/ CEO / CEO Kejam yang Jatuh Cinta / Bab 1# Kenapa Harus Dengan Menyiksa?

공유

CEO Kejam yang Jatuh Cinta
CEO Kejam yang Jatuh Cinta
작가: Ayu novianti

Bab 1# Kenapa Harus Dengan Menyiksa?

작가: Ayu novianti
last update 최신 업데이트: 2024-10-29 19:42:56

Sore ini, Valerie baru saja pulang dari Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dia sudah bekerja dari pagi sampai sore, dan berharap bahwa dia bisa beristirahat lebih awal hari ini.

Sesampainya di rumah, Valerie disuguhkan pemandangan yang tidak dia bayangkan sebelumnya. Dia menemukan rumahnya dengan keadaan sangat berantakan.

“Pa?” teriak Valerie saat memasuki rumahnya. Dia sedang mencari keberadaan papanya yang entah sedang berada dimana.

Valerie berjalan dengan perlahan disana. Aneh sekali, kenapa dia malah merasa takut di rumahnya sendiri?

“Papa!” Valerie mencoba kembali untuk memanggil papanya.

“Siapa kamu?” teriak seseorang yang berada di dekat tangga saat Valerie berjalan mendekat kesana, pria itu berperawakan tinggi dan dia baru saja muncul dari ruang TV.

Pria itu berjalan mendekat, tapi Valerie mulai menjaga jarak. “Seharusnya saya yang bertanya, sedang apa anda di rumah saya?” ucap Valerie yang masih bersikap siaga.

“Ohh, jadi kamu anaknya Tio?” balas pria itu sembari tersenyum.

Valerie menatap pria itu dengan tatapan datar. Padahal senyum pria di depannya itu sangatlah menyeramkan, “Iyaa!” jawab Valerie setelah dia terdiam sesaat.

“Dimana papa saya?” lanjut Valerie lagi tapi tidak digubris oleh pria itu.

Pria yang tadi berbicara dengan Valerie itu, lantas menelpon seseorang tanpa berniat membalas ucapan Valerie, “Apa yang kamu lakukan?” ujar Valerie yang masih tidak respon pria itu.

“Halo boss! Ternyata Tio itu punya seorang anak perempuan,” ucap pria itu diponsel miliknya. Entah menelpon pada siapa.

“Baiklah boss,” katanya lagi. Setelah mengatakan itu, pria itu langsung berjalan mendekati Valerie, masih dengan senyum menyeramkan di wajahnya tentu saja, “Si brengsek itu sedang berada di Ruang keluarga!” ucap pria itu dengan santai.

Valerie yang mendengar papanya disebut seperti itupun, merasa tidak terima, “Bersikap sopanlah. Mungkin bagi anda beliau orang yang menyusahkan, tapi bagi saya, beliau adalah seorang Ayah.” Dia mengatakan itu dengan sangat serius.

Ucapan Valerie barusan nampak membuat pria di depannya itu tersentak sejenak, tapi dia berusaha untuk bersikap biasa saja.

“Baiklah, Papamu sedang ada di ruang keluarga,” kata pria itu mengulang perkataannya. "Mungkin,” lanjutnya lagi sebelum Valerie beranjak dari sana.

“Brengsek!” umpat Valerie yang masih bisa didengar jelas oleh pria itu. Tidak perlu menunggu apapun lagi, Valerie langsung berlari mencari papanya.

Melihat kepergian Valerie, Putra lantas tersenyum, Perempuan itu memiliki kesamaan dengan seseorang, walau sebenarnya maksud mereka sangat berkebalikan.

Dilain sisi, Valerie masih mencari keberadaan papanya. “Pa!” teriak Valerie, Dia sampai di ruang keluarga, dan menemukan papanya berada disana, sesuai perkataan pria tadi yang barusaja dia temui.

Tapi bedanya, papa Valerie sedang duduk di sebuah kursi sembari terikat, "Pa!” panggil valerie setelah dia menatap lama kearah papanya.

Dia berjalan cepat hendak mendekati papanya, tetapi sebuah tangan malah menahannya dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Valerie.

“Berhenti!” ucap seorang pria tepat di sebelah telinga Valerie yang malah membuatnya merinding.

Valerie mencoba melepaskan dirinya, dari pelukan pria yang tidak dia kenali itu. “LEPAS!” teriak Valerie kencang.

“Sstt,” ucap seorang pria yang tidak Valerie sadari keberadaannya tadi, dia beralih menatap Valerie, dan pandangan mereka saling bertemu selama beberapa detik.

“Brengsek, apa yang kau lakukan hah?” teriak Valerie tepat didepan wajah pria itu.

Pria itu terlihat tertawa remeh sebentar, “Kenapa harus berteriak? Kita bisa membicarakan ini baik-baik, bukan?” ucap pria itu sembari memberikan seringai yang mengerikan.

“Jangan sakiti putriku!” teriak papa Tio-papanya Valerie.

Pria yang sedang menahan Valeri itu, bernama Sean. Mungkin Valerie memang tidak mengenalnya, tapi tidak untuk papanya, Tio.

“Tolong jangan sakiti putriku," ulang Tio sekali lagi.

Sean tidak menggubris perkataan Tio barusan, pandangannya fokus menatap Valerie dari atas hingga ke bawah, “Menarik!” ucap Sean pelan.

Valerie yang melihat Sean semakin mendekatkan wajahnya, langsung menoleh kesembarang arah, dia ingin menghindari pria itu.

“Apa yang kamu lakukan? lepaskan papa saya!” ujar Valerie pelan tetapi dengan penekanan disetiap perkataannya.

Sean nampak berpikir sejenak setelah itu, “Baiklah,” kata Sean. “Sebagai gantinya, maka kamu harus menjadi jaminannya.” jelas Sean lagi.

Valerie langsung membelalakan matanya mendengar itu, “Apa maksudmu? saya bahkan tidak tahu kenapa anda ada bisa berada disini.” balas Valerie

Sean menganggukan kepalanya mendengar itu, Dia lalu menjawab, “Biar saya jelaskan,” kata Sean, “Orang itu, sudah meminjam uang sebesar Satu Miliar dari saya, dan saya pikir, dia tidak akan bisa membayarnya.” jelas Sean.

Valerie melihat Sean dengan tatapan serius. Mungkin itu hal yang biasa bagi Valerie, tapi bagi Sean, tidak ada yang pernah berani membalas tatapannya seperti itu sebelumnya.

Dia menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya, “Tidak percaya? tanyakan saja kepadanya,” ucap Sean lagi.

Valerie beralih menatap papanya dengan serius, “Pa!” panggil Valerie, “Itu bohongkan, Pa?” tanya Valerie.

Namun papanya, hanya menunduk diam di sana dan tidak menjawab apapun.

“Lepas!” Valerie berbicara pelan kepada Sean agar dia mau melepaskan dirinya, “Please,” bujuk Valerie lagi.

Entah apa yang terjadi kepadanya, tapi untuk pertama kalinya, Sean membiarkan tawanannya pergi dari genggaman tangannya.

“Pa!” panggil valerie sekali lagi setelah dia berjalan mendekati papanya, “Apa benar?” tanya Valerie lagi.

“Val nggak marah kalau papa punya utang sama orang lain, Val cuman kecewa karena papa nggak pernah ngasih tahu Val tentang utang itu.” lanjut Valerie.

Tio tidak bisa menjawab apapun dan hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban, “Papa pasti dipaksa, kan? ngomong sama Val, Pa!” desak Valerie di depan papanya.

“Pliss Pa, Val butuh jawaban,” kata Valerie yang masih menatap papanya, ada air mata yang mengalir deras dari pipinya, tapi dia merasa bahwa itu bukanlah saat yang tepat.

“Maafin Papa,” ucap Tio.

Valerie menggelengkan kepalanya mendengar itu, “Val butuh lebih dari sekedar anggukan kepala dan minta maaf, Pa. Val butuh penjelasan,” ulang Valerie.

Tio menatap putrinya dengan wajah sendu, “Maafin Papa, Papa ngelakuin itu karena nggak sanggup bayar pengobatan Mama, Val.” jelas Papa sembari terisak.

Valerie hanya diam setelah dia mendengar itu, Sean tidak tahu harus bereaksi seperti apa, tapi dia hanya merasa harus menghentikan itu semua, terutama di sana ada Putra, dia tidak boleh bersikap lemah.

“Sudahlah, kalian terlalu lama mengobrol.” ucap sean tiba-tiba, tanpa mengatakan apapun lagi, Sean langsung menarik Valerie agar berdiri dari sana.

“Pa!” teriak valerie, dia enggan meninggalkan papanya sendirian.

Sean masih berusaha menarik Valerie yang terus memberontak, “Jangan buat saya marah!” ucap Sean dengan nada mengancam.

Valerie langsung diam dan berhenti memberontak, Sean yang melihat itupun langsung merasa kebingungan, tapi dia hanya mencoba menutupinya dengan bersikap datar.

“Tolong lepaskan Papa saya lebih dulu,” pinta Valerie dengan wajah memohon. “Saya akan berusaha mengganti semua utang Papa saya pada anda, tapi tolong lepaskan Papa saya," kata Valerie lagi.

Sean menatapnya dengan seringai sembari memiringkan kepalanya. “Benarkah?” tanya Sean memastikan, dan Valerie langsung mengangguk sebagai jawaban.

관련 챕터

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 2# Tidak Perlu Dipikirkan

    Beberapa saat telah berlalu, dan Valerie telah sampai di depan sebuah rumah yang terlihat sangat megah, rumah itu pasti memiliki harga yang fantastis.Namun valerie bukan orang yang suka akan hal-hal mewah seperti itu, apalagi jika itu adalah milik orang lain. Dia juga harus sadar diri.“Masuklah!” ucap Sean, kali ini pria itu berbicara dengan suara yang tenang, Valerie hanya mengikuti ucapan pria itu.“Sebentar,” cegah Valerie sebelum Sean menyuruhnya masuk untuk mengikutinya, “Bagaimana dengan Papa saya?” tanya Valerie memastikan. Itu karena dia tidak langsung dibawa pergi, tanpa melihat papanya yang entah sudah dibuka ikatannya atau tidak.Sean hanya diam dan tidak menjawab, hal itu semakin membuat Valerie gelisah, “Bukankah saya dan anda sudah setuju tadi?” ulang Valerie lagi, dia berhenti ditempatnya dan itu membuat Sean juga berhenti.Pria itu menatap Valerie sembari meletakkan kedua lengannya di pinggang, “Saya tidak ingin menjawab, sebelum kamu masuk.” jelas Sean.Dia mencoba

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 3# Kontrak Nikah

    ~Apa aku terdengar seperti sedang meminta persetujuan?~Tanpa menunggu apapun, Valerie langsung menatap kepada orang yang masih mengulurkan tangannya itu.“Papa!” ujar Valerie tidak percaya.Papanya hanya mengangguk dengan air mata yang mulai menetes, “Ayo, Sayang!” ajak papa.Valerie tanpa ragu langsung menggandeng lengan papanya, “Val kangen, Pa,” ucap Valerie yang sepertinya akan menangis.“Don’t cry sweetheart, Papa nggak akan pernah ninggalin kamu.” jelas papa.. . .“Terimakasih!” ucap Valerie pada Sean setelah mereka selesai dengan acara pernikahan, yang menurut Valerie sangat mendadak itu.“Untuk apa?” tanya Sean setelah beberapa saat, Pria itu sedang serius memandang beberapa tamunya.“Untuk mengizinkan Papa menggandeng tanganku hari ini,” jelas Valerie sembari tersenyum lebar.Dia tidak berhenti tersenyum sejak tadi, setidaknya setelah dia bertemu dengan papanya.Mendengar itu, sean lalu menatap Valerie dengan pandangan tertarik, “Saya hanya tidak ingin membuatmu merasa sepe

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 4# Urusi Urusanmu Sendiri

    “Tidak apa-apa nyonya.” Balas bibiValerie menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Bibi mengira bahwa nyonya baru mereka itu akan diam saja atau pergi. Tetapi diluar dugaan, Valerie malah membantu membersihkan beberapa sayuran.Valerie tidak hanya membantu mencuci sayuran. Tapi dia juga memasak beberapa makanan.Saat Valerie sedang menata makanan itu di meja, dia bisa mendengar langkah kaki yang berjalan menuruni tangga.“Selamat pagi!” sapa Valerie saat melihat Sean yang sudah berada diujung tanggaTidak ada balasan apapun dari Sean.“Apa kau ingin sarapan?” tawar ValerieSean menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Valerie baru sadar jika Sean mengenakan pakaian formal saat ini. Dia terlihat seperti ingin pergi ke suatu tempat.“Tidak perlu membuat apapun. Cukup urusi dirimu sendiri!” kata Sean. Dia melangkah pergi dan itu membuat Valerie mengerucutkan bibirnya.Dia merasa kesal. Tapi dia tidak berkata apapun. Valerie menghabiskan pagi itu bersama para pekerja di rumah Sean.Sore h

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 5# Kolam Renang

    “Mau atau tidak, seseorang harus meneruskan semua yang sudah dia mulai”Keesokan paginya, Valerie bangun dengan perasaan lega. Tidurnya semalam sangat nyenyak. Padahal kemarin itu sangat melelahkan menurutnya. Meski dia tidak melakukan pekerjaan berat apapun. Entahlah.Valerie mulai membersihkan dirinya. Dia menatap beberapa bingkisan yang entah sejak kapan ada disana. Padahal dia tidak merasa memiliki itu disana sebelumnya. Karena penasaran, Valerie berjalan untuk memeriksa apa isi bingkisan itu.“Pakaian?”Dia memeriksa semua bingkisan dan menemukan banyak pakaian di dalamnya. Melihat itu, Valerie baru teringat bahwa mereka memang membawa banyak barang malam itu. Saat Valerie akan menikah.Mungkin dia akan merapikan pakaiannya nanti. Dia hanya akan merapikan alat riasnya saat ini. Untunglah dia sempat membawa tas tangannya yang berisi beberapa alat makeup.Tak lama kemudian, dia sudah rapi dengan kemeja berlengan panjang sepaha. Dia sudah memeriksa semua pakaian tetapi tidak menemuk

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 6# Nasihat Papa

    “Dasar gila!” umpat Valerie.Wanita itu berjalan menjauh dari kolam renang dan tidak berniat untuk menoleh ke belakang. Dia pasti sangat kesal saat itu.Sean yang kini sedang mengeringkan rambutnya itupun, hanya menatap punggung istrinya yang berlalu.“Gila?” ucap Sean.Dia tidak percaya bahwa seorang wanita baru saja mengatai dirinya gila. Sean mengambil ponselnya dan mulai memeriksa. Dia melupakan niat awal Valerie menemui dirinya. Tentunya sebelum peristiwa di kolam renang tadi.Pria itu duduk sejenak dan fokus dengan ponsel di tangannya. Tetapi dia bisa mengatakan bahwa dia tidak sepenuhnya fokus dengan kegiatannya.“Apa ponselnya rusak?” pikir Sean.Setelah mengatakan itu, Sean lantas meletakkan ponselnya. Dia lebih tertarik untuk memikirkan kejadian saat dia menarik Valerie, hingga mencium bibir wanita itu dengan paksa.Alasan Sean memikirkan perkataan Valerie, ialah karena untuk pertama kalinya, ada orang yang mengatai dirinya gila hanya karena dicium paksa.Masalahnya, semua w

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 7# Entah Apa yang Salah

    Hari berlalu dengan cepat dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sean sejak tadi sedang sibuk di ruangan kerjanya.“Sudah berapa lama aku duduk?” ujar Sean.Pria itu memeriksa arlojinya dan bertepatan dengan itu, sebuah ketukan terdengar di pintu ruang kerjanya.“Siapa?” ujar Sean.“Ini bibi, tuan.” jawab sebuah suara dari luar.Mendengar hal itu, Sean lantas beranjak dan memeriksa keadaan di luar.“Ada apa?” tanya Sean tanpa perlu berbasa basi lagi.“Ini tuan, ada orang yang membawa pesanan atas nama tuan,” ucap bibi.“Ponsel?” tanya Sean singkat.“Iya, tuan.” balas bibi.“Bawa saja ke kamar Valerie,” kata Sean memberi perintah.“Baik tuan,” kata Bibi.Baru saja bibi akan pergi, Sean sudah berbicara lagi.“Berikan langsung kepadanya dan pastikan dia memakainya,” kata Sean.Bi Tina adalah asisten rumah tangga yang sudah cukup lama bekerja untuk Sean. Usianya beberapa tahun lebih tua dibanding ibunya. Dia dulu adalah pelayan ibunya.Bi Tina yang mendengar itupun lantas m

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   8# Menemani Lembur

    Keesokan harinya, Valerie memulai aktivitasnya seperti hari kemarin. Ini adalah hari terakhir dia mengajukan cuti dan besok dia akan bekerja kembali. Karena dia merasa bahwa Sean tidak ingin berbicara dengannya, Valerie lantas mengurung diri di kamar. Mungkin Sean juga akan ke kantor hari ini.Valerie tidak ingin terus menerus memikirkan masalah pria itu, sehingga dia akhirnya menyalakan laptop dan mulai mengerjakan beberapa hal. Rumah itu memiliki sepasang pengantin baru, tetapi terasa seperti tidak ada yang berbeda. Mereka masih tidur di kamar yang terpisah, dan kini tidak saling menyapa satu sama lain.Ketika Valerie merasa bahwa dia sudah sangat lama bekerja, dia lantas berdiri untuk melakukan beberapa gerakan ringan dan berusaha menghilangkan rasa lelahnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan dia masih belum mengisi perutnya.“Siang, nyonya!” sapa bibi ketika berpapasan dengan Valerie di tangga.“Siang, bi,” balas Valerie.“Bibi baru saja ingin memberitahu nyonya untuk maka

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 9# Diminta Berhenti

    Pagi ini Valerie keluar dari kamarnya dan bersiap untuk berangkat bekerja. Dia sudah mengenakan kemeja berwarna biru laut, celana kantor berwarna hitam dan hills dengan warna senada. Dia mengikat rambutnya serta tidak lupa membawa tas tangan miliknya.“Hari pertama bekerja dengan status baru,” ucap Valerie.Rasanya tidak begitu buruk. Bahkan tidak terasa seperti hari pertama bekerja. Dia baru saja menikah dan mengambil cuti selama tiga hari, tetapi selama itu juga dia hanya berada di rumah. Tidak ada yang istimewa dengan pernikahannya.Begitu Valerie menuruni tangga, dia mendengar suara pintu yang ditutup disertai penampakan seorang pria tampan dengan setelan jas lengkap yang melekat dengan begitu sempurna. Apa dia benar-benar mengatakan pria itu tampan? Tetapi kehadiran pria itu tidak berarti apapun. Valerie terus melangkah turun hingga Sean menyadari keberadaan wanita itu.“Sebentar,” ucap Sean.Pria itu mengambil langkah cepat dan berdiri satu anak tangga di depan Valerie, sehingga

최신 챕터

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 113- Adegan Intim

    Sean perlahan menindih Valerie, tubuh mereka berdekatan begitu erat, hingga mereka bisa merasakan setiap detak jantung yang saling berirama. Tatapan Sean seolah mengatakan sesuatu yang mendalam, seolah-olah dia telah menunggu momen ini selama bertahun-tahun.“Tunggu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Valerie meski dia sudah tahu maksud keinginan Sean.“Aku akan melakukan hal yang seharusnya aku lakukan sejak lama,” balas Sean.Sean menatap Valerie dengan lekat. Dia semakin mendekatkan wajahnya, dan kedua tangannya bahkan menahan lengan Valerie di samping kepalanya."Babe... aku tidak bisa menahan diri lagi," ucap Sean dengan suara yang berat, penuh dengan keinginan yang selama ini ia pendam. "Tolong, jangan hentikan aku kali ini."Valerie tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum lembut dan membelai wajah Sean dengan jemarinya. Sentuhan itu membuat Sean semakin tergoda. Dia mendekatkan wajahnya ke Valerie, dan dalam sekejap, bibir merek

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 112- Meminta Izin

    Setelah pulang kerja, Valerie segera menelpon Sean untuk berbicara tentang rencana kepergiannya besok. Suara Sean terdengar berat di ujung telepon, dan Valerie merasakan kerinduan pria itu yang semakin mendalam."Hey, babe. Kamu masih di London?" tanya Valerie sambil meregangkan tubuhnya setelah seharian bekerja."Iya, babe. Masih ada beberapa urusan di sini," balas Sean dengan nada yang terdengar lelah namun hangat. "Ada apa? Kamu sudah merindukanku?" lanjutnya dengan nada menggoda.Valerie tersipu, merasa pipinya sedikit memerah mendengar kata-kata Sean yang selalu berhasil membuatnya tersipu. "Iya, aku merindukanmu,” jawab Valerie yang selalu bisa membuat jantung Sean berdetak lebih cepat. “Tapi aku punya undangan pernikahan besok," kata Valerie lagi, mencoba terdengar lebih tenang.Sean tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Terdengar juga perubahan dalam nada suaranya. "Pernikahan? Kalau begitu, aku akan pulang sekarang juga," ucap Sean dengan tegas, tan

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 111- Berpisah Jarak

    Ketika Valerie berada di kantor menjelang makan siang, dia mendapat panggilan dari Sean. Ponselnya bergetar di atas meja, dan seketika nama suaminya muncul di layar. Valerie mengangkat panggilan itu dengan senyuman kecil di wajahnya."Hey, babe," sapanya.Di seberang sana, Sean terdengar sedikit lesu. “Babe, aku kangen,” ucap Sean.Wajah Sean yang muncul di layar itu memang terlihat lesu. Dia menyugar rambutnya sembari mengerucutkan bibir.Valerie tertawa melihat itu. Dia menjepit rambutnya yang sejak tadi tergerai. Dia bahkan membuka kancing kemejanya hingga dua kancing, dan itu membuat Sean semakin panas sendiri.“Babe..” panggil Sean. “Aku tahu kamu sengaja memancingku,” lanjut Sean.Sean menatap dengan serius, dan berbicara lagi, “Aku akan kembali besok,” kata Sean.“Baiklah, babe,” balas Valerie.Sebenarnya ketika menelpon Valerie, dia memiliki ide lain. Jadilah dia kembali melan

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 110- Luar Kota

    Keesokan paginya, Sean bangun lebih awal dari biasanya, siap berangkat ke London seperti yang ia katakan semalam. Suasana pagi itu terasa hangat, meski keduanya tahu bahwa Sean akan pergi untuk beberapa hari. Valerie, seperti biasa, sudah bangun dan sibuk mempersiapkan keperluan Sean. Ia memilihkan pakaian, menata dasi, dan memastikan segala kebutuhan suaminya terpenuhi.Sean memandangi Valerie dari belakang. Ada perasaan hangat di dalam hatinya, meski ada sedikit kecemasan juga. Tanpa berpikir panjang, Sean mendekati Valerie yang tengah berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya. Sean langsung memeluk pinggang Valerie dari belakang, menariknya ke dalam pelukannya dengan erat.Valerie yang sedikit terkejut, berhenti sejenak dan menatap Sean lewat pantulan di cermin. "Ada apa?" tanyanya, suaranya lembut tapi terdengar sedikit penasaran.“Sepertinya kamu masih marah kepadaku, babe,” ucap Sean dengan nada manja, sementara ia mengeratkan pelukannya. Valerie

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 109- Di Bawah Langit Berbintang

    Malam itu, Putra dan Clara akhirnya bertemu di taman yang sama, meski awalnya Clara hendak mencari Valerie. Ketika Clara tengah berjalan, Putra tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan sebuah sapaan. “Hai!” sapa Putra dengan senyum di wajahnya.Clara yang mendengar sapaan itu terkejut. Dia langsung berusaha berbalik, namun Putra cepat menghentikannya. “Cla,” panggil Putra lagi dengan suara yang lebih lembut.Clara memutar tubuhnya kembali, terpaksa harus menatap Putra, lelaki yang sudah lama tidak dia temui. Putra tersenyum kikuk sambil menggaruk belakang kepalanya.“Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya Putra dengan nada yang terdengar lebih akrab dari sebelumnya.Clara berusaha untuk tetap tenang, meski dalam hatinya jantungnya berdetak sangat cepat. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, namun dia berusaha menjaga ekspresinya tetap datar. "Yah, aku baik," jawab Clara dengan singkat.Putra menatap Clara

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 108- Bertemu

    Sean mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Valerie, "Aku akan menjemputmu sore ini, babe."Di sisi lain Valerie yang saat itu sedang memeriksa laporan di komputernya, lantas menatap layar ponselnya yang menampilan pesan dari Sean. Begitu membacanya, Valerie hanya diam saja. Dia juga tidak langsung membalas. Sean menggenggam ponselnya dengan erat, menunggu jawaban istrinya. Tetapi hingga beberapa menit kemudian, masih tidak ada balasan dari Valerie. Akhirnya karena tidak tahan lagi, Sean lantas menelponnya. Panggilan itu berdering hingga beberapa detik. Pada panggilan pertama itu, Valerie memilih mengabaikannya. Hingga panggilan yang kedua, Valerie masih diam saja. “Entah apa yang dia rencanakan sekarang,” ujar Valerie.Ketika ponselnya kembali berdering pada panggilan yang ketiga, Valerie langsung menjawabnya.Menyadari bahwa pesannya sudah dijawab, Sean lantas berbicara dengan terburu-buru. “Babe.. Apa kamu sedang d

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 107- Informasi Rinci

    Ketika hari menjelang subuh, Sean terjaga dengan pikiran yang masih mengganjal tentang Valerie dan Clara. Dia menatap layar ponselnya, kemudian mengetik pesan yang ditujukkan kepada Putra.“Carikan informasi teman istriku bernama Clara. Sedetail mungkin,” tulisnya, lalu mengirim pesan itu tanpa ragu.Sean kembali berbaring di samping Valerie, meskipun masih tidak bisa menutup matanya setelah berjam-jam.Ketika matahari mulai terbit, Valerie menggeliat pelan dan merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Sean yang sedang menutup matanya.Valerie berbalik untuk menatap pria itu sejenak, lantas menghembuskan napas pelan. Dia menyingkirkan lengan Sean, dan hendak beranjak.Hanya saja saat itu, Sean ternyata tidak benar-benar terlelap. Dia menarik Valerie lebih dekat dalam pelukannya, dan meletakkan dagunya di bahu Valerie.“Selamat pagi, babe,” ucap Sean.Valerie mengusap rambut Sean

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 106- Gagal Bertemu

    Setelah membayar belanjaan, Valerie dan Clara mengantri untuk membayar di kasir. Antrian cukup panjang sore itu, membuat keduanya harus berdiri lebih lama dari yang diharapkan. Clara mencoba mengalihkan perhatian dengan membicarakan hal-hal ringan. "Val, kamu yakin Putra tidak akan muncul tiba-tiba lagi?" tanya Clara dengan sedikit khawatir, mengingat pertemuan singkat mereka sebelumnya yang sudah cukup membuatnya gugup.Valerie tersenyum menenangkan, menepuk punggung Clara dengan lembut. "Jika dia datang, bukankah itu lebih baik?” ucap Valerie.Dia sengaja tidak mengatakan bahwa dia sudah meminta Sean untuk datang bersama dengan Putra tadi. Semoga saja Sean benar mendengarkan permintaannya.Clara terdiam sejenak, dan tentu saja hatinya masih berdebar kencang. Sesaat setelah selesai membayar belanjaan, Valerie melihat Sean mendekat ke arah mereka, namun kali ini dia sendirian.“Babe..” panggil Sean sembari tersenyum dengan begitu tampan.Ha

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 105- Hampir Bertemu

    Sore itu, jam menunjukkan hampir pukul empat, dan Valerie serta Clara memutuskan untuk pergi lebih awal dari kantor. Mereka berencana memeriksa penjualan produk mereka di sebuah supermarket, seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Valerie membereskan barang-barangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali dia melirik ke arah Clara yang tampak terburu-buru, seolah ingin cepat keluar dari ruangannya."Kenapa tergesa-gesa? Tenang saja, supermarketnya tidak akan ke mana-mana," canda Valerie, menatap sahabatnya dengan senyum simpul.Clara tertawa kecil. "Aku cuma ingin cepat menyelesaikan ini dan pulang. Rasanya aku butuh istirahat." balas Clara.Karena sebelumnya Valerie sudah membawa tas dan barang-barangnya ke ruangan Clara, jadilah dia tidak perlu lagi kembali ke ruangannya. Mereka berdua lantas keluar dari kantor, dan melangkah menuju mobil Valerie. Hanya saja di sela perjalanan mereka, Valerie baru teringat akan sesuatu. Dia

DMCA.com Protection Status