Beranda / CEO / Cinta dalam Rahim Sang Madu / 18. Mulai Perhatian

Share

18. Mulai Perhatian

Penulis: MyMelody
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dering ponsel dari dalam tas Natalia menghentikan kalimat yang ingin dia sampaikan kepada Bara. Begitu dia melihat nama si pemanggil, Natalia menggeser tombol merah dan menolak panggilan itu.

“Loh, kok tidak diangkat?” tanya Bara penasaran.

“Nomor tak dikenal,” jawab Natalia enteng dan kembali memfokuskan perhatiannya pada gaun di depannya.

“Apa kamu sudah menemukan yang aku maksud?” tanya Bara sambil melangkah mendekati gaun satin berwarna hijau lembut itu.

“Aku rasa…” ucap Natalia sambil memicingkan matanya mencoba untuk melihat lebih jelas gaun berbahan satin itu.

“Sini,” ujar Bara mengulurkan tangannya ke arah Natalia. “Aku akan membantumu untuk melihat apa yang aku maksud.”

Natalia terlihat ragu, lagi pula dia tidak mau terlalu dekat dengan pria lain selain Gabriel. Suaminya adalah segalanya bagi Natalia.

Melihat Natalia yang tidak mau menerima uluran tangannya, Bara sadar diri dan segera menarik tangannya kembali dengan canggung.

“Aha! Aku tahu di mana letak kekurangan dari g
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (41)
goodnovel comment avatar
Kaizan Ragiel Trate
mungkin kah Gabriel akan jatuh cinta pada Grace secepat ini
goodnovel comment avatar
Anie Nhie
Jangan sampai Nathalia pulang trs Ngamuk karena liat Gabriel perhatian sama Grace,🫠🫠 jangan tertipu sma Gabriel,Grace,Ingat kuatkan hati kmu,klo dia jatuh cinta sma kamu,itu bagus but,Grace gak boleh jatuh cinta sma Gabriel,,,
goodnovel comment avatar
yenini
hais nanti gimana kalau Natalie liat pasti ngamuk" dan Grace yg jadi sasaran nenek lampir itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   19. Maafkan Aku!

    “Pelan-pelan saja makannya,” ucap Garbriel sambil tersenyum penuh arti.‘Wait, manusia super angkuh ini tersenyum padaku?”“Nih, air untukmu. Minumlah.”Dengan wajah memerah kuangkat wajahku dan menatap Gabriel yang berdiri tepat di sampingku. Gabriel memandangku lekat-lekat, dan hmm, aku sendiri pun tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pandangan mata itu.Belum habis rasa terkejutku, tangannya dengan perlahan terulur ke depan dan menyapu bibirku yang belepotan. Aku mematung sebentar sebelum akhirnya aku menepis tangannya dengan kasar.“Jangan sentuh aku!” desisku pelan sambil menatapnya tajam. Seperti sadar akan tindakannya, Gabriel buru-buru menarik tangannya.“Aku hanya ingin membersihkan sisa makanan yang menempel di sini,” ujar Gabriel sambil menunjuk ke arah bibirnya sendiri"Kamu sangat tidak sopan, Tuan Gabriel!" ketusku lagi. Kali ini aku benar-benar mengeluarkan sisi galakku.Aku segera membuang muka ke sembarang arah, tak ingin lama-lama memandang wajahnya yang sangat m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   20. Peluk Aku

    Plak, plak! Natalia mendekatiku dan menamparku dengan kuat sebanyak dua kali. Aku hampir menjerit kaget, tapi kutahan suara itu sebelum lolos dari tenggorokanku. Rasa panas menjalar di kedua pipiku. Bukan rasa sakit di pipiku yang membuatku ingin menjerit, tapi rasa sakit di hatiku. Aku merasa sangat terhina. Kupegang kedua pipiku tanpa mengucapkan apa-apa. Jujur saja, ini adalah tamparan pertama yang pernah aku terima di sepanjang perjalanan hidupku. Orang tuaku tidak pernah ringan tangan padaku. Mencubitku saja, mereka tidak pernah lakukan. Mama dan papa mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan bijaksana. "Natalia, apa yang sudah kamu laku…!" “STOOOOPPP! CUKUUUUP!!! Aku tidak butuh pembelaan darimu! Urus saja diri kalian masing-masing.” Aku kalap dan berteriak sehingga membuat Bik Sumi yang sedang mengintip drama yang terjadi, buru-buru kabur dari balik pintu. Aku melihat bayangannya sekilas. Natalia cukup kaget dengan teriakkanku Mungkin karena selama ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   21. Melawan

    Kurenggangkan tubuhku yang terasa remuk, sakit di perutku masih membuatku lemas tak bertenaga. 'Selamat pagi, mama, papa,' bisikku pelan seolah-olah mereka berada di depanku. Kutarik selimut tebal untuk menutupi kakiku yang kedinginan, lalu aku menyadari bahwa Bik Sumi sudah mengganti bed cover yang ada noda merahnya. Ada rasa malu yang menyerang pikiranku. Dari dalam kamar, kudengar suara wajan yang beradu dengan sutel. Mungkin Bik Sumi sudah bangun, pikirku. Kupaksa diriku untuk bangun dan ke toilet. Namun, baru saja aku ke luar dari toilet, kudengar suara knalpot rusak yang berteriak dengan nyaring di luar pintu. “Mana wanita penggoda itu, Bik?” tanya Natalia pada Bik Sumi yang sedang sibuk mempersiapakan sarapan pagi untuk majikannya. “Non Grace masih di dalam kamar, Nyonya.” “Oh, begitu rupanya? Apa dia tidak tahu tugasnya sehari-hari?” Dari dalam kamar, kudengar lagi langkah kaki Natalia yang mendekati pintu kamarku. ‘Apa lagi sih yang akan dibuat oleh dia?’ batinku s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   22. Ingin Berhenti Sejenak

    “Kalau Nyonya jijik, jangan mengajakku berbicara. Kita punya kehidupan masing-masing,” ucapku dengan berani. Tidak kupedulikan tatapan Gabriel yang cukup kaget melihat keberanianku. Setelah puas mengeluarkan unek-unekku, aku membalikkan tubuhku dan pergi begitu saja dari hadapan mereka. “Astaga, lihat perempuan sial perusak rumah tangga orang! Semakin hari semakin menjadi-jadi saja tingkahnya,” seru Natalia murka. Dengan kasar, dia membanting garpu dan sendok di atas meja Dari dalam kamar, samar-samar aku mendengar suara amukan Natalia, tapi aku sudah tidak peduli lagi. Biarin saja si mercon knalpot rusak itu koar-koar sampai urat lehernya putus. Aku sudah muak dan jenuh mendengar semua itu. Sebenarnya, ingin sekali aku menunjukkan sikap bar-bar-ku yang terpadam, memangnya dia pikir dirinya saja yang punya sikap bar-bar. Tapi itu akan kugunakan pada serangan berikutnya. Kalau dikeluarkan sekarang, malah tidak seru jadinya. Kutanggalkan pakaianku karena aku akan segera mandi dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   23. Informasi Penting

    Kring …Dering telepon yang panjang, mengagetkan Gabriel yang sedang melamun di dalam mobilnya yang sengaja ia parkir di sebuah pom bensin di pinggir jalan. Dalam dirinya tidak ada keinginan sama sekali untuk berangkat kerja. Hatinya risau setelah mendengar ide Natalia tadi pagi yang tiba-tiba saja ingin memberi seorang cucu bagi keluarga besar mereka.Dengar gusar, Gabriel meraih teleponnya.“Hello! sapa Gabriel sambil mempermainkan kunci mobil di tangannya.“Hello, Tuan. Ini dengan saya, Donny!”“Apakah kamu sudah melakukan apa yang aku perintahkan?” tanya Gabriel to the point. Dia sebenarnya sudah menunggu berita itu dari kemarin.“Sudah, Tuan. Saya akan mengirim hasil rekaman CCTV pada Tuan sekarang juga.”“Apakah hanya rekaman CCTV saja? Aku butuh informasi lain, selain dari rekaman CCTV.”“Tentu saja saya sudah mencari informasi penting lainnya, Tuan Gabriel.”“Kirimkan semua informasi penting itu kepadaku sekarang.”“Baik, Tuan. Lalu bagaimana dengan rekaman ini?”“Jangan dikir

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   24. Menemukan Jawaban

    “Papa kamu, Grace. Sampai kapan dia akan berada dalam kondisi seperti ini? Dia sudah koma berbulan-bulan, Grace!” Mama terisak-isak sampai punggungnya berguncang-guncang menahan kesedihan. “Ma, Papa pasti sembuh, aku percaya itu.” Kupeluk mama dan mencoba untuk memberinya kekuatan untuk tetap kuat dan sabar. “Mama rindu melihat papamu lagi.” "Iya, Ma. Aku mengerti ..." Isak tangis mama semakin kencang. Beliau benar-benar meluapkan beban yang ada dalam hatinya. “Papa adalah seorang pria, ayah dan kepala keluarga yang kuat, Mama. Kita harus percaya kalau papa akan sembuh seperti dulu lagi.” Mama terus menangis, sepertinya dia sudah memikirkan hal itu selama berminggu-minggu. “Ma, kalau kita berdua kuat dan terus berusaha disertai doa yang tidak pernah putus, maka papa pasti akan merasakan kasih sayang yang kita berikan padanya.” Tidak ada respon dari mama, kata-kataku seperti angin lalu baginya. Air matanya kembali berlinang tak tertahankan sehingga tubuhnya kembali bergetar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   25. Siapa Dia?

    Gabriel memaksa diri untuk berkonsentrasi dan meneruskan pekerjaannya, tapi itu tidak berhasil. Diletakkan pulpen yang ada di tangannya di atas meja dan mengusap wajahnya. Dia tidak bisa melupakan netra Grace yang indah. Jujur saja, sejak dia melihat wanita itu pertama kalinya di rumah kedua orang tuanya, Gabriel sudah terpesona pada wanita si pemilik mata indah itu. Walaupun saat itu dia memarahi dan mencaci maki Grace, tapi sebenarnya itu hanya untuk menutupi hatinya yang jatuh dalam pesona dan daya tarik Grace. “Kau membuat imanku oleng, Grace. Aku ingin sekali memperbaiki kesalahan yang telah aku lakukan dan memperlakukanmu dengan lebih baik lagi.” Gabriel menutup matanya dan membayangkan tubuh Grace yang panas di bawah tubuhnya. Dadanya berdesir aneh setiap kali dia mengingat malam itu. Wajah Grace yang memerah saat dia menggagahinya, Gabriel tidak pernah melupakan hal itu. Tirai suci milik wanita itu yang telah dia rusak dan ambil dengan paksa, adalah kenikmatan dan dosa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   26. Menerima Jawaban

    “Maaf, aku membutuhkan buku itu,” ucapku sambil menatap pria yang telah mengambil buku yang sudah kucari dari tadi. Namun, aku terperanjat kaget begitu melihat wajah pria di sampingku itu. Wajahnya benar-benar mirip dengan Gabriel."Maaf, Nona, aku juga membutuhkan buku ini," kilahnya sambil tersenyum usil.Aku yang awalnya ingin marah, tapi segera kuurungkan niatku. Lagi pula, aku tidak mau berhubungan dengan spesies yang ada sangkut pautnya dengan Gabriel. Mereka adalah ras dan makhluk yang paling menyebalkan di dunia ini.Aku pun memilih untuk mengalah dan beranjak pergi darinya. Sudahlah kalau dia butuh buku itu."Sebentar! Kalau kamu mau kenalan denganku, maka buku ini adalah milikmu," tawar pria itu sambil nyengir kuda. Terlihat sekali kalau dia ingin menggodaku.“Maaf, aku sedang tidak ingin berkenalan dengan siapa pun,” ucapku singkat dan melanjutkan pencarianku. Kulirik dengan ekor mataku dan melihat pria itu menggaruk-garuk kepalanya tidak jelas.“Nona, aku serius, berkenal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   149. Curiga

    “Aku akan melakukan yang terbaik untuk papa.”“Bagus, Nona. Dalam minggu ini, kami akan memulai terapi saraf, dan memberikan rangsangan otak untuk mengaktifkan kembali jaringan-jaringan otak yang masih berfungsi dari Pak Kristanto.”Aku hanya mengangguk, menahan luapan bahagia yang nyaris pecah. Lalu pintu kamar terbuka perlahan, diikuti derit halus roda kursi. Mama muncul, dibantu oleh seorang suster. Sorot matanya nanar, bingung, mengamati kami yang berdiri dengan tegang di dekat ranjang papa.“Ada apa dengan papa? Kenapa kalian ngumpul di sana?” tanya mama sambil terus mendorong kursi rodanya ke arah kami.Aku berlutut di depan mama, meraih tangannya dan menempelkannya di pipiku, membiarkan dinginnya menenangkan rasa panikku. "Ma …, papa merespon dengan gerakan kecil. Ia merasakan sentuhan dan suara orang-orang di sekitarnya."Mama membeku. Wajahnya, yang selama ini selalu muram, kini cerah sekaligus penuh harap."A-apa?" suara mama tercekat. Dia bergantian menatapku dan Dokter Mik

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   148. Merespon

    "Tunggu! Apakah Nona Grace baik-baik saja?""Kenapa?" tanyaku sambil berbalik dengan alis bertaut."Nona terlihat pucat dan letih. Apakah Nona sedang sakit?"“A-aku baik-baik saja.” “Nona bisa tunggu di sini sampai Ibu Kristianto selesai terapi.”“Tidak, terima kasih.”Tanpa berkata apa-apa lagi, aku segera keluar dari ruang kerja Dokter Mikael dan menuju ke kamar inap mama. Bagiku, mendingan aku menunggu mama di sana, sambil menemani papa, dari pada aku duduk di kantor Dokter Mikael. Pandangan penuh curiga terlihat jelas dari sinar matanya.Begitu memasuki kamar, aku menghampiri papa yang seperti biasa, masih terlelap dalam tidur panjangnya.“Selamat pagi, Papa …,” bisikku pelan sambil mengelus lengannya yang terlihat begitu pucat karena sudah berbulan-bulan tidak terkena sinar matahari. Walaupun kadang-kadang mereka menjemur papa pagi harinya, tapi itu tidak cukup untuknya yang sehari-hari hanya menghabiskan waktu di dalam ruang. Kukecup kening papa dengan lembut, lalu meletakkan r

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   147. Pucat

    “Loh, Non. Biar Bibik saja yang masak,” protes Bik Mirna yang baru saja selesai melakukan rutinitas seperti biasanya, yaitu menyiram bunga di taman.“Tidak apa-apa, Bik. Santai saja. Aku juga mau masak untuk mama kok.”“Tapi kan biar saya saja yang masakin, Non. Nanti tinggal Nona Grace bilang, kalau mau masak bahannya seperti apa.”Aku tersenyum sambil menatap wanita paruh baya yang selalu menjagaku sejak aku pindah ke sini.“Yaudah, kalau begitu, Bibik bantu aku potong-potong sawi hijau dan iris bawang merah saja.”“Siap, Non. Ngomong-ngomong, Nona mau masak apa?” Bik Mirna mengambil sebuah pisau dari laci khusus penyimpanan benda-benda tajam dan mulai memotong sawi hijau.“Aku mau buat capcay untuk mama.” “Pakai daging atau jamur?” tanya Bik Mirna penasaran. Tak lupa tangannya terus bekerja dengan cekatan.“Rencananya aku mau pakai makanan laut saja, seperti udang dan cumi. Mama paling suka seafood soalnya.”Aku lalu membuka laci tempat penyimpanan alat-alat masak yang tajam dan m

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   146. Hampa

    “Ingat, siapa pun yang kamu pilih nantinya, aku sudah tidak peduli lagi, tapi apa pun yang terjadi, aku akan mempertahankan apa yang sudah menjadi milikku.”Tanpa menunggu jawaban, Natalia memutar tubuhnya dan melangkah pergi, meninggalkan Gabriel yang duduk terpaku di tempat, dengan wajah yang kini penuh sesal tapi kosong. Setelah punggung Natalia menghilang dari balik pintu dan langkah kakinya sudah tidak terdengar lagi, Gabriel seperti diseret kembali pada kenyataan yang ada.Dengan gerakan cepat, dia mengejar Natalia yang memasuki lift di ujung lorong kantor.‘Aku harus melakukan sesuatu,’ pikir Gabriel kalut. Keamanan dan keselamatan Grace ada di tangannya sekarang. Kalau sampai Grace dicelakakan oleh Natalia, maka ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.“Natalia! Tunggu! Dengarkan dulu penjelasanku!” Gabriel berhasil mengejar Natalia dan ikut masuk ke dalam lift. Ditatapnya wanita yang sudah menikah dengannya selama bertahun-tahun.“Please, listen to me! Aku mencintaimu,

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   145. Aku Bukan Barang

    "Baiklah," Gabriel menghela napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian yang tak ia miliki. "Aku akan memberitahumu apa yang Mama katakan padaku hari ini."Natalia menatapnya, matanya penuh amarah yang ia sembunyikan di balik ketenangan palsu. “Aku menunggu,” katanya dingin, tangannya bersedekap di dada, seolah berusaha melindungi hatinya yang mulai retak. Tubuhnya bergetar, tapi dia berusaha untuk tegar. Gabriel mengusap wajahnya dengan cepat, menundukkan kepala sebentar, lalu mengangkat wajahnya dengan sorot mata yang muram. "Mama memintaku untuk memilih …, mmm, memilih salah satu di antara kalian berdua."Saat kata-kata itu meluncur dari mulut Gabriel, dunia Natalia runtuh seketika. Rasanya seperti ada palu besar yang menghantam dadanya tanpa ampun, atau lebih tepatnya, sebuah batu besar ditimpakan di dadanya. Sesak sekali rasanya. Udara di sekelilingnya tiba-tiba terasa berat, seakan oksigen yang ada tak cukup untuk mengisi ruang paru-parunya. Gabriel duduk dengan gelisah, d

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   144. Pilih Siapa?

    “Mama memintaku untuk ….”“Untuk apa, Gabriel?”Natalia sebenarnya sudah tahu apa yang diminta oleh mama mertuanya lewat rekaman yang dikirim Angga. Ternyata, sepanjang hari ini, Angga, paparazzi sewaannya, malah sibuk dengan mengikuti Gabriel yang mengunjungi mamanya. Jujur, Ibu Ariani selalu berpenampilan seperti anak gadis. Tak heran, Angga terjebak dan mengira Ibu Ariani adalah kekasih gelap Gabriel.“Duduk dulu, Natalia, aku akan menceritakan semuanya kepadamu.”“Aku tidak perlu duduk, tapi yang aku perlukan saat ini adalah kejujuran darimu.”Gabriel menatap gusar saat Sara berdiri sambil bercekak pinggang di hadapannya. “Mama memintaku untuk memberitahumu bahwa Grace tengah mengandung dua bayi kembar laki-laki.”Usai mengatakan semua itu, Gabriel memandang istrinya dengan wajah cemas. Dia tidak tega melihat kekecewaan di mata Natalia. Namun reaksi yang ia dapatkan, malah di luar dugaan.“Wah, selamat untuk keberhasilanmu dalam memproduksi anak. Aku turut bahagian dengan semua i

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   143. Untuk Apa?

    Masih dengan suasana hati yang panas dan emosi yang meletup-letup setelah menelepon Angga, Natalia menutup laptopnya dengan keras, lalu menarik napas dalam-dalam untuk meredam perasaan yang berkecamuk di dada. Amarahnya membuncah, bercampur dengan rasa sakit yang begitu dalam. Dia tidak menyangka, Gabriel dan wanita itu, tega melakukan semua ini. Natalia meraih ponsel, mencoba menghubungi Gabriel, tetapi ia mengurungkan niatnya, lebih baik dia bicara langsung dengan Gabriel."Awas kalian semua. Just wait and see, aku tidak akan tinggal diam melihat kehancuran dalam keluargaku. Akan kubalas rasa sakit ini."Natalia berjalan mondar-mandir sebentar, sebelum ia kembali membuka rekaman video di laptopnya. Tangannya mengepal, lalu kembali mengumpat dengan kata-kata yang tidak pantas didengar oleh siapa pun. Rasanya sudah tidak sabar lagi menunggu kedatangan Gabriel. Satu jam terasa begitu lama baginya.“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” cetus Natalia geram. Dia mengambil gunting dan mu

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   142. Loh?

    “Apa pun yang terjadi, kamu harus mengambil keputusan dan mengatakan semua ini kepada istrimu," terdengar ketegasan dalam nada bicara wanita itu. Angga menahan napas, menunggu jawaban dari Gabriel untuk wanita itu.“Baiklah, aku akan mengatakannya hari ini.”“Janji loh, ya. Jangan ditunda-tunda lagi. Semakin cepat dia tahu, maka itu akan lebih bagus untuk ke depannya.”Gabriel hanya mengangguk dengan wajah lesu.Percakapan Gabriel dan wanita itu membuat bulu kuduk Angga meremang. Kamera kecil di bawah meja terus bekerja, merekam setiap kata dan ekspresi dari mereka berdua.Agar Gabriel tidak menaruh curiga padanya, Angga memesan segelas jus mangga dan duduk sambil berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Walaupun kamera telah merekam hasil percakapan mereka, tapi Angga tetap memasang telinga dengan sebaik-baiknya. Dia tidak mau ketinggalan sedikit pun informasi penting dari mereka.Cukup lama juga, Gabriel dan wanita itu menghabis waktu di sana. Sesekali, Gabriel mengambil ponselnya dan s

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   141. Klik, Klik, Klik

    Angga yang sangat penasaran kenapa Gabriel hanya mampir sebentar di kantornya yang super megah, segera menghidupkan mesin motornya dan mengikutinya dengan sangat hati-hati."Jangan kira kamu bisa lolos dari pengawasanku," bisik Angga. Adrenalinnya serasa dipacu dengan cepat, dia janji tidak akan melepaskan Gabriel dari pandangan matanya.Begitu mereka memasuki lokasi jalan yang ada lampu merah, Angga memperlambat laju motornya dan menekan remote kamera yang ditempelnya di dekat kaca spion motor. Ia juga menggunakan kamera kedap suara sehingga tidak ada orang yang curiga sama sekali kalau dia sedang menjadi paparazi.Lampu merah di depan mulai berganti menjadi hijau, memberi aba-aba bagi kendaraan yang sempat membeku di tempat. Perlahan tapi pasti, deru mesin mulai terdengar, roda-roda melaju, meninggalkan jejak debu di jalanan yang hangat oleh sinar mentari pagi. Mobil-mobil, motor, bahkan sepeda, semuanya tampak seperti bidak-bidak kecil dalam permainan besar yang bernama kehidupan.

DMCA.com Protection Status