, Daniel duduk sambil menikmati kopi paginya dengan tenang.Anya berusaha mengingat apa yang telah ia alami semalam, namun ingatannya hanya sampai Anya meneguk vodka."Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanya Anya curiga."Memang yang aku lakukan kepadamu?" jawab Daniel dengan pertanyaan.Anya melihat tubuhnya yang hanya memakai tank top berwarna cream, kemeja yang ia pakai semalam menghilang ent
Anya berjalan masuk ke supermarket tempat ia bekerja, hari ini ia akan mengundurkan dirinya dari pekerjaannya sebagai kasir. Sebenarnya Anya sangat menyayangkan keputusannya tersebut, kerja kerasnya selama dua minggu ini jadi sia sia karena pengunduran dirinya. Ia tidak akan mendapat upah apapun karena masih menjalani masa training. Anya membungkukkan badannya kepada Managernya yang bertubuh gemuk dan memakai kacamatanya. "Such a pity if you quit this job Ms Shakira" ujar laki laki itu. "I Know. Thank you for everything you've done until now" Anya membungkukkan badannya dan pun keluar dari supermarket. Sekarang ia harus pergi ke bar L'Espere untuk meminta pengunduran dirinya dan mengambil barang-barang miliknya. "Jadi kau akan tinggal dimana?" tanya James yang sedang duduk dan merokok. Anya menatap laki-laki yang baru menjadi mantan bosnya sekilas "Aku akan tinggal di rumahnya Daniel" "Apa kau menjalin hubungan dengan Daniel?" Ja
Daniel keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan penampilan sempurnanya, ia menjinjing tas kerja lalu melangkah menuju ruang makan. "Just toast?" Daniel menaikkan alisnya melihat roti panggang yang tersaji di atas meja. Anya masuk ke dalam ruang makan sambil membawa secangkir kopi dan dua botol selai coklat dan stroberi. "Anya, mengapa cuma ada roti panggang?" tanya Daniel tidak mengerti. Ia sangat jarang memakan makanan yang satu ini. "Memangnya apa yang kau harapkan, Aku hanya menemukan itu. Tidak ada apapun di kulkas" Anya meletakkan secangkir kopi dan botol selai di hadapan majikannya. Daniel mengambil tempat duduk dan mulai sarapan dalam diam. "Aku akan belanja dan memasakkan makanan empat sehat lima sempurna untukmu nantinya, jadi jangan memasang wajah kesal seperti itu" Ucap Anya yang melihat wajah Daniel yang tidak senang dengan sarapannya. Daniel mengambil dompet dari jas dan mengeluarkan beberapa lembar uang s
"Sir, Kau baik baik saja?" Arlene menatap khawatir akan wajah Daniel yang sedikit memucat karena laki-laki itu hampir tidak tidur semalaman karena memikirkan Anya. "Tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Daniel menatap kesal. Kurang tidur dan pikiran gelisah yang dipenuhi oleh Anya membuat kesabaran Daniel menipis. "Tidak. Hanya saja wajah anda sedikit pucat" Arlene menggelengkan kepalanya dan menatap ke arah lain. Ia tau bosnya sedang bad mood. "Aku hanya kurang tidur. Bagaimana dengan pertemuan dengan Mr Andy? Kau sudah mengaturnya kan?" Daniel menghela napas panjang untuk mengatur perasaannya. "Sudah sir, anda akan bertemu dengan Mr Andy besok lusa pada jam makan siang" jawab Arlene sigap. "Baiklah, setelah ini apa lagi kegiatanku?" "Anda akan makan siang dengan Mr Hir.." Laporan Arlene berhenti ketika mendengar telepon Daniel berbunyi, laki-laki itu segera menerima panggilan tersebut. "Apa anda y
Anya membuka pelan matanya lalu menggeliat untuk beberapa saat untuk melemaskan ototnya yang kaku lalu duduk dan menatap ke arah jam weker. Pukul 6 pagi. "Terima kasih karena masih memberikan ku kehidupan, semoga hariku menyenangkan" Anya berdoa rutinnya. Anya bangun dan berlalu ke kamar mandi, setengah jam kemudian ia keluar kamar dan mulai mengambil alat bersihnya. Hari ini adalah hari minggu, jadi waktunya ia membersihkan seluruh ruangan apartemen Daniel. "Here I go, start cleaning the jerk house " Anya mengangkat tinggi sebuah kain pel. Anya mulai membersihkan ruang tamu lalu menuju ke ruang makan, ia membersihkan setiap jengkal apartemen tersebut, mulai dari membersihkan debu dengan vacuum cleaner, mengelap jendela dan membersihkan sudut-sudut barang elektronik dengan cutton bud. Anya menyeringai tidak jelas, hari ini ia tidak akan memberikan kesempatan kepada Daniel untuk menyindirnya. "Lihat saja, aku akan membuat aparteme
Sudah dua hari Daniel mendiamkan Anya, gadis itu juga tidak mau memulai pembicaraan karena takut akan nada dingin Daniel. Mereka hanya melakukan aktivitas pribadi dan bertanya seperlunya saja, membuat suasana menjadi canggung dan dingin. Daniel menghabiskan sarapan dan kopi paginya lalu melangkah ke pintu apartemen sembari menjinjing tas kerja. "Hati hati di jalan, semoga harimu menyenangkan" Ucap Anya di belakang Daniel. Daniel menatap Anya yang hanya menundukkan kepalanya lalu menghela napas. "Aku pergi" Anya mengangguk dalam diam. &&& "Sir" panggil Arlene. Daniel tersadar dari pikiran dalamnya lalu menoleh ke arah Arlene yang memandangnya dengan tatapan bingung. "Sir. Are you okay?" "Ya. Kenapa?" tanya Daniel tidak mengerti. Arlene tersenyum pelan. "Tidak apa apa" wanita itu kembali menjelaskan jadwal Daniel mulai dari pagi hari sampai menjelang malam. Daniel hany
Anya meletakkan dua piring sarapan pagi lengkap di atas meja, terdapat roti, sosis, telur mata sapi, jamur dan hash brown dalam satu piring lalu meletakkan secangkir kopi panas yang sangat harum. Daniel melangkah ke ruang makan dan tersenyum ketika menghirup harumnya kopi kesukaannya. Ia mengambil tempat duduk dan memulai sarapan pagi. "Wanita yang kau bawa semalam tidak ikut sarapan?" Anya melihat keluar ruang makan dan tidak mendapati siapa pun. "Dia sudah pulang" komentar Daniel tenang. "Apa? Kenapa?" tanya Anya tidak mengerti. Ini masih pagi dan Daniel sudah memulangkan wanita yang bermalam dengannya?. "Untuk apa aku membiarkan Jeslyn berlama-lama disini" Jawab Daniel tenang. Mata Anya membulat. "Tapi.. Tapi bukankah kalian baru menghabiskan malam bersama?" Daniel menatap Anya bingung. "Terus apa masalahnya?" "Mengapa kau malah bertanya padaku, harusnya aku yang bertanya kenapa malah memulangkannya pagi-
Anya menatap datar ke arah Daniel dan seorang wanita berambut pendek yang terkesan sangat seksi karena di padu oleh pakaiannya yang ketat menonjolkan lekuk tubuhnya. Mereka baru saja masuk ke dalam apartemen ketika Anya sedang menonton televisi. "Anya. Kau belum tidur?" tanya Daniel dalam bahasa Indonesia. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul sebelas malam. Anya tersenyum pelan. "Aku akan tidur" jawab Anya juga dalam bahasa Indonesia. "Daniel, who is she?" Tanya wanita bertubuh ramping, matanya menatap penuh penasaran. "She is my maid" jawab Daniel tersenyum. "My my" wanita tersebut tersenyum misterius sembari meneliti tubuh Anya dari kepala hingga ke kakinya. "Aku permisi" Anya melangkah masuk kamar karena terganggu akan tatapan wanita kencan Daniel. "Anya" panggil Daniel. Ia melepaskan pelukan di bahu wanita berambut pendek dan menghampiri Anya. "Wajahmu pucat Anya. Kau sungguh tidak apa-apa?"