Setelah pak Dendy mendapatkan foto dari istri pak Wisnu yang tak lain adalah mama angkat dari Tara, dirinya langsung melaporkan hal itu pada papanya Tiara. Ibu Mia selaku kepala pantiasuhan yang pertama kali di perlihatkan oleh papanya Tiara, mengenai foto dari mamanya Tara. Setelah beberapa lama mengamati wajah dari mamanya Tara. Ibu Mia pun berkata.
“Yaa! Saya sangat yakin, wanita ini yang menerima bayi itu dari saya, tidak ada yang berubah dari wajah wanita itu,” sedikit berteriak Ibu Mia menyatakan memang benar wanita itu yang menggendong bayi mungil Tiara, pada saat diserahkannya.Mendengar kesaksian dari ibu Mia, membuat jantung Tiara hampir berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak menyadari kalau selama ini, putrinya yang hilang sangat dekat padanya. Dan Dia juga yang membuat dirinya menahan malu karena hinaan dirinya. Dia telah mengusir putrinya sendiri di kantornya bagaikan seekor binatang. Kalau saja hari itu tidak ada Alex mungkin dirinya telah memukul wajah gadis muTerima kasih untuk pembaca budiman❤❤❤❤❤ Terima kasih untuk bintangnya💫💫💫💫💫 Terima kasih untuk votenya💎💎💎💎💎 Tunggu kelanjutan CT 💞yaaa🤗 Ingat jaga kesehatan 💪 Terima kasih banyak 🙏🙏🙏🙏🙏
Segala persiapan untuk pernikahan telah di lakukan. Dari bunga-bunga segar yang telah di kirim oleh beberapa toko-toko bunga yang terbaik. Bagian dekorasi tempat bersanding kedua mempelai telah di hias. Tempat bersanding kedua mempelai di lakukan di ruang keluarga yang cukup luas. Besok adalah hari pernikahan mereka, dan pak Alex hanya mengundang beberapa teman dekatnya. Hanya ada dua puluh lima orang yang di undang. Untuk katering juga telah disiapkan. Untuk keluarga Tara, papa dan mamanya Tara hanya mengundang dua orang saja, adik papanya Tara dan kakak mamanya Tara.“Sayang, nanti kita akan fiting bajunya yaa.”“Kita berdua saja, apa mama dan papa juga ikut?”“Punya papa dan mama sudah pas ukurannya, beda dengan baju pengantin,” Alex memberikan penjelasan pada Tara sambil memeluk dirinya.“Seperti mimpi,” ucap Tara sambil bergelayut mesra pada tangan pak Alex.“Ini hal nyata sayang.”Pak Alex mengelus-ngelus rambut dari Tara, sebagai rasa sayangnya juga.
Seminggu setelah pertemuan dengan Tara, membuat Tiara dan keluarga kembali ke rumah keluarga Tara, alangkah terkejutnya, ketika mereka kesana, dilihat mereka sekeluarga telah tidak ada disana. Melihat kenyataan itu, membuat Tiara terpukul hati dan perasaannya hingga membuat dirinya teriak-teriak memanggil nama Tara, seperti orang yang kehilangan akal.“Tara... ini mama sayang, bukankan pintunya sayang....maafkan mama sayang.....”“Tara...... maafkan mama sayang, tolong bukakan pintu nya... Bukaaaa.”“Tiara, sudah nak... mereka sudah pergi ikhlaskan mereka,” ajak papanya Tiara untuk meninggalkan rumah itu.Tetapi Tiara semakin menangisi kepergian Tara dari rumah itu. Mendengar lirih suara Tiara membuat hati orang yang mendengarkannya seperti tersayat sembilu. Sampai-sampai tetangga di sebelah rumah Tara datang ke rumah itu, bahkan dikarenakan Tiara yang terus menjerit memanggil-manggil nama Tara sambil duduk dilantai depan pagar itu. Beberapa tetangga menghampiri me
Kesibukan dalam perhelatan pernikahan yang diadakan dengan sederhana kemarin, membuat mereka semua tidak ada yang bangun pagi, bahkan beberapa pekerja pun baru saja terbangun pada pukul tujuh pagi ini. Mereka tergopoh- gopoh membersihkan ruangan yang kemarin di pakai untuk acara pernikahan. Di pagi ini pula, bagian pemilik tenda telah datang untuk membuka tenda-tenda dan kursi yang kemarin di sewa.Dan pemilik katering pun telah datang untuk merapikan perabot yang belum mereka rapikan. Sedangkan pekerja di rumah itu, sedang merapikan beberapa ruangan dengan mengerjakannya secara bersama-sama. Memang pekerjaan yang sangat melelahkan. Sementara itu, di dalam kamar tidur, Tara dan pak Alex mereka masih berpelukan dalam selimut yang menghangatkan mereka.“Selamat pagi istriku sayang,” kecup Alex pada istrinya Tara.Tara yang mendengarkan sambutan pagi pertama setelah pengesahan dirinya menjadi nyonya Alex hanya tersenyum manis. Dirinya malah semakin memeluk erat suaminya,
~ Tujuh Bulan Kemudian ~Setelah melewati waktu selama hampir enam bulan menjalani pengobatan, melawan kesedihan dan keputusasaannya, kini Tiara menjadi orang yang lebih menerima dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Bagi dirinya, kini...membagi kebahagiaan untuk anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan mereka lebih penting, dibandingkan dirinya harus berkutat dengan masa lalu, serta memaksakan keegoan nya untuk mendapatkan kembali putrinya.Saat ini Tiara sedang berada di sebuah panti asuhan. Dirinya saat ini banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak yang kurang beruntung. Disana dirinya membacakan dongeng, jadi teman bercerita bagi anak-anak remaja putri, dan terkadang dirinya bermain dan bersenda gurau bersama mereka.“Mama Tiara, besok datang lagi yaa,” ujar seorang anak perempuan sambil bergelayut pada tangan Tiara.“Dua hari lagi, mama Tiara baru akan kesini yaa Ita manis,” Tiara menjawab permintaan dari anak perempuan berusia lima tahun.Lalu T
Setelah melewati masa kritis pasca operasi, Tara terbangun dari tidurnya di pagi hari, anestesi yang dilakukan semalam dengan memberikan suntikan pada bagian tulang belakangnya membuat setengah bagian tubuhnya tidak merasakan apa-apa, ketika Dokter kandungan memberikan torehan pada bagian perutnya, yang dirasakan oleh Tara hanya rasa dingin, dan Alex yang terus mengajaknya berbicara banyak hal agar kesadarannya tetap terjaga. Dan ketika Dokter mengambil satu persatu bayinya, Tara melihat bagaimana kedua bayi itu satu persatu menangis.Dirinya melihat kedua bayinya yang terlihat mungil kemerahan. Setelah selesai melihat kedua bayinya itu, Tara terlelap dalam tidurnya, hingga di pagi ini terbangun. Tara bersyukur operasi cecar yang dijalankan berjalan dengan lancar. Awalnya Tara sempat berputus asa ketika Dokter Kandungannya mengatakan jenis darah yang dipunyai, termasuk golongan darah yang langka. Sempat terpikir oleh Tara untuk mencari Tiara, ketika seminggu sebelum dirinya melak
Tara merasakan kepalanya berat sekali, sewaktu memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidurnya. Yang diingat olehnya, ketika ia bersama teman-teman sekolah menghadiri pesta ulang tahun dari teman sekelasnya. Ia pun tidak tahu siapa yang mengantarkan dirinya sampai ke rumah. Ia melihat sekeliling kamarnya dan dilihatnya seisi kamar seperti terbalik. Kembali ia menutup matanya dan mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya malam itu. Masih terasa hinggar binggar musik di rumah temannya saat pesta berlangsung. Membuat mereka menggoyangkan badan mengikuti irama. Lalu,Tara mengingat satu persatu kejadian yang telah terjadi di tempat pesta itu. Ia teringat ketika beberapa temannya mengajak untuk mencoba minuman “musroom” . Beberapa saat kemudian, ia merasa semua yang dilihat terbalik. Ia ingat bagaimana dirinya tertawa terpingkal-pingkal karena semua yang dilihat terbalik, akibat dari minuman yang dicoba bersama teman-teman. “Sialan sekali minuman itu,” umpat Tara setelah tah
Sesampai di rumah Tara mendapati beberapa barang telah terjual. Lalu ia pun melihat mamanya masih mengemas beberapa barang pecah belah. “ Kamu sudah pulang... ,” ucap mamanya melihat Tara mendekati dirinya. “ Ayoo kita makan dulu.” Mama mengajak Tara langsung menuju meja makan mereka. Tidak ada kata-kata atau pembicaraan apapun ketika mereka di meja makan. Tara sedang menikmati makan siangnya hari ini. Ia pun menikmati makan siangnya sambil memikirkan cara untuk memberitahu mamanya perihal keputusannya menerima pekerjaan part time yang telah ia setujui pada sebuah perusahaan showroom besar itu. Selesai mereka makan siang, Tara langsung membantu mamanya untuk mengemasi beberapa barang lagi. “ Tara..., tadi beberapa barang yang mama iklankan telah diborong oleh orang yang kebetulan memerlukan semua barang yang kita jual,” ucap mama pada Tara. Tara hanya mendengarkan cerita mama tentang beberapa barang yang telah terjual dan berapa uang yang mereka dapat dengan menjual barang-ba
Setelah kelulusan dengan nilai terbaik Tara tidak berpikir untuk mencari Universitas negeri ataupun Swasta. Saat ini dirinya sangat menikmati pekerjaannya setelah ia lakoni selama satu tahun ini. Tara sangat menikmati dan mencintai pekerjaan sebagai sales dari perusahaan ini. Selain salary yang diterima cukup untuk dirinya dan mamanya. Bonusnya yang terbilang sangat lumayan, dapat membuat dirinya mengumpulkan pundi-pundi penghasilannya yang kelak akan ia gunakan untuk mencari sebuah rumah kecil untuk mamanya. ‘’Tara ... Apakabar, tegur seseorang dari belakang tubuhnya.’’ ucap seseorang lelaki tampan menyapa dirinya pada acara pameran mobil keluaran terbaru saat itu. Sambil membalikkan tubuhnya, Tara berusaha mengingat seseorang yang saat ini tepat di hadapannya. Seorang lelaki dewasa dengan usia berkisar empat puluh lima tahun dengan wajah tampan dan kulit nya yang terlihat bersih. ‘’Ooh ... Pak Donny yaa, baik pak, Apa kabar dengan bapak sendiri....’’ jawab Tara dengan menja
Setelah melewati masa kritis pasca operasi, Tara terbangun dari tidurnya di pagi hari, anestesi yang dilakukan semalam dengan memberikan suntikan pada bagian tulang belakangnya membuat setengah bagian tubuhnya tidak merasakan apa-apa, ketika Dokter kandungan memberikan torehan pada bagian perutnya, yang dirasakan oleh Tara hanya rasa dingin, dan Alex yang terus mengajaknya berbicara banyak hal agar kesadarannya tetap terjaga. Dan ketika Dokter mengambil satu persatu bayinya, Tara melihat bagaimana kedua bayi itu satu persatu menangis.Dirinya melihat kedua bayinya yang terlihat mungil kemerahan. Setelah selesai melihat kedua bayinya itu, Tara terlelap dalam tidurnya, hingga di pagi ini terbangun. Tara bersyukur operasi cecar yang dijalankan berjalan dengan lancar. Awalnya Tara sempat berputus asa ketika Dokter Kandungannya mengatakan jenis darah yang dipunyai, termasuk golongan darah yang langka. Sempat terpikir oleh Tara untuk mencari Tiara, ketika seminggu sebelum dirinya melak
~ Tujuh Bulan Kemudian ~Setelah melewati waktu selama hampir enam bulan menjalani pengobatan, melawan kesedihan dan keputusasaannya, kini Tiara menjadi orang yang lebih menerima dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Bagi dirinya, kini...membagi kebahagiaan untuk anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan mereka lebih penting, dibandingkan dirinya harus berkutat dengan masa lalu, serta memaksakan keegoan nya untuk mendapatkan kembali putrinya.Saat ini Tiara sedang berada di sebuah panti asuhan. Dirinya saat ini banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak yang kurang beruntung. Disana dirinya membacakan dongeng, jadi teman bercerita bagi anak-anak remaja putri, dan terkadang dirinya bermain dan bersenda gurau bersama mereka.“Mama Tiara, besok datang lagi yaa,” ujar seorang anak perempuan sambil bergelayut pada tangan Tiara.“Dua hari lagi, mama Tiara baru akan kesini yaa Ita manis,” Tiara menjawab permintaan dari anak perempuan berusia lima tahun.Lalu T
Kesibukan dalam perhelatan pernikahan yang diadakan dengan sederhana kemarin, membuat mereka semua tidak ada yang bangun pagi, bahkan beberapa pekerja pun baru saja terbangun pada pukul tujuh pagi ini. Mereka tergopoh- gopoh membersihkan ruangan yang kemarin di pakai untuk acara pernikahan. Di pagi ini pula, bagian pemilik tenda telah datang untuk membuka tenda-tenda dan kursi yang kemarin di sewa.Dan pemilik katering pun telah datang untuk merapikan perabot yang belum mereka rapikan. Sedangkan pekerja di rumah itu, sedang merapikan beberapa ruangan dengan mengerjakannya secara bersama-sama. Memang pekerjaan yang sangat melelahkan. Sementara itu, di dalam kamar tidur, Tara dan pak Alex mereka masih berpelukan dalam selimut yang menghangatkan mereka.“Selamat pagi istriku sayang,” kecup Alex pada istrinya Tara.Tara yang mendengarkan sambutan pagi pertama setelah pengesahan dirinya menjadi nyonya Alex hanya tersenyum manis. Dirinya malah semakin memeluk erat suaminya,
Seminggu setelah pertemuan dengan Tara, membuat Tiara dan keluarga kembali ke rumah keluarga Tara, alangkah terkejutnya, ketika mereka kesana, dilihat mereka sekeluarga telah tidak ada disana. Melihat kenyataan itu, membuat Tiara terpukul hati dan perasaannya hingga membuat dirinya teriak-teriak memanggil nama Tara, seperti orang yang kehilangan akal.“Tara... ini mama sayang, bukankan pintunya sayang....maafkan mama sayang.....”“Tara...... maafkan mama sayang, tolong bukakan pintu nya... Bukaaaa.”“Tiara, sudah nak... mereka sudah pergi ikhlaskan mereka,” ajak papanya Tiara untuk meninggalkan rumah itu.Tetapi Tiara semakin menangisi kepergian Tara dari rumah itu. Mendengar lirih suara Tiara membuat hati orang yang mendengarkannya seperti tersayat sembilu. Sampai-sampai tetangga di sebelah rumah Tara datang ke rumah itu, bahkan dikarenakan Tiara yang terus menjerit memanggil-manggil nama Tara sambil duduk dilantai depan pagar itu. Beberapa tetangga menghampiri me
Segala persiapan untuk pernikahan telah di lakukan. Dari bunga-bunga segar yang telah di kirim oleh beberapa toko-toko bunga yang terbaik. Bagian dekorasi tempat bersanding kedua mempelai telah di hias. Tempat bersanding kedua mempelai di lakukan di ruang keluarga yang cukup luas. Besok adalah hari pernikahan mereka, dan pak Alex hanya mengundang beberapa teman dekatnya. Hanya ada dua puluh lima orang yang di undang. Untuk katering juga telah disiapkan. Untuk keluarga Tara, papa dan mamanya Tara hanya mengundang dua orang saja, adik papanya Tara dan kakak mamanya Tara.“Sayang, nanti kita akan fiting bajunya yaa.”“Kita berdua saja, apa mama dan papa juga ikut?”“Punya papa dan mama sudah pas ukurannya, beda dengan baju pengantin,” Alex memberikan penjelasan pada Tara sambil memeluk dirinya.“Seperti mimpi,” ucap Tara sambil bergelayut mesra pada tangan pak Alex.“Ini hal nyata sayang.”Pak Alex mengelus-ngelus rambut dari Tara, sebagai rasa sayangnya juga.
Setelah pak Dendy mendapatkan foto dari istri pak Wisnu yang tak lain adalah mama angkat dari Tara, dirinya langsung melaporkan hal itu pada papanya Tiara. Ibu Mia selaku kepala pantiasuhan yang pertama kali di perlihatkan oleh papanya Tiara, mengenai foto dari mamanya Tara. Setelah beberapa lama mengamati wajah dari mamanya Tara. Ibu Mia pun berkata.“Yaa! Saya sangat yakin, wanita ini yang menerima bayi itu dari saya, tidak ada yang berubah dari wajah wanita itu,” sedikit berteriak Ibu Mia menyatakan memang benar wanita itu yang menggendong bayi mungil Tiara, pada saat diserahkannya.Mendengar kesaksian dari ibu Mia, membuat jantung Tiara hampir berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak menyadari kalau selama ini, putrinya yang hilang sangat dekat padanya. Dan Dia juga yang membuat dirinya menahan malu karena hinaan dirinya. Dia telah mengusir putrinya sendiri di kantornya bagaikan seekor binatang. Kalau saja hari itu tidak ada Alex mungkin dirinya telah memukul wajah gadis mu
Setelah dari Dokter, mereka berdua hanya terdiam di dalam mobil. Bahkan mereka hampir saja lupa membelikan makanan siang untuk mama dan papanya Tara. Mereka teringat ketika mamanya Tara menghubungi dirinya.“Iya Ma, sebentar lagi kami sampai.”“Papa minta kopi ya Tara, bisa di belikan di warung pinggir jalan .“Baik Ma, Tara belikan kopi.”Mendengar hubungan ponsel antara Tara dan mamanya, membuat pak Alex, kembali memutar mobil nya untuk membelikan makanan siang mereka. Tetapi Tara tetap terdiam, tidak mengatakan apapun. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam, bingung akan keputusan yang akan di ambilnya.“Sayang, pengen makan apa?”Tara hanya menggelengkan kepalanya. Yang di rasakannya hanya rasa mual dan dia kesal dengan kondisi seperti itu.Pak Alex lalu membelikan makan siang untuk mereka, dan kopi serta minuman mineral. Sedangkan Tara tidak ingin membeli makanan apapun.“Gugurkan saja pak, saya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.”Mendengar a
Di hari minggu yang cerah ini, Tiara mendapatkan berita kalau kepala panti asuhan akan ke rumahnya. Ia berharap kepala panti asuhan itu ingat, ketika dia dulu menitipkan putrinya. Papanya meminta orang suruhannya membawa wanita itu. Semua itu demi sebuah titik terang atas sebuah tabir masa lalu Tiara. Di ruang keluarga yang besar itu, Tiara berjalan hilir mudik tidak tenang.“Tiara, kendalikan diri mu sayang.”“Pa, bagaimana caranya menemukan bayi itu, kalau surat adopsinya tidak ketemu.”Terliat kesal di wajah Tiara, karena untuk menemukan seseorang di kota besar bukan suatu hal yang mudah. Tidak berapa lama orang suruhan dari papanya Tiara yang bernama Dendy sampai di rumah mereka dengan seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun. Mereka berdua memasuki ruang keluarga. Setelah papanya Tiara menyalami pak Dendy dan wanita itu dan mempersilakan wanita itu duduk.“Siang pak, saya Mia.”“Silakan duduk, terima kasih ibu sudah datang ke rumah kami.”Pak Dendy adal
Selama satu jam Tara menunggu Alex terbangun dari tidurnya. Dan Alex terbangun karena rasa lapar yang dirasakan. Dilihat jam pada dinding kamarnya telah menunjukkan pukul delapan malam, berarti hampir tiga jam, dia tidur sore ini. Sesaat didengarnya lagi suara perutnya yang menyanyikan lagu lapar. Lalu ia pun bermalas-malasan berjalan ke meja makan.Alex terkejut, ketika dilihatnya Tara ada disana. Sambil tersenyum dia menghampiri Tara yang masih menunggu di meja makan.“Sayang, kapan datang, Sudah lama?”“Lumayan, gimana enak tidurnya?”Melihat nada suara Tara yang agak menyindirnya, Alex langsung mencium pipi Tara.“Jangan marah, tumben hari ini aku lelah, lapar lagi,” ujar pak Alex pada Tara.Terlihat Tara langsung mengambilkan nasi ke piring dan mengambilkan beberapa lauk dan sayur setelah mendengar kalau pak Alex lapar.“Yaa sudah makan dulu saja pak, nanti kita ngobrolnya,”“Terima kasih, kamu makan juga yaa,” tersenyum Alex meli