Beranda / CEO / CEO Kejam yang Jatuh Cinta / Bab 3# Kontrak Nikah

Share

Bab 3# Kontrak Nikah

Penulis: Ayu novianti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

~Apa aku terdengar seperti sedang meminta persetujuan?~

Tanpa menunggu apapun, Valerie langsung menatap kepada orang yang masih mengulurkan tangannya itu.

“Papa!” ujar Valerie tidak percaya.

Papanya hanya mengangguk dengan air mata yang mulai menetes, “Ayo, Sayang!” ajak papa.

Valerie tanpa ragu langsung menggandeng lengan papanya, “Val kangen, Pa,” ucap Valerie yang sepertinya akan menangis.

“Don’t cry sweetheart, Papa nggak akan pernah ninggalin kamu.” jelas papa.

. . .

“Terimakasih!” ucap Valerie pada Sean setelah mereka selesai dengan acara pernikahan, yang menurut Valerie sangat mendadak itu.

“Untuk apa?” tanya Sean setelah beberapa saat, Pria itu sedang serius memandang beberapa tamunya.

“Untuk mengizinkan Papa menggandeng tanganku hari ini,” jelas Valerie sembari tersenyum lebar.

Dia tidak berhenti tersenyum sejak tadi, setidaknya setelah dia bertemu dengan papanya.

Mendengar itu, sean lalu menatap Valerie dengan pandangan tertarik, “Saya hanya tidak ingin membuatmu merasa seperti tidak punya orang tua,” balas Sean.

Valerie hanya mengangguk dengan semangat, tapi senyuman lebar itu, tidak pernah hilang dari wajahnya.

Beberapa jam kemudian, semua tamu sudah berpamitan dengan Sean dan Valerie, ini sudah hampir pukul 12 malam.

“Ikut saya, ada hal penting yang harus saya bicarakan.” ucap Sean, tanpa berkata apapun lagi, dia langsung meninggalkan Valerie di sana.

Valerie menatapnya dengan pandangan kesal, tapi dia mencoba untuk menahannya, “Baiklah, dunia baru akan dimulai sekarang,” batin Valerie.

Sean melangkahkan kaki menuju kamarnya dan tak lama, Valerie sudah sampai disana.

“Duduk!” ucap Sean yang lebih terdengar seperti sebuah perintah.

Sean lalu mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya, itu adalah selembar kertas, “Dengar, Ini adalah surat perjanjian pernikahan,” kata Sean.

“Surat perjanjian pernikahan? Kamu bahkan tidak mengatakan kepadaku tentang pernikahan,” kata Valerie setelah Sean memberinya surat itu.

“Kamu sendiri yang mengatakan akan mengikuti semua keinginan saya.” balas Sean.

Valerie memincing sejenak, “Tapi aku tidak berpikir itu akan menjadi sebuah pernikahan,” Kata Valerie masih mencoba membela diri.

Sean kembali berbicara, Valerie hanya menatap pria itu dan mendengarkan semua ucapannya dengan diam.

“Dengar, Kita hanya akan menikah selama setahun. Setelah itu, kamu boleh pergi, dan semua hutang Papamu, akan saya anggap lunas,” kata Sean menjelaskan.

“Jadi, kamu boleh melakukan apapun sesukamu, tapi ingat, jangan pernah membawa saya dalam masalahmu.” jelas Sean lagi.

“Sebentar, apa kamu sungguh-sungguh dengan perjanjian itu?” tanya Valerie mencoba memastikan.

“Tentu saja.” balas Sean.

Valerie masih menatapnya dengan tatapan tidak percaya, “Tidak adakah syarat lainnya? misal,” ucap Valerie sengaja menggantungkan ucapannya.

Sean hanya diam, tapi Valerie bisa menebak bahwa dia sedang menunggu kelanjutan ucapannya. “Misalnya, memberimu keturunan,” lanjut Valerie dengan nada pelan.

Sean menganggukan kepalanya mendengar itu, “Itu tidak perlu, justru dengan tidak memberiku keturunan, itu sudah sangat membantu.” Jelas Sean.

Valerie tidak mengerti dengan pemikiran pria yang baru saja menjadi suaminya itu, “Kenapa itu sangat berbeda sekali dengan prinsipku?” batin Valerie.

“Kita hanya akan menjadi sepasang suami istri saat ada acara tertentu saja, selebihnya, bersikaplah seperti kamu tidak mengenal saya.” kata Sean lagi.

“Bagaimana jika aku tidak setuju?” ujar Valerie.

Sean mulai menatapnya dengan serius, “Apa saya terlihat seperti sedang memberi penawaran?” balas Sean.

Valeri terdiam, tapi dia belum selesai menanyakan semua yang ingin dia tanyakan pada pria itu.

“Apa aku boleh bertanya lagi?” tanya Valerie, Dia masih belum puas dengan semua yang dikatakan oleh Sean kepadanya.

Sean hanya diam dan mulai berkata, “Lalu apa yang kamu lakukan sejak tadi jika bukan bertanya?” ujar Sean.

Ah iya, seharusnya Valerie tidak perlu berkata seperti itu, “Kenapa kamu ingin menikah tapi hanya dalam jangka waktu setahun? Bukankah,” ucap valerie yang langsung dipotong oleh Sean.

“Bukankah, saya bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dan menjalani pernikahan tanpa batas waktu layaknya pasangan lain?” lanjut Sean sebelum Valerie sempat menyelesaikan kata-katanya.

Dia terdiam sejenak dan merasa kagum, itu memang hal yang dia maksudkan. Dia tidak berbicara dan hanya bisa menganggukan kepalanya perlahan sebagai jawaban.

“Anggap saja saya hanya kasihan,” balas Sean singkat.

Valerie mengangkat sebelah alisnya acuh, seolah memandang pria yang saat ini sudah sah menjadi suaminya itu dengan pandangan memastikan.

“Jika saya bisa melunasi hutang itu sebelum setahun, maka saya berhak mengajukan perceraian. Boleh?” ucap Valerie.

Kali ini Sean yang mulai terdiam, “Baiklah, Saya tidak akan meminta bunga, jadi 1 Miliar adalah nilai yang harus kamu bayarkan.” jelas Sean.

"Semudah itu?" ulang Valerie mencoba memastikan.

Valerie menghembuskan napasnya sejenak. “Baiklah, aku setuju, tapi selama aku masih menjadi istrimu, aku akan tetap menganggapmu sebagai suamiku, ada atau tidaknya acara yang akan kita hadiri nantinya.” jelas Valerie.

“Percuma saja, Saya tidak akan pernah tertarik untuk serius denganmu.” balas Sean.

“Apa aku terlihat seperti sedang meminta persetujuan?” ucap Valerie sembari tertawa, “Aku tidak memerlukan keseriusanmu, anggap saja sebagai ucapan terima kasih, karena kamu tidak menyakiti Papaku.” jelas Valerie.

Sean hanya diam dan tidak mengatakan apapun lagi, Pria itu membuka jas yang tadi dipakainya, dan akan pergi ke kamar mandi, sepertinya.

“Apa kamu akan mandi?” tanya Valerie Valerie tetapi tidak digubris oleh Sean.

“Besok saja bersih-bersihnya, kamu akan sakit jika mandi di jam begini,” lanjut Valerie lagi.

Entah Sean memdengarkan ucapannya atau tidak, tapi pria itu menghentikan langkahnya dan tidak jadi ke kamar mandi.

Sean beralih ke tempat tidur, dan mengambil bantal dari sana, “Tidurlah, Saya akan tidur di sofa,” kata Sean.

Mendengar itu, Valerie langsung menggelengkan kepalanya tidak setuju, “Apa aku sangat mengganggumu?” tanya Valerie.

Dia menunggu beberapa saat sebelum berkata, “Sepertinya iya,” kata Valerie lagi saat dia melihat Sean tidak menjawab perkataannya.

“Tidur saja di kasurmu, Aku akan tidur di kamar yang lain.” ucap Valerie, tanpa berkata apapun lagi, Valerie langsung keluar dari sana.

Setelah kepergian Valerie dari kamar Sean, wanita itu langsung kembali ke kamar yang dia tempati tadi.

“Akhirnya!” ucap Valerie sembari melepaskan semua perhiasan dan menghapus riasan di wajahnya.

“Semua terjadi dengan cepat.” Ujar Valerie sembari menatap penampilannya.

Sudahlah. Mungkin semua memang terburu-buru. Tapi yang valerie tahu, dia hanya butuh tidur sekarang.

Keesokan harinya..

Valerie terbangun dari tidurnya dengan perasaan tenang. Walau kemarin bukanlah hari yang menyenangkan untuknya.

Dia membereskan kamar dan beranjak turun ke lantai bawah.

“Pagi Nyonya!” sapa para pekerja disana saat melihat Valerie.

“Pagi semua!” balas Valerie seraya tersenyum.

“Apa ada yang bisa saya bantu juga?” tanya Valerie saat melihat mereka semua sedang sibuk membuat sarapan pagi ini.

Bab terkait

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 4# Urusi Urusanmu Sendiri

    “Tidak apa-apa nyonya.” Balas bibiValerie menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Bibi mengira bahwa nyonya baru mereka itu akan diam saja atau pergi. Tetapi diluar dugaan, Valerie malah membantu membersihkan beberapa sayuran.Valerie tidak hanya membantu mencuci sayuran. Tapi dia juga memasak beberapa makanan.Saat Valerie sedang menata makanan itu di meja, dia bisa mendengar langkah kaki yang berjalan menuruni tangga.“Selamat pagi!” sapa Valerie saat melihat Sean yang sudah berada diujung tanggaTidak ada balasan apapun dari Sean.“Apa kau ingin sarapan?” tawar ValerieSean menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Valerie baru sadar jika Sean mengenakan pakaian formal saat ini. Dia terlihat seperti ingin pergi ke suatu tempat.“Tidak perlu membuat apapun. Cukup urusi dirimu sendiri!” kata Sean. Dia melangkah pergi dan itu membuat Valerie mengerucutkan bibirnya.Dia merasa kesal. Tapi dia tidak berkata apapun. Valerie menghabiskan pagi itu bersama para pekerja di rumah Sean.Sore h

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 5# Kolam Renang

    “Mau atau tidak, seseorang harus meneruskan semua yang sudah dia mulai”Keesokan paginya, Valerie bangun dengan perasaan lega. Tidurnya semalam sangat nyenyak. Padahal kemarin itu sangat melelahkan menurutnya. Meski dia tidak melakukan pekerjaan berat apapun. Entahlah.Valerie mulai membersihkan dirinya. Dia menatap beberapa bingkisan yang entah sejak kapan ada disana. Padahal dia tidak merasa memiliki itu disana sebelumnya. Karena penasaran, Valerie berjalan untuk memeriksa apa isi bingkisan itu.“Pakaian?”Dia memeriksa semua bingkisan dan menemukan banyak pakaian di dalamnya. Melihat itu, Valerie baru teringat bahwa mereka memang membawa banyak barang malam itu. Saat Valerie akan menikah.Mungkin dia akan merapikan pakaiannya nanti. Dia hanya akan merapikan alat riasnya saat ini. Untunglah dia sempat membawa tas tangannya yang berisi beberapa alat makeup.Tak lama kemudian, dia sudah rapi dengan kemeja berlengan panjang sepaha. Dia sudah memeriksa semua pakaian tetapi tidak menemuk

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 6# Nasihat Papa

    “Dasar gila!” umpat Valerie.Wanita itu berjalan menjauh dari kolam renang dan tidak berniat untuk menoleh ke belakang. Dia pasti sangat kesal saat itu.Sean yang kini sedang mengeringkan rambutnya itupun, hanya menatap punggung istrinya yang berlalu.“Gila?” ucap Sean.Dia tidak percaya bahwa seorang wanita baru saja mengatai dirinya gila. Sean mengambil ponselnya dan mulai memeriksa. Dia melupakan niat awal Valerie menemui dirinya. Tentunya sebelum peristiwa di kolam renang tadi.Pria itu duduk sejenak dan fokus dengan ponsel di tangannya. Tetapi dia bisa mengatakan bahwa dia tidak sepenuhnya fokus dengan kegiatannya.“Apa ponselnya rusak?” pikir Sean.Setelah mengatakan itu, Sean lantas meletakkan ponselnya. Dia lebih tertarik untuk memikirkan kejadian saat dia menarik Valerie, hingga mencium bibir wanita itu dengan paksa.Alasan Sean memikirkan perkataan Valerie, ialah karena untuk pertama kalinya, ada orang yang mengatai dirinya gila hanya karena dicium paksa.Masalahnya, semua w

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 7# Entah Apa yang Salah

    Hari berlalu dengan cepat dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sean sejak tadi sedang sibuk di ruangan kerjanya.“Sudah berapa lama aku duduk?” ujar Sean.Pria itu memeriksa arlojinya dan bertepatan dengan itu, sebuah ketukan terdengar di pintu ruang kerjanya.“Siapa?” ujar Sean.“Ini bibi, tuan.” jawab sebuah suara dari luar.Mendengar hal itu, Sean lantas beranjak dan memeriksa keadaan di luar.“Ada apa?” tanya Sean tanpa perlu berbasa basi lagi.“Ini tuan, ada orang yang membawa pesanan atas nama tuan,” ucap bibi.“Ponsel?” tanya Sean singkat.“Iya, tuan.” balas bibi.“Bawa saja ke kamar Valerie,” kata Sean memberi perintah.“Baik tuan,” kata Bibi.Baru saja bibi akan pergi, Sean sudah berbicara lagi.“Berikan langsung kepadanya dan pastikan dia memakainya,” kata Sean.Bi Tina adalah asisten rumah tangga yang sudah cukup lama bekerja untuk Sean. Usianya beberapa tahun lebih tua dibanding ibunya. Dia dulu adalah pelayan ibunya.Bi Tina yang mendengar itupun lantas m

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   8# Menemani Lembur

    Keesokan harinya, Valerie memulai aktivitasnya seperti hari kemarin. Ini adalah hari terakhir dia mengajukan cuti dan besok dia akan bekerja kembali. Karena dia merasa bahwa Sean tidak ingin berbicara dengannya, Valerie lantas mengurung diri di kamar. Mungkin Sean juga akan ke kantor hari ini.Valerie tidak ingin terus menerus memikirkan masalah pria itu, sehingga dia akhirnya menyalakan laptop dan mulai mengerjakan beberapa hal. Rumah itu memiliki sepasang pengantin baru, tetapi terasa seperti tidak ada yang berbeda. Mereka masih tidur di kamar yang terpisah, dan kini tidak saling menyapa satu sama lain.Ketika Valerie merasa bahwa dia sudah sangat lama bekerja, dia lantas berdiri untuk melakukan beberapa gerakan ringan dan berusaha menghilangkan rasa lelahnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan dia masih belum mengisi perutnya.“Siang, nyonya!” sapa bibi ketika berpapasan dengan Valerie di tangga.“Siang, bi,” balas Valerie.“Bibi baru saja ingin memberitahu nyonya untuk maka

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 9# Diminta Berhenti

    Pagi ini Valerie keluar dari kamarnya dan bersiap untuk berangkat bekerja. Dia sudah mengenakan kemeja berwarna biru laut, celana kantor berwarna hitam dan hills dengan warna senada. Dia mengikat rambutnya serta tidak lupa membawa tas tangan miliknya.“Hari pertama bekerja dengan status baru,” ucap Valerie.Rasanya tidak begitu buruk. Bahkan tidak terasa seperti hari pertama bekerja. Dia baru saja menikah dan mengambil cuti selama tiga hari, tetapi selama itu juga dia hanya berada di rumah. Tidak ada yang istimewa dengan pernikahannya.Begitu Valerie menuruni tangga, dia mendengar suara pintu yang ditutup disertai penampakan seorang pria tampan dengan setelan jas lengkap yang melekat dengan begitu sempurna. Apa dia benar-benar mengatakan pria itu tampan? Tetapi kehadiran pria itu tidak berarti apapun. Valerie terus melangkah turun hingga Sean menyadari keberadaan wanita itu.“Sebentar,” ucap Sean.Pria itu mengambil langkah cepat dan berdiri satu anak tangga di depan Valerie, sehingga

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 10# Sebuah Kejutan

    Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka lantas memasuki ruangan dan kini Valerie bisa melihat keberadaan direktur beserta istrinya di sana.“Ah, selamat datang Bu Valerie. Silahkan duduk,” ujar direktur mempersilahkan.“Terimakasih, pak,” balas Valerie sembari mengambil tempat di sana.Entah apa yang akan mereka bahas, tetapi sepertinya itu tidak akan berakhir dengan cepat. Valerie penasaran apa yang akan mereka bahas kali ini.“Maaf membuat anda kebingungan,” ucap direktur lagi.Pria paruh baya itu menatap ke arah istrinya dan terdiam sejenak. Entah apa yang akan mereka katakan. Itu terlihat serius sekarang.“Jadi begini, kami menerima surat pengunduran dirimu pagi ini.” kata direktur.Mendengar hal itu, perasaan Valerie semakin tidak enak. Dia tidak mengira bahwa Sean benar-benar mengirimkan surat itu atas namanya. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu?“Tetapi jangan khawatir, kami berpikir bahwa anda tidak serius mengajukannya,” lanjut direktur lagi.Pria itu seperti berniat untuk m

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 11# Sepupu Sean

    Pintu ruangan Direktur itu baru saja terbuka dan membuat dua orang yang berada di dalamnya menoleh. Hanya ada beberapa orang yang dapat melakukan hal itu. “Uncle!” teriak Aldo tanpa memikirkan keadaan sekitar. Bram yang melihat kedatangan keponakannya itupun lantas menegakkam tubuhnya dengan santai. “Ada apa?” tanya Bram singkat. Aldo mendekat ke arah pamannya itu dengan segera. “Halo Aunty,” sapa Aldo sembari tersenyum simpul karena tidak menyapa istri pamannya itu sejak awal. “Halo juga,” balas Riana. Setelah menyapa sebentar, Aldo lantas mengutarakan pikirannya. Dia ingin menanyakan tetang Valerie yang baru saja keluar dari sana. Sebenarnya Aldo teringat akan sesuatu ketika dia melihat Valerie menenteng bingkisan yang sudah dia ketahui isinya. “Tadi aku ketemu sama Kak Valerie. Terus bawa bingkisan..” ucap Aldo sengaja menggantungkan kalimatnya. “Itu benar bingkisannya?” lanjut Aldo. Riana yang mendengar pertanyaan itupun lantas tersenyum lebar. Aldo memang sosok yang banya

Bab terbaru

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 113- Adegan Intim

    Sean perlahan menindih Valerie, tubuh mereka berdekatan begitu erat, hingga mereka bisa merasakan setiap detak jantung yang saling berirama. Tatapan Sean seolah mengatakan sesuatu yang mendalam, seolah-olah dia telah menunggu momen ini selama bertahun-tahun.“Tunggu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Valerie meski dia sudah tahu maksud keinginan Sean.“Aku akan melakukan hal yang seharusnya aku lakukan sejak lama,” balas Sean.Sean menatap Valerie dengan lekat. Dia semakin mendekatkan wajahnya, dan kedua tangannya bahkan menahan lengan Valerie di samping kepalanya."Babe... aku tidak bisa menahan diri lagi," ucap Sean dengan suara yang berat, penuh dengan keinginan yang selama ini ia pendam. "Tolong, jangan hentikan aku kali ini."Valerie tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum lembut dan membelai wajah Sean dengan jemarinya. Sentuhan itu membuat Sean semakin tergoda. Dia mendekatkan wajahnya ke Valerie, dan dalam sekejap, bibir merek

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 112- Meminta Izin

    Setelah pulang kerja, Valerie segera menelpon Sean untuk berbicara tentang rencana kepergiannya besok. Suara Sean terdengar berat di ujung telepon, dan Valerie merasakan kerinduan pria itu yang semakin mendalam."Hey, babe. Kamu masih di London?" tanya Valerie sambil meregangkan tubuhnya setelah seharian bekerja."Iya, babe. Masih ada beberapa urusan di sini," balas Sean dengan nada yang terdengar lelah namun hangat. "Ada apa? Kamu sudah merindukanku?" lanjutnya dengan nada menggoda.Valerie tersipu, merasa pipinya sedikit memerah mendengar kata-kata Sean yang selalu berhasil membuatnya tersipu. "Iya, aku merindukanmu,” jawab Valerie yang selalu bisa membuat jantung Sean berdetak lebih cepat. “Tapi aku punya undangan pernikahan besok," kata Valerie lagi, mencoba terdengar lebih tenang.Sean tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Terdengar juga perubahan dalam nada suaranya. "Pernikahan? Kalau begitu, aku akan pulang sekarang juga," ucap Sean dengan tegas, tan

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 111- Berpisah Jarak

    Ketika Valerie berada di kantor menjelang makan siang, dia mendapat panggilan dari Sean. Ponselnya bergetar di atas meja, dan seketika nama suaminya muncul di layar. Valerie mengangkat panggilan itu dengan senyuman kecil di wajahnya."Hey, babe," sapanya.Di seberang sana, Sean terdengar sedikit lesu. “Babe, aku kangen,” ucap Sean.Wajah Sean yang muncul di layar itu memang terlihat lesu. Dia menyugar rambutnya sembari mengerucutkan bibir.Valerie tertawa melihat itu. Dia menjepit rambutnya yang sejak tadi tergerai. Dia bahkan membuka kancing kemejanya hingga dua kancing, dan itu membuat Sean semakin panas sendiri.“Babe..” panggil Sean. “Aku tahu kamu sengaja memancingku,” lanjut Sean.Sean menatap dengan serius, dan berbicara lagi, “Aku akan kembali besok,” kata Sean.“Baiklah, babe,” balas Valerie.Sebenarnya ketika menelpon Valerie, dia memiliki ide lain. Jadilah dia kembali melan

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 110- Luar Kota

    Keesokan paginya, Sean bangun lebih awal dari biasanya, siap berangkat ke London seperti yang ia katakan semalam. Suasana pagi itu terasa hangat, meski keduanya tahu bahwa Sean akan pergi untuk beberapa hari. Valerie, seperti biasa, sudah bangun dan sibuk mempersiapkan keperluan Sean. Ia memilihkan pakaian, menata dasi, dan memastikan segala kebutuhan suaminya terpenuhi.Sean memandangi Valerie dari belakang. Ada perasaan hangat di dalam hatinya, meski ada sedikit kecemasan juga. Tanpa berpikir panjang, Sean mendekati Valerie yang tengah berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya. Sean langsung memeluk pinggang Valerie dari belakang, menariknya ke dalam pelukannya dengan erat.Valerie yang sedikit terkejut, berhenti sejenak dan menatap Sean lewat pantulan di cermin. "Ada apa?" tanyanya, suaranya lembut tapi terdengar sedikit penasaran.“Sepertinya kamu masih marah kepadaku, babe,” ucap Sean dengan nada manja, sementara ia mengeratkan pelukannya. Valerie

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 109- Di Bawah Langit Berbintang

    Malam itu, Putra dan Clara akhirnya bertemu di taman yang sama, meski awalnya Clara hendak mencari Valerie. Ketika Clara tengah berjalan, Putra tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan sebuah sapaan. “Hai!” sapa Putra dengan senyum di wajahnya.Clara yang mendengar sapaan itu terkejut. Dia langsung berusaha berbalik, namun Putra cepat menghentikannya. “Cla,” panggil Putra lagi dengan suara yang lebih lembut.Clara memutar tubuhnya kembali, terpaksa harus menatap Putra, lelaki yang sudah lama tidak dia temui. Putra tersenyum kikuk sambil menggaruk belakang kepalanya.“Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya Putra dengan nada yang terdengar lebih akrab dari sebelumnya.Clara berusaha untuk tetap tenang, meski dalam hatinya jantungnya berdetak sangat cepat. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, namun dia berusaha menjaga ekspresinya tetap datar. "Yah, aku baik," jawab Clara dengan singkat.Putra menatap Clara

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 108- Bertemu

    Sean mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Valerie, "Aku akan menjemputmu sore ini, babe."Di sisi lain Valerie yang saat itu sedang memeriksa laporan di komputernya, lantas menatap layar ponselnya yang menampilan pesan dari Sean. Begitu membacanya, Valerie hanya diam saja. Dia juga tidak langsung membalas. Sean menggenggam ponselnya dengan erat, menunggu jawaban istrinya. Tetapi hingga beberapa menit kemudian, masih tidak ada balasan dari Valerie. Akhirnya karena tidak tahan lagi, Sean lantas menelponnya. Panggilan itu berdering hingga beberapa detik. Pada panggilan pertama itu, Valerie memilih mengabaikannya. Hingga panggilan yang kedua, Valerie masih diam saja. “Entah apa yang dia rencanakan sekarang,” ujar Valerie.Ketika ponselnya kembali berdering pada panggilan yang ketiga, Valerie langsung menjawabnya.Menyadari bahwa pesannya sudah dijawab, Sean lantas berbicara dengan terburu-buru. “Babe.. Apa kamu sedang d

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 107- Informasi Rinci

    Ketika hari menjelang subuh, Sean terjaga dengan pikiran yang masih mengganjal tentang Valerie dan Clara. Dia menatap layar ponselnya, kemudian mengetik pesan yang ditujukkan kepada Putra.“Carikan informasi teman istriku bernama Clara. Sedetail mungkin,” tulisnya, lalu mengirim pesan itu tanpa ragu.Sean kembali berbaring di samping Valerie, meskipun masih tidak bisa menutup matanya setelah berjam-jam.Ketika matahari mulai terbit, Valerie menggeliat pelan dan merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Sean yang sedang menutup matanya.Valerie berbalik untuk menatap pria itu sejenak, lantas menghembuskan napas pelan. Dia menyingkirkan lengan Sean, dan hendak beranjak.Hanya saja saat itu, Sean ternyata tidak benar-benar terlelap. Dia menarik Valerie lebih dekat dalam pelukannya, dan meletakkan dagunya di bahu Valerie.“Selamat pagi, babe,” ucap Sean.Valerie mengusap rambut Sean

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 106- Gagal Bertemu

    Setelah membayar belanjaan, Valerie dan Clara mengantri untuk membayar di kasir. Antrian cukup panjang sore itu, membuat keduanya harus berdiri lebih lama dari yang diharapkan. Clara mencoba mengalihkan perhatian dengan membicarakan hal-hal ringan. "Val, kamu yakin Putra tidak akan muncul tiba-tiba lagi?" tanya Clara dengan sedikit khawatir, mengingat pertemuan singkat mereka sebelumnya yang sudah cukup membuatnya gugup.Valerie tersenyum menenangkan, menepuk punggung Clara dengan lembut. "Jika dia datang, bukankah itu lebih baik?” ucap Valerie.Dia sengaja tidak mengatakan bahwa dia sudah meminta Sean untuk datang bersama dengan Putra tadi. Semoga saja Sean benar mendengarkan permintaannya.Clara terdiam sejenak, dan tentu saja hatinya masih berdebar kencang. Sesaat setelah selesai membayar belanjaan, Valerie melihat Sean mendekat ke arah mereka, namun kali ini dia sendirian.“Babe..” panggil Sean sembari tersenyum dengan begitu tampan.Ha

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 105- Hampir Bertemu

    Sore itu, jam menunjukkan hampir pukul empat, dan Valerie serta Clara memutuskan untuk pergi lebih awal dari kantor. Mereka berencana memeriksa penjualan produk mereka di sebuah supermarket, seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Valerie membereskan barang-barangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali dia melirik ke arah Clara yang tampak terburu-buru, seolah ingin cepat keluar dari ruangannya."Kenapa tergesa-gesa? Tenang saja, supermarketnya tidak akan ke mana-mana," canda Valerie, menatap sahabatnya dengan senyum simpul.Clara tertawa kecil. "Aku cuma ingin cepat menyelesaikan ini dan pulang. Rasanya aku butuh istirahat." balas Clara.Karena sebelumnya Valerie sudah membawa tas dan barang-barangnya ke ruangan Clara, jadilah dia tidak perlu lagi kembali ke ruangannya. Mereka berdua lantas keluar dari kantor, dan melangkah menuju mobil Valerie. Hanya saja di sela perjalanan mereka, Valerie baru teringat akan sesuatu. Dia

DMCA.com Protection Status