Sesampai di rumah Tara mendapati beberapa barang telah terjual. Lalu ia pun melihat mamanya masih mengemas beberapa barang pecah belah.
“ Kamu sudah pulang... ,” ucap mamanya melihat Tara mendekati dirinya. “ Ayoo kita makan dulu.” Mama mengajak Tara langsung menuju meja makan mereka. Tidak ada kata-kata atau pembicaraan apapun ketika mereka di meja makan. Tara sedang menikmati makan siangnya hari ini. Ia pun menikmati makan siangnya sambil memikirkan cara untuk memberitahu mamanya perihal keputusannya menerima pekerjaan part time yang telah ia setujui pada sebuah perusahaan showroom besar itu. Selesai mereka makan siang, Tara langsung membantu mamanya untuk mengemasi beberapa barang lagi. “ Tara..., tadi beberapa barang yang mama iklankan telah diborong oleh orang yang kebetulan memerlukan semua barang yang kita jual,” ucap mama pada Tara. Tara hanya mendengarkan cerita mama tentang beberapa barang yang telah terjual dan berapa uang yang mereka dapat dengan menjual barang-barang mereka sambil terus membantu mamanya merapihkan sisa dari barang-barang yang belum dikemas. Setelah seluruh barang telah di kemas, Tara pun memberanikan diri untuk bisa memberitahu pada mamanya perihal pekerjaan part time yang telah diterimanya. “Maaa..., tadi Tara ke perusahaan yang menerima pekerjaan part time.”ucap Tara. Sejenak Tara terdiam sambil menunggu respon dari mamanya. Ketika itu mamanya terdiam serta hanya mendengarkan dirinya dan melihat kearahnya. Lalu Tara pun menjelaskan mengenai perusahaan itu dan jenis pekerjaan yang akan di kerjakannya. Tara pun memberitahu mamaya berapa tentang salary yang akan diterimanya. Tara juga mengatakan pada mamanya perihal bonus yang akan diterimanya ketika penjualan atas mobil yang di pamerkan itu terjual olehnya. Atas bujuk rayu dan janji dari Tara untuk lebih giat belajar maka mamanya pun memberikan izin pada putri semata wayangnya untuk bekerja. “Terimakasih mama sayang...,” ucap Tara sambil mencium kedua pipi mamanya. Mereka pun tersenyum dan tertawa bersama. Sungguh pemandangan yang mengharukan ketika seorang anak perempuan seusia Tara yang sejak kecil hidup bagai seorang putri yang selalu dalam kemewahan, saat ini harus bekerja dan harus mampu menjadi tulang punggung keluarga. Ditambah sekarang ini papa yang ia sayangi masih berada di Rumah Tahanan. Sebenarnya tekanan secara mental Tara telah terjadi dua tahun lalu, ketika untuk pertama kalinya ia mendengar papanya harus masuk Rumah Tahanan. Dan beberapa aset harus diambil oleh pihak Pengadilan. Beberapa teman yang dulu sering ke rumah dan menghabiskan waktu bersama dengan berhura-hura semakin hari semakin berkurang. Karena teman-temannya tahu kalau keluarga Tara mengalami kebangkrutan. Tetapi karena Tara mempunyai jiwa yang supel dan terkesan tidak peduli dengan perubahan dari sikap teman-temannya maka di tanggapi santai olehnya, walaupun dihati yang dalam ia merasakan luka yang teramat sangat. Terlebih sebagian dari mereka adalah sahabat karibnya. Sore ini mamanya berencana untuk pindah kerumah kontrakan. Memang seharusnya dua atau tiga hari lagi. Karena seluruh barang-barang yang tidak dibutuhkan telah terjual maka, hari ini mereka putuskan untuk ke rumah kontrakan. Setelah menunggu mobil pengangkut barang tiba, kami pun menuju rumah kontrakan itu. Sesampai disana mereka langsung menata dan merapihkan rumah kontrakan mereka. Karena disana hanya ada dua kamar tidur, dua kamar mandi, satu ruang tamu dan satu dapur berikut ruang makannya, maka diputuskan kalau Tara tidur bersama mamanya. Satu kamar lainnya dipakai untuk menaruh pakaian dan beberapa sepatu serta beberapa buku milik Tara serta beberapa barang lainnya. Mereka merapihkan seluruh barang-barang hingga larut malam. Hari ini sangat terasa melelahkan bagi Tara dan mamanya. Mereka akhirnya pun tertidur setelah semuanya telah selesai mereka. Keesokan hari nya, seperti biasa Tara berangkat sekolah sedangkan mamanya berada di rumah. Sesampai di sekolah Tara mendapatkan kabar kalau ujian sekolah akan di adakan dua minggu lagi. Dan seluruh murid di liburkan selama dua minggu sebagai hari minggu tenang. Dengan tujuan seluruh murid bisa belajar di rumah untuk bisa mengikuti ujian nasional kelulusan sekolah menangah atas. Setelah mendapat pengumuman sekolah Tara pun pulang ke rumah dengan hati riang. Ia merasa memang jalan dirinya untuk bekerja sudah menjadi jalan hidupnya. Untuk masalah belajar menghadapi ujian akhir sekolah bukan suatu hal yang sulit bagi Tara. Karena ia sangat terkenal cerdas di sekolahnya. Jadi masalah ujian akhir sekolah bukan suatu hal yang berat bagi dirinya. Sesampai di rumah ia langsung memberitahukan perihal pengumuman sekolah serta jadwal ujian akhir sekolah pada mamanya. Lalu Tara masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah selesai Tara langsung menuju ruangan bukunya, untuk bisa mengambil beberapa buku yang harus di ulangi pembelajarannya. Setelah dua jam berada di ruang baca tersebut, Tara menghubungi perusahaan yang menerima dirinya bekerja. Ia memberitahu perihal keinginan nya untuk bekerja part time untuk hari ini. Karena kepindahan dirinya ke rumah kontrakannya lebih cepat dari jadwal sebelumnya. Perusahaan tempat dirinya akan bekerja pun menerima keputusan Tara untuk bekerja hari ini. Selesai Tara mandi, ia pun mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke perusahaan yang memperkerjakannya. Selesai pamit pada mamanya Tara pun berangkat bekerja dengan kendaraan umum. Karena ia sekarang sudah tahu kendaraan umum apa saja yang bisa membawanya menuju perusahaan itu. Satu jam kemudian ia sampai ke perusahaan tersebut lalu menunggu di lobby sesuai petunjuk dari bagian recepsionis. Di lihatnya ada beberapa wanita seusia nya bahkan yang lebih tua dari nya telah berada di lobby untuk menunggu mobil jemputan yang akan membawa mereka ke tempat pemasaran mobil. Beberapa lama kemudian mobil jemputan pun tiba, dan mengantar mereka untuk mulai bekerja. Mereka sampai pada sebuah mall besar di kota tersebut. Dan mereka mulai belajar dari senior mereka untuk bisa menawarkan mobil-mobil terbaru yang di pamerkan disana, begitupun dengan Tara. Ia sangat antusias dalam mempelajari cara menawarkan mobil ataupun merayu dari calon pembeli dari senior yang ia ikuti persis dibelakangnya. Ia mempelajari cara berbicara, cara menawarkan dan cara merayu beberapa orang yang melihat pameran mobil tersebut. Hingga tidak terasa jam telah menunjukan pukul sembilan. Dan mereka pun bergegas pulang dengan di antar ke rumah masing-masing dengan mobil jemputan. Sesampai di rumah telah menunjukan pukul sebelas malam. Karena rumah Tara adalah rumah terakhir yang di tuju oleh mobil jemputan mereka. Mamanya membukakan pintu dan meminta Tara untuk langsung makan malam. Tetapi Tara menyampaikan pada mamanya kalau dirinya sudah dapat makan malam dari perusahaan. Dan hal itu membuat lega perasaan mamanya. Karena selama di rumah tadi yang dipikirkan oleh mamanya Tara adalah waktu jam makannya. “Maa, Tara mandi dulu yaa, udah terasa lengket ini badan,” ucap Tara pada mamanya. Mama hanya bisa mengangguk dan tersenyum padanya. Lalu Mama ke dapur untuk membuatkan teh manis hangat utk Tara, karena mamanya pikir Tara membutuhkan lebih banyak energi ketika bekerja dan harus pulang selarut ini. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Tara telah selesai mandi dan lebih terlihat segar. “Sayang ... Diminum teh hangat nya,”ucap mamanya sambil membawakan teh hangat itu kehadapan Tara. “Terimakasih maaa ... Senyum manis Tara dengan lesung pipinya,” jawab Tara. Lalu di minumnya teh hangat buatan mamanya. Dan ia pun mencium kedua pipi mamanya sambil bercerita tentang pekerjaan nya di hari pertama. Dari beberapa teman barunya dan ilmu yang di dapatkan dalam memasarkan mobil yang saat itu sedang di pasarkan. Terlihat wajah mamanya bahagia melihat antusias putri kesayangannya menyukai pekerjaannya. Mamanya selalu bersyukur atas segala perubahan sikap dari Tara. Setelah mereka selesai berbincang-bincang dengan banyak topik akhirnya mereka pun memutuskan untuk beristirahat. Pagi ini Tara akan berangkat ke perusahaan lebih pagi, karena Tara sudah memberitahu bagian personalia dan pemasaran kalau dirinya bisa bekerja penuh selama dua minggu ini. Lalu setelah Tara pamit pada mamanya ia pun pergi berangkat ke tempat kerjanya. Sesampai di tempat kerjanya seperti biasa ia pun menunggu di lobby perusahaan itu bersama beberapa teman untuk menunggu mobil jemputan. Bagi karyawan yang bisa bekerja di pagi hari. Jadwal mereka bekerja dari jam sebilan pagi hingga sampai jam enam sore. Jadi hari ini Tara akan bekerja hingga sampai pukul enam sore. Setelah mobil jemputan datang dan mengantar mereka ke tempat bekerja mereka, lalu mereka pun mulai bekerja. Dan hari ini adalah hari keberuntungan bagi Tara. Bagaimana tidak, hari ini dirinya bisa menjual satu unit mobil. Seniornya memberikan selamat padanya, dan meminta rekan-rekan yang lain untuk bisa lebih giat dan lebih luwes seperti Tara. “Selamat Tara atas kerja keras mu, dan saya berharap rekan-rekan yang lain bisa lebih semangat serta mampu melakukan hal sama seperti Tara,” ujar senior Tara sambil menyalami dirinya. Terimakasih banyak Bu, untuk supportnya,’’ jawab Tara. Seluruh teman-temannya pun menyalami Tara. Sungguh sanggat membahagiakan bagi hati Tara, karena di hari kedua dirinya mampu menjual satu unit mobil. Ingin sekali dirinya secepatnya bertemu dengan mamanya perihal berita bahagia ini. Ia sudah bisa menghitung berapa banyak bonus yang akan diterimanya. Dalam angan nya ingin sekali ia membuat bangga mamanya atas pekerjaannya ini. Tersenyum-senyum sendiri tara melihat angan-angan nya saat ini. ‘’ Tara...., ada customer yang minta nomor telphon mu,’’ ucap seniornya memberitahukan Tara perihal seorang customer yang ingin meminta nomor telphonnya. ‘’Baik Bu ... Saya akan menemui customernya.” Jawab Tara. Tara pergi meninggalkan seniornya untuk menemui seorang customer yang sedang duduk di area pameran tersebut. Disana ada beberapa kursi bulat yang di depannya ada sebuah meja bulat pula. Disanalah beberapa customer vip mendapatkan pelayanan special. Sesampai disana Tara mencari seorang customer dengan ciri-ciri yang telah di sebutkan oleh seniornya. Seorang lelaki usia sekitar empat puluh lima tahun dengan kaos berwarna hijau muda dan celana jins memakai topi berwarna hitam. Setelah mencarinya Tara melihat lelaki itu duduk di kursi bundar pojok sedang menikmati sebatang rokok di bibirnya. ‘’Maaf Pak ... Saya Tara, ada yang bisa saya bantu,’’ sapa Tara pada customer itu. Dilihatnya secara seksama oleh Tara. Customer itu seorang lelaki tampan dengan kulit bersih. Memakai kaca mata minus, memiliki kumis dan jambang yang tipis, dengan tubuh yang terbilang atletis. “Oooh...Yaa Tara, saya dengan Donny.’’ Jawab lelaki itu menyebutkan namanya sambil menyalami Tara. Mereka akhirnya duduk saling berhadapan satu sama lain. Dan pada kesempatan ini pak Donny secara langsung menawarkan pekerjaan untuk Tara di perusahaannya. Tetapi Tara menjelaskan pada pak Donny kalau saat ini dirinya masih bersekolah dan sedang menunggu ujian akhir sekolahnya. Di tambah pada perusahaan ini Tara pun baru bekerja selama dua hari. Tara memberikan penjelasan pada pak Donny. Lalu pak Donny pun meminta nomor telphon Tara, dan mengatakan pada Tara jika suatu saat dirinya memerlukan pekerjaan pada perusahaan nya maka dirinya diminta untuk tidak sungkan menghubunginya. Setelah itu seniornya meminta Tara bertemu dengannya. “Sore Buu ... Ada yang bisa saya bantu,”Ucap Tara pada senior/team leadernya ketika sudah duduk dihadapan seniornya. “Tara ... Ibu hanya ingin menyampaikan. Tadi itu pak Donny customer VIP kita. Jadi ibu harap kamu bisa membujuk dirinya untuk bisa membeli beberapa mobil kita untuk keperluan operasionak perusahaannya. Apalagi ibu lihat pak Donny bersimpati pada kamu.”Ucap senior Tara menjelaskan harapannya pada Tara. “Siap Buu ... Akan saya usahakan,” ucap Tara. Akhirnya jam telah menunjukan pukul enam sore maka Tara pun bergegas pulang bersama teman-teman satu team nya. Dalam perjalanan pulang mereka bersenda gurau dan berbahagia atas pencapaian team mereka hari ini. Mereka bersuka cita atas pencapaian penjualan yang telah di capai oleh Tara dan satu teman Tara lainnya. Tidak lama kemudian akhirnya Tara pun sampai rumahnya. Setelah dirinya memberikan salam kepada satu temannya yang tersisa, Tara pun keluar dari mobil tersebut menuju pintu rumah nya yang telah di buka oleh mamanya. “Malam maa," Tara mencium kedua pipinya. Sambil menutup pintu rumah mereka, mamanya Tara melihat kegembiraan di wajah putri cantiknya. Dan Bertanya-tanya dalam hatinya. Kira-kira apa gerangan yang membuat wajah anaknya terlihat sangat bahagia. Setelah mereka sampai di meja makan mamanya bertanya pada Tara perihal kebahagiaan yang dilihatnya. “Ada kabar baik apalagi sayang...Ucap mama pada Tara.” “Maaa... berkat doa mama, hari ini Tara berhasil menjual satu unit mobil.” Ucap Tara. Dirinya sangat mengebu-gebu bercerita tentang caranya ia menawarkan customer pada mobil yang ia tawarkan sampai akhirnya customer itu jadi membeli mobil itu. Dan ia pun bercerita bagaimana senior dan rekan-rekan kerjanya memberikan selamat atas keberhasilannya. “Tara sangat seneng sekali maa...”Ucap Tara pada mamanya yg mengelus kepalanya dan mencium keningnya. Mamanya tersenyum bahagia melihat kebahagiaan yang terpancar pada wajah cantik Anaknya. Mamanya tidak menyangka kalau putri semata wayangnya telah membuat bangga hatinya. Memang hidup demikian adanya. Dalam setiap kesulitan akan ada kebahagiaan yang menyertainya. Mungkin jalan yang dilaluinya kali ini untuk mengajari dirinya dan putrinya untuk bisa menghargai segala sesuatu yang telah diraihnya dengan perjuangan. Demikian kata hati sang mama.Setelah kelulusan dengan nilai terbaik Tara tidak berpikir untuk mencari Universitas negeri ataupun Swasta. Saat ini dirinya sangat menikmati pekerjaannya setelah ia lakoni selama satu tahun ini. Tara sangat menikmati dan mencintai pekerjaan sebagai sales dari perusahaan ini. Selain salary yang diterima cukup untuk dirinya dan mamanya. Bonusnya yang terbilang sangat lumayan, dapat membuat dirinya mengumpulkan pundi-pundi penghasilannya yang kelak akan ia gunakan untuk mencari sebuah rumah kecil untuk mamanya. ‘’Tara ... Apakabar, tegur seseorang dari belakang tubuhnya.’’ ucap seseorang lelaki tampan menyapa dirinya pada acara pameran mobil keluaran terbaru saat itu. Sambil membalikkan tubuhnya, Tara berusaha mengingat seseorang yang saat ini tepat di hadapannya. Seorang lelaki dewasa dengan usia berkisar empat puluh lima tahun dengan wajah tampan dan kulit nya yang terlihat bersih. ‘’Ooh ... Pak Donny yaa, baik pak, Apa kabar dengan bapak sendiri....’’ jawab Tara dengan menja
Sesampai di rumah jam sudah menunjukan pukul jam sebelas lewat empat puluh menit. Tara masuk ke rumah setelah mamanya membukakan pintu rumah. Sesampai di dalam rumah Tara langsung masuk ke kamarnya dan langsung menuju kamar mandi hanya untuk sekedar mencuci wajahnya.“Tara, tadi mama lihat koq mobil yang mengantar kamu berbeda dengan mobil yang biasanya mengantar kamu pulang ke rumah?” tanya mama pada Tara ketika dilihatnya Tara sedang menuju ruang tamu.Tara sangat paham sekali dengan karakter dan sifat mamanya. Oleh karena itu ketika dilihat mamanya masih berada di ruang tamu, ia pun menghampiri mamanya. Agar kekuatiran mamanya terjawab.“Maaa... tadi itu supir dari bos kantor, karena hari ini penjualan seluruh mobil mencapai target maka bos besar mengajak kami makan bersama di restaurant,” Jawab Tara.Setelah mereka bercakap-cakap sebentar, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat. Ketika berada di atas tempat tidurnya, Tar
Sama seperti pagi hari sebelumnya, Tara bangun pagi untuk melakukan aktifitas. Membantu mamanya di dapur, mereka sarapan bersama berakhir dengan pamitnya Tara pada mamanya untuk bekerja. Setiap hari Tara selalu menunggu angkutan umum untuk bisa berangkat ke kantornya. Tapi hari ini ketika ia keluar dari rumahnya, dilihat nya sebuah mobil yang telah ia kenali siapa pemiliknya telah menunggu dirinya di seberang jalan. Ketika ia melihat arah ke mobil tersebut, sebuah lambaian tangan dilihat nya memanggil dirinya untuk bisa menyebrangi jalan itu. Tara pun menyebrangi jalan itu dan menghampiri mobil itu.“Pagi Tara....tadi mas lewat jalan ini, jadi mas pikir sekalian saja mas menunggu kamu disini,” kata pak Donny menjelaskan pada Tara mengapa sepagi ini dirinya telah ada di seberang jalan menunggu dirinya. “Iyaa Mas....malah saya yang merasa tidak enak kalau mas jemput seperti ini,” jawab Tara sambil membuka pintu mobil tersebut.Hari ini pak D
Pagi sekali Tara sudah bangun dan langsung menyiapkan sarapan pagi. Ia pun telah mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci serta mengepel lantai. Padahal jam baru menunjukan pukul enam lewat tiga puluh menit. Ketika mamanya terbangun dari tidurnya ia terheran-heran melihat putri cantiknya telah mengerjakan semua pekerjaan rumah.“Pagi maa....,” ucap Tara ketika mamanya memasuki dapur.“Hmmmm tumben anak mama rajin sekali, semua sudah rapih dan kamu juga sudah buat sarapan yaa,” mama mengatakan hal ini sembari mencium pipi putri cantiknya.“Terimakasih sayang, semakin lama kamu semakin bertambah dewasa,” ucap mama langsung duduk di meja makan.Lalu mereka pun sarapan pagi bersama. Di sela-sela sarapan pagi Tara mengatakan bahwa dirinya kemarin jalan bersama teman kantornya dan membelikan mamanya dua potong pakaian. Hari ini pun Tara mengatakan pada mamanya, kalau ia dan teman-teman kantornya akan menghad
Selesai mereka mandi bersama dan mengenakan pakaian mereka pun menuju halaman belakang. Di samping kolam renang telah tersedia santapan makan malam kambing guling yang telah selesai dibakar oleh para pekerja pak Donny. Pak Donny memang telah menyiapkan hidangan istimewa untuk makan malam mereka. Pak Donny mengajak seluruh pekerja menikmati makan malam bersama. Dan Tara melihat pak Donny sebagai seorang yang sangat murah hati serta seorang yang sangat menghargai orang lain. Dengan mengajak makan malam seluruh pekerja disana berikut keluarga mereka sungguh suatu pemandangan yang jarang terlihat di kota besar. Dimana seorang majikan sangat menghargai pekerjaannya. Dan hal inilah yang membuat Tara jatuh cinta pada pak Donny.Mereka pun makan malam bersama dan tertawa bersama-sama membuat hawa dingin di sekitar mereka agak menghangat. Selesai makan malam Tara dan pak Donny segera masuk ke dalam villa, karena diluar hawanya semakin dingin padahal mereka telah memakai sw
Jam sembilan pagi pak Donny terbangun dari tidurnya tanpa mengenakan busana dan dilihatnya wanita muda yang tanpa busana masih tertidur nyenyak di sisinya. Pemandangan yang indah disisinya tidak disia-siakan untuk dilihatnya kembali. Bagaimana tidak, hari ini pak Donny masih bisa menatap seluruh bagian tubuh dari seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan lengkuk tubuhnya yang sintal, payudara yang masih kencang, serta kulitnya yang putih bersih dan mulus membuat tidak bosan-bosannya pak Donny memandangi tubuh gadis cantik yang masih terlelap nyenyak disampingnya. Pak Donny sangat berbahagia, karena di usianya yang telah menginjak empat puluh lima tahun masih bisa merasakan jatuh cinta pada seorang gadis yang mencintai dirinya juga.Pak Donny berjanji dalam hatinya untuk bisa membahagiakan diri Tara bukan hanya dalam bentuk materi tetapi dalam hal yang menjadi kesenangan Tara. Dan ia tahu Tara mempunyai libido yang sangat besar, maka dirinya pun harus mampu memuaskan hasrat
Pagi ini sama seperti hari yang lain, seperti biasa Tara bangun pagi dan melakukan tugasnya sebagai seorang anak perempuan dengan membantu pekerjaan rumah sebelum dirinya pergi ke kantor. Dan seperti yang di bicarakan pada mamanya kemarin kalau semua keputusan pindah bekerja adalah keputusan drinya. Maka hari ini Tara sudah merasa mantap atas keputusan yang akan di ambil.“Maa...hari ini Tara akan mengajukan pengunduran diri,” ucap Tara ketika mereka telah berada di meja makan untuk melakukan sarapan pagi.“Yaa...nak apapun keputusan mu, mama akan selalu mendukung kamu,” jawab mama dengan tersenyum sambil mengusap tangan Tara.Mereka pun menikmati sarapan pagi mereka dengan sesuatu keputusan besar bagi Tara untuk kehidupannya kelak. Seperti biasa setelah Tara menikmati sarapannya ia pun langsung melakukan persiapan untuk pergi ke kantor, dimana hari ini adalah hari terakhir dirinya ke kantor.“Maa...Tara berangkat dulu yaa sa
Ini adalah hari pertama Tara dan mamanya tinggal di sana, dan mamanya Tara pun sudah tahu siapa pemilik dari rumah tersebut. Pagi ini adalah hari pertama Tara ke kantor barunya, seperti yang dikatakan oleh pak Donny kalau kehadiran dirinya sebagai sekretaris pribadinya sudah disampaikan ke bagian penerimaan karyawan, jadi Tara hanya perlu bertemu dengan bagian penerimaan karyawan.Tepat pukul delapan pagi Tara sudah sampai di perusahaan milik pak Donny. Lalu ia pun diantar oleh bagian resepsionis untuk bertemu dengan bagian penerimaan karyawan.“Selamat pagi ibu, saya Tara,” ucap Tara mengulurkan tangannya.“Pagi Tara silakan duduk, saya ibu Riri. “Seperti yang telah disampaikan oleh bapak Donny, Tara nanti bekerja sebagai sekretaris pribadi yang bertugas mengurusi segala kepentingan bapak Donny. “Untuk Job Desk nya akan dikirim lewat email,” sambil mengatakan hal itu Bu Riri menyodorkan surat perjanjian kerja yang harus di tanda tangani oleh Tara.Kemudian ibu Rir
Setelah melewati masa kritis pasca operasi, Tara terbangun dari tidurnya di pagi hari, anestesi yang dilakukan semalam dengan memberikan suntikan pada bagian tulang belakangnya membuat setengah bagian tubuhnya tidak merasakan apa-apa, ketika Dokter kandungan memberikan torehan pada bagian perutnya, yang dirasakan oleh Tara hanya rasa dingin, dan Alex yang terus mengajaknya berbicara banyak hal agar kesadarannya tetap terjaga. Dan ketika Dokter mengambil satu persatu bayinya, Tara melihat bagaimana kedua bayi itu satu persatu menangis.Dirinya melihat kedua bayinya yang terlihat mungil kemerahan. Setelah selesai melihat kedua bayinya itu, Tara terlelap dalam tidurnya, hingga di pagi ini terbangun. Tara bersyukur operasi cecar yang dijalankan berjalan dengan lancar. Awalnya Tara sempat berputus asa ketika Dokter Kandungannya mengatakan jenis darah yang dipunyai, termasuk golongan darah yang langka. Sempat terpikir oleh Tara untuk mencari Tiara, ketika seminggu sebelum dirinya melak
~ Tujuh Bulan Kemudian ~Setelah melewati waktu selama hampir enam bulan menjalani pengobatan, melawan kesedihan dan keputusasaannya, kini Tiara menjadi orang yang lebih menerima dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Bagi dirinya, kini...membagi kebahagiaan untuk anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan mereka lebih penting, dibandingkan dirinya harus berkutat dengan masa lalu, serta memaksakan keegoan nya untuk mendapatkan kembali putrinya.Saat ini Tiara sedang berada di sebuah panti asuhan. Dirinya saat ini banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak yang kurang beruntung. Disana dirinya membacakan dongeng, jadi teman bercerita bagi anak-anak remaja putri, dan terkadang dirinya bermain dan bersenda gurau bersama mereka.“Mama Tiara, besok datang lagi yaa,” ujar seorang anak perempuan sambil bergelayut pada tangan Tiara.“Dua hari lagi, mama Tiara baru akan kesini yaa Ita manis,” Tiara menjawab permintaan dari anak perempuan berusia lima tahun.Lalu T
Kesibukan dalam perhelatan pernikahan yang diadakan dengan sederhana kemarin, membuat mereka semua tidak ada yang bangun pagi, bahkan beberapa pekerja pun baru saja terbangun pada pukul tujuh pagi ini. Mereka tergopoh- gopoh membersihkan ruangan yang kemarin di pakai untuk acara pernikahan. Di pagi ini pula, bagian pemilik tenda telah datang untuk membuka tenda-tenda dan kursi yang kemarin di sewa.Dan pemilik katering pun telah datang untuk merapikan perabot yang belum mereka rapikan. Sedangkan pekerja di rumah itu, sedang merapikan beberapa ruangan dengan mengerjakannya secara bersama-sama. Memang pekerjaan yang sangat melelahkan. Sementara itu, di dalam kamar tidur, Tara dan pak Alex mereka masih berpelukan dalam selimut yang menghangatkan mereka.“Selamat pagi istriku sayang,” kecup Alex pada istrinya Tara.Tara yang mendengarkan sambutan pagi pertama setelah pengesahan dirinya menjadi nyonya Alex hanya tersenyum manis. Dirinya malah semakin memeluk erat suaminya,
Seminggu setelah pertemuan dengan Tara, membuat Tiara dan keluarga kembali ke rumah keluarga Tara, alangkah terkejutnya, ketika mereka kesana, dilihat mereka sekeluarga telah tidak ada disana. Melihat kenyataan itu, membuat Tiara terpukul hati dan perasaannya hingga membuat dirinya teriak-teriak memanggil nama Tara, seperti orang yang kehilangan akal.“Tara... ini mama sayang, bukankan pintunya sayang....maafkan mama sayang.....”“Tara...... maafkan mama sayang, tolong bukakan pintu nya... Bukaaaa.”“Tiara, sudah nak... mereka sudah pergi ikhlaskan mereka,” ajak papanya Tiara untuk meninggalkan rumah itu.Tetapi Tiara semakin menangisi kepergian Tara dari rumah itu. Mendengar lirih suara Tiara membuat hati orang yang mendengarkannya seperti tersayat sembilu. Sampai-sampai tetangga di sebelah rumah Tara datang ke rumah itu, bahkan dikarenakan Tiara yang terus menjerit memanggil-manggil nama Tara sambil duduk dilantai depan pagar itu. Beberapa tetangga menghampiri me
Segala persiapan untuk pernikahan telah di lakukan. Dari bunga-bunga segar yang telah di kirim oleh beberapa toko-toko bunga yang terbaik. Bagian dekorasi tempat bersanding kedua mempelai telah di hias. Tempat bersanding kedua mempelai di lakukan di ruang keluarga yang cukup luas. Besok adalah hari pernikahan mereka, dan pak Alex hanya mengundang beberapa teman dekatnya. Hanya ada dua puluh lima orang yang di undang. Untuk katering juga telah disiapkan. Untuk keluarga Tara, papa dan mamanya Tara hanya mengundang dua orang saja, adik papanya Tara dan kakak mamanya Tara.“Sayang, nanti kita akan fiting bajunya yaa.”“Kita berdua saja, apa mama dan papa juga ikut?”“Punya papa dan mama sudah pas ukurannya, beda dengan baju pengantin,” Alex memberikan penjelasan pada Tara sambil memeluk dirinya.“Seperti mimpi,” ucap Tara sambil bergelayut mesra pada tangan pak Alex.“Ini hal nyata sayang.”Pak Alex mengelus-ngelus rambut dari Tara, sebagai rasa sayangnya juga.
Setelah pak Dendy mendapatkan foto dari istri pak Wisnu yang tak lain adalah mama angkat dari Tara, dirinya langsung melaporkan hal itu pada papanya Tiara. Ibu Mia selaku kepala pantiasuhan yang pertama kali di perlihatkan oleh papanya Tiara, mengenai foto dari mamanya Tara. Setelah beberapa lama mengamati wajah dari mamanya Tara. Ibu Mia pun berkata.“Yaa! Saya sangat yakin, wanita ini yang menerima bayi itu dari saya, tidak ada yang berubah dari wajah wanita itu,” sedikit berteriak Ibu Mia menyatakan memang benar wanita itu yang menggendong bayi mungil Tiara, pada saat diserahkannya.Mendengar kesaksian dari ibu Mia, membuat jantung Tiara hampir berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak menyadari kalau selama ini, putrinya yang hilang sangat dekat padanya. Dan Dia juga yang membuat dirinya menahan malu karena hinaan dirinya. Dia telah mengusir putrinya sendiri di kantornya bagaikan seekor binatang. Kalau saja hari itu tidak ada Alex mungkin dirinya telah memukul wajah gadis mu
Setelah dari Dokter, mereka berdua hanya terdiam di dalam mobil. Bahkan mereka hampir saja lupa membelikan makanan siang untuk mama dan papanya Tara. Mereka teringat ketika mamanya Tara menghubungi dirinya.“Iya Ma, sebentar lagi kami sampai.”“Papa minta kopi ya Tara, bisa di belikan di warung pinggir jalan .“Baik Ma, Tara belikan kopi.”Mendengar hubungan ponsel antara Tara dan mamanya, membuat pak Alex, kembali memutar mobil nya untuk membelikan makanan siang mereka. Tetapi Tara tetap terdiam, tidak mengatakan apapun. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam, bingung akan keputusan yang akan di ambilnya.“Sayang, pengen makan apa?”Tara hanya menggelengkan kepalanya. Yang di rasakannya hanya rasa mual dan dia kesal dengan kondisi seperti itu.Pak Alex lalu membelikan makan siang untuk mereka, dan kopi serta minuman mineral. Sedangkan Tara tidak ingin membeli makanan apapun.“Gugurkan saja pak, saya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.”Mendengar a
Di hari minggu yang cerah ini, Tiara mendapatkan berita kalau kepala panti asuhan akan ke rumahnya. Ia berharap kepala panti asuhan itu ingat, ketika dia dulu menitipkan putrinya. Papanya meminta orang suruhannya membawa wanita itu. Semua itu demi sebuah titik terang atas sebuah tabir masa lalu Tiara. Di ruang keluarga yang besar itu, Tiara berjalan hilir mudik tidak tenang.“Tiara, kendalikan diri mu sayang.”“Pa, bagaimana caranya menemukan bayi itu, kalau surat adopsinya tidak ketemu.”Terliat kesal di wajah Tiara, karena untuk menemukan seseorang di kota besar bukan suatu hal yang mudah. Tidak berapa lama orang suruhan dari papanya Tiara yang bernama Dendy sampai di rumah mereka dengan seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun. Mereka berdua memasuki ruang keluarga. Setelah papanya Tiara menyalami pak Dendy dan wanita itu dan mempersilakan wanita itu duduk.“Siang pak, saya Mia.”“Silakan duduk, terima kasih ibu sudah datang ke rumah kami.”Pak Dendy adal
Selama satu jam Tara menunggu Alex terbangun dari tidurnya. Dan Alex terbangun karena rasa lapar yang dirasakan. Dilihat jam pada dinding kamarnya telah menunjukkan pukul delapan malam, berarti hampir tiga jam, dia tidur sore ini. Sesaat didengarnya lagi suara perutnya yang menyanyikan lagu lapar. Lalu ia pun bermalas-malasan berjalan ke meja makan.Alex terkejut, ketika dilihatnya Tara ada disana. Sambil tersenyum dia menghampiri Tara yang masih menunggu di meja makan.“Sayang, kapan datang, Sudah lama?”“Lumayan, gimana enak tidurnya?”Melihat nada suara Tara yang agak menyindirnya, Alex langsung mencium pipi Tara.“Jangan marah, tumben hari ini aku lelah, lapar lagi,” ujar pak Alex pada Tara.Terlihat Tara langsung mengambilkan nasi ke piring dan mengambilkan beberapa lauk dan sayur setelah mendengar kalau pak Alex lapar.“Yaa sudah makan dulu saja pak, nanti kita ngobrolnya,”“Terima kasih, kamu makan juga yaa,” tersenyum Alex meli