Share

CEO Kejam yang Jatuh Cinta
CEO Kejam yang Jatuh Cinta
Penulis: Ayu novianti

Bab 1# Kenapa Harus Dengan Menyiksa?

Sore ini, Valerie baru saja pulang dari Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dia sudah bekerja dari pagi sampai sore, dan berharap bahwa dia bisa beristirahat lebih awal hari ini.

Sesampainya di rumah, Valerie disuguhkan pemandangan yang tidak dia bayangkan sebelumnya. Dia menemukan rumahnya dengan keadaan sangat berantakan.

“Pa?” teriak Valerie saat memasuki rumahnya. Dia sedang mencari keberadaan papanya yang entah sedang berada dimana.

Valerie berjalan dengan perlahan disana. Aneh sekali, kenapa dia malah merasa takut di rumahnya sendiri?

“Papa!” Valerie mencoba kembali untuk memanggil papanya.

“Siapa kamu?” teriak seseorang yang berada di dekat tangga saat Valerie berjalan mendekat kesana, pria itu berperawakan tinggi dan dia baru saja muncul dari ruang TV.

Pria itu berjalan mendekat, tapi Valerie mulai menjaga jarak. “Seharusnya saya yang bertanya, sedang apa anda di rumah saya?” ucap Valerie yang masih bersikap siaga.

“Ohh, jadi kamu anaknya Tio?” balas pria itu sembari tersenyum.

Valerie menatap pria itu dengan tatapan datar. Padahal senyum pria di depannya itu sangatlah menyeramkan, “Iyaa!” jawab Valerie setelah dia terdiam sesaat.

“Dimana papa saya?” lanjut Valerie lagi tapi tidak digubris oleh pria itu.

Pria yang tadi berbicara dengan Valerie itu, lantas menelpon seseorang tanpa berniat membalas ucapan Valerie, “Apa yang kamu lakukan?” ujar Valerie yang masih tidak respon pria itu.

“Halo boss! Ternyata Tio itu punya seorang anak perempuan,” ucap pria itu diponsel miliknya. Entah menelpon pada siapa.

“Baiklah boss,” katanya lagi. Setelah mengatakan itu, pria itu langsung berjalan mendekati Valerie, masih dengan senyum menyeramkan di wajahnya tentu saja, “Si brengsek itu sedang berada di Ruang keluarga!” ucap pria itu dengan santai.

Valerie yang mendengar papanya disebut seperti itupun, merasa tidak terima, “Bersikap sopanlah. Mungkin bagi anda beliau orang yang menyusahkan, tapi bagi saya, beliau adalah seorang Ayah.” Dia mengatakan itu dengan sangat serius.

Ucapan Valerie barusan nampak membuat pria di depannya itu tersentak sejenak, tapi dia berusaha untuk bersikap biasa saja.

“Baiklah, Papamu sedang ada di ruang keluarga,” kata pria itu mengulang perkataannya. "Mungkin,” lanjutnya lagi sebelum Valerie beranjak dari sana.

“Brengsek!” umpat Valerie yang masih bisa didengar jelas oleh pria itu. Tidak perlu menunggu apapun lagi, Valerie langsung berlari mencari papanya.

Melihat kepergian Valerie, Putra lantas tersenyum, Perempuan itu memiliki kesamaan dengan seseorang, walau sebenarnya maksud mereka sangat berkebalikan.

Dilain sisi, Valerie masih mencari keberadaan papanya. “Pa!” teriak Valerie, Dia sampai di ruang keluarga, dan menemukan papanya berada disana, sesuai perkataan pria tadi yang barusaja dia temui.

Tapi bedanya, papa Valerie sedang duduk di sebuah kursi sembari terikat, "Pa!” panggil valerie setelah dia menatap lama kearah papanya.

Dia berjalan cepat hendak mendekati papanya, tetapi sebuah tangan malah menahannya dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Valerie.

“Berhenti!” ucap seorang pria tepat di sebelah telinga Valerie yang malah membuatnya merinding.

Valerie mencoba melepaskan dirinya, dari pelukan pria yang tidak dia kenali itu. “LEPAS!” teriak Valerie kencang.

“Sstt,” ucap seorang pria yang tidak Valerie sadari keberadaannya tadi, dia beralih menatap Valerie, dan pandangan mereka saling bertemu selama beberapa detik.

“Brengsek, apa yang kau lakukan hah?” teriak Valerie tepat didepan wajah pria itu.

Pria itu terlihat tertawa remeh sebentar, “Kenapa harus berteriak? Kita bisa membicarakan ini baik-baik, bukan?” ucap pria itu sembari memberikan seringai yang mengerikan.

“Jangan sakiti putriku!” teriak papa Tio-papanya Valerie.

Pria yang sedang menahan Valeri itu, bernama Sean. Mungkin Valerie memang tidak mengenalnya, tapi tidak untuk papanya, Tio.

“Tolong jangan sakiti putriku," ulang Tio sekali lagi.

Sean tidak menggubris perkataan Tio barusan, pandangannya fokus menatap Valerie dari atas hingga ke bawah, “Menarik!” ucap Sean pelan.

Valerie yang melihat Sean semakin mendekatkan wajahnya, langsung menoleh kesembarang arah, dia ingin menghindari pria itu.

“Apa yang kamu lakukan? lepaskan papa saya!” ujar Valerie pelan tetapi dengan penekanan disetiap perkataannya.

Sean nampak berpikir sejenak setelah itu, “Baiklah,” kata Sean. “Sebagai gantinya, maka kamu harus menjadi jaminannya.” jelas Sean lagi.

Valerie langsung membelalakan matanya mendengar itu, “Apa maksudmu? saya bahkan tidak tahu kenapa anda ada bisa berada disini.” balas Valerie

Sean menganggukan kepalanya mendengar itu, Dia lalu menjawab, “Biar saya jelaskan,” kata Sean, “Orang itu, sudah meminjam uang sebesar Satu Miliar dari saya, dan saya pikir, dia tidak akan bisa membayarnya.” jelas Sean.

Valerie melihat Sean dengan tatapan serius. Mungkin itu hal yang biasa bagi Valerie, tapi bagi Sean, tidak ada yang pernah berani membalas tatapannya seperti itu sebelumnya.

Dia menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya, “Tidak percaya? tanyakan saja kepadanya,” ucap Sean lagi.

Valerie beralih menatap papanya dengan serius, “Pa!” panggil Valerie, “Itu bohongkan, Pa?” tanya Valerie.

Namun papanya, hanya menunduk diam di sana dan tidak menjawab apapun.

“Lepas!” Valerie berbicara pelan kepada Sean agar dia mau melepaskan dirinya, “Please,” bujuk Valerie lagi.

Entah apa yang terjadi kepadanya, tapi untuk pertama kalinya, Sean membiarkan tawanannya pergi dari genggaman tangannya.

“Pa!” panggil valerie sekali lagi setelah dia berjalan mendekati papanya, “Apa benar?” tanya Valerie lagi.

“Val nggak marah kalau papa punya utang sama orang lain, Val cuman kecewa karena papa nggak pernah ngasih tahu Val tentang utang itu.” lanjut Valerie.

Tio tidak bisa menjawab apapun dan hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban, “Papa pasti dipaksa, kan? ngomong sama Val, Pa!” desak Valerie di depan papanya.

“Pliss Pa, Val butuh jawaban,” kata Valerie yang masih menatap papanya, ada air mata yang mengalir deras dari pipinya, tapi dia merasa bahwa itu bukanlah saat yang tepat.

“Maafin Papa,” ucap Tio.

Valerie menggelengkan kepalanya mendengar itu, “Val butuh lebih dari sekedar anggukan kepala dan minta maaf, Pa. Val butuh penjelasan,” ulang Valerie.

Tio menatap putrinya dengan wajah sendu, “Maafin Papa, Papa ngelakuin itu karena nggak sanggup bayar pengobatan Mama, Val.” jelas Papa sembari terisak.

Valerie hanya diam setelah dia mendengar itu, Sean tidak tahu harus bereaksi seperti apa, tapi dia hanya merasa harus menghentikan itu semua, terutama di sana ada Putra, dia tidak boleh bersikap lemah.

“Sudahlah, kalian terlalu lama mengobrol.” ucap sean tiba-tiba, tanpa mengatakan apapun lagi, Sean langsung menarik Valerie agar berdiri dari sana.

“Pa!” teriak valerie, dia enggan meninggalkan papanya sendirian.

Sean masih berusaha menarik Valerie yang terus memberontak, “Jangan buat saya marah!” ucap Sean dengan nada mengancam.

Valerie langsung diam dan berhenti memberontak, Sean yang melihat itupun langsung merasa kebingungan, tapi dia hanya mencoba menutupinya dengan bersikap datar.

“Tolong lepaskan Papa saya lebih dulu,” pinta Valerie dengan wajah memohon. “Saya akan berusaha mengganti semua utang Papa saya pada anda, tapi tolong lepaskan Papa saya," kata Valerie lagi.

Sean menatapnya dengan seringai sembari memiringkan kepalanya. “Benarkah?” tanya Sean memastikan, dan Valerie langsung mengangguk sebagai jawaban.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status