Share

Bab 3

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2022-10-14 16:55:36

SI MISKIN YANG MENDADAK KAYA

(KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN)

bab 3

"Tapi Ri....

"Ooo bagus ya kalian, sekarang sudah berani secara terang-terangan ketemuan disini!" Tiba-tiba saja sebuah suara yang lantang dan cempreng membuat tanganku yang tengah memegang lembaran uang sontak melepaskan uang itu lantaran terkejut.

Kupalingkan wajah melihat siapakah orang dengan suara cemprengnya itu.

"Mbak Meri, " ucapku lirih sembari terbelalak melihat Mbak Meri sudah berdiri di hadapanku.

Mbak Meri adalah Kakak perempuanku yang nomor dua, sedangkan Kakak sulungku laki-laki bernama Mas Tio.

"Jadi benar apa yang dikatakan orang tentangmu kalau kamu ada main sama laki beristri. "

"Mbak, jangan salah paham, itu semua gak benar, demi Allah aku gak seperti itu, Mbak. "

"Iya, Mbak, kami gak melakukan apa pun dan tidak memiliki hubungan apa pun," sanggah Mas Haris.

"Halah, gak usah ngelak, kalau gak ada hubungan ngapain kalian tadi pegang-pegangan tangan?"

"Bukan begitu, Mbak, ini aku cuma mau kembalikan uang Mas Haris tempo hari, aku gak mau terus dipojokkan karena merusak rumahtangga orang lain."

"Alah, Ri, kalau iya pun gak papa, daripada kamu sama si Anam terus bukannya makin enak hidupmu tapi makin blangsak, " cebik Mbak Meri.

"Maksud, Mbak? "

"Ya lebih baik kamu cerai dari Amar, udah jelek, miskin lagi, anak istri ditinggal merantau eh tiap bulannya cuman dikasih uang 500, udah gitu mesti dibayarkan buat nyicil rumah lagi, kalau aku sih ogah, tapi untuk apa kamu setia toh belum tentu di sana dia juga setia. "

"Aku yakin Mas Anam gak seperti yang Mbak katakan, aku yakin dia setia Mbak, dan aku juga akan menjaga hati dan cinta ini untuk suamiku, aku permisi dulu Mbak, Mas, " ucapku pada akhirnya karena aku tidak sanggup jika harus mendengar ocehan dari Mbak Meri, aku sangat tahu watak Mbak Meri itu seperti apa.

"Riri tunggu!" pekik Mas Haris mencoba menghentikan langkahku juga Zahra, tapi aku tak menghiraukannya, aku tetap melanjutkan langkahku menuju rumah.

***

"Riri, buka Ri!" Lagi dan lagi sebuah suara yang memekakkan telinga kembali terdengar.

"Huh, siapa lagi sih, kenapa sih orang-orang itu suka sekali mengusik hidup si miskin ini, " batinku menggerutu. Dan dengan sangat terpaksa aku membukakan pintu karena aku tak mau gedorannya membuat pintu rumahku jebol.

"Heh Riri! Apa benar yang dikatakan orang tentangmu! Berani kamu menghianati Mas Anam!" Kini yang datang adalah Lintang, adik tiri dari Mas Anam.

Oh iya aku belum ngasih tau kalau Mas Anam adalah anak tunggal dari almarhumah Ibu mertua, sedangkan Lintang adalah anak bawaan dari Bapak sambung Mas Anam. Sementara Bapak kandung Mas Anam entah dimana keberadaannya, dari cerita Mas Anam katanya semenjak usianya tiga tahun. Bapak mertuaku pamit pergi merantau, dan awalnya komunikasi mereka masih lancar. Bahkan, masih mengirimi almarhum Ibu mertua uang, tapi tiga bulan kemudian Bapak mertuaku hilang bak ditelan bumi. Sama sekali tidak bisa dihubungi dan entah di mana keberadaannya tidak ada yang tahu. Hingga akhirnya Mas Anam sudah menganggap kalau dirinya adalah anak yatim, baru setelah usia Mas Anam menginjak sepuluh tahun almarhum Ibu mertua menikah lagi dengan Bapak sambung Mas Anam dengan membawa seorang anak perempuan yang kini berdiri dengan tatapan garang di depan rumahku ini.

Mas Anam juga sudah merantau ke jakarta satu tahun setengah lamanya, selama itu juga kami menjalani hubungan jarak jauh. Semisal rindu, hanya video call yang bisa mengobatinya, karena kalau Mas Anam harus pulang kesini tentu akan memakan biaya yang tak sedikit. Sementara jarak dari rumahku ke jakarta akan memakan waktu semalaman. Ah, semoga Allah masih memberikan kesempatan untuk keluarga kecilku berkumpul lagi seperti dahulu, betapa aku merindukan sosok suamiku itu.

"Apa kamu ada bukti menuduhku seperti orang-orang itu? Kalau tidak tahu ceritanya seperti apa jangan sok tahu." Aku terbuyar dari lamunanku, dan akhirnya aku memberanikan diri untuk membela diri. Sudah cukup diri ini dihina dina oleh orang-orang tak berperasaan seperti mereka, kini saatnya aku membela harga diri keluarga ku agar mereka tak seenaknya menginjak-nginjak si miskin ini.

"Berani kamu melawan aku! Atau jangan-jangan benar apa yang dikatakan orang-orang itu tentangmu, dasar pel**ur! "

"Cukup Lintang! Tidak capek kah kalian semua menghina keluarga ku ha! Apa salahku pada kalian, aku tidak pernah mengusik hidup kalian! Dan jangan pernah kau bangunkan macan tidur, selama ini aku diam bukan karena aku lemah tapi aku masih menghargai kalian, tapi jika kalian memintaku untuk bertindak kasar maka akan aku layani!" ucapku dengan tatapan yang tak kalah nyalang dari Lintang.

"Pantas saja hidupmu selalu miskin, mungkin Tuhan memang tidak mau melihat orang sepertimu sukses! "

"Tau apa kau tentang takdir Tuhan? Apa kau kaki tangan Tuhan? Jangan sombong Lintang! Mungkin saat ini kami yang miskin, tapi siapa bisa jamin jika kekayaan suamimu itu akan bertahan lama!" sentakku pada Lintang.

"Cih, dasar perempuan su**al, akan aku adukan tingkahmu ini pada Mas Anam, biar kau diceraikannya dan menjadi ja*da gatal!" ucap Lintang sembari meludahi mukaku.

Cukup sudah, kesabaranku sudah habis, ini betul-betul penghinaan namanya. Aku berjalan mendekati Lintang dengan dada bergemuruh, mungkin saja wajahku memerah lantaran begitu banyak api amarah yang membuat wajahku panas. Tidk pakai aba-aba, aku pun menampar wajah putih mulus Lintang tapi dengan kondisi leher yang coklat atau istilahnya belang, bagaimana tidak jika yang dirawat hanya sebatas wajah saja.

"Kurang ajar! Berani kau menamparku! " hardik Lintang dengan sudut bibir yang sedikit mengeluarkan darah.

"Itu pantas untuk manusia bermulut tajam sepertimu, dan aku peringatkan padamu, berhenti mengusik hidupku karena aku juga tak pernah mengusik hidup kalian. Jangan jumawa jika diatas langit masih ada langit, maka tak menutup kemungkinan suatu saat nanti aku yang berada di atasmu, " ujarku sembari menatap tajam Lintang.

"Jangan mimpi kamu Riri, orang miskin sepertimu tak akan pernah bisa menyaingiku hahahahaha, dan ingat aku tak terima kau perlakukan begini, lihat saja akan kuadukan kau pada Mas Anam biar kau dicerai sama dia," ucap Lintang yang kemudian berlalu meninggalkan rumahku.

***

"Riri sini!" panggil Citra padaku.

Selain Bu Ajeng, Citra juga salah satu manusia yang masih memiliki hati nurani,  dan sejauh ini Citra lah yang menjadi teman terdekatku, hanya dia yang masih sudi berteman denganku yang miskin ini. Ibu dari sahabatku itu juga baik padaku,  Bu Tiar namanya. Namun sayang,  di usianya yang sudah matang, yakni 25 tahun,  Citra juga belum mau menikah,  entah apa alasannya. 

"Ada apa sih Cit,  heboh bener?" tanyaku sembari menghampiri Citra di teras rumahnya. 

"Kamu udah tau belum, kalau di desa ini akan dibangun sebuah pabrik gula?" 

"Belum,  memangnya kenapa?  Kan malah bagus, bisa membuat desa kita semakin maju,  lagian disini kan memang banyak tumbuhan tebu dan kurasa memang cocok jika di bangun pabrik gula. 

"Iya sih,  tapi kamu tau gak kalau pabrik gula yang akan dibangun itu akan mempekerjakan sebagian warga sini juga,  jadi rencananya aku juga mau melamar di pabrik itu,  kamu juga ikut ya?  Ijazahmu kan SMA,  sayang kan kalau gak digunakan."

"Iya sih,  tapi jika aku kerja bagaimana dengan Zahra,  selama ini aku gak cari kerja selain jadi pembantu karena bingung mau nitipin Zahra ke siapa,  karena cuma jadi pembantu  yang kerjanya bisa bawa anak,  itu pun gak semua majikan mau. "

"Iya juga sih,  tapi yah dicoba aja dulu masukin lamarannya,  mana tau kan keterima,  masalah pengasuh nanti kita pikirkan lagi,  nanti aku bantu carikan yang mau mengasuh anakmu. "

"Kamu serius Cit?" tanyaku pada Citra,  dan dijawab anggukan mantap oleh Citra. 

"Terimakasih ya Cit, hanya kamu yang mau berteman denganku yang miskin dan jelek ini," ucapku memeluk Citra. 

"Kamu ngomong apa sih Ri,  kita ini kan sahabat,  jadi sudah seharusnya saling tolong menolong kan. "

"Sekali lagi terimakasih ya Cit, aku janji jika jadi sukses tak akan melupakan jasamu padaku."

"Sama-sama Ri," ujar Citra sembari membalas pelukanku. 

Related chapters

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 4

    KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWANBAB 4"Terimakasih ya Cit, hanya kamu yang mau berteman Lima bulan telah berlalu semenjak aku berbicara dengan Citra tentang akan dibangunnya sebuah pabrik gula di desaku. Dan kini aku sudah mengenakan seragam kerja juga membawa berkas lamaran yang akan aku berikan pada pihak pabrik, ya. Akhirnya aku memutuskan untuk melamar kerja di pabrik yang baru saja selesai di bangun tersebut, karena entah kenapa selama dua bulan terakhir ini Mas Anam tidak mengirim uang untukku, ditambah lagi komunikasi kami juga sudah jarang terjadi, jika biasanya setiap seminggu dua atau tiga kali Mas Anam menelponku, tapi belakangan ini, dia jarang menghubungiku, dan aku tidak tahu entah apa sebabnya. Oleh sebab itu aku harus ekstra kerja keras, karena penghasilan dari aku menjadi buruh cuci di rumah Bu Ajeng saja tidak cukup. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut melamar pekerjaan di pabrik itu, karena kata Citra uang gaji di sana terbilang besar bagiku

    Last Updated : 2022-10-14
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 5

    "Iya Cit, aku akan selalu sabar menanti kabar dari suamiku, karena hanya dia belahan jiwaku yang saat ini ku punya selain Zahra tentunya. " Tanpa terasa cairan asin mengalir deras ke pipiku, betapa hati ini teramat merindu seorang pria yang sudah menjadi imamku itu. Citra menenangkanku dengan cara mengelus bahuku yang sedikit berguncang. "Ri, ini bau apaan?" tanya Citra sembari menggerakkan cuping hidungnya, aku pun juga mengikuti gerakan yang dilakukan oleh Citra, seketika itu juga mataku membulat, dan benar saja ternyata tempe yang sedang aku goreng sudah gosong. "Ya ampun Citra, masakanku gosong!" pekikku dan bergegas mematikan kompor yang masih menyala. Citra yang melihat aku mengangkat tempe gagal tersebut bukannya membantu justru menertawakanku dengan kencang. "Ya ampun Ri, kita keasikan ngobrol dan baper-baperan, masakan mu jadi gosong tuh," ujar Citra masih dengan tawanya yang seperti senang di atas derita orang. "Issh ini semua gara-gara kamu, jadi gosong masak

    Last Updated : 2022-10-14
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 6

    "Eh kalian tau gak, ternyata si Riri itu beneran jadi simpanan lho, " ucap Bu Ida pada para pembeli, posisinya Bu Ida sedang duduk di kursi dengan arah membelakangi jalan, begitu juga dengan para langganan warung Bu Ida, selain jadi langganan warung, mereka juga menjadi langganan ibu-ibu tukang ghibah. Sementara posisiku ada di belakang mereka kebetulan aku memang ingin membeli sesuatu di warung Bu Ida, jadi tentu saja mereka tidak tahu jika aku mendengar obrolan mereka tentangku. Dan aku pun memang sengaja tidak bersuara lantaran ingin tahu mereka akan bicara ap tentangku. "Ah masa sih Bu? Tau darimana? Nanti kita malah fitnah lagi. ""Yah, Bu Kesi ini gak update informasi di desa ini sih, kan beritanya udah kemana-mana, Bu. ""Iya Bu Kesi, saya juga udah dengar beritanya, tapi ya gitu deh, saya mah diem aja, soalnya takut fitnah, " timpal Bu Lela. "Eh Bu Lela, itu semua benar, aku tau sendiri dari si Lintang, dia sendiri yang ngomong ke aku," ucap Bu Ida. "Ah masa

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 7

    "Oh, begitu ya, mulut kayak Bu Ida ini pantasnya itu dikasih ini! " dengan tiba-tiba aku mengambil cabe setan dengan tanganku sembari meremasnya dan dengan gerakan cepat aku menyumpal segenggam cabe setan itu kedalam mulut Bu Ida , dan sudah aku pastikan rasanya itu pasti sangat pedas."Aaaaa, apa yang kau lakukan Riri! " pekik Bu Ida sembari melepeh cabe di dalam mulutnya. "Itu masih belum seberapa, Bu, setelah ini jika kau berani mengusikku atau keluargaku maka riwayatmu akan tamat! " ujarku sembari menatap tajam Bu Ida. "Begitu juga dengan kalian, jangan asal telan omongan orang yang kalian dengar, bia saja itu fitnah, lagian apa kalian tidak punya kegiatan sehingga hidup kalian itu sibuk mengurusi hidup orang lain! " "En, enggak Ri, itu tadi Bu Ida yang mulai duluan. ""Kurang ajar ya kalian! Besok gak usah agi ngutang di warung ku, dan cepat melunasi hutang kalian! Dan kau Ri lihat saja akan aku balas kau nanti! " ucap Bu Ida murka, lalu Bu Ida meninggalkan tempatnya berdiri d

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 8

    Aku berjalan menuju pintu dan bergegas membukanya, tapi pada saat aku membuka pintu, aku sedikit mengernyitkan dahi, karena ternyata yang datang bukan lah orang yang kukenal. "Assalamualaikum, maaf apa benar ini rumah Ibu Riri orangtua dari Zahra Putri? " "Iya benar. Bu, ada apa ya? ""Boleh saya masuk, Bu? ""Oh, boleh, Bu, mari silahkan, " ucapku mempersilahkan tamu tersebut masuk dan duduk di atas karpet di ruang tamu ku. "Maaf ya, Bu, lesehan, soalnya gak punya sofa. ""Ah, tidak apa-apa Bu Riri. ""Oh iya, maaf kalau boleh tau ada keperluan apa Ibu datang kesini? Dan sepertinya kita belum pernah saling mengenal kan sebelumnya? " ucapku bertanya pada wanita itu."Begini Bu Riri, sebelumnya perkenalkan saya Emi, saya ini guru Tk Ceria, tapi juga sebagai petugas bagian pendaftaran murid baru, jadi saya kesini mau menyerahkan formulir data diri siswa dan mohon Ibu Riri isi," jelas Bu Emi yang membuatku semakin bingung. "Maaf, maksudnya apa ya, Bu, saya gak ngerti? ""Jadi tadi it

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 9

    "Benar dong Sayang, memangnya pernah Ibu berbohong sama Zahra? " "Nggak, Bu," Zahra menjawabku sembari tertawa, menampilkan deretan giginya yang ompong. "Ya Sudah, Ibu pamit kerja dulu ya, sebentar lagi Nenek Tiar akan datang, Ibu perginya sama tante Citra. "Iya Bu, Ibu hati-hati ya, " ucap Zahra dan kujawab dengan seulas senyum di bibirku. *** "Kamu kenapa Ri? Kok kelihatan lagi kayak ada masalah gitu? Coba cerita, mana tau aku bisa kasih solusi," tanya Citra padaku saat kami berjalan menuju pabrik. "Aku lagi bingung Cit. " "Bingung kenapa? " "Kamu masih ingat kan pria yang tempo hari ngasih aku sembako banyak banget, nah beberapa hari kemudian dia datang lagi dan memberikan amplop yang ternyata isinya uang sebesar Lima juta rupiah Cit, terus kemarin tiba-tiba saja ada orang mengaku dari Tk Ceria datang ke rumah, terus dia nyuruh aku isi formulir data siswa, katanya ada seorang pria yang ngaku kakeknya Zahra, daftarim Zahra masuk ke sekolah Tk itu Cit, tapi kamu kan tahu,

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 10

    "Kamu yang sabar Mbak Riri, nanti aku coba cari tahu, aku tanyakan ke teman-teman, siapa tau ada yang mengetahui dimana Anam berada," ujar Toni, ucapannya sedikit memberikan angin segar bagiku. "Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. " "Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gitu saya permisi, yang sabar ya Mbak," ucap Mas Toni dan setelahnya ia berlalu. "Mas Anam, dimana kamu, Mas... " "Sabar Ri, nanti kita cari sama-sama. " "Tapi mau dicari kemana Cit? Aku tidak tahu dimana Mas Anam berada. " "Ri, jangan-jangan benar apa yang kukatakan tadi tentang suamimu yang ternyata ngasih semua itu sama kamu." Aku sedikit termenung, dan mencerna baik-baik apa yang Citra katakan. "Apa iya itu adalah Mas Anam? " "Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. " "Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gi

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 11

    "Kamu? Kerja disini juga? Sebagai apa? " "Sebagai staff HRD lah secara lulusan ku kan D3, dan tugasku sekarang ya membagikan seragam kerja dan mendata siapa saja yang sudah mendapatkan seragam kerja itu, lalu kamu sendiri ngapain kesini? Oh kamu juga mau ambil seragam kerja ya? Pasti jabatannya juga jadi OG karena yah memang hanya itu sih yang pantas untukmu," ucap Bagas sembari senyum mengejek kearahku. Bagas ini sebelas duabelas sama Lintang, memang benar ternyata, pasangan itu cerminan diri, Lintang yang angkuh dan sok kaya itu sama halnya juga dengan Bagas, dia angkuh dan sok, padahal dia disini juga bekerja sebagai bawahan saja, tapi sombongnya udah ngalahin bosnya sendiri, kalau aku yang jadi boss nya udah kupastikan orang seperti si Bagas ini aku pecat. "Ya ampun aku ini ngelamunin apa sih, mau kayak apa si Bagas juga bukan urusanku, urusanku segera ambil seragam dan pulang, " gumamku dalam hati. "Heh, ditanya kok malah bengong, kamu mau ambil seragam juga? " ucapan Bagas

    Last Updated : 2022-10-27

Latest chapter

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 90

    "Sudahlah Kartika. Kita baru satu hari di sini. Bersabar saja dulu. Setelah nanti kita laksanakan rencana kita dan berhasil maka kita akan tendang mereka semua dari sini, lagian bukankah kamu tertarik sama Amar waktu papa kasih lihat ftonya padamu? Apa kamu gak mau menyingkirkan Aliyah dari kehidupan Amar?" ucap papa yang membutku sedikit terbellak. Rupanya ada bibit pelakor kecil dalam rumah tanggakuYah, meskipun aku sudah menduganya hanya saja aku tidak sangka jika keluargaku akan dihinggapi benalu seperti mereka. Bergegas kumatikan mode rekam di ponselku. Kurasa ini semua sudah cukup sedikit bukti. Nanti akan kucari tahu apa rencana mereka tentang ini.***"Assalamualaikum!"Suara Mas Amar terdengar dari balik pintu. Be

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 89

    "Kau pikir kau siapa mau menyamakan posisimu dengan suami dan anak-anakku? Apa perlu kuingatkan lagi kalau posisimu dan Papamu itu di sini hanya menumpang? Jadi, sadarlah diri sedikit karena tidak selamanya seorang tuan rumah itu harus welcome pada tamunya," desisku sembari menatap tajam wajah Kartika yang memuakkan itu."Kalau aku tidak mau lalu kau mau apa?" tantang Tika yang juga membalas tatapan mataku tajam."Dengan senang hati aku akan mempersilahkanmu dan Papamu untuk angkat kaki dari rumahku ini," ucapku penuh penekanan. Perlu Kartika ketahui jika seorang Aliyah tidak pernah main-main dalam perkataannya."Memangnya ini rumahmu? Ini rumah Mas Amar, Mas Amar itu kakakku, jadi aku dan Papa juga berhak dong tinggal di sini."

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 88

    "Ini sarapannya, Yah, kalian juga cepat dimakan sarapannya, ini sudah jam enam lebih lima belas menit sebentar lagi masuk sekolah nanti telat," ucapku pada mas Amar dan ketiga anakku yang masing-masing sudah duduk di kursi makan.Tiba-tiba saja papa dan Kartika datang. Tampak sekali kalau mereka baru bangun tidur. Hal itu bisa terlihat dari wajah papa dan Kartika yang terlihat kusut serta papa yang masih menggunakan piyama dan Kartika yang masih menggunakan daster sebatas lutut.Astaghfirullah … bukankah mas Amar kemarin suda mewanti-wanti Kartika untuk memakai baju lebih sopan jika ingin tinggal di sini? Tapi lihatlah penampilan dia saat ini, daster yang dikenakannya selain hanya sebatas di atas lutut juga tidak memiliki lengan dengan bentuk kerah yang rendah ke arah dada."Wah, udah pada sarapan aja, kok gak bangunin kita?" ucap papa membuka percakapan sembari sesekali ngelap iler di sudut bibi

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 87

    "Apa kamu gak mau gitu memberikan dukungan moril sama aku?" ucapku sembari tersenyum penuh arti. Aliyah yang seolah mengerti maksudku pun turut tersenyum serta. Ah, sungguh indah ciptaanMU Tuhan. Beruntungnya aku memiliki istri sepertinya."Tadi 'kan sudah diberi dukungan moril.""Itu 'kan moril pada umumnya. Kalau yang aku maksud moril yang jalur khusus, ah masa Bunda gak paham maksud Ayah sih?""Hahaha, kamu ada-ada sih, Yah, udah kayak kendaraan saja ada jalur khususnya," ucap Aliyah sembari tergelak memperlihatkan lesung pipinya yang membuat tambah manis wajah istriku itu.Tiba-tiba saja ada yang berdesir dalam dada ini. Ah, aku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya pada istriku sendiri. Akhirnya aku dan Aliyah pun memadu kasih dalam balutan hubungan halal ini.Pov AliyahAku mengusap keringat di dahi mas Amar, suamiku. Kami baru

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 86

    "Oh iya, mulai besok baik itu di rumah maupun di kedai jangan lagi berpakaian seperti ini. Terutama di rumah ini, sakit mataku lihat kancing bajumu yang sedari tadi seperti tersiksa karena dipaksa menahan tubuhmu yang besar itu. Pakailah pakaian yang sopan, atau kalau tidak dengan senang hati aku akan memintamu angkat kaki dari rumah ini!" ucapku pada Kartika sembari berdiri berniat ingin meninggalkan ruang tamu yang terasa panas."Iya-iya, Mar, kamu tenang saja, Kartika setelah ini akan memakai baju tertutup kok," ucap Papa cepat."Baguslah kalau begitu, oh iya, Bun, tolong bilang sama Ibu dan Bapak, kita ke rumah mereka besok saja, ini sudah sore takut kemalaman di jalan," ucapku pada Aliyah sebelum benar-benar meninggalkan ruang tamu dan masuk ke dalam kamarku.***"Yah, kamu kenapa?" tanya Aliyah sembari mengusap-usap dadaku yang kata orang bidang akibat dulu setiap hari selalu mendorong gerobak mie ayam

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 85

    Mungkin dulu aku akan menasehati mati-matian jika istriku Aliyah bertindak barbar dan berbicara frontal pada kakak, almarhum adiknya juga pada Bapak mertuaku. Tapi, kini aku merasakan sendiri bagaimana rasa sakit itu muncul dari dasar hati. Sungguh kali ini aku menyesal kenapa dulu berbuat terlalu baik sama orang-orang yang sudah menyakiti istriku."Huft ... "Kuhembuskan napasku demi menghilangkan sesak yang tiba-tiba menghantam dada."Mas, jangan begitu, biar gimana pun beliau orang tua kamu. Bukankah Mas sendiri yang menyuruhku agar selalu menebar kebaikan dan kesabaran dalam menghadapi sesuatu?"Suara merdu Aliyah mampu menghipnotis pikiranku. Yah, aku lupa jika aku pernah menasehatinya seperti itu. Aku seperti seorang pecundang yang pandai menasehati tapi tidak pandai mengerjakan nasehat yang kubuat."Baiklah, mau berapa lama kalian numpang di sini?"&

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 84

    Tak berselang lama Dokter dan perawat itu pun masuk kedalam kamar perawatan Lintang. "Gimana rasanya, Bu? Apakah sudah membaik?" tanya Dokter, sedangkan suster meletakkan buah dan pisaunya di nakas sebelah tempat tidur Lintang. "Dokter, bisa jelaskan kenapa kaki saya hilang?" Akhirnya dengan terpaksa dokter pun menceritakan bagaimana kaki lintang bisa diamputasi, air mata tak hentinya jatuh membasahi pipi Lintang. Lintang merasa semua nasib buruk yang menimpanya sungguh tidak adil. Kenapa, kenapa harus dia, bukan Riri saja yang mengalami semua ini, begitu pikir Lintang. Setelah dokter memberikan penjelasan dan berusaha menghibur Lintang, dokter itu pun pamit, karena masih ada pasien yang harus ditangani. "Yasudah Ibu Lintang, sini biar saya yang kupaskan apelnya," ucap perawat pada Lintang, tapi dengan tegas Lintang menolaknya. "Gak usah, Sus, biar saya saja, lebih baik suster keluar, karena saya mau sendiri sambil menikmati buah ini," ucap Lintang pada perawat, akhirnya perawat

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 83

    "Alhamdulillah, aku kira Mas beneran sudah melakukan itu dengan Lintang.""Enggak Lah, Dek, Mungkin saja Tuhan memang masih menjaga Mas dari niatan jahat Lintang, karena Tuhan tahu hati Mas itu seperti apa.""Terimakasih, mas,""Untuk?""Untuk semuanya, untuk kesetiaanmu, tanggung jawabmu, juga perhatianmu, semoga keluarga kita selalu dalam lindunganNya," Anam dan Riri saling menggenggam erat tangan mereka. Hingga saat Dokter keluar dari ruangan dimana Lintang dirawat."Gimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Anam pada Dokter tersebut."Pasien dalam keadaan koma luka bakarnya cukup serius, yakni 60% seandainya pasien sadar, kami terpaksa memutuskan untuk mengamputasi kakinya, karena api yang membakar tubuh pasien telah mematikan saraf-saraf di kakinya hingga harus diamputasi, berdoa saja semoga pasien secepatnya diberikan kesadaran, dan kita segera lakukan oper

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 82

    "Ya Allah Lintang, kenapa kamu jadi seperti ini sih," ucap Anam dengan wajah sendu."Sabar, Mas, aku juga gak tahu kenapa Lintang sampai segitu bencinya padaku, padahal selama ini aku selalu berusaha baik padanya," ucap Riri."Dek, maafkan Mas ya, Mas sudah gagal mendidik adik Mas.""Ini bukan salahmu, Mas, Lintang dan kamu itu beda rahim, sudah pasti beda watak, bahkan yang satu rahim saja bisa berbeda wataknya, apalagi yang berbeda, aku tak pernah menyalahkanmu, semoga dengan ini menjadikan Lintang sadar sepenuhnya.""Sebenarnya ada yang mau Mas beritahu padamu, kenapa Lintang bisa membencimu.""Kenapa memangnya, Mas?" ucap Riri mengernyitkan dahi.

DMCA.com Protection Status