KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN

KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN

last updateLast Updated : 2022-11-13
By:  Vyra FameCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
90Chapters
23.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Terimalah ini, anggap saja sebagai penebus rasa bersalah Bapak padamu." Ucapan Bapak terngiang-ngiang di kepalaku. Anam dan Riri,  sepasang suami istri yang hidupnya sangat sederhana sekali atau bisa dibilang miskin,  hinaan,  dan cacian sudah terbiasa mereka dapatkan dari para tetangga dan saudara nya. Akan tetapi, biarpun demikian tak membuat keduanya patah semangat dalam menjalani hidup,  hingga suatu hari mereka mendapatkan sebuah rezeki yang teramat besar hingga menjadikan mereka seorang jutawan, lantas apakah setelah mereka menjadi jutawan, hinaan dan cacian yang kerap mereka terima akan lenyap?  

View More

Chapter 1

Bab 1

KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN

Bab 1

"Bu Ida tolong beli telornya dua biji, sama tepung terigu seperempat saja," ucapku saat berbelanja di warungnya.

"Beli apa ngutang nih!" sentak Bu Ida dengan ketus padaku.

"Emm, ngutang, Bu," ucapku sembari menggigit bibirku untuk menguatkan diri. Bukannya aku tak tahu jika aku berhutang pada Bu Ida akan mendapatkan lontaran teramat pedas dari mulutnya yang tajam, tapi aku tak bisa berbuat apa pun karena cuma warung Bu Ida yang bisa dihutangi.

"Orang kok hobi bener ngutang, hutang lima puluh ribu yang dibayar baru lima ribu. Eh, udah ambil hutang lagi, kalau bukan karena dulu Ibu kamu pernah menolong aku, gak sudi aku ngutangin kamu, Ri!" sentak bu Ida ketus padaku.

"Maaf, Bu, saya belum gajian, dan lagi, Mas Anam belum kirim uang, nanti kalau sudah gajian atau Mas Amar kirim uang saya lunasi, Bu. "

"Alah, kayak uang yang dikirim suamimu cukup aja, Ri,m. Sejauh ini juga uang kiriman suamimu itu tidak mencukupi kan? Jngankan untuk membayar hutang, lha untuk makanmu sama anakmu saja gak cukup. Makanya kamu kerja jadi babu di rumah orang, " cebik Bu Ida sembari memberikan barang belanjaanku. Hati ini sudah kebal dengan ucapan yang Bu Ida lontarkan. Sudah teramat sering Bu Ida maupun orang-orang di sini menghinaku dan juga suamiku, hanya karena kami ini orang miskin.

"Terimakasih, Bu, secepatnya aku akan melunasi hutangku, permisi. "

"Eh tunggu, Ri." Tiba-tiba saja ucapan Mas Haris tetanggaku menghentikan langkahku.

"Ada apa, Mas? "

"Tunggu bentar ya. "

"Bu Ida, berapa total belanjaan Riri dan hutangnya?"

"Total semuanya enam puluh ribu, kenapa?"

"Ini, Bu, untuk bayar belanjaan Riri dan hutangnya. "

"Ini beneran?" sahut Bu Ida.

"Iya, Bu, beneran. "

"Yaudah, saya terima ya," ucap Bu Ida sembari memasukkan uang itu ke sakunya.

"Maaf, Mas, tapi gak usah, aku gak mau punya hutang budi."

"Ah enggak kok, Ri, ini kebetulan sekalian aku juga mau belanja, jadi sekalian bayar aja. "

"Tapi, Mas, nanti Mbak Fitri salah paham. "

"Ck, udah kamu gak usah pikirin si Fitri, itu urusanku. Yaudah sana pulang, anakmu pasti udah nungguin."

"Yaudah kalau gitu aku pamit dulu ya, permisi."

Namaku Riri Novianti, aku sudah menikah dengan seorang pria bermama Yazid Khairul Anam dan aku memanggilnya Mas Anam. Pernikahan kami sudah memasuki tahun ke lima dan kami juga sudah dikaruniai seorang putri berumur empat tahun bernama zahra putri.

Saat ini Mas Anam tengah pergi merantau ke kota, dan setiap bulannya ia akan mengirimiku uang sebesar 500 ribu rupiah saja. Memang terbilang sangat pas-pasan, tapi apa mau dikata. Hanya itu yang Mas Anam mampu berikan padaku, dan aku ikhlas menerimanya dengan rasa syukur.

Selain Mas Anam yang bekerja, aku juga ikut membantu perekonomian dengan menjadi pembantu di rumah orang kaya di kampungku. Dari pagi hingga siang saja, asalkan pekerjaanku sudah selesai maka aku diperbolehkan pulang. Yah, meskipun upahnya tidak terlalu besar, yakni hanya 500 ribu rupiah saja tiap bulannya, tapi insyaallah cukup untuk aku dan anakku bertahan hidup.

"Yeaay, Ibu pulang, Ibu Pulang. Bu, kita jadi makan sama telor kan, Bu? " celoteh anakku Zahra sudah menyambutku saat kaki ini sampai di teras rumah.

"Jadi dong, Sayang, ini telornya udah Ibu beli, yaudah yuk kita masuk, Ibu mau masak dulu. "

"Yeay, asik, kita makan enak hari ini, gak selalu makan daun singkong ya, Bu." Ucapan anakku tentu saja membuat hati ini teramat perih.

Telur memanglah makanan mewah bagi kami, sebulan sekali pun belum tentu aku dan Zahra makan dengan lauk telur. Uang yang dikirimkan Mas Anam akan habis untuk bayar cicilan rumah yang kutempati. Yah, karena rumah ini masih menyicil sebesar 650 ribu rupiah setiap bulannya, dan masih belum lunas. Kami bisa membeli rumah ini secara kredit pun pada saat Mas Anam masih bekerja sebagai karyawan pabrik dulu. Setelah Mas Anam terdampak phk besar-besaran karena pabrik tempatnya bekerja gulung tikar. Kini Mas Anam harus bekerja sebagai kuli panggul pasar di jakarta sana.

"Zahra, ayo kita makan, Nak, ini nasi dan telurnya sudah matang," ucapku memanggil anakku yang sedang menonton televisi yang kami beli sewaktu Mas Anam masih bekerja dulu.

"Iya Bu, " jawab Zahra kemudian menyambangiku. Lantas kami berdua pun menikmati makan siang dengan nikmat. Jika biasanya habis dzuhur aku baru pulang bekerja dan baru akan merapihkan rumah dan memasak, tapi karena hari ini aku sedang libur maka jam segini aku sudah merapihkan rumah dan masak untuk Zahra.

"Emmm, nikmat banget, Bu, rasanya, coba kalau tiap hari bisa makan telur, pasti aku seneng, " ucap Zahra dengan mulut penuh nasi.

Betapa hatiku teramat perih mendengar ucapan anak balitaku ini. Bagimana tidak? Jika anak seusianya diharuskan makan penuh gizi dan bisa jajan yang enak tapi tidak dengan Zahra. Di usianya yang sekecil itu sudah kupaksa untuk makan dengan lauk seadanya. Bahkan, tak jarang kami hanya makan dengan garam saja, jika memang aku sudah betul-betul tak memiliki uang lagi.

"Riri! Riri! Keluar kamu! Dasar wanita sundal! "

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Agus
Iyah nih Seru banget..
2024-10-24 01:28:28
0
user avatar
Lia
gk ada lanjutan nya thor
2023-01-17 09:59:54
0
user avatar
purwadi nugroho
hidup harus sabar, seperti alur cerita ini...
2022-11-10 12:58:08
0
user avatar
Mblee Duos
ceritanya seru mengajarkan arti kesabaran pada kita. Oh ya kak, bila berkenan saling support yuk di cerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI...
2022-10-29 07:16:35
0
90 Chapters
Bab 1
KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWANBab 1"Bu Ida tolong beli telornya dua biji, sama tepung terigu seperempat saja," ucapku saat berbelanja di warungnya. "Beli apa ngutang nih!" sentak Bu Ida dengan ketus padaku. "Emm, ngutang, Bu," ucapku sembari menggigit bibirku untuk menguatkan diri. Bukannya aku tak tahu jika aku berhutang pada Bu Ida akan mendapatkan lontaran teramat pedas dari mulutnya yang tajam, tapi aku tak bisa berbuat apa pun karena cuma warung Bu Ida yang bisa dihutangi. "Orang kok hobi bener ngutang, hutang lima puluh ribu yang dibayar baru lima ribu. Eh, udah ambil hutang lagi, kalau bukan karena dulu Ibu kamu pernah menolong aku, gak sudi aku ngutangin kamu, Ri!" sentak bu Ida ketus padaku. "Maaf, Bu, saya belum gajian, dan lagi, Mas Anam belum kirim uang, nanti kalau sudah gajian atau Mas Amar kirim uang saya lunasi, Bu. ""Alah, kayak uang yang dikirim suamimu cukup aja, Ri,m. Sejauh ini juga uang kiriman suamimu itu tidak mencukupi kan? Jngankan u
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
Bab 2
KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWANbab 2"Riri! Riri! Keluar kamu! Dasar wanita su*dal! " Ucapan seseorang dengan suara lantang dan gedoran di pintu membuatku terlonjak bahkan tersedak nasi yang sedang ku kunyah. Bergegas aku meneguk air putih yang ada di dalam gelas untuk menghilangkan rasa sakit di tenggorokan yang tersedak."Riri! Cepat keluar kamu! Dasar wanita penggoda si*lan, keluar kamu! " Lagi, suara teriakan dan umpatan dari luar terdengar hingga ke dalam. Sebelum aku memutuskan untuk melihat siapa gerangan di luar sana, aku menyuruh Zahra untuk diam di tempat dan tidak boleh keluar dari rumah. Aku takut kalau anakku melihat hal yang tidak layak nanti, karena jujur saja perasaanku memang tidak enak mendengar suara keributan di luar sana. Tergopoh-gopoh aku menghampiri pintu depan dan membukanya, kulihat Mbak Fitri sudah berkacak pinggang , napasnya tersengal-sengal dengan mata melotot lebar ke arahku, "Dasar wanita sundal! Pakai pelet apa kamu mempengaruh
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
Bab 3
SI MISKIN YANG MENDADAK KAYA(KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN) bab 3"Tapi Ri...."Ooo bagus ya kalian, sekarang sudah berani secara terang-terangan ketemuan disini!" Tiba-tiba saja sebuah suara yang lantang dan cempreng membuat tanganku yang tengah memegang lembaran uang sontak melepaskan uang itu lantaran terkejut. Kupalingkan wajah melihat siapakah orang dengan suara cemprengnya itu."Mbak Meri, " ucapku lirih sembari terbelalak melihat Mbak Meri sudah berdiri di hadapanku. Mbak Meri adalah Kakak perempuanku yang nomor dua, sedangkan Kakak sulungku laki-laki bernama Mas Tio. "Jadi benar apa yang dikatakan orang tentangmu kalau kamu ada main sama laki beristri. ""Mbak, jangan salah paham, itu semua gak benar, demi Allah aku gak seperti itu, Mbak. ""Iya, Mbak, kami gak melakukan apa pun dan tidak memiliki hubungan apa pun," sanggah Mas Haris. "Halah, gak usah ngelak, kalau gak ada hubungan ngapain kalian tadi pegang-pegangan tangan?""Bukan begitu, Mbak, ini aku c
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
Bab 4
KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWANBAB 4"Terimakasih ya Cit, hanya kamu yang mau berteman Lima bulan telah berlalu semenjak aku berbicara dengan Citra tentang akan dibangunnya sebuah pabrik gula di desaku. Dan kini aku sudah mengenakan seragam kerja juga membawa berkas lamaran yang akan aku berikan pada pihak pabrik, ya. Akhirnya aku memutuskan untuk melamar kerja di pabrik yang baru saja selesai di bangun tersebut, karena entah kenapa selama dua bulan terakhir ini Mas Anam tidak mengirim uang untukku, ditambah lagi komunikasi kami juga sudah jarang terjadi, jika biasanya setiap seminggu dua atau tiga kali Mas Anam menelponku, tapi belakangan ini, dia jarang menghubungiku, dan aku tidak tahu entah apa sebabnya. Oleh sebab itu aku harus ekstra kerja keras, karena penghasilan dari aku menjadi buruh cuci di rumah Bu Ajeng saja tidak cukup. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut melamar pekerjaan di pabrik itu, karena kata Citra uang gaji di sana terbilang besar bagiku
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
Bab 5
"Iya Cit, aku akan selalu sabar menanti kabar dari suamiku, karena hanya dia belahan jiwaku yang saat ini ku punya selain Zahra tentunya. " Tanpa terasa cairan asin mengalir deras ke pipiku, betapa hati ini teramat merindu seorang pria yang sudah menjadi imamku itu. Citra menenangkanku dengan cara mengelus bahuku yang sedikit berguncang. "Ri, ini bau apaan?" tanya Citra sembari menggerakkan cuping hidungnya, aku pun juga mengikuti gerakan yang dilakukan oleh Citra, seketika itu juga mataku membulat, dan benar saja ternyata tempe yang sedang aku goreng sudah gosong. "Ya ampun Citra, masakanku gosong!" pekikku dan bergegas mematikan kompor yang masih menyala. Citra yang melihat aku mengangkat tempe gagal tersebut bukannya membantu justru menertawakanku dengan kencang. "Ya ampun Ri, kita keasikan ngobrol dan baper-baperan, masakan mu jadi gosong tuh," ujar Citra masih dengan tawanya yang seperti senang di atas derita orang. "Issh ini semua gara-gara kamu, jadi gosong masak
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
Bab 6
"Eh kalian tau gak, ternyata si Riri itu beneran jadi simpanan lho, " ucap Bu Ida pada para pembeli, posisinya Bu Ida sedang duduk di kursi dengan arah membelakangi jalan, begitu juga dengan para langganan warung Bu Ida, selain jadi langganan warung, mereka juga menjadi langganan ibu-ibu tukang ghibah. Sementara posisiku ada di belakang mereka kebetulan aku memang ingin membeli sesuatu di warung Bu Ida, jadi tentu saja mereka tidak tahu jika aku mendengar obrolan mereka tentangku. Dan aku pun memang sengaja tidak bersuara lantaran ingin tahu mereka akan bicara ap tentangku. "Ah masa sih Bu? Tau darimana? Nanti kita malah fitnah lagi. ""Yah, Bu Kesi ini gak update informasi di desa ini sih, kan beritanya udah kemana-mana, Bu. ""Iya Bu Kesi, saya juga udah dengar beritanya, tapi ya gitu deh, saya mah diem aja, soalnya takut fitnah, " timpal Bu Lela. "Eh Bu Lela, itu semua benar, aku tau sendiri dari si Lintang, dia sendiri yang ngomong ke aku," ucap Bu Ida. "Ah masa
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more
Bab 7
"Oh, begitu ya, mulut kayak Bu Ida ini pantasnya itu dikasih ini! " dengan tiba-tiba aku mengambil cabe setan dengan tanganku sembari meremasnya dan dengan gerakan cepat aku menyumpal segenggam cabe setan itu kedalam mulut Bu Ida , dan sudah aku pastikan rasanya itu pasti sangat pedas."Aaaaa, apa yang kau lakukan Riri! " pekik Bu Ida sembari melepeh cabe di dalam mulutnya. "Itu masih belum seberapa, Bu, setelah ini jika kau berani mengusikku atau keluargaku maka riwayatmu akan tamat! " ujarku sembari menatap tajam Bu Ida. "Begitu juga dengan kalian, jangan asal telan omongan orang yang kalian dengar, bia saja itu fitnah, lagian apa kalian tidak punya kegiatan sehingga hidup kalian itu sibuk mengurusi hidup orang lain! " "En, enggak Ri, itu tadi Bu Ida yang mulai duluan. ""Kurang ajar ya kalian! Besok gak usah agi ngutang di warung ku, dan cepat melunasi hutang kalian! Dan kau Ri lihat saja akan aku balas kau nanti! " ucap Bu Ida murka, lalu Bu Ida meninggalkan tempatnya berdiri d
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more
Bab 8
Aku berjalan menuju pintu dan bergegas membukanya, tapi pada saat aku membuka pintu, aku sedikit mengernyitkan dahi, karena ternyata yang datang bukan lah orang yang kukenal. "Assalamualaikum, maaf apa benar ini rumah Ibu Riri orangtua dari Zahra Putri? " "Iya benar. Bu, ada apa ya? ""Boleh saya masuk, Bu? ""Oh, boleh, Bu, mari silahkan, " ucapku mempersilahkan tamu tersebut masuk dan duduk di atas karpet di ruang tamu ku. "Maaf ya, Bu, lesehan, soalnya gak punya sofa. ""Ah, tidak apa-apa Bu Riri. ""Oh iya, maaf kalau boleh tau ada keperluan apa Ibu datang kesini? Dan sepertinya kita belum pernah saling mengenal kan sebelumnya? " ucapku bertanya pada wanita itu."Begini Bu Riri, sebelumnya perkenalkan saya Emi, saya ini guru Tk Ceria, tapi juga sebagai petugas bagian pendaftaran murid baru, jadi saya kesini mau menyerahkan formulir data diri siswa dan mohon Ibu Riri isi," jelas Bu Emi yang membuatku semakin bingung. "Maaf, maksudnya apa ya, Bu, saya gak ngerti? ""Jadi tadi it
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more
Bab 9
"Benar dong Sayang, memangnya pernah Ibu berbohong sama Zahra? " "Nggak, Bu," Zahra menjawabku sembari tertawa, menampilkan deretan giginya yang ompong. "Ya Sudah, Ibu pamit kerja dulu ya, sebentar lagi Nenek Tiar akan datang, Ibu perginya sama tante Citra. "Iya Bu, Ibu hati-hati ya, " ucap Zahra dan kujawab dengan seulas senyum di bibirku. *** "Kamu kenapa Ri? Kok kelihatan lagi kayak ada masalah gitu? Coba cerita, mana tau aku bisa kasih solusi," tanya Citra padaku saat kami berjalan menuju pabrik. "Aku lagi bingung Cit. " "Bingung kenapa? " "Kamu masih ingat kan pria yang tempo hari ngasih aku sembako banyak banget, nah beberapa hari kemudian dia datang lagi dan memberikan amplop yang ternyata isinya uang sebesar Lima juta rupiah Cit, terus kemarin tiba-tiba saja ada orang mengaku dari Tk Ceria datang ke rumah, terus dia nyuruh aku isi formulir data siswa, katanya ada seorang pria yang ngaku kakeknya Zahra, daftarim Zahra masuk ke sekolah Tk itu Cit, tapi kamu kan tahu,
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more
Bab 10
"Kamu yang sabar Mbak Riri, nanti aku coba cari tahu, aku tanyakan ke teman-teman, siapa tau ada yang mengetahui dimana Anam berada," ujar Toni, ucapannya sedikit memberikan angin segar bagiku. "Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. " "Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gitu saya permisi, yang sabar ya Mbak," ucap Mas Toni dan setelahnya ia berlalu. "Mas Anam, dimana kamu, Mas... " "Sabar Ri, nanti kita cari sama-sama. " "Tapi mau dicari kemana Cit? Aku tidak tahu dimana Mas Anam berada. " "Ri, jangan-jangan benar apa yang kukatakan tadi tentang suamimu yang ternyata ngasih semua itu sama kamu." Aku sedikit termenung, dan mencerna baik-baik apa yang Citra katakan. "Apa iya itu adalah Mas Anam? " "Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. " "Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gi
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status