Beranda / Romansa / Candu Cinta Bos Mafia / 93. I'm Scared To Death

Share

93. I'm Scared To Death

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-22 07:02:30

Ben mendekat, ia duduk di sisi seberang Ann, bibir ranjang lainnya. Dengan berani Ben remas jemari lentik istrinya, ia lalu berjongkok, berlutut seakan meminta ampun. Air mata meluncur bebas ke pipi Ben dari matanya yang sayu lelah, bermuara di ujung hidung mancungnya yang memerah. Bahu tegapnya sedikit naik turun, terguncang demi menahan tangis yang terus tumpah.

"Kamu tau, rasanya ditinggal pergi sama kamu lebih mengerikan ketimbang diasingkan sama keluarga dan dibuang waktu dulu, Yang," keluh Ben tersendat. "Aku udah usaha buat ngatasin ketakutan itu, tapi kayak yang kamu liat sendiri, aku nggak akan sanggup, Joanna," bisiknya memelas, memohon ampunan. "Aku hancur tanpa kamu," desisnya.

"Ada banyak alasan kenapa aku mutusin buat pergi dari semua hal yang berhubungan sama kamu, Mas. Aku nggak bisa menghadapi rasa bersalahku sendiri tiap ketemu sama Bastian, apalagi ngeliat gimana seorang ahli pedang harus kehilangan tangan kirinya cuma buat ngelindungin aku. Ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Candu Cinta Bos Mafia   94. Kepergian Joanna

    "Cari sampe dapet!" perintah Ben kalut, ia berdiri sempoyongan, baru sadar dari lelap tidurnya. Tiga orang anggota perkumpulan yang tadinya bergegas naik ke kamar Ben saat mendengar panggilan ketuanya itu segera berbalik pergi. Mereka memanggil bantuan, mengerahkan semua orang untuk mencari keberadaan Ann yang pergi tanpa sepengetahuan Ben, pagi buta. Menyesali kelalaiannya, Ben meremas rambutnya frustasi, ia hilang tanpa Ann, harus diakuinya, Ann adalah nyawa hidupnya kini. "Dia pergi?" tegur Bastian muncul dari arah tangga, tertatif dipapah oleh Danisha. "Tanpa pamit," desis Ben singkat, ia tertunduk. "Dia nggak mau dicari, tapi lo kerahin semua orang buat nyari dia, serius?" Danisha membantu Bastian duduk di sofa selasar tangga. Lalu dihampirinya Ben dan dibantunya juga untuk duduk di sebelah Bastian. "Lo harus ngasih waktu ke Ane-san buat menyendiri, Ben," nasihatnya. "Gue hilang tanpa dia, Sha," keluh Ben. "Gila, secinta ini gue sama Ann," ucapnya tak percaya. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Candu Cinta Bos Mafia   95. Tiga Tahun Kemudian

    "Butuh waktu tiga tahun buat bisa nemuin lo," Danisha meneguk minuman cola-nya sambil menatap Ann dalam-dalam."Cara jitu buat sembunyi dan nggak bisa ditemuin adalah tempat di sekitarnya, nggak perlu jauh," jawab Ann tersenyum cantik. "Lo makin cantik, Sha," pujinya.Setelah pembicaraan tanpa ujung malam itu dengan Ben, pagi harinya, Ann pergi. Ia meninggalkan rumah besar Ben dengan sedikit barang-barang, waktu subuh. Ben tengah tertidur lelap di sebelahnya karena lelah, Ann menangis sesenggukan karena harus pergi tanpa berpamitan. Namun, setelah tiga tahun ada di sekitar Ben dan mengamati suaminya dari kejauhan, Ann telah mampu berdamai dengan dirinya sekarang."Lo bahkan nggak make sepeserpun uang yang kami kirim ke rekening lo, cara menghilangkan jejak yang sangat cerdas, Ane-san," kata Danisha kagum. "Apa setelah tiga tahun, gue masih berstatus Ane-san?" tanya Ann. "Ben belom dapet calon istri lagi? Dia nggak bawa calon Ane-san yang baru bua

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Candu Cinta Bos Mafia   96. I'm Not Moving

    "Itulah kenapa Benji dan Ben nggak bisa ngelacak lo, karena lo disembunyiin rapat sama Bas," ucap Danisha membuat kesimpulan. Ia berdiri dari kursi pelanggan toserba seraya mengusap pundak kakak iparnya, "gimanapun, gue tetep nunggu lo balik ke tengah-tengah kami Ann, jadi bagian dari kami apapun kondisi lo. Ben butuh lo dan gue yakin lo juga nggak bisa ngehapus rasa cinta lo ke dia dengan gampang. Kalian masih suami-istri, itulah kekuatan terbesar keluarga Takahashi," tutupnya lantas memeluk erat tubuh kurus Ann sebelum pergi meninggalkan toserba. Tiga tahun Ann berjuang memendam rasa rindunya, melihat Ben dari jauh. Tahu bahwa ketidakhadirannya di sisi Ben membuat Ben cukup hancur, Ann melihat semuanya. Kini, Ben sudah lebih baik, sudah bisa menjalankan semua bisnis perkumpulan jauh lebih baik dari sebelumnya. Yang belum bisa Ben lakukan adalah melupakan Ann, istrinya. Benar, Ben memang tidak pernah berniat untuk melupakan. Setiap detik dalam hidupnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Candu Cinta Bos Mafia   97. Menemui Pujaan Hati

    "Udah hampir sebulan lo cuma ngamatin dan liat dia dari jauh doang," kritik Danisha yang kini bertugas menemani Ben mengintai Ann yang tengah bekerja. "Lo takut apaan sih Ben? Takut diusir? Ketua perkumpulan masa nyalinya begitu, cemen amat," ledeknya.Ben tetap diam tanpa tanggapan, ia isap rokoknya dalam-dalam seolah tak mendengar apa yang Danisha lontarkan. Tatapannya lurus ke arah toserba di mana Ann bekerja, istri tercintanya itu masih belum datang, sepertinya Ann mendapat shift siang hingga tengah malam. "Hubungan kalian nggak bakalan baik kalau lo jalan di tempat gini. Menurut gue, temuin dulu, masalah reaksinya itu urusan belakangan. Gila ya, keluarga mafia tapi disuruhnya ngurus masalah percintaan ketua klan," dengus Danisha, ia berdiri spontan, menyambar kunci mobil di meja dan berjalan kesal ke arah mobil. "Temuin dulu istri lo!" pesannya."Ke mana?" tanya Ben akhirnya bersuara. "Pulang! Jangan berani pulang kalau lo belom ketemu Ann!" ancam Danisha. "Awas aja lo!""Gue d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Candu Cinta Bos Mafia   98. Reason Why I Should Give You Up

    "Silakan Kak, tambah apa lagi? Nggak sekalian pulsa atau donutnya Kak? Donutnya produksi hari ini K—" tak selesai Ann berucap, suaranya mengambang, matanya berkaca-kaca seketika saat sorot itu bertemu dengan sorot lain di seberang yang penuh keteduhan tapi begitu dingin. "Enggak," jawab Ben lirih, suaranya bergetar hebat. "Nggak pulsa, nggak usah dikasih kantong kresek, dan nggak beli donut juga, Ane-san," lanjutnya.Ann tercenung sesaat, bibirnya bergerak-gerak tanpa suara, menahan kekagetan yang luar biasa. Sesekali Ann susah-payah menelan ludahnya, berusaha menyadarkan diri bahwa mungkin saja ini hanya mimpi. "Pake debet bisa? Aku nggak bawa banyak uang cash," ucap Ben lagi membuat Ann segera menguasai diri. "Ah, bisa," jawab Ann tergagap. "Silakan," katanya yang langsung hafal debet dari bank mana yang selalu suaminya gunakan. "PIN-nya masih sama, aku nggak perlu bantu mencet tombolnya," ujar Ben. Ann mengangguk pelan, i

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Candu Cinta Bos Mafia   99. Kembalilah di Sisiku

    Seulas senyum tersungging di wajah lelah Ben saat Ann keluar mendatanginya dan membawakannya satu cup mie instan serta sebotol air mineral. Sudah hampir jam 9 malam dan Ben memang masih betah bertahan menunggu Ann menyelesaikan pekerjaannya. "Nggak laper apa seharian cuma makan asep rokok sama kopi doang?" gumam Ann seraya meletakkan mie instan dan minuman yang dibawanya ke depan Ben. "Seenggaknya buat ganjel perut, jangan sampe kamu pingsan di sini dan aku jadi repot," desisnya. "Makasih," ucap Ben tulus. "Ditraktir?" tanyanya tersenyum lebih tampan. "Gratis, kalau udah selesai makan kamu bisa pergi, Mas. Jangan nakutin pembeliku dong!" usir Ann ketus. "Aku nggak akan pergi, mau kamu usir sekuat apapun, aku bakalan nungguin kamu selesai kerja dan kita bicara!" tegas Ben. "Jangan berusaha terlalu keras buat ngusir aku karena aku nggak akan pergi sebelum kita ngobrol, jangan ngelakuin hal yang sia-sia." "Apa yang perlu dibicarain? Kita udah selesai Mas!" geram Ann muak. "Aku ud

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Candu Cinta Bos Mafia   100. Rai, The Name of Faith

    Tepat dini hari, Ann selesai menutup toserba. Ben setia menungguinya sambil menyesap rokok yang entah sudah habis berapa batang hari ini. Harus Ann akui, Ben cukup gigih dan susah ditolak, ia sendiri bingung bagaimana harus bersikap pada sang suami sekarang. "Naik apa pulangnya?" tanya Ben mendekat. "Jalan kaki," jawab Ann sekenanya, ia melangkah lebih dahulu. Ben mengejar, mengimbangi langkah tergesa sang istri, "Yang nganter tadi siang nggak sepaket sama jemput?" tanyanya berani. "Kamu mata-matain aku Mas?" dengus Ann seketika menghentikan langkahnya. "Enggak," Ben menggeleng cepat. "Kebetulan aja liat," jawabnya jujur. Ann mendengus kasar, ia kembali berjalan tergesa. Suasana malam sudah cukup sepi untuk pejalan kaki sepertinya, tapi Ann sudah terbiasa. "Kamu mending pulang deh! Ngapain sih nungguin, ngikutin pula!" sungut Ann. "Aku khawatir," balas Ben, "I still love you, still want you!""U

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Candu Cinta Bos Mafia   101. Tak Akan Pernah Menyerah

    Tak ingin Ann menghilang lagi seperti tiga tahun lalu, pagi buta, Ben kembali menunggu di depan rumah kontrakan Ann, membawa mobilnya. Setelah percakapan emosional membicarakan tentang anak semalam, Ben membiarkan Ann masuk ke dalam rumah untuk beristirahat sementara ia pulang hanya untuk mengambil mobil dan kembali menunggui sang istri hingga pagi menjelang. Entah keberuntungan tengah memihaknya atau memang ia ditakdirkan, Ben bertemu dengan lelaki yang mengantar Ann kemarin. Dengan berani, Ben keluar dari dalam mobilnya, ia cegat lelaki itu tepat di depan motornya. "Sorry, siapa ya?" tanya lelaki dengan tato di lehernya itu. Dahinya mengerut, penasaran melihat Ben yang tampak tak asing tapi ia lupa siapa sosok berkharima yang tengah menegurnya ini. "Jemput Ann?" tanya Ben tanpa basa-basi. "Kenalannya Ann?" tebak laki-laki itu lagi. Ben diam, tak sempat menjawab, Ann keluar dari pintu rumahnya. Ekspresi Ann jelas kaget, ia tak menyangka Ben akan ada di depan rumahnya, masih den

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24

Bab terbaru

  • Candu Cinta Bos Mafia   195. Candu Cinta (Ending)

    "Baru pertama kali ini aku liburan ke Eropa. Mimpi apa aku bisa ke sini sama orang yang paling berarti di hidupku," desis Ann lirih. Matanya mengitar takjub, masih tidak percaya pada apa yang kini tengah dialaminya. London tengah ada di awal musim gugur saat ini. Suhu udara cukup dingin untuk kulit Ann yang terbiasa dengan suhu tropis khatulistiwa. Ia sampai memeluk tubuhnya sendiri dengan menyilangkan kedua tangan di depan dada untuk menghangatkan tubuhnya. Liburan musim panas di Inggris Raya baru akan selesai dan Westminster cukup sepi dari wisatawan di bulan-bulan ini. "Pilihan yang tepat kita keluar malam hari, untungnya Christ udah akrab sama Lala, jadi kita bisa keluar malem-malem gini, biar Christ istirahat," ujar Ben sengaja merangkul leher istrinya mesra. "Lala udah kenal Danisha lama, jadi kayaknya Christ sering diajak jalan bareng juga sama Lala, makanya mereka cepet akrab," gumam Ann. "Mas, indah banget Inggris Raya," ujarnya tak hentinya berdecak. Meninggalkan

  • Candu Cinta Bos Mafia   194. Rencana Kejutan

    Ann menyesap teh melati buatan Ben sambil memejamkan mata. Sungguh pagi yang begitu damai dan menenangkan baginya, tanpa beban. Christ sedang sarapan pagi bersama Ben di ruang makan, sedangkan Ann sendiri duduk di halaman belakang, sesekali mengusap punggung Chester yang kini memang sengaja diboyong ke rumah baru demi memulihkan kesehatannya. Minggu depan kuliah Ann sebagai Maba akan dimulai, jadi, ia sengaja menikmati momen-momen emas ini tanpa gangguan. "Ane-san, berangkat seolah dulu," kata Christ mendatangi Ann sambil membungkukkan badannya. "Oke, hati-hati ya, semangat sekolahnya!" balas Ann melambaikan tangannya ceria, menatap punggung kecil nan kokoh Christ yang berlalu menjauh. Untuk kegiatan sekolah dan les privat yang harus dijalani Christ, Ann menyiagakan seorang sopir antar-jemput. Ben juga meminta Sony untuk menjadi penjaga Christ selama berkegiatan di luar rumah. "Kamu nggak ada agenda ke mana-mana hari ini, Ann?" tegur Ben yang menyusul duduk di seberang Ann, menent

  • Candu Cinta Bos Mafia   193. Pilihan Christ

    "Hai, Christoper!" sapa Eriska yang sudah datang lebih dulu di sebuah coutage tempat mereka dijadwalkan bertemu. Seperti rencana, Ann dan Ben mengantar Christ bertemu dengan Eriska. Satu titik balik kehidupan Christ akan ditentukan hari ini. Ann tidak tahu apa yang tengah dirancang oleh Eriska untuk mengusiknya lagi, tapi ia percaya Ben bisa mengatasi gangguan Eriska lebih baik ketimbang sebelumnya."Mami Eris," balas Christ melambaikan tangan sekenanya, juga memberi senyum simpul yang asing. "Kamu tambah tinggi ya," puji Eriska. "Makanmu pasti enak-enak pas ikut Ben," katanya. "Makasih udah menuhin permintaanku," tambahnya ke arah Ben sambil memeluk Christ yang tampak canggung. "Gue pengin urusan kita segera selesai," balas Ben. "Biar Christ mesen makanan dulu ya," tandas Eriska. "Aku udah makan sama Ann dan Ben sebelum ke sini," ucap Christ sangat fasih. "Kata Ann, Mami kangen sama aku," gumamnya. "Iya," jawab Eriska mengangguk. "Mami nggak bawa makanan kesukaanku?" tembak Ch

  • Candu Cinta Bos Mafia   192. Daya Juang

    Setelah sekian lama tidak beraktivitas di ranjang karena kondisi kesehatannya, Ben cukup berhati-hati bergerak. Ann lebih banyak memimpin permainan, sang istri berbalik memegang posisi dominan. "Joanna," Ben mengerang lirih, menikmati pemandangan sang istri yang meliuk-liuk di atasnya. "Berasa liat aku di Queen's Diary lagi ya Mas," goda Ann masih sempat bercanda. "Ini lebih juara sensasinya," balas Ben merem-melek, terbakar gairah. Ann terkikik, ia bergerak makin cepat, tapi tetap berhati-hati. Ben yang tengah berbaring di bawahnya itu masih belum sembuh total, jadi mereka tidak boleh bermain liar. "Ane-san!" Ben mengeja panggilan istrinya, ia tiba di puncak dengan senyuman lepas yang puas. "Wah," deru napas Ann masih terengah, "lega, Big Ben? 250 juta transfer ke rekeningku ya," candanya lucu. Ia bangkit dan duduk di sebelah suaminya, membiarkan Ben meriah selimut untuk menutupi tubuh mereka. "Nggak 300 juta sekalian?" tawar Ben. Ann mengangguk, "Boleh. Dikasih 500 juta lebi

  • Candu Cinta Bos Mafia   191. Memenangkan Pikiran

    Setitik air mata Ann jatuh, ia berpaling agar tak ketahuan tengah bersedih. Sesak di dadanya berusaha ia sembunyikan sebisa mungkin, hatinya telah jatuh teramat banyak pada Christ. "Kenapa aku harus milih? Aku udah tinggal di sini kan?" gumam Christ lugu. "Kamu bukan anggota keluarga, Eriska minta kamu kembali ke keluarga kamu," ungkap Ben gamblang, terdengar sangat tega. "Ane-san," Christ menoleh Ann, "apa aku harus milih? Aku aku harus ikut Mami Eris?" tanyanya hampir menangis. "Kamu boleh tetep tinggal di sini kalau kamu mau, Christ," jawab Ann. "Asal kamu memilih tinggal bersama kami, kamu boleh tinggal selamanya di sini," sambar Ben. Christ terdiam, ia tampak bingung dan hanya memainkan kancing bajunya sebagai bentuk pelarian. Anak sekecil Christ tentu mempunyai banyak perspektif pada setiap orang yang pernah merawatnya. Ann meski galak dan tegas, tidak pernah memukul atau menggunakan kekerasan. Begitu pula dengan Ben, meski ia keras dan kejam, selalu menekan Christ dengan

  • Candu Cinta Bos Mafia   190. Memberinya Pilihan

    "Marah, Ane-san?" tegur Ben yang menyadari perubahan sikap istrinya semenjak pulang dari rumah makan tadi siang. "Hem?" Ann melirik suaminya sekejap, lantas fokus lagi memainkan ponselnya. "Kamu marah sama aku, Ann?" ulang Ben sabar. "Marah? Emangnya kamu kenapa?" tanya Ann balik. Ben mendecak, ia tahu Ann sedang tidak mau diajak mengobrol. Istrinya ini tengah marah, enggan ditanya-tanya tapi jika Ben tak acuh, kemarahan itu akan semakin membesar. "Coba bilang, salahku di mana?" pancing Ben. "Wah," Ann tertawa dalam tatapan piasnya yang tak menyangka. "Nggak sadar salahnya?" "Oke, aku salah ngambil keputusan setuju sama Eriska? Bener?" "Terus?" "Aku mengabaikan kamu," desis Ben meringis, takut salah. "Bukan cuma mengabaikan, Mas. Aku nggak kamu anggep ada di tempat itu. Seharusnya kamu tanya dulu keputusanku, kan?" sergah Ann bagai siap memuntahkan lahar panas dari mulutnya. "Iya, aku minta maaf," ungkap Ben tak mau memperpanjang masalah. Salah atau tidak salah, ia tetap ha

  • Candu Cinta Bos Mafia   189. Biarkan Memilih

    "How's life, Ann? Kamu bahagia?" tanya Eriska yang ditemui oleh Ann di sebuah rumah makan besar. Ann melirik sang suami yang duduk di sebelahnya. Ben tampak tak acuh, ia itarkan pandangan ke sekeliling, enggak bertemu tatap dengan Eriska. Dari sorot matanya, tampak Eriska masih begitu mendamba suami Ann itu. "Gue nggak punya alasan buat nggak bahagia setelah suami masih hidup di sisi gue," jawab Ann jumawa. "Asal nggak ada orang yang mengusik kami lagi, gue yakin bahagia selamanya," gumamnya. "Ben," Eriska tersenyum, mencoba mengambil perhatian mantan pacarnya itu. "Aku nggak akan ngusik kalian lagi. Cuma satu penginku, aku diijinin buat ketemu sama Christ. Sekarang udah nggak ada Papa yang bakalan nyakitin dia, boleh nggak Christ disuruh milih, mau ikut aku atau kalian? Aku janji, setelah Christ milih, aku nggak akan pernah muncul dalam kehidupan kalian lagi," ujarnya. Ben yang semula tak peduli akhirnya memfokuskan pandangannya pada Eriska. Keduanya bertemu tatap, diam dan tak a

  • Candu Cinta Bos Mafia   188. Segalanya Bagiku

    Proses recovery Ben memakan banyak waktu dan perjuangan yang cukup panjang. Selama itu, Ann setia mendampingi, membantu sang suami mendapatkan tubuh bugarnya lagi. "Dua tusukan yang nggak akan pernah bisa dilupain," desis Ann sambil menunjuk bekas luka di dada dan perut Ben yang kancing kemejanya sengaja tidak dikancingkan. "Nggak kamu bikin tato, Mas?" tanyanya. Ben menggeleng, "Luka tembak ini sengaja kutato karena pengin kuhilangkan. Kalau luka tusuk beda cerita, ini award perasaanku atas kamu Ann. Aku terluka buat ngelindungin kamu, itu kebanggaan tersendiri," ujarnya. "Tapi aku jadi ngerasa bersalah kalau liat bekas luka ini. Kamu ada di ambang kematian selama 5 bulan, gimana aku nggak sedih.""Apa mau kutato aja biar kamu nggak sedih?" tawar Ben. Gelengan Ann berikan, "Kalau kamu nggak ngeliat aku sebagai bentuk kesalahan, sedihku bisa ganti jadi kebahagiaan kok Mas," ucapnya lembut, plin-plan. Senyuman Ben terkembang, ia kibaskan lagi pedangnya untuk kembali memulai latiha

  • Candu Cinta Bos Mafia   187. Obrolan Berdua

    Dua puluh empat jam pasca hidup kembali, Ben dinyatakan dalam kondisi yang sangat bagus oleh dokter. Tubuhnya sudah melewati pemeriksaan dan pengecekan dan tidak ada organ tubuhnya yang malfungsi. Ben hanya memerlukan banyak latihan bergerak dan berjalan untuk menormalkan kembali sendi-sendi dan tulangnya. "Dia minta pindah sekolah di sini, pengin jagain Ketua tapi dia ngeluh bosan nunggu kamu bangun, tiap hari begitu," ucap Ann tertawa. "Dia jagain kamu dengan baik ya," kekeh Ben sudah mulai lancar berkomunikasi. Ann mengangguk, "Kadang dia ngomel, kenapa Ketua nggak bangun-bangun padahal dia mau cerita gimana dia ngelawan anak-anak lain yang nyoba ngerundung dia," ceritanya. "Udah ya Mas, biar dia stay di Indo aja, Christ pasti nggak mau kalau disuruh balik ke Jepang lagi. Nanti aja kalau dia udah bisa milih mau lanjut studi di Jepang atau di negara mana pun, kita bisa atur lagi," urainya. "Aku ikut kebijakan kamu, Ane-san," kata Ben lembut. "Ah, Adyaksa sekarang dipegang sama

DMCA.com Protection Status