Tara merasakan kepalanya berat sekali, sewaktu memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidurnya. Yang diingat olehnya, ketika ia bersama teman-teman sekolah menghadiri pesta ulang tahun dari teman sekelasnya.
Ia pun tidak tahu siapa yang mengantarkan dirinya sampai ke rumah. Ia melihat sekeliling kamarnya dan dilihatnya seisi kamar seperti terbalik. Kembali ia menutup matanya dan mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya malam itu. Masih terasa hinggar binggar musik di rumah temannya saat pesta berlangsung. Membuat mereka menggoyangkan badan mengikuti irama. Lalu,Tara mengingat satu persatu kejadian yang telah terjadi di tempat pesta itu. Ia teringat ketika beberapa temannya mengajak untuk mencoba minuman “musroom” . Beberapa saat kemudian, ia merasa semua yang dilihat terbalik. Ia ingat bagaimana dirinya tertawa terpingkal-pingkal karena semua yang dilihat terbalik, akibat dari minuman yang dicoba bersama teman-teman. “Sialan sekali minuman itu,” umpat Tara setelah tahu penyebab dari sakit kepalanya adalah minuman itu. Tak lama kemudian masuklah seorang wanita paruh baya ke kamar Tara. “Apa yang terjadi dengan dirimu, Nak,” ucap wanita paruh baya bernama Andini. Yang bisa Tara lakukan hanya mendengarkan Andini berbicara padanya. Tapi ia tidak bisa memicingkan mata barang sekejap, apalagi berbicara. Andini adalah seorang wanita tegar yang selalu menyayangi dan selalu memberikan kata maaf, ketika Tara melakukan kesalahan apapun. Tara sangat mengerti sekali dengan sifat dan watak mamanya yang tidak bisa marah, separah apapun ia membuat kesal hatinya. “Sayang ... Ayoo bangun dulu, kamu harus makan,” ajak Andini menepuk-nepuk pipi gadis belia tersebut. “Nanti saja Mama ... masih berat ini kepala Tara,’ sahutnya menjawab ajakan mamanya. Setelah mendengarkan jawaban dari putri semata wayangnya, Andini meninggalkan kamar dan berlalu dari kamar tersebut. Sering kali Tara merasa kasian pada mamanya, karena harus menghadapi kenakalan dirinya. Sudah sering kali juga, Tara berjanji pada dirinya untuk memperbaiki diri dan mencoba meninggalkan kebiasaan buruknya. Tetapi, semakin lama ia ingin menghindari dan mencoba meninggalkan kebiasaan buruknya, semakin keras juga ia mengarah ke arah yang berlawanan dengan niatnya. Sekitar pukul empat, Tara yang merasa kondisinya telah pulih dari pengaruh minuman, beranjak dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar menuju meja makan. Karena, ia merasakan kelaparan telah menggerogoti lambungnya. Sesampai di meja makan, dilihat mamanya sedang duduk dengan segelas kopi. “Sore mama," sapa Tara memberikan salam pada mamanya. Tara lalu duduk di ruang makan dan mulai mengambil makanan dan menikmatinya. Sedangkan sang mama tampak menikmati kopi yang ada dihadapannya. Selesai makan ia beranjak dari tempat duduknya. Namun, Andini menahan Tara untuk tetap duduk di ruang makan. “Tara ... Cobalah untuk menghindari beberapa teman yang memberikan dampak negatif pada dirimu,” ucap Andini menasehatinya. Tara hanya menganggukkan kepala seraya merapikan ikatan rambutnya. “Kamu sudah cukup dewasa untuk bisa memilah hal yang baik dan buruk untuk hidupmu,” lanjut Andini meneruskan ucapannya. "Ya, Ma," jawabnya singkat. “Sebentar lagi kamu akan menghadapi ujian akhir. Jadi, mama harap kamu bisa lulus Tara,” imbuhnya kembali. Andini mengingatkan Tara akan tugas dan kewajibannya sebagai siswa sekolah menengah atas kelas akhir. Karena setelah ini, diharapkan Tara mampu masuk ke perguruan tinggi negeri. Itu adalah harapan besar bagi mamanya Tara. Setidaknya jika Tara bisa masuk ke perguruan tinggi negeri, mamanya tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar. Setelah kebangkrutan yang di alami oleh usaha papanya, Tara diajarkan oleh Andini untuk belajar hidup prihatin. Andini juga mengajarkan Tara untuk bisa menghargai uang dan waktu. Mungkin Andini terlambat memberikan pelajaran itu. Akan tetapi, setidaknya dengan berjalannya waktu serta melihat kenyataan yang ada saat ini, diharapkan Tara mampu merubah sikap dan kebiasaannya menjadi lebih baik. Papanya bernama Wisnu, kini mendekam di Rumah Tahanan karena tersangkut kasus penipuan yang menjadi penyebab perusahaannya pailit. Memang, terkadang hidup tidak bisa diprediksi. Kita hanya bisa berencana, tapi segala sesuatu mengikuti apa yang menjadi takdir diri kita masing-masing. Kehidupan Tara yang awalnya bak seorang putri, kini berubah drastis, saat musibah menimpa papanya. Sejak papanya masuk ke Rumah Tahanan, beberapa aset diambil oleh pihak Pengadilan. Keadaan ekonomi keluarga Tara menjadi morat-marit. “Mama ... Boleh aku bekerja part time?” tanyaTara mengemukakan keinginannya. “Untuk saat ini lebih baik kamu focus untuk belajar karena ujian kelulusanmu sudah dekat,” jawab Andini menolak keinginan putrinya. Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan dari pintu rumahnya. Mereka pun bergegas ke ruang tamu dan membukakan pintu. Dilihat seorang lelaki, sahabat Wisnu, papanya Tara bertandang ke rumah. Setelah mempersilakan masuk, mereka pun duduk di ruang tamu dan berbincang-bincang. “Maaf ibu, maksud kedatangan saya kemari ingin memberitahukan pada Ibu. Kalau, rumah yang ibu tempati ini sudah dijadikan jaminan oleh pak Wisnu." Seketika Tara dan mamanya terdiam mendengar penjelasan dari sahabat papanya. Lelaki itu pun, memperlihatkan surat perjanjian yang telah di tanda tanggani didepan notaris antara Wisnu dan lelaki yang bertamu ke rumahnya. “Maaf pak ... Kalau bisa kami minta waktu untuk mengosongkan rumah ini, sampai kami mendapatkan tempat tinggal yang lain.” Andini menyampaikan persetujuan nya untuk mengosongkan rumah itu sampai mereka mendapatkan rumah yang baru. Lalu, sahabat Wisnu menyetujui apa yang diminta oleh Andini. Setelah itu, tamu tersebut berpamitan. Setelah tamu itu pergi, terlihat Andini masuk ke kamar dan mengunci diri dikamarnya.Terlihat kesedihan yang teramat sangat di wajahnya. Kesedihan itu tidak dapat disembunyikan dari Tara. “Mama ... Tolong buka pintunya,” pinta Tara mengetuk pintu kamar. Namun, Tara tidak mendapatkan jawaban apa pun. Ia hanya mendengar isak tanggis mamanya di balik pintu yang di ketuk berulang kali. Hal itu, jelas membuat Tara semakin kuatir atas kondisi mamanya. “Mama, tolong buka pintunya.,” Pinta Tara untuk kedua kalinya mengetuk pintu. Akhirnya Andini membukakan pintu dan mengizinkan Tara masuk. Andini kembali duduk disisi tempat tidur. Lalu, Tara memegang tangan mamanya dan berkata. “Maaa ... Besok kita akan mencari rumah kontrakan bersama ya," tutur Tara dan memeluk tubuh mamanya. Kini mereka menanggis bersama sambil berpelukan. Terkadang Tara terlihat lebih dewasa ketika sedang menghadapi sebuah masalah. Tetapi, kadang ia juga masih seperti seorang remaja putri yang manja dan sulit diatur. Rasa cinta Tara pada Andini, membuat gadis muda itu melindungi dan memberikan rasa nyaman, saat Andini sudah tidak mampu menahan kesedihan dalam hatinya. Ketika dilihat Andini telah tertidur karena terlalu lelah memikirkan kehidupan mereka. Tara mencoba menghubungi temannya yang memberitahukan perihal kerja part time. Tara ingin bekerja part time, keadaannya saat ini sudah terasa sangat sulit. Memang Andini tidak memberikan izin untuk hal ini. Tetapi jalan ini adalah jalan terbaik untuk kelangsungan hidup mereka. Setelah temannya, memberikan alamat dan nomor telpon perusahaan yang membutuhkan tenaga part time, Tara pun menghubungi perusahaan tersebut dan berjanji untuk bisa kesana esok hari. *** Keesokan pagi,i Tara bangun lebih awal dari mamanya. Ia telah pula menyiapkan sarapan pagi untuk mereka. Tara membuat nasi goreng untuk mereka Andini sangat terkejut melihat Tara telah bangun dan telah menyiapkan nasi goreng untuk sarapan mereka. “Pagi ma," sapa Tara ketika mamanya menghampirinya di dapur.” “WOW...! Putri kesayangan mama sudah berubah drastis. Terima ya Allah," ucapnya kala melihat perubahan putrinya. “Ayoo kita makan Ma, “ ajak Tara tersenyum manis mendengar pujian mamanya. Mereka pun, sarapan pagi bersama. Andini sangat bersyukur atas perubahan yang terjadi pada Tara. Dirinya terus mengucapkan rasa syukur atas perubahan tersebut. Setidaknya Tara bisa menerima kenyataan hidup saat ini dan lebih dewasa dalam segala tindakannya, sesuai dengan doanya selama ini. Selesai mereka sarapan, Tara berpamitan untuk ke sekolah. Andini pun, berpesan padanya, "Tara, selepas pulang sekolah, kamu langsung pulang, ya. Kita akan cari kontrakan." "Ok! Siap Maa," jawab Tara. Sepeninggalan Tara, Andini mengemasi barang-barang yang harus disiapkan untuk kepindahan mereka ke rumah kontrakan yang nanti sore akan mereka cari. Ada beberapa barang yang harus dijual, karena tidak semua barang akan cukup diletakan pada rumah kontrakan mereka. Pikir Andini, saat mengemas barang-barang yang akan mereka bawa. Oleh karena itu Andini memphoto beberapa barang yang sekiranya bisa dijual olehnya. Setidaknya selain bisa menjadi penghasilan bagi mereka, juga akan lebih mudah saat mereka pindah ke rumah kontrakan yang lebih kecil dari rumah mereka saat ini. Setelah Andini memphoto beberapa barang yang harus dijual lewat online, dirinya langsung memposting beberapa barang tersebut dengan harga yang tidak terlalu mahal. Yang terpenting, barang-barang itu cepat terjual. Sehingga mereka akan lebih cepat keluar dari rumah yang saat ini sudah bukan miliknya lagi. Sesaat teringat beberapa peristiwa, Andini kembali bersedih. Tetapi, wanita itu segera menghalau kesedihan dalam hati dan pikirannya. “Maaa.... ,” Tara sudah pulang.” Suara Tara membuat kaget Andini. Karena tidak terasa sudah hampir jam dua siang. Tara pun melihat mamanya sedang merapihkan barang-barang yang akan mereka bawa Lalu, Andini menjelaskan pada Tara, bahwa ada beberapa barang yang sudah ia iklankan secara online untuk dijual. Tara hanya menganggukkan kepalanya, saat Andini bercerita atas barang-barang yang akan dijual. Setelah makan siang mereka keluar untuk mencari kontrakan yang sesuai dengan sisa dari simpanan yang mereka punya saat ini. Setelah dua jam berada di luar, ada beberapa rumah kontrakan yang mereka kunjungi. Tetapi, tidak sesuai dengan budget yang mereka punya. Ada pula rumah kontrakan yang lebih murah. Tetapi, untuk lingkungan dan rumahnya tidak sesuai dengan harga yang seharusnya. Setelah beberapa rumah mereka jumpai, akhirnya mereka mendapat rumah kontrakan yang cukup bersih dengan lingkungan lebih nyaman serta harga yang cocok dengan budget yang mereka punya. Usai membayar tanda jadi dari rumah kontrakan itu, mereka berpamitan dan meminta pada pemilik rumah untuk mengecat ulang rumah serta membersihkannya. Sehingga pada saat mereka pindah rumah tersebut telah rapih. Sesampai di rumah jam telah menunjukan pukul tujuh malam. Andini langsung pergi kekamar mandi dan Tara juga melakukan hal yang sama. Selesai mereka membersihkan diri akhirnya mereka bertemu diruang makan. Andini menanyakan perihal sekolahnya dan menanyakan perihal kapan ujian akhir sekolah. Ia juga kembali menasehati Tara untuk lebih rajin belajar. Ia hanya bisa mendoakan, agar Tara bisa lulus dengan nilai terbaik serta diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Selesai mereka makan malam dan berbincang-bincang, Tara pun pergi ke kamarnya begitu juga dengan Andini. Ketika di dalam kamar, Tara menerima panggilan telpon dari perusahaan yang menawarkan pekerjaan part time padanya. Hari ini, Tara lupa untuk ke perusahaan tersebut. Ia pun berjanji untuk ke perusahaan tersebut esok hari. Ketika pagi tiba, kebiasaan bermalas-malasan Tara yang dulu sering ia lakukan kini telah berubah total, sejak kedatangan sahabat Wisnu, papanya. Saat ini Tara telah menjadi seorang anak perempuan yang mengerti keadaan keluarganya. Dirinya kini telah sepenuhnya menyadari hal yang seharusnya ia lakukan. Apalagi sejak melihat Andini menangis, karena rumah yang mereka tempati ternyata sudah menjadi milik orang lain. Tara berjanji dalam hatinya, suatu hari nanti ia bisa membelikan rumah mamanya. Maka, ia pun berusaha untuk merubah kebiasaan buruknya untuk menjadi lebih baik. Diawali dengan bangun pagi untuk membantu Andini di dapur ataupun membersihkan rumah. Selesai sarapan bersama mamanya, Tara berpamitan untuk pergi kesekolah, tetapi sesampai di sekolah Tara meminta izin kepada wali kelas nya untuk tidak mengikuti pelajaran hari ini. Karena seluruh materi pelajaran di masa pembelajaran kelas akhir telah habis, maka wali kelasnya pun memberikan izin pada Tara untuk tidak mengikuti pengulangan pelajaran. Tara mengganti pakaian sekolah yang ia kenakan di kamar ganti sekolah dengan pakaian casual. Sebuah Kaos berwarna biru muda dan celana Jins serta sepasang sepatu kets. Rencananya, hari ini ia akan ke perusahaan yang akan memberikan pekerjaan part time, sesuai janjinya. Tara memoleskan sedikit lipstik dengan warna soft pada bibirnya dan menambah sedikit bedak pada wajahnya. Saat ini wajah Tara terlihat lebih dewasa dari usianya yang baru menginjak delapan belas tahun. Dengan postur tubuh yang tinggi, langsing dan berisi penampilan Tara saat ini sudah seperti seorang wanita dewasa. Ia terlihat cantik dengan kulit yang kuning langsat, bibir yang sedikit tebal, bentuk hidung yang mancung dan rambut hitam bergelombang serta lesung pipi yang membuat dirinya semakin terlihat cantik ketika tersenyum. Tara ke tempat perusahaan itu dengan menggunakan taxi, karena ia belum pernah ketempat tersebut. Sesampai di perusahaan itu, Tara diterima bagian recepsionis. Setelah itu ia di antar untuk menghadap ke bagian HRD (bagian penerimaan karyawan). Sesampai di bagian penerimaan pegawai, Tara pun, diberitahu tentang pekerjaannya. Ia baru tahu kalau pekerjaannya adalah sebagai sales/marketing yang menawarkan produk dari sebuah showroom. Ia tidak bekerja di kantor itu. Tetapi, di tempatkan pada beberapa Mal atau ditempatkan pada beberapa event untuk memamerkan mobil di tempat yang berbeda. Melihat hasil yang didapatnya cukup lumayan dan jam kerja sesuai dengan jadwal pulang sekolah, maka Tara menyetujui pekerjaan itu. Walaupun, ia belum berbicara pada mamanya perihal ini. Tetapi, ia yakin Andini akan setuju dengan keputusan dirinya. Setelah itu, Tara izin pulang dan minta waktu dua hari lagi untuk bisa bekerja di sana pada bagian HRD dengan alasan yang masuk akal.Sesampai di rumah Tara mendapati beberapa barang telah terjual. Lalu ia pun melihat mamanya masih mengemas beberapa barang pecah belah. “ Kamu sudah pulang... ,” ucap mamanya melihat Tara mendekati dirinya. “ Ayoo kita makan dulu.” Mama mengajak Tara langsung menuju meja makan mereka. Tidak ada kata-kata atau pembicaraan apapun ketika mereka di meja makan. Tara sedang menikmati makan siangnya hari ini. Ia pun menikmati makan siangnya sambil memikirkan cara untuk memberitahu mamanya perihal keputusannya menerima pekerjaan part time yang telah ia setujui pada sebuah perusahaan showroom besar itu. Selesai mereka makan siang, Tara langsung membantu mamanya untuk mengemasi beberapa barang lagi. “ Tara..., tadi beberapa barang yang mama iklankan telah diborong oleh orang yang kebetulan memerlukan semua barang yang kita jual,” ucap mama pada Tara. Tara hanya mendengarkan cerita mama tentang beberapa barang yang telah terjual dan berapa uang yang mereka dapat dengan menjual barang-ba
Setelah kelulusan dengan nilai terbaik Tara tidak berpikir untuk mencari Universitas negeri ataupun Swasta. Saat ini dirinya sangat menikmati pekerjaannya setelah ia lakoni selama satu tahun ini. Tara sangat menikmati dan mencintai pekerjaan sebagai sales dari perusahaan ini. Selain salary yang diterima cukup untuk dirinya dan mamanya. Bonusnya yang terbilang sangat lumayan, dapat membuat dirinya mengumpulkan pundi-pundi penghasilannya yang kelak akan ia gunakan untuk mencari sebuah rumah kecil untuk mamanya. ‘’Tara ... Apakabar, tegur seseorang dari belakang tubuhnya.’’ ucap seseorang lelaki tampan menyapa dirinya pada acara pameran mobil keluaran terbaru saat itu. Sambil membalikkan tubuhnya, Tara berusaha mengingat seseorang yang saat ini tepat di hadapannya. Seorang lelaki dewasa dengan usia berkisar empat puluh lima tahun dengan wajah tampan dan kulit nya yang terlihat bersih. ‘’Ooh ... Pak Donny yaa, baik pak, Apa kabar dengan bapak sendiri....’’ jawab Tara dengan menja
Sesampai di rumah jam sudah menunjukan pukul jam sebelas lewat empat puluh menit. Tara masuk ke rumah setelah mamanya membukakan pintu rumah. Sesampai di dalam rumah Tara langsung masuk ke kamarnya dan langsung menuju kamar mandi hanya untuk sekedar mencuci wajahnya.“Tara, tadi mama lihat koq mobil yang mengantar kamu berbeda dengan mobil yang biasanya mengantar kamu pulang ke rumah?” tanya mama pada Tara ketika dilihatnya Tara sedang menuju ruang tamu.Tara sangat paham sekali dengan karakter dan sifat mamanya. Oleh karena itu ketika dilihat mamanya masih berada di ruang tamu, ia pun menghampiri mamanya. Agar kekuatiran mamanya terjawab.“Maaa... tadi itu supir dari bos kantor, karena hari ini penjualan seluruh mobil mencapai target maka bos besar mengajak kami makan bersama di restaurant,” Jawab Tara.Setelah mereka bercakap-cakap sebentar, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat. Ketika berada di atas tempat tidurnya, Tar
Sama seperti pagi hari sebelumnya, Tara bangun pagi untuk melakukan aktifitas. Membantu mamanya di dapur, mereka sarapan bersama berakhir dengan pamitnya Tara pada mamanya untuk bekerja. Setiap hari Tara selalu menunggu angkutan umum untuk bisa berangkat ke kantornya. Tapi hari ini ketika ia keluar dari rumahnya, dilihat nya sebuah mobil yang telah ia kenali siapa pemiliknya telah menunggu dirinya di seberang jalan. Ketika ia melihat arah ke mobil tersebut, sebuah lambaian tangan dilihat nya memanggil dirinya untuk bisa menyebrangi jalan itu. Tara pun menyebrangi jalan itu dan menghampiri mobil itu.“Pagi Tara....tadi mas lewat jalan ini, jadi mas pikir sekalian saja mas menunggu kamu disini,” kata pak Donny menjelaskan pada Tara mengapa sepagi ini dirinya telah ada di seberang jalan menunggu dirinya. “Iyaa Mas....malah saya yang merasa tidak enak kalau mas jemput seperti ini,” jawab Tara sambil membuka pintu mobil tersebut.Hari ini pak D
Pagi sekali Tara sudah bangun dan langsung menyiapkan sarapan pagi. Ia pun telah mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci serta mengepel lantai. Padahal jam baru menunjukan pukul enam lewat tiga puluh menit. Ketika mamanya terbangun dari tidurnya ia terheran-heran melihat putri cantiknya telah mengerjakan semua pekerjaan rumah.“Pagi maa....,” ucap Tara ketika mamanya memasuki dapur.“Hmmmm tumben anak mama rajin sekali, semua sudah rapih dan kamu juga sudah buat sarapan yaa,” mama mengatakan hal ini sembari mencium pipi putri cantiknya.“Terimakasih sayang, semakin lama kamu semakin bertambah dewasa,” ucap mama langsung duduk di meja makan.Lalu mereka pun sarapan pagi bersama. Di sela-sela sarapan pagi Tara mengatakan bahwa dirinya kemarin jalan bersama teman kantornya dan membelikan mamanya dua potong pakaian. Hari ini pun Tara mengatakan pada mamanya, kalau ia dan teman-teman kantornya akan menghad
Selesai mereka mandi bersama dan mengenakan pakaian mereka pun menuju halaman belakang. Di samping kolam renang telah tersedia santapan makan malam kambing guling yang telah selesai dibakar oleh para pekerja pak Donny. Pak Donny memang telah menyiapkan hidangan istimewa untuk makan malam mereka. Pak Donny mengajak seluruh pekerja menikmati makan malam bersama. Dan Tara melihat pak Donny sebagai seorang yang sangat murah hati serta seorang yang sangat menghargai orang lain. Dengan mengajak makan malam seluruh pekerja disana berikut keluarga mereka sungguh suatu pemandangan yang jarang terlihat di kota besar. Dimana seorang majikan sangat menghargai pekerjaannya. Dan hal inilah yang membuat Tara jatuh cinta pada pak Donny.Mereka pun makan malam bersama dan tertawa bersama-sama membuat hawa dingin di sekitar mereka agak menghangat. Selesai makan malam Tara dan pak Donny segera masuk ke dalam villa, karena diluar hawanya semakin dingin padahal mereka telah memakai sw
Jam sembilan pagi pak Donny terbangun dari tidurnya tanpa mengenakan busana dan dilihatnya wanita muda yang tanpa busana masih tertidur nyenyak di sisinya. Pemandangan yang indah disisinya tidak disia-siakan untuk dilihatnya kembali. Bagaimana tidak, hari ini pak Donny masih bisa menatap seluruh bagian tubuh dari seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan lengkuk tubuhnya yang sintal, payudara yang masih kencang, serta kulitnya yang putih bersih dan mulus membuat tidak bosan-bosannya pak Donny memandangi tubuh gadis cantik yang masih terlelap nyenyak disampingnya. Pak Donny sangat berbahagia, karena di usianya yang telah menginjak empat puluh lima tahun masih bisa merasakan jatuh cinta pada seorang gadis yang mencintai dirinya juga.Pak Donny berjanji dalam hatinya untuk bisa membahagiakan diri Tara bukan hanya dalam bentuk materi tetapi dalam hal yang menjadi kesenangan Tara. Dan ia tahu Tara mempunyai libido yang sangat besar, maka dirinya pun harus mampu memuaskan hasrat
Pagi ini sama seperti hari yang lain, seperti biasa Tara bangun pagi dan melakukan tugasnya sebagai seorang anak perempuan dengan membantu pekerjaan rumah sebelum dirinya pergi ke kantor. Dan seperti yang di bicarakan pada mamanya kemarin kalau semua keputusan pindah bekerja adalah keputusan drinya. Maka hari ini Tara sudah merasa mantap atas keputusan yang akan di ambil.“Maa...hari ini Tara akan mengajukan pengunduran diri,” ucap Tara ketika mereka telah berada di meja makan untuk melakukan sarapan pagi.“Yaa...nak apapun keputusan mu, mama akan selalu mendukung kamu,” jawab mama dengan tersenyum sambil mengusap tangan Tara.Mereka pun menikmati sarapan pagi mereka dengan sesuatu keputusan besar bagi Tara untuk kehidupannya kelak. Seperti biasa setelah Tara menikmati sarapannya ia pun langsung melakukan persiapan untuk pergi ke kantor, dimana hari ini adalah hari terakhir dirinya ke kantor.“Maa...Tara berangkat dulu yaa sa
Setelah melewati masa kritis pasca operasi, Tara terbangun dari tidurnya di pagi hari, anestesi yang dilakukan semalam dengan memberikan suntikan pada bagian tulang belakangnya membuat setengah bagian tubuhnya tidak merasakan apa-apa, ketika Dokter kandungan memberikan torehan pada bagian perutnya, yang dirasakan oleh Tara hanya rasa dingin, dan Alex yang terus mengajaknya berbicara banyak hal agar kesadarannya tetap terjaga. Dan ketika Dokter mengambil satu persatu bayinya, Tara melihat bagaimana kedua bayi itu satu persatu menangis.Dirinya melihat kedua bayinya yang terlihat mungil kemerahan. Setelah selesai melihat kedua bayinya itu, Tara terlelap dalam tidurnya, hingga di pagi ini terbangun. Tara bersyukur operasi cecar yang dijalankan berjalan dengan lancar. Awalnya Tara sempat berputus asa ketika Dokter Kandungannya mengatakan jenis darah yang dipunyai, termasuk golongan darah yang langka. Sempat terpikir oleh Tara untuk mencari Tiara, ketika seminggu sebelum dirinya melak
~ Tujuh Bulan Kemudian ~Setelah melewati waktu selama hampir enam bulan menjalani pengobatan, melawan kesedihan dan keputusasaannya, kini Tiara menjadi orang yang lebih menerima dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Bagi dirinya, kini...membagi kebahagiaan untuk anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan mereka lebih penting, dibandingkan dirinya harus berkutat dengan masa lalu, serta memaksakan keegoan nya untuk mendapatkan kembali putrinya.Saat ini Tiara sedang berada di sebuah panti asuhan. Dirinya saat ini banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak yang kurang beruntung. Disana dirinya membacakan dongeng, jadi teman bercerita bagi anak-anak remaja putri, dan terkadang dirinya bermain dan bersenda gurau bersama mereka.“Mama Tiara, besok datang lagi yaa,” ujar seorang anak perempuan sambil bergelayut pada tangan Tiara.“Dua hari lagi, mama Tiara baru akan kesini yaa Ita manis,” Tiara menjawab permintaan dari anak perempuan berusia lima tahun.Lalu T
Kesibukan dalam perhelatan pernikahan yang diadakan dengan sederhana kemarin, membuat mereka semua tidak ada yang bangun pagi, bahkan beberapa pekerja pun baru saja terbangun pada pukul tujuh pagi ini. Mereka tergopoh- gopoh membersihkan ruangan yang kemarin di pakai untuk acara pernikahan. Di pagi ini pula, bagian pemilik tenda telah datang untuk membuka tenda-tenda dan kursi yang kemarin di sewa.Dan pemilik katering pun telah datang untuk merapikan perabot yang belum mereka rapikan. Sedangkan pekerja di rumah itu, sedang merapikan beberapa ruangan dengan mengerjakannya secara bersama-sama. Memang pekerjaan yang sangat melelahkan. Sementara itu, di dalam kamar tidur, Tara dan pak Alex mereka masih berpelukan dalam selimut yang menghangatkan mereka.“Selamat pagi istriku sayang,” kecup Alex pada istrinya Tara.Tara yang mendengarkan sambutan pagi pertama setelah pengesahan dirinya menjadi nyonya Alex hanya tersenyum manis. Dirinya malah semakin memeluk erat suaminya,
Seminggu setelah pertemuan dengan Tara, membuat Tiara dan keluarga kembali ke rumah keluarga Tara, alangkah terkejutnya, ketika mereka kesana, dilihat mereka sekeluarga telah tidak ada disana. Melihat kenyataan itu, membuat Tiara terpukul hati dan perasaannya hingga membuat dirinya teriak-teriak memanggil nama Tara, seperti orang yang kehilangan akal.“Tara... ini mama sayang, bukankan pintunya sayang....maafkan mama sayang.....”“Tara...... maafkan mama sayang, tolong bukakan pintu nya... Bukaaaa.”“Tiara, sudah nak... mereka sudah pergi ikhlaskan mereka,” ajak papanya Tiara untuk meninggalkan rumah itu.Tetapi Tiara semakin menangisi kepergian Tara dari rumah itu. Mendengar lirih suara Tiara membuat hati orang yang mendengarkannya seperti tersayat sembilu. Sampai-sampai tetangga di sebelah rumah Tara datang ke rumah itu, bahkan dikarenakan Tiara yang terus menjerit memanggil-manggil nama Tara sambil duduk dilantai depan pagar itu. Beberapa tetangga menghampiri me
Segala persiapan untuk pernikahan telah di lakukan. Dari bunga-bunga segar yang telah di kirim oleh beberapa toko-toko bunga yang terbaik. Bagian dekorasi tempat bersanding kedua mempelai telah di hias. Tempat bersanding kedua mempelai di lakukan di ruang keluarga yang cukup luas. Besok adalah hari pernikahan mereka, dan pak Alex hanya mengundang beberapa teman dekatnya. Hanya ada dua puluh lima orang yang di undang. Untuk katering juga telah disiapkan. Untuk keluarga Tara, papa dan mamanya Tara hanya mengundang dua orang saja, adik papanya Tara dan kakak mamanya Tara.“Sayang, nanti kita akan fiting bajunya yaa.”“Kita berdua saja, apa mama dan papa juga ikut?”“Punya papa dan mama sudah pas ukurannya, beda dengan baju pengantin,” Alex memberikan penjelasan pada Tara sambil memeluk dirinya.“Seperti mimpi,” ucap Tara sambil bergelayut mesra pada tangan pak Alex.“Ini hal nyata sayang.”Pak Alex mengelus-ngelus rambut dari Tara, sebagai rasa sayangnya juga.
Setelah pak Dendy mendapatkan foto dari istri pak Wisnu yang tak lain adalah mama angkat dari Tara, dirinya langsung melaporkan hal itu pada papanya Tiara. Ibu Mia selaku kepala pantiasuhan yang pertama kali di perlihatkan oleh papanya Tiara, mengenai foto dari mamanya Tara. Setelah beberapa lama mengamati wajah dari mamanya Tara. Ibu Mia pun berkata.“Yaa! Saya sangat yakin, wanita ini yang menerima bayi itu dari saya, tidak ada yang berubah dari wajah wanita itu,” sedikit berteriak Ibu Mia menyatakan memang benar wanita itu yang menggendong bayi mungil Tiara, pada saat diserahkannya.Mendengar kesaksian dari ibu Mia, membuat jantung Tiara hampir berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak menyadari kalau selama ini, putrinya yang hilang sangat dekat padanya. Dan Dia juga yang membuat dirinya menahan malu karena hinaan dirinya. Dia telah mengusir putrinya sendiri di kantornya bagaikan seekor binatang. Kalau saja hari itu tidak ada Alex mungkin dirinya telah memukul wajah gadis mu
Setelah dari Dokter, mereka berdua hanya terdiam di dalam mobil. Bahkan mereka hampir saja lupa membelikan makanan siang untuk mama dan papanya Tara. Mereka teringat ketika mamanya Tara menghubungi dirinya.“Iya Ma, sebentar lagi kami sampai.”“Papa minta kopi ya Tara, bisa di belikan di warung pinggir jalan .“Baik Ma, Tara belikan kopi.”Mendengar hubungan ponsel antara Tara dan mamanya, membuat pak Alex, kembali memutar mobil nya untuk membelikan makanan siang mereka. Tetapi Tara tetap terdiam, tidak mengatakan apapun. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam, bingung akan keputusan yang akan di ambilnya.“Sayang, pengen makan apa?”Tara hanya menggelengkan kepalanya. Yang di rasakannya hanya rasa mual dan dia kesal dengan kondisi seperti itu.Pak Alex lalu membelikan makan siang untuk mereka, dan kopi serta minuman mineral. Sedangkan Tara tidak ingin membeli makanan apapun.“Gugurkan saja pak, saya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.”Mendengar a
Di hari minggu yang cerah ini, Tiara mendapatkan berita kalau kepala panti asuhan akan ke rumahnya. Ia berharap kepala panti asuhan itu ingat, ketika dia dulu menitipkan putrinya. Papanya meminta orang suruhannya membawa wanita itu. Semua itu demi sebuah titik terang atas sebuah tabir masa lalu Tiara. Di ruang keluarga yang besar itu, Tiara berjalan hilir mudik tidak tenang.“Tiara, kendalikan diri mu sayang.”“Pa, bagaimana caranya menemukan bayi itu, kalau surat adopsinya tidak ketemu.”Terliat kesal di wajah Tiara, karena untuk menemukan seseorang di kota besar bukan suatu hal yang mudah. Tidak berapa lama orang suruhan dari papanya Tiara yang bernama Dendy sampai di rumah mereka dengan seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun. Mereka berdua memasuki ruang keluarga. Setelah papanya Tiara menyalami pak Dendy dan wanita itu dan mempersilakan wanita itu duduk.“Siang pak, saya Mia.”“Silakan duduk, terima kasih ibu sudah datang ke rumah kami.”Pak Dendy adal
Selama satu jam Tara menunggu Alex terbangun dari tidurnya. Dan Alex terbangun karena rasa lapar yang dirasakan. Dilihat jam pada dinding kamarnya telah menunjukkan pukul delapan malam, berarti hampir tiga jam, dia tidur sore ini. Sesaat didengarnya lagi suara perutnya yang menyanyikan lagu lapar. Lalu ia pun bermalas-malasan berjalan ke meja makan.Alex terkejut, ketika dilihatnya Tara ada disana. Sambil tersenyum dia menghampiri Tara yang masih menunggu di meja makan.“Sayang, kapan datang, Sudah lama?”“Lumayan, gimana enak tidurnya?”Melihat nada suara Tara yang agak menyindirnya, Alex langsung mencium pipi Tara.“Jangan marah, tumben hari ini aku lelah, lapar lagi,” ujar pak Alex pada Tara.Terlihat Tara langsung mengambilkan nasi ke piring dan mengambilkan beberapa lauk dan sayur setelah mendengar kalau pak Alex lapar.“Yaa sudah makan dulu saja pak, nanti kita ngobrolnya,”“Terima kasih, kamu makan juga yaa,” tersenyum Alex meli