Anya membuka pelan matanya lalu menggeliat untuk beberapa saat untuk melemaskan ototnya yang kaku lalu duduk dan menatap ke arah jam weker. Pukul 6 pagi.
"Terima kasih karena masih memberikan ku kehidupan, semoga hariku menyenangkan" Anya berdoa rutinnya.
Anya bangun dan berlalu ke kamar mandi, setengah jam kemudian ia keluar kamar dan mulai mengambil alat bersihnya. Hari ini adalah hari minggu, jadi waktunya ia membersihkan seluruh ruangan apartemen Daniel.
"Here I go, start cleaning the jerk house " Anya mengangkat tinggi sebuah kain pel.
Anya mulai membersihkan ruang tamu lalu menuju ke ruang makan, ia membersihkan setiap jengkal apartemen tersebut, mulai dari membersihkan debu dengan vacuum cleaner, mengelap jendela dan membersihkan sudut-sudut barang elektronik dengan cutton bud.
Anya menyeringai tidak jelas, hari ini ia tidak akan memberikan kesempatan kepada Daniel untuk menyindirnya.
"Lihat saja, aku akan membuat apartemen ini berkilau" Anya tertawa sendiri.
Selesai dengan ruangan luas, Anya beranjak ke kamar tamu yang ada di samping kamarnya. Ia membersihkan debu, mengganti bed cover lalu memperbaiki tata letak vas bunga yang tidak sesuai menurutnya.
Selesai dengan kamar tamu ia beranjak ke ruang sebelah yang merupakan ruang kerja Daniel, Anya membuka pintu ruangan tersebut dan takjub dengan buku-buku yang tertata rapi, seakan memanggilnya untuk dibaca. Gadis itu teringat bahwa Daniel melarangnya membersihkan ruang kerja.
Anya berbalik badan berniat meninggalkan ruangan tersebut, namun beberapa saat kemudian ia kembali menoleh ke arah lemari penuh koleksi buku.
Hanya sebentar tidak akan ada masalah.
Anya melangkah mendekati buku-buku yang tersusun di sebuah lemari besar, mengambil sebuah buku tentang Arsitek, membuka buku tersebut. Walaupun Anya tidak begitu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh buku tersebut namun ia tetap membacanya. Membaca buku adalah hobinya dari kecil. Gadis itu bisa membaca buku apapun selama ia bisa menikmatinya.
Setengah jam berlalu, Anya menutup cepat buku arsitek ketika teringat kembali akan perkataan Daniel. Anya segera meletakkan kembali buku tersebut ke tempat semula dan melangkah keluar, namun ujung matanya menangkap sebuah berkas yang tergeletak di lantai, seperti terjatuh.
Anya memungut berkas tersebut, matanya membulat ketika melihat nama 'William' yang terdapat di dalamnya. Anya membolak-balikkan berkas tersebut, semua berkas tersebut berisi tentang perusahaan William, mulai dari saham, daftar anggota direksi sampai masalah internal.
"Kau sudah puas menyusuri ruang kerjaku?"
Suara bariton Daniel membuat berkas yang ada ditangan Anya terlepas, berkas tersebut jatuh berserakan di lantai. Anya begitu terkejut mendengar suara Daniel dan sekarang keterkejutannya berubah cemas. Anya merutuki diri sendiri. Mengapa kau tidak bisa menahan diri Anya!!.
Anya berbalik badan dan menatap Daniel yang bersandar di pintu sembari menatap datar kepadanya. Tanpa sadar Anya menelan ludah gugup.
"Tadi itu aku tidak sengaja masuk ke dalam ru-ruang kerjamu" jelas Anya terbata-bata. Ia sangat malu karena tertangkap basah melanggar aturan yang Daniel buat.
"Tidak sengaja mu memakan waktu hampir satu jam. Aku sangat terkesan" komentar Daniel sambil terus menatap datar.
Anya menggigit bibirnya lalu menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf"
Daniel menghampiri Anya dan berbisik di telinga gadis itu. "Apa kau pernah mendengar istilah rasa ingin tahu bisa membunuhmu Anya?"
Suara rendah Daniel terdengar sangat dingin di telinga Anya membuat tubuh gadis itu bergetar pelan, Anya menahan kuat air mata yang mulai mengenang di pelupuk matanya.
Daniel menjauhkan wajahnya "Siapkan sarapanku" Pria berlalu dari ruang kerjanya.
Anya mengangguk berkali-kali, air mata Anya yang tertahan akhirnya tumpah ruah ketika punggung Daniel menghilang di balik pembatas tembok, ia tidak menyangka bahwa Daniel bisa menjadi begitu mengerikan.
Anya keluar dan buru-buru menyiapkan sarapan dan secangkir kopi, sepanjang Daniel makan dan menghabiskan secangkir kopi paginya, laki-laki itu tidak berkomentar apapun seperti yang biasa ia lakukan membuat Anya hanya diam membisu.
&&&
Daniel memandangi berkas yang berserakan di lantai lalu menghela napas panjang. Ia sudah menyimpan berkas tersebut sebaik mungkin lalu mengapa sekarang berkas ini terletak di lantai sampai bisa ditemukan oleh Anya?.
Daniel memungut semua berkas dan melihat nama 'Willaim' dengan tatapan nanar, ia sudah melupakan semua hal yang berhubungan dengan 'William' selama beberapa tahun ini, namun sekarang ia mulai mengingat kembali masa lalu kelamnya yang berhubungan dengan keluarga William.
&&&
Anya memandangi gedung-gedung pencakar langit dari balkon kamarnya, pikirannya terbang ke berkas yang ia temukan di ruang kerja Daniel.
"Apa tuan William salah satu kolega Daniel?" tanya Anya kepada dirinya sendiri. Ia masih penasaran dengan berkas yang ia baca, walaupun gadis itu tidak begitu memahami berkas tersebut namun melihat nama William yang notabene adalah majikan ibunya saat dia masih kecil membuat Anya menjadi penasaran. Namun ketika teringat kembali tatapan dingin Daniel membuat Anya menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan rasa penasaran yang mulai menggerogoti pikirannya, ia tidak ingin melihat lagi tatapan dingin Daniel. Itu terlalu menakutkan baginya.
&&&
Seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun duduk di bangku taman sekolah menunggu ibu untuk menjemputnya. Ia memainkan mainan robotnya sembari menunggu di taman yang sudah hampir sepi tersebut.
"Aku akan mengalahkan mu superman" Sang anak terlihat sangat asik dengan dunianya sendiri.
"Tidak. Kau tidak akan bisa mengalahkan ku karena aku superhero"
Anak laki-laki tersebut terus memainkan dua robot yang ada dalam sebuah tokoh kartun anak-anak dengan lihai."Daniel" panggil seorang wanita yang berumur 30 tahunan.
Anak laki-laki yang bernama Daniel menoleh ke arah sumber suara, senyumnya langsung terpancar ketika melihat wanita yang sangat ia cintai. "Bunda!" Daniel langsung turun dari bangku dan berlari menghampiri ibunya.
Wanita itu merentang tangan, menyambut anak jagoannya ke dalam pelukan. Daniel tersenyum seraya mempercepat langkahnya, lalu ketika ia hampir tiba ke tempat ibunya ada sebuah mobil yang melaju cepat menabrak tubuh ibunya.
Daniel kecil berhenti dan menatap tubuh ibunya yang tergeletak di jalan aspal dengan darah yang mulai mengalir dari kepalanya.
"Bunda!!" teriak Daniel sembari duduk di atas tempat tidurnya.
Keringatnya bercucuran, Daniel bernapas terengah-engah seperti lari maraton, ia menatap ke arah depan dan sadar bahwa ia hanya mengalami mimpi buruk.
"Shit, mengapa aku memimpikan itu lagi" Suara Daniel terdengar bergetar. Rahangnya mengeras, tangan laki-laki itu terkepal dengan kuat. Daniel menjambak rambutnya dengan kesal.
Walaupun ia bertanya 'mengapa', sebenarnya Daniel tau mengapa ia bermimpi masa lalunya yang mengerikan, tentu saja itu karena berkas yang Anya temukan di ruang kerjanya.
Daniel menghela napas panjang, tangannya menopang dahi, mencoba untuk mengenyahkan mimpi buruk yang selama ini menghantuinya.
Sudah dua hari Daniel mendiamkan Anya, gadis itu juga tidak mau memulai pembicaraan karena takut akan nada dingin Daniel. Mereka hanya melakukan aktivitas pribadi dan bertanya seperlunya saja, membuat suasana menjadi canggung dan dingin. Daniel menghabiskan sarapan dan kopi paginya lalu melangkah ke pintu apartemen sembari menjinjing tas kerja. "Hati hati di jalan, semoga harimu menyenangkan" Ucap Anya di belakang Daniel. Daniel menatap Anya yang hanya menundukkan kepalanya lalu menghela napas. "Aku pergi" Anya mengangguk dalam diam. &&& "Sir" panggil Arlene. Daniel tersadar dari pikiran dalamnya lalu menoleh ke arah Arlene yang memandangnya dengan tatapan bingung. "Sir. Are you okay?" "Ya. Kenapa?" tanya Daniel tidak mengerti. Arlene tersenyum pelan. "Tidak apa apa" wanita itu kembali menjelaskan jadwal Daniel mulai dari pagi hari sampai menjelang malam. Daniel hany
Anya meletakkan dua piring sarapan pagi lengkap di atas meja, terdapat roti, sosis, telur mata sapi, jamur dan hash brown dalam satu piring lalu meletakkan secangkir kopi panas yang sangat harum. Daniel melangkah ke ruang makan dan tersenyum ketika menghirup harumnya kopi kesukaannya. Ia mengambil tempat duduk dan memulai sarapan pagi. "Wanita yang kau bawa semalam tidak ikut sarapan?" Anya melihat keluar ruang makan dan tidak mendapati siapa pun. "Dia sudah pulang" komentar Daniel tenang. "Apa? Kenapa?" tanya Anya tidak mengerti. Ini masih pagi dan Daniel sudah memulangkan wanita yang bermalam dengannya?. "Untuk apa aku membiarkan Jeslyn berlama-lama disini" Jawab Daniel tenang. Mata Anya membulat. "Tapi.. Tapi bukankah kalian baru menghabiskan malam bersama?" Daniel menatap Anya bingung. "Terus apa masalahnya?" "Mengapa kau malah bertanya padaku, harusnya aku yang bertanya kenapa malah memulangkannya pagi-
Anya menatap datar ke arah Daniel dan seorang wanita berambut pendek yang terkesan sangat seksi karena di padu oleh pakaiannya yang ketat menonjolkan lekuk tubuhnya. Mereka baru saja masuk ke dalam apartemen ketika Anya sedang menonton televisi. "Anya. Kau belum tidur?" tanya Daniel dalam bahasa Indonesia. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul sebelas malam. Anya tersenyum pelan. "Aku akan tidur" jawab Anya juga dalam bahasa Indonesia. "Daniel, who is she?" Tanya wanita bertubuh ramping, matanya menatap penuh penasaran. "She is my maid" jawab Daniel tersenyum. "My my" wanita tersebut tersenyum misterius sembari meneliti tubuh Anya dari kepala hingga ke kakinya. "Aku permisi" Anya melangkah masuk kamar karena terganggu akan tatapan wanita kencan Daniel. "Anya" panggil Daniel. Ia melepaskan pelukan di bahu wanita berambut pendek dan menghampiri Anya. "Wajahmu pucat Anya. Kau sungguh tidak apa-apa?"
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Daniel kepada sekretarisnya ketika ia sampai ke ruang kerja pribadinya. Daniel duduk, mengambil dan membaca berkas laporan tentang proyek Mahattan House dengan wajah serius, sesekali kening mengerut dan mencoret beberapa bagian dalam berkas tersebut dengan bal poin. "Siang ini anda akan bertemu dengan Mr Park Joseph di restoran Fig & Olive, dan jam 3 sore akan bertemu dengan Mr Deriel Anhartd" jelas Arlene dengan buku catatan di tangannya. "Dan untuk besok? Apa jadwalku kosong?" tanya Daniel kembali. Ia ingin menghabiskan waktunya di rumah, sudah sangat lama ia tidak mengambil masa cuti dan bersantai di rumah, hari liburnya akan menyenangkan kalau ia bisa mengganggu Anya dan membuat gadis itu geram. Ekspresi gusar sang gadis menjadi suatu kesenangan bagi Daniel. laki-laki itu tersenyum lembut membayangkan wajah Anya yang memerah karena marah. "Jadwal anda kosong sampai sore hari, malamnya anda akan mengha
Sepanjang jalan, tidak ada yang mau memecahkan kesunyian yang tercipta di antara Daniel dan Anya, beberapa saat kemudian mobil Daniel berhenti di parkiran sebuah hotel. Laki-laki itu membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangannya bak gentleman. Anya tersipu malu akan perlakuan lembut yang tidak ia rasakan selama ini, gadis itu menerima uluran tangan Daniel dan keluar dari mobil, menatap ke sekeliling hotel yang tampak ramai akan para tamu undangan yang juga baru tiba di hotel tersebut. Daniel membuka lengannya, meminta Anya untuk mengamit lengannya dan mereka pun melangkah masuk ke dalam hotel tersebut. Di dalam ballroom hotel yang mewah tersebut ratusan tamu yang sudah lebih dahulu menghadiri pesta pertunangan tersebut, ruangan ballroom di penuhi dengan warna kuning keemasan membuat ruangan tersebut tampak glamor dan elegan. Anya terpukau dengan suasana mewah tersebut, baru kali ini ia menghadiri suatu pesta yang begitu mewah, beberapa menit kemudian acara pertuna
Daniel menatap tajam Jason dan tersenyum terpaksa. "Kabarku baik, senang bertemu denganmu" Jawab Daniel dengan wajah datar, ia juga berbahasa Indonesa. Baik Deriel maupun James bingung dengan suasana yang tiba-tiba berubah menegangkan dan bahasa yang tidak mereka pahami, sedangkan Jason hanya tersenyum menyeringai. "Senang juga bertemu denganmu kak" ujar Jason. Daniel pamit undur diri kepada James dan melangkah ke arah Anya yang sedang asik mengobrol dengan Mia. "Kita pulang" Laki-laki itu lalu menarik tangan Anya. "Tapi Daniel, aku belum pamit dengan Mia" Sela Anya tidak setuju. Daniel menatap tajam ke arah Anya. "Jangan membantah" Suara Daniel terdengar sangat rendah, menandakan bahwa ia sedang marah. Anya terkejut melihat tatapan dingin Daniel, ini kedua kalinya tatapan dingin laki-laki itu melayang kepadanya. Gadis itu seketika diam membisu dan menuruti Daniel. Jason yang melihat kepergiaan Daniel yang tergesa
Anya menyiapkan sarapan pagi dan secangkir kopi untuk Daniel, dalam sela kegiatannya ia masih mengingat tatapan dingin Daniel. Ini pasti akan menjadi pagi yang canggung. "Selamat pagi" Sapa Daniel dan duduk di kursi makannya. "Pagi" Sapa Anya sedikit canggung. Daniel mengangkat cangkir kopi dan menghirup aroma harum lalu menyeruputnya dengan pelan. "Kopi buatan mu memang enak Daniel tersenyum samar lalu memulai sarapannya. Anya menjadi heran sejenak, ia pikir pagi ini akan jadi suasana canggung namun dugaannya salah, Daniel bersikap seperti biasanya. Gadis itu menghela napas lega. Setelah menyelesaikan sarapannya, Daniel berdiri dan melangkah ke pintu apartemennya, Anya mengikuti dari belakang. "Hati hati di jalan, semoga harimu menyenangkan". Daniel mengacak pelan rambut Anya. "Aku pergi" Daniel melangkah masuk ke lift apartemen. Alis Anya terangkat bingung, ini bukan Daniel yang biasanya, laki-laki
"Kau terlihat senang Anya" tebak Daniel ketika melihat raut wajah senang Anya. Mereka sedang duduk di ruang tamu, menonton televisi bersama. "Benarkah?" tanya Anya semakin tersenyum lebar. "Berhenti tersenyum seperti itu,kau terlihat seperti badut" Daniel mendengus tidak suka. Laki-laki itu terganggu akan senyum sang gadis. Karena bukan dia yang membuatnya tersenyum. Anya berdecak pelan, ia mencibir tanpa suara. "Jadi apa yang membuatmu senang?" tanya Daniel sambil menonton televisi. "Waktu aku pergi berbelanja aku bertemu dengan teman lamaku dan kami berbincang bincang sesaat. Aku sangat senang bertemu dengannya" Jelas Anya antusias. "Rupanya kau punya teman juga" komentar Daniel tanpa minat. Anya kembali berdecak pelan. "Dasar..." "Dasar apa?" Daniel menoleh dan menantang Anya. "Tidak apa apa" Ucap Anya menelan kekesalannya mentah-mentah. "Buatkan kopi untukku"