Share

Bab 3# Kontrak Nikah

~Apa aku terdengar seperti sedang meminta persetujuan?~

Tanpa menunggu apapun, Valerie langsung menatap kepada orang yang masih mengulurkan tangannya itu.

“Papa!” ujar Valerie tidak percaya.

Papanya hanya mengangguk dengan air mata yang mulai menetes, “Ayo, Sayang!” ajak papa.

Valerie tanpa ragu langsung menggandeng lengan papanya, “Val kangen, Pa,” ucap Valerie yang sepertinya akan menangis.

“Don’t cry sweetheart, Papa nggak akan pernah ninggalin kamu.” jelas papa.

. . .

“Terimakasih!” ucap Valerie pada Sean setelah mereka selesai dengan acara pernikahan, yang menurut Valerie sangat mendadak itu.

“Untuk apa?” tanya Sean setelah beberapa saat, Pria itu sedang serius memandang beberapa tamunya.

“Untuk mengizinkan Papa menggandeng tanganku hari ini,” jelas Valerie sembari tersenyum lebar.

Dia tidak berhenti tersenyum sejak tadi, setidaknya setelah dia bertemu dengan papanya.

Mendengar itu, sean lalu menatap Valerie dengan pandangan tertarik, “Saya hanya tidak ingin membuatmu merasa seperti tidak punya orang tua,” balas Sean.

Valerie hanya mengangguk dengan semangat, tapi senyuman lebar itu, tidak pernah hilang dari wajahnya.

Beberapa jam kemudian, semua tamu sudah berpamitan dengan Sean dan Valerie, ini sudah hampir pukul 12 malam.

“Ikut saya, ada hal penting yang harus saya bicarakan.” ucap Sean, tanpa berkata apapun lagi, dia langsung meninggalkan Valerie di sana.

Valerie menatapnya dengan pandangan kesal, tapi dia mencoba untuk menahannya, “Baiklah, dunia baru akan dimulai sekarang,” batin Valerie.

Sean melangkahkan kaki menuju kamarnya dan tak lama, Valerie sudah sampai disana.

“Duduk!” ucap Sean yang lebih terdengar seperti sebuah perintah.

Sean lalu mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya, itu adalah selembar kertas, “Dengar, Ini adalah surat perjanjian pernikahan,” kata Sean.

“Surat perjanjian pernikahan? Kamu bahkan tidak mengatakan kepadaku tentang pernikahan,” kata Valerie setelah Sean memberinya surat itu.

“Kamu sendiri yang mengatakan akan mengikuti semua keinginan saya.” balas Sean.

Valerie memincing sejenak, “Tapi aku tidak berpikir itu akan menjadi sebuah pernikahan,” Kata Valerie masih mencoba membela diri.

Sean kembali berbicara, Valerie hanya menatap pria itu dan mendengarkan semua ucapannya dengan diam.

“Dengar, Kita hanya akan menikah selama setahun. Setelah itu, kamu boleh pergi, dan semua hutang Papamu, akan saya anggap lunas,” kata Sean menjelaskan.

“Jadi, kamu boleh melakukan apapun sesukamu, tapi ingat, jangan pernah membawa saya dalam masalahmu.” jelas Sean lagi.

“Sebentar, apa kamu sungguh-sungguh dengan perjanjian itu?” tanya Valerie mencoba memastikan.

“Tentu saja.” balas Sean.

Valerie masih menatapnya dengan tatapan tidak percaya, “Tidak adakah syarat lainnya? misal,” ucap Valerie sengaja menggantungkan ucapannya.

Sean hanya diam, tapi Valerie bisa menebak bahwa dia sedang menunggu kelanjutan ucapannya. “Misalnya, memberimu keturunan,” lanjut Valerie dengan nada pelan.

Sean menganggukan kepalanya mendengar itu, “Itu tidak perlu, justru dengan tidak memberiku keturunan, itu sudah sangat membantu.” Jelas Sean.

Valerie tidak mengerti dengan pemikiran pria yang baru saja menjadi suaminya itu, “Kenapa itu sangat berbeda sekali dengan prinsipku?” batin Valerie.

“Kita hanya akan menjadi sepasang suami istri saat ada acara tertentu saja, selebihnya, bersikaplah seperti kamu tidak mengenal saya.” kata Sean lagi.

“Bagaimana jika aku tidak setuju?” ujar Valerie.

Sean mulai menatapnya dengan serius, “Apa saya terlihat seperti sedang memberi penawaran?” balas Sean.

Valeri terdiam, tapi dia belum selesai menanyakan semua yang ingin dia tanyakan pada pria itu.

“Apa aku boleh bertanya lagi?” tanya Valerie, Dia masih belum puas dengan semua yang dikatakan oleh Sean kepadanya.

Sean hanya diam dan mulai berkata, “Lalu apa yang kamu lakukan sejak tadi jika bukan bertanya?” ujar Sean.

Ah iya, seharusnya Valerie tidak perlu berkata seperti itu, “Kenapa kamu ingin menikah tapi hanya dalam jangka waktu setahun? Bukankah,” ucap valerie yang langsung dipotong oleh Sean.

“Bukankah, saya bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dan menjalani pernikahan tanpa batas waktu layaknya pasangan lain?” lanjut Sean sebelum Valerie sempat menyelesaikan kata-katanya.

Dia terdiam sejenak dan merasa kagum, itu memang hal yang dia maksudkan. Dia tidak berbicara dan hanya bisa menganggukan kepalanya perlahan sebagai jawaban.

“Anggap saja saya hanya kasihan,” balas Sean singkat.

Valerie mengangkat sebelah alisnya acuh, seolah memandang pria yang saat ini sudah sah menjadi suaminya itu dengan pandangan memastikan.

“Jika saya bisa melunasi hutang itu sebelum setahun, maka saya berhak mengajukan perceraian. Boleh?” ucap Valerie.

Kali ini Sean yang mulai terdiam, “Baiklah, Saya tidak akan meminta bunga, jadi 1 Miliar adalah nilai yang harus kamu bayarkan.” jelas Sean.

"Semudah itu?" ulang Valerie mencoba memastikan.

Valerie menghembuskan napasnya sejenak. “Baiklah, aku setuju, tapi selama aku masih menjadi istrimu, aku akan tetap menganggapmu sebagai suamiku, ada atau tidaknya acara yang akan kita hadiri nantinya.” jelas Valerie.

“Percuma saja, Saya tidak akan pernah tertarik untuk serius denganmu.” balas Sean.

“Apa aku terlihat seperti sedang meminta persetujuan?” ucap Valerie sembari tertawa, “Aku tidak memerlukan keseriusanmu, anggap saja sebagai ucapan terima kasih, karena kamu tidak menyakiti Papaku.” jelas Valerie.

Sean hanya diam dan tidak mengatakan apapun lagi, Pria itu membuka jas yang tadi dipakainya, dan akan pergi ke kamar mandi, sepertinya.

“Apa kamu akan mandi?” tanya Valerie Valerie tetapi tidak digubris oleh Sean.

“Besok saja bersih-bersihnya, kamu akan sakit jika mandi di jam begini,” lanjut Valerie lagi.

Entah Sean memdengarkan ucapannya atau tidak, tapi pria itu menghentikan langkahnya dan tidak jadi ke kamar mandi.

Sean beralih ke tempat tidur, dan mengambil bantal dari sana, “Tidurlah, Saya akan tidur di sofa,” kata Sean.

Mendengar itu, Valerie langsung menggelengkan kepalanya tidak setuju, “Apa aku sangat mengganggumu?” tanya Valerie.

Dia menunggu beberapa saat sebelum berkata, “Sepertinya iya,” kata Valerie lagi saat dia melihat Sean tidak menjawab perkataannya.

“Tidur saja di kasurmu, Aku akan tidur di kamar yang lain.” ucap Valerie, tanpa berkata apapun lagi, Valerie langsung keluar dari sana.

Setelah kepergian Valerie dari kamar Sean, wanita itu langsung kembali ke kamar yang dia tempati tadi.

“Akhirnya!” ucap Valerie sembari melepaskan semua perhiasan dan menghapus riasan di wajahnya.

“Semua terjadi dengan cepat.” Ujar Valerie sembari menatap penampilannya.

Sudahlah. Mungkin semua memang terburu-buru. Tapi yang valerie tahu, dia hanya butuh tidur sekarang.

Keesokan harinya..

Valerie terbangun dari tidurnya dengan perasaan tenang. Walau kemarin bukanlah hari yang menyenangkan untuknya.

Dia membereskan kamar dan beranjak turun ke lantai bawah.

“Pagi Nyonya!” sapa para pekerja disana saat melihat Valerie.

“Pagi semua!” balas Valerie seraya tersenyum.

“Apa ada yang bisa saya bantu juga?” tanya Valerie saat melihat mereka semua sedang sibuk membuat sarapan pagi ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status