Sama seperti pagi hari sebelumnya, Tara bangun pagi untuk melakukan aktifitas. Membantu mamanya di dapur, mereka sarapan bersama berakhir dengan pamitnya Tara pada mamanya untuk bekerja. Setiap hari Tara selalu menunggu angkutan umum untuk bisa berangkat ke kantornya. Tapi hari ini ketika ia keluar dari rumahnya, dilihat nya sebuah mobil yang telah ia kenali siapa pemiliknya telah menunggu dirinya di seberang jalan. Ketika ia melihat arah ke mobil tersebut, sebuah lambaian tangan dilihat nya memanggil dirinya untuk bisa menyebrangi jalan itu. Tara pun menyebrangi jalan itu dan menghampiri mobil itu.
“Pagi Tara....tadi mas lewat jalan ini, jadi mas pikir sekalian saja mas menunggu kamu disini,” kata pak Donny menjelaskan pada Tara mengapa sepagi ini dirinya telah ada di seberang jalan menunggu dirinya. “Iyaa Mas....malah saya yang merasa tidak enak kalau mas jemput seperti ini,” jawab Tara sambil membuka pintu mobil tersebut.
Hari ini pak Donny berinisiatif untuk mengantar Tara pergi ke kantornya. Apalagi sejak pak Donny tahu alamat rumahnya. Pak Donny berpikir untuk terus mencari simpatik dari Tara, agar dirinya bisa mendapatkan kepercayaan penuh dan kasih sayang dari Tara tentunya. Di dalam mobil mereka berbicara hal yang ringan-ringan saja. Sekitar tiga puluh menit kemudian, sebelum sampai depan kantornya Tara meminta pada pak Donny untuk menghentikan mobilnya dua blok dari gedung kantornya.
“Mas Don, disini saja saya turun... tidak enak kalau terlihat rekan kerja yang lain,” ucap Tara meminta Pak Donny menghentikan mobilnya.
Mobil pun berhenti disisi kanan dua blok dari gedung kantor Tara. Sebelum Tara membuka mobil dan pamit pada pak Donny, tiba-tiba pak Donny memberikan sesuatu pada Tara.
“Apa ini mas,” tanya Tara sambil menerima sebuah bungkusan kotak kecil.
“Buka saja, biar kamu tahu apa isinya,” jawab pak Donny meminta Tara membuka bingkisan yang telah ia berikan.
Tara pun membuka bingkisan kecil itu. setelah dibuka dilihatnya sebuah kartu kredit. Lalu ia menanyakan pada pak Donny.
“Kartu kredit ini untuk saya mas?” tanya Tara sambil melihat-lihat kartu kredit yang diberikan padanya.
“Tapi mas, kenapa memberikan saya kartu kredit ini?” tanya Tara lagi.
Soalnya saya belum bisa mengatur keuangan mas, saya takut keenakan belanja tapi tidak bisa bayar. Tara menjelaskan hal ini pada pak Donny.
Ketika mendengarkan jawaban polos dari Tara, pak Donny pun merangkul pundak Tara dan memberikan kecupan di dahinya.
“Tara ini untuk kamu, jadi kamu tidak perlu berpikir membayar tagihannya. Semua hal yang kamu belanjakan dengan kartu ini nanti mas yang bayar,” jawab pak Donny memberikan penjelasan pada Tara.
Terlihat Tara hanya tercengang mengamati kartu kredit yang diberikan pak Donny pada nya.
“Tapi mas kenapa baik sekali sama saya?” tanya Tara dengan kepolosannya.
“Karena memang kamu pantas memilikinya, sudah sana cepat masuk ke kantor jangan terlalu banyak tanya,” jawab pak Donny sambil memerintahkan Tara segera ke kantornya.
Akhirnya Tara pun tersenyum manis dengan lesung pipinya sambil melambaikan tangannya pada pak Donny.
Sesampai di kantor ia masih saja tertegun dengan apa yang ia terima dari pak Donny. Dari buket bunga, menjemput dirinya sampai sebuah kartu kredit yang ia miliki saat ini. Terus saja hari ini Tara memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada pak Donny. Sebagai seorang yang sudah menginjak usia dua puluh tahun, sesekali ia berpikir dan menyadarinya. Mungkin saja pak Donny tertarik padanya, tetapi sudah berulang kali di tepisnya karena sebagai seorang pengusaha seperti pak Donny sudah pasti mempunyai selera wanita yang mendekati sempurna tentunya.
Walalupun pak Donny telah berusia empat puluh lima tahun tetapi lewat ketampanan wajahnya, kulitnya yang bersih, tubuhnya yang atletik, ditambah kekayaan yang ia punya, berikut ramah tamahnya serta tutur katanya yang sangat sopan mana ada wanita yang mampu menolaknya. Pikir tara ketika itu sampai akhirnya ia dikagetkan oleh suara dari telpon genggamnya sendiri.
“Tara...mas tunggu di dua blok kantor kamu yaa, kita makan siang bareng hari ini,” ucap pak Donny sebelum tara mengatakan salam atau apapun padanya.
“Yaa mas...,” jawab Tara langsung menyambar tas kantornya.
Ketika ia berjalan diantar blok gedung yang satu dengan blok gedung yang lain. Ia sempat mengumpat dirinya sendiri. Karena ia sampai tidak tahu kalau waktu telah menunjukan pukul dua belas lebih. Kalau saja pak Donny tidak menghubungi, mungkin saja sampai saat ini ia masih terus berkutat dalam pikirannya yang semakin ia pikirkan semakin tidak menemukan jawabannya.
“Siang mas, koq sampai susah-susah ke kantor saya?’’ tanya Tara sambil memasuki mobil milik pak Donny.
“Memangnya tidak boleh?” tanya pak Donny balik bertanya pada Tara.
“Bukan seperti itu sih mas, Cuma kasian saja karena jarak dari rumah mas ke kantor saya kan jauh di tambah kemacetan di jalankan bisa bikin stress,” jawab Tara panjang lebar.
Pak Donny melihat dari wajah Tara dengan seksama, memang dilihat nya wajah itu hanya mencemaskan keadaan dirinya. Dan hal ini semakin membuat pak Donny sangat menyukai pribadi Tara. Seorang wanita muda cantik yang cerdas dan punya rasa empati pada orang lain. Pikir pak Donny.
“Terima kasih Tara...untuk kepeduliannya, mas seneng dengan penjelasan kamu,” jawab pak Donny sambil mengelus-gelus tangan bagian atas Tara.
Didalam kemacetan yang ada di kota metropolitan seperti ini, setiap orang pasti akan stess ketika berjalan di siang hari. Tetapi tidak demikian dengan pak Donny. Ia merasa santai dan rilex karena wanita yang disukainya berada disamping nya untuk mendampingi dirinya makan siang ini.
Hingga mobil itu berhenti di sebuah restoran mewah. Mereka pun masuk ke dalam mencari meja yang telah dipesan pak Donny sebelumnya. Mereka pun memesan beberapa makanan disana. Sambil menunggu pesanan makanannya tiba, pak Donny bertanya sedikit tentang keluarga Tara. Lalu Tara bercerita banyak hal sampai ia pun menjelaskan perihal papanya yang berada di Rumah Tahanan, sambil menjelaskan masalah yang terjadi pada papanya, sesuai dengan apa yang didengar dari mamanya. Mendengarkan penuturan dari Tara, membuat hati dari pak Donny terharu. Ia tidak menyangka di balik keceiaan dan kepolosannya ia mampu menahan segala kesedihan hatinya karena harus berpisah dengan papanya selama empat tahun ini. Setelah makanan mereka sampai mereka pun menyantap makanan tersebut. Setelah selesai pak donny pun kembali mengantar Tara ke kantornya.
Setelah sampai pada dua blok dari kantornya Tara pun meminta pak Donny untuk menghentikan mobilnya. Tapi sebelum Tara keluar dari mobil tersebut pak Donny mengatakan sesuatu pada Tara.
“Apa besok sabtu Tara libur?” tanya pak Donny.
“Besok saya libur mas, karena tidak ada jadwal untuk pameran,” jawab Tara.
“hmmm kalau begitu, kira-kira besok Tara mau ikut mas jalan ke puncak untuk refreshing?’ tanya pak Donny.
Sejenak Tara terdiam untuk bisa menjawab ya atau tidaknya ia ikut bersama pak Donny. Tapi kebaikan hati pak Donny padanya yang membuat ia tidak bisa menolak. Di sini lain ia tidak bisa membohongi mamanya terus menerus perihal Pak Donny.
“Ooh... yaa sudah kalau Tara tidak bisa ikut tidak apa-apa,” ucap pak Donny.
Seketika Tara pun akhirnya menjawab pertanyaan dari Pak Donny.
“Bisa koq mas... saya ikut,” jawab Tara karena merasa tidak enak kalau menolak ajakan dari pak Donny.
“Baiklah kalau begitu, besok pagi seperti tadi mas tunggu di seberang jalan yaa,” ucap pak Donny sambil menghusap-husap kepala Tara.
Selama dalam perjalanan menuju gedung kantornya Tara seperti biasa berkecamuk dengan keputusannya sendiri. Di sisi lain ingin menolak, tapi di sisi lain ingin menerima. Apalagi Tara berpikir, pak Donny itu sudah sangat baik padanya. Jadi sekarang yang perlu Tara lakukan adalah mengikuti alur hidup yang sudah ia jalani sebelumnya. Mengenai hasil nya seperti apa, biasanya Tara akan dengan santai menerimanya.
Akhrnya ia pun sampai kekantornya dan memulai aktifitas yang tidak terlalu sibuk. Karena pencapaiannya atas penjualan mobil telah mencapai target, jadi dirinya bisa bersantai-santai dulu sebelum target bulan depan di canangkan oleh team manager penjualannya.
Seperti biasa jam enam sore Tara keluar dari kantornya. Dan seperti hari kemarin pak Donny juga sudah standby di sisi kiri dari kantornya. Kali ini Tara pun langsung masuk ke mobil pak Donny.
“Tara...hari ini mas mau antar kamu untuk beli beberapa pakaian untuk ke puncak besok yaa. Sekalian kamu coba kartu kredit yang mas kasih ke kamu bisa di pakai atau tidak. Nanti malah tidak bisa di pakai karena limit nya tidak ada,” ucap pak Donny sambil melihat ke arah Tara.
“Ooh gitu yaa mas, limitnya bisa tidak ada?” jawab Tara dengan polosnya.
Seketika tertawa lepas laah pak Donny mendengarkan jawaban dari Tara. Karena mana mungkin kartu yang baru di kasih kepada Tara tidak ada limitnya.
“kenapa mas ketawa seperti itu, kan saya cuma menegaskan apa yang mas ucapkan,” ucap Tara.
Lalu pak Donny menjelaskan pada Tara mengenai kartu kredit yang diberikan padanya itu. sehingga Tara mengerti cara menggunakannya dan berapa limit yang telah diberikan pak Donny padanya.
Akhirnya mereka sampai pada Mall terbesar di kota itu. Mereka masuk dan disana Tara mulai memilih sweather dan pakaian tebal lainnya. Mereka memasuki toko yang satu ke toko yang lain dan dengan malu-malu Tara menerima pilihan pakaian dalam yang telah dipilihkan pak Donny padanya. Walaupun itu bukan selera Tara dalam memilih pakaian dalam seperti itu. Hari ini Tara pun minta izin pak Donny untuk membelikan mamanya beberapa potong pakaian. Melihat cara Tara meminta izin padanya untuk hal sekecil itu membuat pak Donny merasakan jatuh cinta padanya di masa usia yang dibilang tidak muda lagi.
Selesai mereka berbelanja, mereka pun menuju parkir mobil yang berada di bagian pojok parkir. Mereka pun masuk kedalam mobil dan pak Donny menghidupkan mobil serta memutar lagu romance. Ketika berada di dalam mobil, rasa dimabuk asmara pak Donny membuat dirinya langsung memeluk diri Tara dan mencium lembut bibir Tara. Tanpa disadarinya Tara membalas ciuman pak Donny dengan mengulum lidah pak Donny dan itu telah membuat pak Donny semakin bersemangat mencium dan mengulum lidah Tara. Akhirnya pak Donny membuka kancing depan dari baju Tara dan mulai meremas-remas payudara Tara yang besar dan mengeluarkan payudara itu dari bra yang di pakai Tara. Kemudian dengan menundukan kepalan pak Donny menghisap puting hitam Tara dari yang satu ke puting yang lain sambil sesekali di remas-remasnya hingga membuat Tara mendesah.
“Ouaah mas enaak,” dalam desahannya Tara terus mengatakan hal itu pada pak Donny.
Hal itu membuat pak Donny semakin menjadi. Kemudian pak Donny mengajak Tara ke kursi bagian belakang agar lebih leluasa dirinya memberikan kenikmatan pada Tara.Mereka lewat kursi depan langsung ke kursi bagian belakang. Di sana Tara sudah tidak bisa mengendalikan dirinya karena setiap hari ketika mandi bagian sensitifnya hanya bisa merasakan nikmat dengan caranya memutar-mutar bagian sensitifnya. Hari ini dalam benaknya Tara ingin kenikmatan yang lebih dari yang biasa ia nikmati. Tanpa di perintah Tara telah mengangkat kedua kakinya dan Pak Donny pun telah membuka celana dalamnya. Saat ini kaki kiri Tara disandarkan pada bagian belakang dari kursi depan dan kaki kanannya disandarkan pada jendela samping. Pak Donny mulai dengan mencium bagian sensitifnya dan menjilati selangkangan Tara. Karena tidak tahan Tara meminta pada pak Donny untuk menghisap area sensitifnya.
“mas.... di isap mas, isap mas, isappp,” ditengah desah hasratnya ia meminta pada pak Donny.
Pak Donny pun mulai menghisap secara pelahan, tetapi Tara dengan kedua tangan nya menahan kepala dan mulut pak Donny untuk tetap disana sambil dirinya mengoyang-goyangkan bokongnya.
“Eeenak mas, Eeenak, Ououh...terus mas sambil sesekali diangkat bokongnya naik turun.
Ketika akan mencapai klimaksnya Tara pun menjerit histeris. Untung saja hal itu telah di prediksi oleh pak Donny, sehingga ketika Tara menjerit histeris karena kenikmatan itu bibir dari pak Donny telah menutup bibirnya agar tidak terdengar kegaduhan di dalam mobilnya.
“Ououh Eeenak sekali mas....,” ucap Tara sambil sesekali mengerak-gerakan bokongnya bertanda kenikmatan masih di rasakannya dan cairan itu pun telah membasahi area sensitifnya.
“Ayoo rapihkan pakaian mu, mas antar kamu pulang,” ucap pak Donny sambil balik ke kursi supir. Sementara Tara masih sibuk dengan merapihkan penampilannya yang masih berantakan.
Setelah Tara selesai merapihkan pakaiannya ia pun ke kursi bagian depan. Di liriknya pak Donny lalu tanpa rasa malu seperti biasanya ia mencium pipi pak Donny.
“Terima kasih yaa mas...,” ucap Tara.
Di jawab dengan senyuman dari pak Donny. Lalu mobil mereka pun berlalu dari gedung itu menuju rumah Tara. Di sepanjang jalan, Tara sudah tidak malu-malu untuk menyandarkan kepalanya pada bahu pak Donny. Sesekali pak Donny mencium kepala atau pipi Tara ketika berada di lampu merah. Lalu tiba-tiba Tara mengatakan sesuatu pada pak Donny.
“Mas... tadi kenapa tidak melampiaskan hasrat mas?” tanya Tara.
“Pengen sih...cuma mas tidak mau merusak kehormatan kamu,” jawab enteng pak Donny atas pertanyaan Tara.
Tara hanya terdiam sesaat dan sambil melihat-lihat jalanan yang kala itu baru menunjukan pukul sepuluh. Di lihatnya ada sebuah rest area dan terlihat hanya ada dua mobil. Tara meminta pada Pak Donny untuk parkir sementara disana. Pak Donny pun menuruti permintaan Tara, karena ia pikir Tara ingin buang air kecil.
“Ada apa Tara, kenapa minta parkir disini?” tanya pak Donny sambil mematikan mesin mobil nya.
Lalu tiba-tiba Tara memegang alat vital pak Donny yang kala itu masih mengunakan celana jins. Tara lallu memasukan tangannya pada celana pak Donny yang sudah ia buka kancing depannya. Tara menarik-narik keatas batang kemaluan dari pak Donny.
“Tara... Aarhh,” desah pak Donny.
Lalu Tara pun mendekatkan wajahnya pada alat vital pak Donny yang ia sudah keluarkan bagian ujungnya. Tara pun mencium dan menjilati bagian ujung dari batang milik pak Donny itu hingga akhirnya pak Donny membiarkan Tara merundukan kepalanya di pangkuannya. Lalu Tara pun menjilati seluruh batang kemaluan pak Donny. Ia mengulumnya, menghisapnya seperti ia sedang menghisap es lollypop.
“Auooooh.....Aaaarrhhhh... nikmat sekali Tara,” ucap pak Donny sambil mengelus-gelus kepala Tara yang naik dan turun ketika menghisap batang kemaluannya.
Setelah akan mencapai titik klimaks nya. Tangan pak Donny pun mencari bagian dada Tara dan meremas-remasnya hingga Tara pun semakin bergairah untuk tambah menghisap dalam-dalam batang kemaluan dari Pak Donny. Ketika dirasa cairan kenikmatan itu akan keluar pak Donny malah lebih menekan kepala dari Tara untuk lebih kuat menghisapnya. Hingga akhirnya cairan itu pun memenuhi mulut Tara.
“Oouoouuhhhaah...Aaaarrrhhh... nikmat sekali Tara,” ucap Pak Donny.
Setelah itu mereka pun merapihkan diri dan langsung pergi menuju rumah Tara. Ketika sampai rumah, Tara melihat mamanya telah tertidur. Ia pun dengan hati-hati menaiki tempat tidur mereka. bagi Tara hari ini adalah hari yang melelahkan. Tara pun tertidur pulas tanpa mandi karena rasa lelahnya.
Pagi sekali Tara sudah bangun dan langsung menyiapkan sarapan pagi. Ia pun telah mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci serta mengepel lantai. Padahal jam baru menunjukan pukul enam lewat tiga puluh menit. Ketika mamanya terbangun dari tidurnya ia terheran-heran melihat putri cantiknya telah mengerjakan semua pekerjaan rumah.“Pagi maa....,” ucap Tara ketika mamanya memasuki dapur.“Hmmmm tumben anak mama rajin sekali, semua sudah rapih dan kamu juga sudah buat sarapan yaa,” mama mengatakan hal ini sembari mencium pipi putri cantiknya.“Terimakasih sayang, semakin lama kamu semakin bertambah dewasa,” ucap mama langsung duduk di meja makan.Lalu mereka pun sarapan pagi bersama. Di sela-sela sarapan pagi Tara mengatakan bahwa dirinya kemarin jalan bersama teman kantornya dan membelikan mamanya dua potong pakaian. Hari ini pun Tara mengatakan pada mamanya, kalau ia dan teman-teman kantornya akan menghad
Selesai mereka mandi bersama dan mengenakan pakaian mereka pun menuju halaman belakang. Di samping kolam renang telah tersedia santapan makan malam kambing guling yang telah selesai dibakar oleh para pekerja pak Donny. Pak Donny memang telah menyiapkan hidangan istimewa untuk makan malam mereka. Pak Donny mengajak seluruh pekerja menikmati makan malam bersama. Dan Tara melihat pak Donny sebagai seorang yang sangat murah hati serta seorang yang sangat menghargai orang lain. Dengan mengajak makan malam seluruh pekerja disana berikut keluarga mereka sungguh suatu pemandangan yang jarang terlihat di kota besar. Dimana seorang majikan sangat menghargai pekerjaannya. Dan hal inilah yang membuat Tara jatuh cinta pada pak Donny.Mereka pun makan malam bersama dan tertawa bersama-sama membuat hawa dingin di sekitar mereka agak menghangat. Selesai makan malam Tara dan pak Donny segera masuk ke dalam villa, karena diluar hawanya semakin dingin padahal mereka telah memakai sw
Jam sembilan pagi pak Donny terbangun dari tidurnya tanpa mengenakan busana dan dilihatnya wanita muda yang tanpa busana masih tertidur nyenyak di sisinya. Pemandangan yang indah disisinya tidak disia-siakan untuk dilihatnya kembali. Bagaimana tidak, hari ini pak Donny masih bisa menatap seluruh bagian tubuh dari seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan lengkuk tubuhnya yang sintal, payudara yang masih kencang, serta kulitnya yang putih bersih dan mulus membuat tidak bosan-bosannya pak Donny memandangi tubuh gadis cantik yang masih terlelap nyenyak disampingnya. Pak Donny sangat berbahagia, karena di usianya yang telah menginjak empat puluh lima tahun masih bisa merasakan jatuh cinta pada seorang gadis yang mencintai dirinya juga.Pak Donny berjanji dalam hatinya untuk bisa membahagiakan diri Tara bukan hanya dalam bentuk materi tetapi dalam hal yang menjadi kesenangan Tara. Dan ia tahu Tara mempunyai libido yang sangat besar, maka dirinya pun harus mampu memuaskan hasrat
Pagi ini sama seperti hari yang lain, seperti biasa Tara bangun pagi dan melakukan tugasnya sebagai seorang anak perempuan dengan membantu pekerjaan rumah sebelum dirinya pergi ke kantor. Dan seperti yang di bicarakan pada mamanya kemarin kalau semua keputusan pindah bekerja adalah keputusan drinya. Maka hari ini Tara sudah merasa mantap atas keputusan yang akan di ambil.“Maa...hari ini Tara akan mengajukan pengunduran diri,” ucap Tara ketika mereka telah berada di meja makan untuk melakukan sarapan pagi.“Yaa...nak apapun keputusan mu, mama akan selalu mendukung kamu,” jawab mama dengan tersenyum sambil mengusap tangan Tara.Mereka pun menikmati sarapan pagi mereka dengan sesuatu keputusan besar bagi Tara untuk kehidupannya kelak. Seperti biasa setelah Tara menikmati sarapannya ia pun langsung melakukan persiapan untuk pergi ke kantor, dimana hari ini adalah hari terakhir dirinya ke kantor.“Maa...Tara berangkat dulu yaa sa
Ini adalah hari pertama Tara dan mamanya tinggal di sana, dan mamanya Tara pun sudah tahu siapa pemilik dari rumah tersebut. Pagi ini adalah hari pertama Tara ke kantor barunya, seperti yang dikatakan oleh pak Donny kalau kehadiran dirinya sebagai sekretaris pribadinya sudah disampaikan ke bagian penerimaan karyawan, jadi Tara hanya perlu bertemu dengan bagian penerimaan karyawan.Tepat pukul delapan pagi Tara sudah sampai di perusahaan milik pak Donny. Lalu ia pun diantar oleh bagian resepsionis untuk bertemu dengan bagian penerimaan karyawan.“Selamat pagi ibu, saya Tara,” ucap Tara mengulurkan tangannya.“Pagi Tara silakan duduk, saya ibu Riri. “Seperti yang telah disampaikan oleh bapak Donny, Tara nanti bekerja sebagai sekretaris pribadi yang bertugas mengurusi segala kepentingan bapak Donny. “Untuk Job Desk nya akan dikirim lewat email,” sambil mengatakan hal itu Bu Riri menyodorkan surat perjanjian kerja yang harus di tanda tangani oleh Tara.Kemudian ibu Rir
Pagi-pagi mama melihat rantang yang kemarin dibawa oleh Tara ke rumah Hendra saat ini telah ada diruang tamu. Mamanya berpikir mungkin baru tadi pagi di letakkan di atas ruang tamu. Tapi mama tadi pagi tidak melihat Hendra ada di halaman, karena biasanya mama melihat dirinya sedang menyapu dan menyiram tanaman.“Pagi Tara, mari kita sarapan dulu. Oh ya kapan Hendra mengembalikan rantang itu,” ucap mamanya ketika dilihatnya putri kesayangannya baru bangun tidur dan langsung menanyakan perihal rantang yang telah ada di ruang tamu.Lalu Tara menjelaskan pada mamanya, kalau Hendra mengembalikan rantang itu semalam. Setelah itu mama pun tidak menanyakan hal lain, karena semalam dirinya sangat terlelap dari tidurnya.Mama lalu bertanya pada Tara “Tumben hari ini tidak membantu mama, apa kerja disana sangat melelahkan?”“Ya begitulah maa, namanya saja pekerjaan baru,” jawab Tara menjelaskan dengan rinci pekerjaannya.Padahal hal
Sekitar jam sebelas lebih Tara baru sampai di rumah, sengaja mamanya menunggu dirinya oleh karena itu ketika bel berbunyi mamanya langsung membukakan pintu pagar rumah itu.“Tumben selarut ini baru pulang kerja Tara,” tegur mamanya.“Iya Ma,” jawab Tara singkat langsung beranjak ke dalam rumah.Setelah itu mama menghangatkan makanan malam yang telah dingin itu. Dan ia pun menghidangkannya di meja makan. Sedangkan saat ini, Tara sedang menaruh tas dan mengganti pakaian kerjanya untuk beranjak ke meja makan.“apakah banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan hari ini?” tanya mamanya.“Lumayan, Ma. Apalagi pak Donny baru mulai ngantor hari ini,” jawab Tara sambil mengunyah makanannya.Melihat hal itu membuat mama kasihan padanya. Dielus-elus kepala anaknya, sebagai rasa kasih sayang dan bangga akan pengorbanan dirinya. Karena seharusnya saat ini ia sedang menikmati masa indahnya di Perguruan Tinggi.“Hmmmm banyak juga makanmu hari ini,” senyum mama mengatakan hal
Hari ini setelah percintaan sesaat yang dilakukan olehnya bersama Tara, kini pak Donny sudah berada di acara peresmian sebuah badan amal yang didirikan oleh istrinya, Tiara bersama beberapa teman-temannya. Ia langsung menemui istrinya, dilihatnya Tiara sedang mengobrol dengan beberapa teman sosialitanya. Donny pun memeluk Tiara dengan mesra di hadapan teman-teman Tiara. Mengucapkan selamat pada Tiara dengan mencium bibirnya di hadapan teman-teman mereka. Lalu Donny juga memberikan selamat kepada teman-teman Tiara lainnya dengan memeluk dan mencium pipi mereka.“Kalau tadi mami tidak telepon pasti papi lupa ya,” ujar Tiara dengan nada manja bergelayut di lengan Donny di hadapan teman-temannya.“Maaf sayang, tadi memang baru saja selesai rapat. “jadi pikirannya itu hanya memikirkan hasil rapat itu sendiri,” Donny mengatakan hal itu sambil mengelus-ngelus lengan istrinya.Tiara adalah seorang wanita cantik dengan kulit yang bersih, postur tu
Setelah melewati masa kritis pasca operasi, Tara terbangun dari tidurnya di pagi hari, anestesi yang dilakukan semalam dengan memberikan suntikan pada bagian tulang belakangnya membuat setengah bagian tubuhnya tidak merasakan apa-apa, ketika Dokter kandungan memberikan torehan pada bagian perutnya, yang dirasakan oleh Tara hanya rasa dingin, dan Alex yang terus mengajaknya berbicara banyak hal agar kesadarannya tetap terjaga. Dan ketika Dokter mengambil satu persatu bayinya, Tara melihat bagaimana kedua bayi itu satu persatu menangis.Dirinya melihat kedua bayinya yang terlihat mungil kemerahan. Setelah selesai melihat kedua bayinya itu, Tara terlelap dalam tidurnya, hingga di pagi ini terbangun. Tara bersyukur operasi cecar yang dijalankan berjalan dengan lancar. Awalnya Tara sempat berputus asa ketika Dokter Kandungannya mengatakan jenis darah yang dipunyai, termasuk golongan darah yang langka. Sempat terpikir oleh Tara untuk mencari Tiara, ketika seminggu sebelum dirinya melak
~ Tujuh Bulan Kemudian ~Setelah melewati waktu selama hampir enam bulan menjalani pengobatan, melawan kesedihan dan keputusasaannya, kini Tiara menjadi orang yang lebih menerima dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Bagi dirinya, kini...membagi kebahagiaan untuk anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan mereka lebih penting, dibandingkan dirinya harus berkutat dengan masa lalu, serta memaksakan keegoan nya untuk mendapatkan kembali putrinya.Saat ini Tiara sedang berada di sebuah panti asuhan. Dirinya saat ini banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak yang kurang beruntung. Disana dirinya membacakan dongeng, jadi teman bercerita bagi anak-anak remaja putri, dan terkadang dirinya bermain dan bersenda gurau bersama mereka.“Mama Tiara, besok datang lagi yaa,” ujar seorang anak perempuan sambil bergelayut pada tangan Tiara.“Dua hari lagi, mama Tiara baru akan kesini yaa Ita manis,” Tiara menjawab permintaan dari anak perempuan berusia lima tahun.Lalu T
Kesibukan dalam perhelatan pernikahan yang diadakan dengan sederhana kemarin, membuat mereka semua tidak ada yang bangun pagi, bahkan beberapa pekerja pun baru saja terbangun pada pukul tujuh pagi ini. Mereka tergopoh- gopoh membersihkan ruangan yang kemarin di pakai untuk acara pernikahan. Di pagi ini pula, bagian pemilik tenda telah datang untuk membuka tenda-tenda dan kursi yang kemarin di sewa.Dan pemilik katering pun telah datang untuk merapikan perabot yang belum mereka rapikan. Sedangkan pekerja di rumah itu, sedang merapikan beberapa ruangan dengan mengerjakannya secara bersama-sama. Memang pekerjaan yang sangat melelahkan. Sementara itu, di dalam kamar tidur, Tara dan pak Alex mereka masih berpelukan dalam selimut yang menghangatkan mereka.“Selamat pagi istriku sayang,” kecup Alex pada istrinya Tara.Tara yang mendengarkan sambutan pagi pertama setelah pengesahan dirinya menjadi nyonya Alex hanya tersenyum manis. Dirinya malah semakin memeluk erat suaminya,
Seminggu setelah pertemuan dengan Tara, membuat Tiara dan keluarga kembali ke rumah keluarga Tara, alangkah terkejutnya, ketika mereka kesana, dilihat mereka sekeluarga telah tidak ada disana. Melihat kenyataan itu, membuat Tiara terpukul hati dan perasaannya hingga membuat dirinya teriak-teriak memanggil nama Tara, seperti orang yang kehilangan akal.“Tara... ini mama sayang, bukankan pintunya sayang....maafkan mama sayang.....”“Tara...... maafkan mama sayang, tolong bukakan pintu nya... Bukaaaa.”“Tiara, sudah nak... mereka sudah pergi ikhlaskan mereka,” ajak papanya Tiara untuk meninggalkan rumah itu.Tetapi Tiara semakin menangisi kepergian Tara dari rumah itu. Mendengar lirih suara Tiara membuat hati orang yang mendengarkannya seperti tersayat sembilu. Sampai-sampai tetangga di sebelah rumah Tara datang ke rumah itu, bahkan dikarenakan Tiara yang terus menjerit memanggil-manggil nama Tara sambil duduk dilantai depan pagar itu. Beberapa tetangga menghampiri me
Segala persiapan untuk pernikahan telah di lakukan. Dari bunga-bunga segar yang telah di kirim oleh beberapa toko-toko bunga yang terbaik. Bagian dekorasi tempat bersanding kedua mempelai telah di hias. Tempat bersanding kedua mempelai di lakukan di ruang keluarga yang cukup luas. Besok adalah hari pernikahan mereka, dan pak Alex hanya mengundang beberapa teman dekatnya. Hanya ada dua puluh lima orang yang di undang. Untuk katering juga telah disiapkan. Untuk keluarga Tara, papa dan mamanya Tara hanya mengundang dua orang saja, adik papanya Tara dan kakak mamanya Tara.“Sayang, nanti kita akan fiting bajunya yaa.”“Kita berdua saja, apa mama dan papa juga ikut?”“Punya papa dan mama sudah pas ukurannya, beda dengan baju pengantin,” Alex memberikan penjelasan pada Tara sambil memeluk dirinya.“Seperti mimpi,” ucap Tara sambil bergelayut mesra pada tangan pak Alex.“Ini hal nyata sayang.”Pak Alex mengelus-ngelus rambut dari Tara, sebagai rasa sayangnya juga.
Setelah pak Dendy mendapatkan foto dari istri pak Wisnu yang tak lain adalah mama angkat dari Tara, dirinya langsung melaporkan hal itu pada papanya Tiara. Ibu Mia selaku kepala pantiasuhan yang pertama kali di perlihatkan oleh papanya Tiara, mengenai foto dari mamanya Tara. Setelah beberapa lama mengamati wajah dari mamanya Tara. Ibu Mia pun berkata.“Yaa! Saya sangat yakin, wanita ini yang menerima bayi itu dari saya, tidak ada yang berubah dari wajah wanita itu,” sedikit berteriak Ibu Mia menyatakan memang benar wanita itu yang menggendong bayi mungil Tiara, pada saat diserahkannya.Mendengar kesaksian dari ibu Mia, membuat jantung Tiara hampir berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak menyadari kalau selama ini, putrinya yang hilang sangat dekat padanya. Dan Dia juga yang membuat dirinya menahan malu karena hinaan dirinya. Dia telah mengusir putrinya sendiri di kantornya bagaikan seekor binatang. Kalau saja hari itu tidak ada Alex mungkin dirinya telah memukul wajah gadis mu
Setelah dari Dokter, mereka berdua hanya terdiam di dalam mobil. Bahkan mereka hampir saja lupa membelikan makanan siang untuk mama dan papanya Tara. Mereka teringat ketika mamanya Tara menghubungi dirinya.“Iya Ma, sebentar lagi kami sampai.”“Papa minta kopi ya Tara, bisa di belikan di warung pinggir jalan .“Baik Ma, Tara belikan kopi.”Mendengar hubungan ponsel antara Tara dan mamanya, membuat pak Alex, kembali memutar mobil nya untuk membelikan makanan siang mereka. Tetapi Tara tetap terdiam, tidak mengatakan apapun. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam, bingung akan keputusan yang akan di ambilnya.“Sayang, pengen makan apa?”Tara hanya menggelengkan kepalanya. Yang di rasakannya hanya rasa mual dan dia kesal dengan kondisi seperti itu.Pak Alex lalu membelikan makan siang untuk mereka, dan kopi serta minuman mineral. Sedangkan Tara tidak ingin membeli makanan apapun.“Gugurkan saja pak, saya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.”Mendengar a
Di hari minggu yang cerah ini, Tiara mendapatkan berita kalau kepala panti asuhan akan ke rumahnya. Ia berharap kepala panti asuhan itu ingat, ketika dia dulu menitipkan putrinya. Papanya meminta orang suruhannya membawa wanita itu. Semua itu demi sebuah titik terang atas sebuah tabir masa lalu Tiara. Di ruang keluarga yang besar itu, Tiara berjalan hilir mudik tidak tenang.“Tiara, kendalikan diri mu sayang.”“Pa, bagaimana caranya menemukan bayi itu, kalau surat adopsinya tidak ketemu.”Terliat kesal di wajah Tiara, karena untuk menemukan seseorang di kota besar bukan suatu hal yang mudah. Tidak berapa lama orang suruhan dari papanya Tiara yang bernama Dendy sampai di rumah mereka dengan seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun. Mereka berdua memasuki ruang keluarga. Setelah papanya Tiara menyalami pak Dendy dan wanita itu dan mempersilakan wanita itu duduk.“Siang pak, saya Mia.”“Silakan duduk, terima kasih ibu sudah datang ke rumah kami.”Pak Dendy adal
Selama satu jam Tara menunggu Alex terbangun dari tidurnya. Dan Alex terbangun karena rasa lapar yang dirasakan. Dilihat jam pada dinding kamarnya telah menunjukkan pukul delapan malam, berarti hampir tiga jam, dia tidur sore ini. Sesaat didengarnya lagi suara perutnya yang menyanyikan lagu lapar. Lalu ia pun bermalas-malasan berjalan ke meja makan.Alex terkejut, ketika dilihatnya Tara ada disana. Sambil tersenyum dia menghampiri Tara yang masih menunggu di meja makan.“Sayang, kapan datang, Sudah lama?”“Lumayan, gimana enak tidurnya?”Melihat nada suara Tara yang agak menyindirnya, Alex langsung mencium pipi Tara.“Jangan marah, tumben hari ini aku lelah, lapar lagi,” ujar pak Alex pada Tara.Terlihat Tara langsung mengambilkan nasi ke piring dan mengambilkan beberapa lauk dan sayur setelah mendengar kalau pak Alex lapar.“Yaa sudah makan dulu saja pak, nanti kita ngobrolnya,”“Terima kasih, kamu makan juga yaa,” tersenyum Alex meli