Share

Bab 5

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2022-10-14 17:05:21

"Iya Cit,  aku akan selalu sabar menanti kabar dari suamiku,  karena hanya dia belahan jiwaku yang saat ini ku punya selain Zahra tentunya. " Tanpa terasa cairan asin mengalir deras ke pipiku,  betapa hati ini teramat merindu seorang pria yang sudah menjadi imamku itu. Citra menenangkanku dengan cara mengelus bahuku yang sedikit berguncang. 

"Ri,  ini bau apaan?" tanya Citra sembari menggerakkan cuping hidungnya,  aku pun juga mengikuti gerakan yang dilakukan oleh Citra,  seketika itu juga mataku membulat,  dan benar saja ternyata tempe yang sedang aku goreng sudah gosong. 

"Ya ampun Citra,  masakanku gosong!" pekikku dan bergegas mematikan kompor yang masih menyala. 

Citra yang melihat aku mengangkat tempe gagal tersebut bukannya membantu justru menertawakanku dengan kencang. 

"Ya ampun Ri,  kita keasikan ngobrol dan baper-baperan, masakan mu jadi gosong tuh," ujar Citra masih dengan tawanya yang seperti senang di atas derita orang. 

"Issh ini semua gara-gara kamu,  jadi gosong masakan aku. Mana Zahra belum makan siang,  sementara uang di dompet tinggal dua puluh ribu untuk belanja besok, " ucapku dengan wajah sendu,  karena memang hanya itu yang bisa aku dan Zahra makan hari ini,  ditambah lagi uangku yang juga sudah habis. 

"Duh, maaf ya Ri,  ini aku cuma punya segini,  bisa buat beli lauk kamu makan sama Zahra." Citra menyodorkan selembar uang sepuluh ribu kepadaku. 

"Udah gak usah Cit,  di halaman depan ada daun singkong, biar aku petik dan masak lagi aja,  kamu juga pasti membutuhkan uang itu." Ya,  aku sangat tahu,  kondisi Citra tak jauh berbeda denganku,  ia juga tidak bekerja. Bukan kami tak mau bekerja tapi di zaman sekarang ini terlebih dengan adanya wabah di negeri ini Jangankan mendapatkan uang seratus ribu rupiah sehari,  bahkan mendapatkan uang seribu perak saja susahnya bukan main,  ditambah lagi susah mencari pekerjaan biarpun di negeri sendiri. 

"Udah Ri,  gak apa,  pakai saja. "

"Tapi Cit, ini kan ...."

"Assalamualaikum,  permisi." Sebuah suara menghentikan percakapanku dengan Citra,  sementara itu aku dan Citra saling pandang.

"Siapa Ri?"

"Gak tau Cit."

"Yaudah yuk liat aja ke depan. "

"Ayo temenin aku,  si Zahra biasanya jam segini tidur siang. "

Akhirnya aku dan Citra memutuskan untuk melihat siapa kah yang bertamu di siang bolong begini. 

***

"Maaf siapa ya?" tanyaku kala melihat di depan pintu rumahku sudah berdiri seorang laki-laki dengan pakaian rapi dan sepatu yang sangat mengkilap,  mungkin juga bisa dibuat berkaca.

"Maaf mengganggu,  kami dapat perintah untuk memberikan sembako kepada Bu Riri Novianti,  apa benar ini rumah beliau?"

"Iya benar,  saya Riri,  tapi sembako dari siapa?  Saya tidak ada pesan sembako, Pak? " 

"Oh ini dari bos kamu, Bu,  maaf saya izin untuk memasukkan sembako ke dalam rumah Bu Riri. "

"Oh iya tapi saya tidak pernah pesan, pak,  mungkin Bapak salah orang. "

"Kami tidak salah orang, Bu,  ini perintah dari bos kami,  tolong diterima ya, Bu,  karena kalau tidak maka kami akan dipecat," jelas pria itu panjang lebar,  dan dengan sangat terpaksa aku menerima pemberian yang katanya dari bos besarnya itu. 

Satu persatu sembako mereka masukkan kedalam rumahku, pria itu menyuruh beberapa anak buahnya untuk memasukkan sembako yang dibawanya. Isinya cukup membuatku tercengang,  ada beras dua puluh kilo, gula pasir lima kilo,  minyak goreng,  mi instan, telur,  susu,  dan masih banyak yang lainnya,  seperti beberapa camilan untuk anak-anak juga ada didalamnya. 

Aku dan Citra saling pandang karena sangat takjub melihat begitu banyaknya barang belanjaan yang mereka bawa untukku. Jujur selama ini belum pernah belanja sebanyak ini,  meskipun dulu saat Mas Anam pernah bekerja sebagai karyawan pun kami tidak pernah berbelanja sebanyak itu. 

"Kalau gitu saya permisi dulu,  Bu," pamit pria itu padaku. 

"Tapi Pak,  kalau boleh tau siapa bos yang menyuruh kalian? "

"Maaf, Bu,  kami tidak boleh memberitahu siapa beliau,  tapi Ibu tenang saja karena akan ada waktunya bos kami itu menunjukkan siapa beliau pada Ibu."

"Tapi Pak!" 

"Kami permisi dulu, Bu,  selamat siang,  assalamualaikum. "

"Waalaikumsalam."

"Gila Ri,  kamu punya penggemar rahasia juga ternyata,  wah,  aku gak sangka Ri," seloroh Citra saat orang-orang itu sudah pergi. 

"Apaan sih kamu Cit, yang ada aku takut tau gak."

"Takut kenapa? "

"Ya mana tau orang itu berniat jahat? "

"Berniat jahat gimana?  Lha kita ini orang susah,  mana ada orang yang mau melihat kita Ri,  jangankan memberi seperti ini, lha ngelihat kita aja kayak jijik. "

"Jujur apa yang Citra katakan ada benarnya juga,  kita ini orang miskin, jadi siapa yang sudi memberi kita seperti ini secara cuma-cuma,  ah,  aku jadi pusing, " batinku berperang antara akal waras dan tak waras.

"Heh,  malah bengong,  jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya itu sembakonya,  kalau gak mau ya buat aku juga boleh, " seloroh Citra sembari terbahak. 

"Huuu dasar itu sih memang maunya kamu aja."

"Hehehe usaha dikit boleh lah kan. "

"Hemmm yah gak apa,  kalau mau ambil lah setengahnya,  toh ini juga banyak,  aku dan Zahra mana akan habis barang segini banyak."

"Wah,  serius kamu Ri? "

"Iya dong,  buat kamu sahabat terbaikku,  kalau kamu saja mau berbagi padaku dan Zahra saat kamu sendiri juga sedang susah,  lantas apa alasanku untuk tidak membalas kebaikanmu?"

"Owh,  Riri kamu memang teman terbaikku, " ucap Citra sembari memelukku erat. 

"Aduh,  lepas Cit aku gak bisa napas nih. "

"Hehehe maaf Ri,  habis aku terharu," ujar Citra dan aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Citra. 

***

Kejadian datangnya pria tak dikenal ke rumah dengan membawa sembako yang banyak padaku,  ternyata sudah menyebar ke seluruh desa. Aku menjadi buah bibir di desa, bermacam ucapan mereka tentangku,  yang Riri si jablay lah,  Riri si  perempuan gatel lah,  Riri si penjual kenikmatan,  mereka berikan julukan-julukan tak berperikemanusiaan padaku. .Semua itu mereka katakan tanpa mencari tahu dahulu seperti apa cerita awal mulanya,  semuanya mereka serap dan telan mentah-mentah fitnah-fitnah keji itu. 

Mau beribu kali aku mencoba menutup mulut kotor mereka pun percuma,  karena itu sama saja seperti menegakkan benang basah,  yakni melakukan hal yang sudah jelas akan sia-sia.  Jadi daripada aku menyusahkan diriku sendiri untuk berseteru dengan mereka, maka kubiarkan saja mereka mau berkata apa tentangku,  toh suatu saat kebenaran itu akan terungkap. 

Related chapters

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 6

    "Eh kalian tau gak, ternyata si Riri itu beneran jadi simpanan lho, " ucap Bu Ida pada para pembeli, posisinya Bu Ida sedang duduk di kursi dengan arah membelakangi jalan, begitu juga dengan para langganan warung Bu Ida, selain jadi langganan warung, mereka juga menjadi langganan ibu-ibu tukang ghibah. Sementara posisiku ada di belakang mereka kebetulan aku memang ingin membeli sesuatu di warung Bu Ida, jadi tentu saja mereka tidak tahu jika aku mendengar obrolan mereka tentangku. Dan aku pun memang sengaja tidak bersuara lantaran ingin tahu mereka akan bicara ap tentangku. "Ah masa sih Bu? Tau darimana? Nanti kita malah fitnah lagi. ""Yah, Bu Kesi ini gak update informasi di desa ini sih, kan beritanya udah kemana-mana, Bu. ""Iya Bu Kesi, saya juga udah dengar beritanya, tapi ya gitu deh, saya mah diem aja, soalnya takut fitnah, " timpal Bu Lela. "Eh Bu Lela, itu semua benar, aku tau sendiri dari si Lintang, dia sendiri yang ngomong ke aku," ucap Bu Ida. "Ah masa

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 7

    "Oh, begitu ya, mulut kayak Bu Ida ini pantasnya itu dikasih ini! " dengan tiba-tiba aku mengambil cabe setan dengan tanganku sembari meremasnya dan dengan gerakan cepat aku menyumpal segenggam cabe setan itu kedalam mulut Bu Ida , dan sudah aku pastikan rasanya itu pasti sangat pedas."Aaaaa, apa yang kau lakukan Riri! " pekik Bu Ida sembari melepeh cabe di dalam mulutnya. "Itu masih belum seberapa, Bu, setelah ini jika kau berani mengusikku atau keluargaku maka riwayatmu akan tamat! " ujarku sembari menatap tajam Bu Ida. "Begitu juga dengan kalian, jangan asal telan omongan orang yang kalian dengar, bia saja itu fitnah, lagian apa kalian tidak punya kegiatan sehingga hidup kalian itu sibuk mengurusi hidup orang lain! " "En, enggak Ri, itu tadi Bu Ida yang mulai duluan. ""Kurang ajar ya kalian! Besok gak usah agi ngutang di warung ku, dan cepat melunasi hutang kalian! Dan kau Ri lihat saja akan aku balas kau nanti! " ucap Bu Ida murka, lalu Bu Ida meninggalkan tempatnya berdiri d

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 8

    Aku berjalan menuju pintu dan bergegas membukanya, tapi pada saat aku membuka pintu, aku sedikit mengernyitkan dahi, karena ternyata yang datang bukan lah orang yang kukenal. "Assalamualaikum, maaf apa benar ini rumah Ibu Riri orangtua dari Zahra Putri? " "Iya benar. Bu, ada apa ya? ""Boleh saya masuk, Bu? ""Oh, boleh, Bu, mari silahkan, " ucapku mempersilahkan tamu tersebut masuk dan duduk di atas karpet di ruang tamu ku. "Maaf ya, Bu, lesehan, soalnya gak punya sofa. ""Ah, tidak apa-apa Bu Riri. ""Oh iya, maaf kalau boleh tau ada keperluan apa Ibu datang kesini? Dan sepertinya kita belum pernah saling mengenal kan sebelumnya? " ucapku bertanya pada wanita itu."Begini Bu Riri, sebelumnya perkenalkan saya Emi, saya ini guru Tk Ceria, tapi juga sebagai petugas bagian pendaftaran murid baru, jadi saya kesini mau menyerahkan formulir data diri siswa dan mohon Ibu Riri isi," jelas Bu Emi yang membuatku semakin bingung. "Maaf, maksudnya apa ya, Bu, saya gak ngerti? ""Jadi tadi it

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 9

    "Benar dong Sayang, memangnya pernah Ibu berbohong sama Zahra? " "Nggak, Bu," Zahra menjawabku sembari tertawa, menampilkan deretan giginya yang ompong. "Ya Sudah, Ibu pamit kerja dulu ya, sebentar lagi Nenek Tiar akan datang, Ibu perginya sama tante Citra. "Iya Bu, Ibu hati-hati ya, " ucap Zahra dan kujawab dengan seulas senyum di bibirku. *** "Kamu kenapa Ri? Kok kelihatan lagi kayak ada masalah gitu? Coba cerita, mana tau aku bisa kasih solusi," tanya Citra padaku saat kami berjalan menuju pabrik. "Aku lagi bingung Cit. " "Bingung kenapa? " "Kamu masih ingat kan pria yang tempo hari ngasih aku sembako banyak banget, nah beberapa hari kemudian dia datang lagi dan memberikan amplop yang ternyata isinya uang sebesar Lima juta rupiah Cit, terus kemarin tiba-tiba saja ada orang mengaku dari Tk Ceria datang ke rumah, terus dia nyuruh aku isi formulir data siswa, katanya ada seorang pria yang ngaku kakeknya Zahra, daftarim Zahra masuk ke sekolah Tk itu Cit, tapi kamu kan tahu,

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 10

    "Kamu yang sabar Mbak Riri, nanti aku coba cari tahu, aku tanyakan ke teman-teman, siapa tau ada yang mengetahui dimana Anam berada," ujar Toni, ucapannya sedikit memberikan angin segar bagiku. "Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. " "Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gitu saya permisi, yang sabar ya Mbak," ucap Mas Toni dan setelahnya ia berlalu. "Mas Anam, dimana kamu, Mas... " "Sabar Ri, nanti kita cari sama-sama. " "Tapi mau dicari kemana Cit? Aku tidak tahu dimana Mas Anam berada. " "Ri, jangan-jangan benar apa yang kukatakan tadi tentang suamimu yang ternyata ngasih semua itu sama kamu." Aku sedikit termenung, dan mencerna baik-baik apa yang Citra katakan. "Apa iya itu adalah Mas Anam? " "Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. " "Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gi

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 11

    "Kamu? Kerja disini juga? Sebagai apa? " "Sebagai staff HRD lah secara lulusan ku kan D3, dan tugasku sekarang ya membagikan seragam kerja dan mendata siapa saja yang sudah mendapatkan seragam kerja itu, lalu kamu sendiri ngapain kesini? Oh kamu juga mau ambil seragam kerja ya? Pasti jabatannya juga jadi OG karena yah memang hanya itu sih yang pantas untukmu," ucap Bagas sembari senyum mengejek kearahku. Bagas ini sebelas duabelas sama Lintang, memang benar ternyata, pasangan itu cerminan diri, Lintang yang angkuh dan sok kaya itu sama halnya juga dengan Bagas, dia angkuh dan sok, padahal dia disini juga bekerja sebagai bawahan saja, tapi sombongnya udah ngalahin bosnya sendiri, kalau aku yang jadi boss nya udah kupastikan orang seperti si Bagas ini aku pecat. "Ya ampun aku ini ngelamunin apa sih, mau kayak apa si Bagas juga bukan urusanku, urusanku segera ambil seragam dan pulang, " gumamku dalam hati. "Heh, ditanya kok malah bengong, kamu mau ambil seragam juga? " ucapan Bagas

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 12

    Sontak saja aku terkejut hingga tanpa aba-aba lagi aku meludahi wajah Bagas, dan tepat sasaran, air liurku seketika itu mendarat dengan mulus di wajah Bagas yang menjijikkan itu. "Cuih, jangan kegeeran kamu Bagas, bahkan jika aku menjadi orang termiskin di dunia sekalipun tak akan pernah aku menjual tubuh dan cintaku demi orang sepertimu, camkan itu! " tegas kepada Bagas. Kini wajah Bagas sudah memerah antara marah dan malu, tangannya mengepal dan seperti bersiap-siap ingin menerkamku. "Kurang ajar kau Ri, beraninya meludahi wajahku, kau pikir kau itu cantik ha! " "Lalu kalau aku tak cantik kenapa kau merayuku, apa kau sudah tidak laku lagi sehingga kakak iparmu pun kau rayu? Memalukan! " "Jangan sombong kau Ri, bahkan sepuluh kali wanita sepertimu bisa kudapatkan! " "Terserah aku tak peduli, mau sepuluh kek mau seratus sekalipun aku tak peduli, dan aku kesini hanya ingin mengambil seragam, berikan seragam itu dua buah karena aku kemari bersama Citra. " "Kau kira kau bos disi

    Last Updated : 2022-10-27
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 13

    "Zahra...," aku bergegas menuju rumah sembari setengah berlari, dan ternyata di dalam rumahku sudah ada Mas Tio dan juga anaknya Dea, umur Dea dan Zahra sama, hanya beda beberapa bulan saja. Aku masih terdiam sembari mengamati mereka, sementara itu Tio dan Dea juga Zahra posisinya tengah membelakangiku makanya mereka gak tau kalau aku datang, sedangkan Tante Tiar, Ibunya Citra entah ada dimana. Kulihat Zahra menangis sembari menarik sesuatu dari tangan Dea, dan Mas Tio yang menatap tajam Zahra dengan muka memerah, saat Citra ingin menghentikan Mas Tio dan Dea, aku mencegahnya, aku ingin melihat apa yang akan mereka lakukan pada anakku. "Lepaskan, itu berbie aku, Ibu aku yang kasih. " "Gak mau, sekarang ini punya aku, iya kan Pa? " tanya Dea pada Mas Tio. "Iya dong, Ibu kamu itu adik nya Pakde, jadi apapun yang kalian punya, Pakde dan Dea juga berhak memilikinya, " ucap Mas Tio dengan entengnya. Enak sekali dia berbicara begitu, apa dia tidak ingat saat aku membutuhkan bantuan d

    Last Updated : 2022-10-27

Latest chapter

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 90

    "Sudahlah Kartika. Kita baru satu hari di sini. Bersabar saja dulu. Setelah nanti kita laksanakan rencana kita dan berhasil maka kita akan tendang mereka semua dari sini, lagian bukankah kamu tertarik sama Amar waktu papa kasih lihat ftonya padamu? Apa kamu gak mau menyingkirkan Aliyah dari kehidupan Amar?" ucap papa yang membutku sedikit terbellak. Rupanya ada bibit pelakor kecil dalam rumah tanggakuYah, meskipun aku sudah menduganya hanya saja aku tidak sangka jika keluargaku akan dihinggapi benalu seperti mereka. Bergegas kumatikan mode rekam di ponselku. Kurasa ini semua sudah cukup sedikit bukti. Nanti akan kucari tahu apa rencana mereka tentang ini.***"Assalamualaikum!"Suara Mas Amar terdengar dari balik pintu. Be

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 89

    "Kau pikir kau siapa mau menyamakan posisimu dengan suami dan anak-anakku? Apa perlu kuingatkan lagi kalau posisimu dan Papamu itu di sini hanya menumpang? Jadi, sadarlah diri sedikit karena tidak selamanya seorang tuan rumah itu harus welcome pada tamunya," desisku sembari menatap tajam wajah Kartika yang memuakkan itu."Kalau aku tidak mau lalu kau mau apa?" tantang Tika yang juga membalas tatapan mataku tajam."Dengan senang hati aku akan mempersilahkanmu dan Papamu untuk angkat kaki dari rumahku ini," ucapku penuh penekanan. Perlu Kartika ketahui jika seorang Aliyah tidak pernah main-main dalam perkataannya."Memangnya ini rumahmu? Ini rumah Mas Amar, Mas Amar itu kakakku, jadi aku dan Papa juga berhak dong tinggal di sini."

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 88

    "Ini sarapannya, Yah, kalian juga cepat dimakan sarapannya, ini sudah jam enam lebih lima belas menit sebentar lagi masuk sekolah nanti telat," ucapku pada mas Amar dan ketiga anakku yang masing-masing sudah duduk di kursi makan.Tiba-tiba saja papa dan Kartika datang. Tampak sekali kalau mereka baru bangun tidur. Hal itu bisa terlihat dari wajah papa dan Kartika yang terlihat kusut serta papa yang masih menggunakan piyama dan Kartika yang masih menggunakan daster sebatas lutut.Astaghfirullah … bukankah mas Amar kemarin suda mewanti-wanti Kartika untuk memakai baju lebih sopan jika ingin tinggal di sini? Tapi lihatlah penampilan dia saat ini, daster yang dikenakannya selain hanya sebatas di atas lutut juga tidak memiliki lengan dengan bentuk kerah yang rendah ke arah dada."Wah, udah pada sarapan aja, kok gak bangunin kita?" ucap papa membuka percakapan sembari sesekali ngelap iler di sudut bibi

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 87

    "Apa kamu gak mau gitu memberikan dukungan moril sama aku?" ucapku sembari tersenyum penuh arti. Aliyah yang seolah mengerti maksudku pun turut tersenyum serta. Ah, sungguh indah ciptaanMU Tuhan. Beruntungnya aku memiliki istri sepertinya."Tadi 'kan sudah diberi dukungan moril.""Itu 'kan moril pada umumnya. Kalau yang aku maksud moril yang jalur khusus, ah masa Bunda gak paham maksud Ayah sih?""Hahaha, kamu ada-ada sih, Yah, udah kayak kendaraan saja ada jalur khususnya," ucap Aliyah sembari tergelak memperlihatkan lesung pipinya yang membuat tambah manis wajah istriku itu.Tiba-tiba saja ada yang berdesir dalam dada ini. Ah, aku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya pada istriku sendiri. Akhirnya aku dan Aliyah pun memadu kasih dalam balutan hubungan halal ini.Pov AliyahAku mengusap keringat di dahi mas Amar, suamiku. Kami baru

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 86

    "Oh iya, mulai besok baik itu di rumah maupun di kedai jangan lagi berpakaian seperti ini. Terutama di rumah ini, sakit mataku lihat kancing bajumu yang sedari tadi seperti tersiksa karena dipaksa menahan tubuhmu yang besar itu. Pakailah pakaian yang sopan, atau kalau tidak dengan senang hati aku akan memintamu angkat kaki dari rumah ini!" ucapku pada Kartika sembari berdiri berniat ingin meninggalkan ruang tamu yang terasa panas."Iya-iya, Mar, kamu tenang saja, Kartika setelah ini akan memakai baju tertutup kok," ucap Papa cepat."Baguslah kalau begitu, oh iya, Bun, tolong bilang sama Ibu dan Bapak, kita ke rumah mereka besok saja, ini sudah sore takut kemalaman di jalan," ucapku pada Aliyah sebelum benar-benar meninggalkan ruang tamu dan masuk ke dalam kamarku.***"Yah, kamu kenapa?" tanya Aliyah sembari mengusap-usap dadaku yang kata orang bidang akibat dulu setiap hari selalu mendorong gerobak mie ayam

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 85

    Mungkin dulu aku akan menasehati mati-matian jika istriku Aliyah bertindak barbar dan berbicara frontal pada kakak, almarhum adiknya juga pada Bapak mertuaku. Tapi, kini aku merasakan sendiri bagaimana rasa sakit itu muncul dari dasar hati. Sungguh kali ini aku menyesal kenapa dulu berbuat terlalu baik sama orang-orang yang sudah menyakiti istriku."Huft ... "Kuhembuskan napasku demi menghilangkan sesak yang tiba-tiba menghantam dada."Mas, jangan begitu, biar gimana pun beliau orang tua kamu. Bukankah Mas sendiri yang menyuruhku agar selalu menebar kebaikan dan kesabaran dalam menghadapi sesuatu?"Suara merdu Aliyah mampu menghipnotis pikiranku. Yah, aku lupa jika aku pernah menasehatinya seperti itu. Aku seperti seorang pecundang yang pandai menasehati tapi tidak pandai mengerjakan nasehat yang kubuat."Baiklah, mau berapa lama kalian numpang di sini?"&

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 84

    Tak berselang lama Dokter dan perawat itu pun masuk kedalam kamar perawatan Lintang. "Gimana rasanya, Bu? Apakah sudah membaik?" tanya Dokter, sedangkan suster meletakkan buah dan pisaunya di nakas sebelah tempat tidur Lintang. "Dokter, bisa jelaskan kenapa kaki saya hilang?" Akhirnya dengan terpaksa dokter pun menceritakan bagaimana kaki lintang bisa diamputasi, air mata tak hentinya jatuh membasahi pipi Lintang. Lintang merasa semua nasib buruk yang menimpanya sungguh tidak adil. Kenapa, kenapa harus dia, bukan Riri saja yang mengalami semua ini, begitu pikir Lintang. Setelah dokter memberikan penjelasan dan berusaha menghibur Lintang, dokter itu pun pamit, karena masih ada pasien yang harus ditangani. "Yasudah Ibu Lintang, sini biar saya yang kupaskan apelnya," ucap perawat pada Lintang, tapi dengan tegas Lintang menolaknya. "Gak usah, Sus, biar saya saja, lebih baik suster keluar, karena saya mau sendiri sambil menikmati buah ini," ucap Lintang pada perawat, akhirnya perawat

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 83

    "Alhamdulillah, aku kira Mas beneran sudah melakukan itu dengan Lintang.""Enggak Lah, Dek, Mungkin saja Tuhan memang masih menjaga Mas dari niatan jahat Lintang, karena Tuhan tahu hati Mas itu seperti apa.""Terimakasih, mas,""Untuk?""Untuk semuanya, untuk kesetiaanmu, tanggung jawabmu, juga perhatianmu, semoga keluarga kita selalu dalam lindunganNya," Anam dan Riri saling menggenggam erat tangan mereka. Hingga saat Dokter keluar dari ruangan dimana Lintang dirawat."Gimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Anam pada Dokter tersebut."Pasien dalam keadaan koma luka bakarnya cukup serius, yakni 60% seandainya pasien sadar, kami terpaksa memutuskan untuk mengamputasi kakinya, karena api yang membakar tubuh pasien telah mematikan saraf-saraf di kakinya hingga harus diamputasi, berdoa saja semoga pasien secepatnya diberikan kesadaran, dan kita segera lakukan oper

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 82

    "Ya Allah Lintang, kenapa kamu jadi seperti ini sih," ucap Anam dengan wajah sendu."Sabar, Mas, aku juga gak tahu kenapa Lintang sampai segitu bencinya padaku, padahal selama ini aku selalu berusaha baik padanya," ucap Riri."Dek, maafkan Mas ya, Mas sudah gagal mendidik adik Mas.""Ini bukan salahmu, Mas, Lintang dan kamu itu beda rahim, sudah pasti beda watak, bahkan yang satu rahim saja bisa berbeda wataknya, apalagi yang berbeda, aku tak pernah menyalahkanmu, semoga dengan ini menjadikan Lintang sadar sepenuhnya.""Sebenarnya ada yang mau Mas beritahu padamu, kenapa Lintang bisa membencimu.""Kenapa memangnya, Mas?" ucap Riri mengernyitkan dahi.

DMCA.com Protection Status