Share

Bab 5# Kolam Renang

“Mau atau tidak, seseorang harus meneruskan semua yang sudah dia mulai”

Keesokan paginya, Valerie bangun dengan perasaan lega. Tidurnya semalam sangat nyenyak. Padahal kemarin itu sangat melelahkan menurutnya. Meski dia tidak melakukan pekerjaan berat apapun. Entahlah.

Valerie mulai membersihkan dirinya. Dia menatap beberapa bingkisan yang entah sejak kapan ada disana. Padahal dia tidak merasa memiliki itu disana sebelumnya. Karena penasaran, Valerie berjalan untuk memeriksa apa isi bingkisan itu.

“Pakaian?”

Dia memeriksa semua bingkisan dan menemukan banyak pakaian di dalamnya. Melihat itu, Valerie baru teringat bahwa mereka memang membawa banyak barang malam itu. Saat Valerie akan menikah.

Mungkin dia akan merapikan pakaiannya nanti. Dia hanya akan merapikan alat riasnya saat ini. Untunglah dia sempat membawa tas tangannya yang berisi beberapa alat makeup.

Tak lama kemudian, dia sudah rapi dengan kemeja berlengan panjang sepaha. Dia sudah memeriksa semua pakaian tetapi tidak menemukan celana apapun disana. Semua hanya berisi dress.

“Pagi nyonya!” sapa bibi saat melihat Valerie yang baru saja turun dan menghampiri mereka di dapur untuk membuat sarapan.

“Panggil saja Valerie!” ucap Valerie. Dia tidak suka dipanggil seperti itu. Lagipula, dia hanya akan berada disana selama setahun. Tapi bukannya menjawab, mereka hanya tertawa mendengar perkataan Valerie barusan. Apa itu lucu? Sudahlah.

“Apa nyonya ingin sesuatu?” tanya bibi

Valerie menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak. Saya akan memasak. Mungkin akan perlu beberapa bantuan nanti.” jawab Valerie

Mereka mulai menyiapkan sarapan pagi ini. Meski tinggal sendiri bersama papa dan sudah lama sekali tidak menghabiskan waktu di dapur bersama mamanya, Valerie adalah orang yang sangat suka memasak. Dia sudah terbiasa melakukan banyak hal sendirian.

Beberapa jam kemudian, makanan sudah siap untuk dihindangkan. Valerie melepaskan pelindung di bajunya saat dia memasak tadi.

“Saya ke atas dulu bi. Makanannya tolong dibawa ke meja makan.” ujar Valerie dan mereka mengangguk. Valerie berjalan hendak menuju kamarnya, tetapi dia berhenti saat berpapasan dengan Sean di tangga.

Valerie menatap penampilan pria itu dari ujung rambut hingga ujung kepala. Kenapa pria itu sangat tampan? Bahkan ketika bersikap dingin dengan wajah datarpun, dia masih lebih jauh dari kata tampan.

“Apa yang terjadi denganmu?” tanya Sean yang menyadarkan Valerie dari lamunannya. Dia menggeleng sesaat sebelum menjawab.

“Aku kira, kamu mengambil cuti?” ujar Valerie.

Sean menatapnya sejenak dan mulai berbicara lagi. “Untuk apa mengambil cuti?” tanya Sean sembari menatap arloji ditangannya.

“Tentu saja karena kamu baru saja menikah. Atau bahkan tidak ada cuti untuk itu?” balas Valerie dengan wajah bingung yang tidak perlu dia sembunyikan

Sean menggelengkan kepalanya dengan santai. Mungkin dia bisa bersikap santai dan merasa biasa saja. Tapi tidak bagi Valerie.

Valerie menghela napas berat saking kesalnya. “Saya tahu kamu masa bodo. Tapi tolong bersikap dewasa sedikit. Apa kamu tidak berpikir tentang tanggapan teman-teman di kantor?” Atau setidaknya berpikir tentang perasaanku!

Ingin rasanya Valerie melanjutkan kata-katanya seperti itu. Tapi dia juga sadar. Dia bukan siapa-siapa dimata Sean.

“Tidak penting!” Sean membalas dengan nada datar tanpa ekspresi.

“Atau kau juga tidak punya teman di kantor?” tanya Valerie lagi yang membuat wajah Sean semakin datar didepannya.

Valerie hendak tertawa, tapi dia mencoba untuk bersikap datar di depan Sean. “Baiklah! Aku lupa jika aku tidak seharusnya menahanmu.” Dia mengira bahwa Sean akan membalas ucapannya.  Tapi Pria itu malah berjalan menjauh dan menuruni tangga.

“Oh astaga. Harusnya aku memang tidak berharap terlalu banyak pada pernikahan ini!” ucap Valerie yang langsung berbalik arah dan melanjutkan langkahnya menuju kamar

Mungkin Valerie tidak berniat berkata seperti itu agar Sean mendengarnya. Tapi tanpa disangka, Sean berhenti melangkah dan berdiri beberapa saat disana. Entah apa yang dia pikirkan. Dan setelahnya, dia sudah melakukan panggilan pada seseorang.

Valerie baru saja keluar dari kamarnya setelah dia menemukan ponsel miliknya. Dia menatap semua hidangan diatas meja yang sudah hampir penuh. Melihat itu, Valerie memanggil pelayan agar datang menemui dirinya.

Dia meminta agar bibi sarapan bersamanya di meja makan. Tapi mendengar jawaban bibi bahwa Sean tidak menyukai orang asing makan di meja makannya, membuat Valerie mengangguk paham.

“Tolong dibantu bi. Makanannya dibawa aja lagi ke meja yang ada di dapur!” ucap Valerie yang langsung diangguki oleh bibi

Sean menatap ke arah dapur dan menemukan Valerie yang sedang asik berbincang dengan para pelayan. Dia tidak makan di meja makan dan malah bergabung di dapur.

“Ah! Sepertinya aku harus membeli beberapa pakaian kantor. Atau mengambilnya dari rumah papa.”

Valerie melangkahkan kakinya menuju kamar setelah dia memikirkan itu. Awalnya dia ingin menambah cuti. Tapi sepertinya dua hari sudah cukup baginya. Saat Valerie hendak berbelok, dia malah bertemu dengan Sean.

“Kenapa tidak makan di meja makan?” tanya Sean. Valerie yang awalnya merasa kaget, mulai bersikap normal.

Dia menetralkan degub jantungnya lebih dulu. “Aku makan di meja makan barusan!” jawab Valerie. “Apa kau kembali dari kantor secepat itu?” ucap Valerie. Dia sendiri yang melihat Sean dengan setelan jas lengkapnya tadi. Tapi kenapa dia sudah mengganti pakaian dengan kemeja dan celana pendek?

Saat Valerie ingin berkata lagi, ponselnya tiba-tiba saja berbunyi dan senyum cerah terbit begitu saja diwajahnya.

“Halo!”

Valerie mengangkat panggilan itu tanpa menatap Sean, dan langsung pergi begitu saja. Sean memandang kepergiannya dengan tatapan aneh. Ini pertama kalinya ada meninggalkan dia lebih dulu. Pria itu meremas tangannya kesal dan berjalan dengan cepat.

Siang ini, Valerie sudah membuat janji dengan temannya. Mereka akan pergi berbelanja. Sekedar menghabiskan waktu bersama. Saat Valerie turun untuk untuk memeriksa sesuatu di dapur, dia mendengar telepon rumah yang berbunyi.

“Kemana bibi?”

Dia berjalan mendekat dan mengangkat panggilan itu sebelum sempat pergi ke dapur. “Halo!” sapa Valerie pada orang diseberang telepon

“Baiklah! Aku akan mencarinya lebih dulu!” ucap Valerie dan panggilan itu terputus setelahnya. Valerie berjalan mencari keberadaan Sean tapi tidak menemukannya berada disana.

“Nyonya!” panggil bibi saat Valerie akan berjalan ke halaman belakang. “Apa nyonya mencari tuan?” tanya bibi

Valerie mendengus kesal setelah menemukan pria itu berada di kolam renang. Ketika ingin mendekat, ponselnya kembali berdering.

Dia berjalan kearah Sean dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. “Hei!” panggil Valerie pada Sean yang sedang asik berenang.

“Asistenmu menelpon barusan. Mungkin dia ingin mengatakan sesuatu!” lanjut Valerie tanpa menunggu jawaban dari Sean.

Dia akan berbalik tapi tatapan Sean seolah memintanya untuk mengambil sesuatu. “Handuk?” tanya Valerie memastikan dan Sean mengangguk.

Valerie berjalan kesamping kolam renang. “Baiklah. Aku akan menelponmu lagi jika sudah dalam perjalanan.” Ucap Valerie yang masih menelpon. Dia mengulurkan handuk itu pada Sean, tapi tangannya seperti ditarik dengan kuat.

“Ahh!”

Valerie berteriak sebelum dirinya diceburkan ke kolam. “Astaga. Apa yang kau lakukan?” teriak Valerie setelah dia memunculkan kepalanya di air. Pakaiannya sudah basah kuyup saat ini.

Sean menatapnya dengan pandangan datar tanpa minat. “Menyebalkan!” desis Valerie. Setelahnya, dia teringat akan ponselnya. Saat itu, sebuah benda terlihat samar di dekatnya. Dia menyelam kembali untuk mengambil ponsel miliknya. Tetapi mendapati ponsel itu sudah penuh dengan air kolam.

“Sean!” teriak Valerie kesal. Pria itu masih berdiri disana tanpa mengatakan apapun. “Kenapa kau sangat menyebalkan? Sialan!” Valerie mengumpat pada pria itu dengan terang-terangan.

Sean yang merasa kesal, menarik Valerie sebelum dia berhasil naik ke atas. “Mmpphh!” Valerie tidak bisa mengatakan apapun karena Sean yang langsung menciumnya tanpa membiarkan dia bernapas.

“Apa kau gi-“

Belum sempat Valerie berkata, Sean sudah kembali menciumnya. Kali ini ciuman itu terasa lebih ganas.

“Berhenti mengumpat. Atau kamu akan saya buat tidak berdaya!” bisik Sean tepat ditelinga Valerie. Dia mengira bahwa Sean akan berhenti sampai disitu. Tapi ternyata dia salah. Karena setelahnya, Sean menuju leher jenjang Valerie dan memberi sebuah tanda disana.

“Sean!”

“Tenanglah. Karena Mau atau tidak. Seseorang harus meneruskan semua yang sudah dia mulai!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status