Share

Bab 13

Penulis: Vyra Fame
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Zahra...," aku bergegas menuju rumah sembari setengah berlari, dan ternyata di dalam rumahku sudah ada Mas Tio dan juga anaknya Dea, umur Dea dan Zahra sama, hanya beda beberapa bulan saja. Aku masih terdiam sembari mengamati mereka, sementara itu Tio dan Dea juga Zahra posisinya tengah membelakangiku makanya mereka gak tau kalau aku datang, sedangkan Tante Tiar, Ibunya Citra entah ada dimana.

Kulihat Zahra menangis sembari menarik sesuatu dari tangan Dea, dan Mas Tio yang menatap tajam Zahra dengan muka memerah, saat Citra ingin menghentikan Mas Tio dan Dea, aku mencegahnya, aku ingin melihat apa yang akan mereka lakukan pada anakku.

"Lepaskan, itu berbie aku, Ibu aku yang kasih. "

"Gak mau, sekarang ini punya aku, iya kan Pa? " tanya Dea pada Mas Tio.

"Iya dong, Ibu kamu itu adik nya Pakde, jadi apapun yang kalian punya, Pakde dan Dea juga berhak memilikinya, " ucap Mas Tio dengan entengnya.

Enak sekali dia berbicara begitu, apa dia tidak ingat saat aku membutuhkan bantuan d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 14

    "Lalu apa kau sudah sopan padaku Ri! Aku ini tamu, harusnya kau jamu, tapi malah kau pukuli pakai kayu. " "Iya tamu, lebih tepatnya tamu yang tak diharapkan, lagian Mas Tio mau apa sih kesini? Bukannya Mas Tio pernah ngomong kalau tak sudi menginjakkan kaki di rumahku karena najis takut ketularan miskin? " "Aku mau ambil sebagian sembako di rumahmu, aku dengar kau di kasih sembako sangat banyak, dan aku pikir kau tidak terlalu membutuhkan sembako sebanyak itu, jadi aku merasa sebagai abangmu aku juga berhak atas sembako-sembako yang kau dapatkan, " ucap Mas Tio tanpa beban, sedangkan aku dan Citra tak bisa menutup mulut kami yang menganga karena tidak habis pikir dan cukup terkejut dengan apa yang Mas Tio katakan. "Dapat ilmu darimana wahai abangky yang terhormat, bukankah kau bilang tidak ada yang gratis di dunia ini, dan jika kita saudara maka itu hanya sebuah julukan, tapi tidak dengan uang dan barang, dalam hal uang dan barang tidak ada yang namanya saudara, begitu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 15

    "Yaudah yuk masuk," aku mengajak Citra masuk ke dalam rumah, tapi belum sempat kaki kami melangkah, sebuah suara yang ku kenal memekakkan telingaku. "Riri! Orang miskin sialan ya kamu! Kamu apakan Mas Tio dan Dea ha! " Mbak Tiwi sudah berkacak pinggang sembari memaki di depan rumahku. "Kenapa gak tanya sendiri sama orangnya langsung?" "Aku sudah tanya, tadi katanya kamu memukul Mas Tio pake sapu, terus kamu juga gak kasih boneka barbie yang Dea minta, sekarang mana boneka barbie nya, juga sembako yang mau di ambil sama Mas Tio!" perintah Mbak Tiwi dengan gayanya yang angkuh. Cih, dia pikir dia siapa, dan aku tidak akan diam saja kali ini, sudah cukup orang-orang itu menghina dan menginjak-injak diriku selama ini. "Kalau aku tidak mau? " "Berani ya kau sama aku ha! Dasar orang miskin, kalau miskin ya miskin aja tapi belagunya bukan main. " "Ooo miskin ya, sudah tau miskin kenapa kau mengemis padaku? " ucapanku sontak membuat kedua mata Mbak Tiwi membelalak. "Siap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 16

    Aku merebahkan tubuhku ke atas kasur, kasur yang tadinya sudah sangat tipis karena sudah termakan usia itu kini sudah berganti dengan springbed yang diberikan oleh orang-orang misterius itu, hingga saat ini aku masih belum tau siapa mereka dan apa maksud mereka memberikan secara cuma-cuma uang dan barang yang begitu banyak padaku, penat otak ini kurasa karena memikirkannya. Nama kampung ini adalah kampung Ramai, yah, persis dengan namanya kebanyakan orang-orang disini sangat suka dengan keramaian, apapun itu, mulai dari hajatan, syukuran, bahkan perkelahian yang mengundang banyak orang berkumpul juga sudah hal biasa di kampung ini, bagaimana tidak jika para penghuni kampung ini pun memang hobi dengan kebisingan. Terkadang aku lelah tinggal disini, rasanya ingin pindah saja dari sini, kalau bukan karena selain aku tak punya uang untuk membeli hunian baru, disini juga ada Citra, sahabat sejatiku, yang selalu ada disaat aku butuh. Kampung ini juga yang menjadi saksi bisu pertemuan antar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 17

    Hari ini adalah hari sibuk bagi warga kampung Ramai, bagaimana tidak, karena hari ini sebuah pabrik besar akan mengadakan acara syukuran mewah, dan warga desa yang menjadi tamu undangannya. Begitu juga aku, Citra, dan Zahra, kami sangat antusias menyambut acara besar hari ini, sedari pagi aku dan Zahra sudah bersiap-siap untuk menghadiri acara tersebut, hanya tinggal menunggu Citra datang menjemput saja, setelahnya kita akan berangkat ke gedung yang memang dibangun pabrik untuk kalau ada acara-acara penting seperti ini. "Bu, kita mau pergi ke pesta ya, Bu? " tanya anakku saat ia sudah mengenakan baju cantiknya, cantik bagi kami tapi belum tentu cantik bagi orang lain, tapi ya memang hanya baju itu yang paling bagus yang anakku miliki. "Iya sayang, kamu seneng gak? " "Seneng dong, Bu, disana pasti ada banyak makanan enaknya, ya kan, Bu? " "Tentu saja, tapi zahra harus ingat pesan Ibu, jika ditempat orang tidak boleh lasak, tidak boleh meminta-minta jika tidak diberi sama pemilikny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 18

    Akhirnya dengan terpaksa aku menuruti permintaan orang asing di depanku ini. Aku, Zahra Citra juga Bu Tiar akhirnya masuk kedalam mobil yang telah dibukakan pintunya oleh orang tersebut. *** Tak membutuhkan waktu yang lama, karena memang jarak tempuhnya tidaklah jauh, saat aku datang ternyata sudah banyak warga yang juga ikutan datang ke acara itu, dan saat mobil yang dinaiki sampai di halaman depan gedung, banyak pasang mata yang melihat ke arah kami, dan jujur aku sedikit merasa tidak nyaman dengan pandangan yang mereka berikan untukku nanti. Setelah orang itu turun, lalu dia berlari kecil ke arah pintu penumpang yang aku duduki, lalu membukanya, perlahan aku turun, disusul dengan Zahra, Citra kemudian Bu Tiar, sekilas aku melihat sekumpulan warga yang sangat kukenal, yakni Bu Ida serta geng ghibahnya, Mas Tio beserta istri dan anaknya, Mbak Meri beserta suami nya, dan Lintang yang juga dengan suaminya, mereka menatapku seolah tidak percaya jika yang ada di dalam mobil mewah ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 19

    Tapi ternyata Cinta dan sayang Ibu Intan tulus untuk Pak Hadi, Ibu Intan tidak peduli jika Pak Hadi tidak memiliki harta yang berlimpah. Hingga akhirnya Pak Hadi dan Ibu Intan memutuskan untuk tetap menikah meskipun tanpa restu dari orangtua Bapak Hadi. Saat tahu pernikahan diam-diam mereka, orangtua Pak Hadi marah besar, ia lantas mencoret nama Pak Hadi sebagai anak satu-satunya mereka. Dari pernikahan Pak Hadi dan Bu Intan, mereka akhirnya dikaruniai seorang putri yang sangat cantik, tapi sayang lagi dan lagi rumahtangga mereka kembali diuji oleh yang maha kuasa. Ayah dari Pak Hadi jatuh sakit, karena saat itu usahanya sudah diambang kehancuran, orang tua Pak Hadi akhirnya meminta maaf karena kesalahan yang telah diperbuat, hingga akhirnya Pak Hadi dan Bu Intan datang untuk kembali membangun perusahaan yang sudah hampir bangkrut itu, dengan lapang dada Ibu Intan memaafkan kedua orangtua Bapak Hadi yang dulu pernah menolak dan menghinanya lantaran beda status. Tapi sayang, Ibu Intan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 20

    "Mari Ibu Riri Novianti Wicaksono, silahkan naik keatas panggung, dan sambut kedua orangtua kandung Ibu Riri," ucapan pembawa acara menghentikan gelak tawa yang riuh dari para warga. Sementara aku masih tak menyangka jika aku tidak bermimpi, aku menoleh ke arah Citra dan ternyata Citra sudah menatap haru kearahku, begitu juga dengan Bu Tiar, sementara itu Zahra masih diam karena tidak paham dengan apa yang sudah terjadi. "Cit, " ucapku memanggil nama Citra, masih kurasakan tanganku gemetar saat mencoba memegang tangan Citra. "Naiklah Ri, mungkin sudah saatnya Tuhan menaikkan derajat keluargamu, kita tidak pernah tahu apa rencana terbaik yang Tuhan kasih untuk kita, " ucap Citra bijak padaku. Sebelum aku memutuskan untuk naik keatas panggung, aku terlebih dahulu memeluk Citra, sahabat sejati, yang sudi menemaniku disaat hinaan dan cacian menerpa keluargaku. Hanya dia yang masih mau menjadi teman terbaikku bahkan sudah kuanggap sebagai seorang kakak. "Naiklah, orang tua kandungmu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 21

    "Riri, ayo kita makan dulu, udah dulu kangen-kangen nya, dilanjut nanti lagi, Papa udah laper nih, " ucap Papa sembari mengelus perutnya yang buncit. "Emm, Pa, boleh aku ajak sahabat aku? " tanyaku pada Papa. "Boleh dong Sayang, silahkan saja, terserah kamu mau ajak berapa orang yang kamu mau. " "Makasih ya, Pa. " Aku pun turun dari panggung dan menghampiri Citra dan Bu Tiar. Kutinggalkan Zahra yang masih dalam gendongan Papa, aku biarkan mereka menuangkan rasa rindu yang membuncah pada cucunya. "Citra ayo kita makan bareng, aku udah laper. " "Aku makan sama yang lain aja Ri, gak enak takut ganggu. " "Kamu ini kayak sama siapa aja. Biasanya juga selonang selonong." "Kan beda Ri, Riri yang sekarang adalah seorang jutawan, anak pengusaha." "Kamu nih apa-apaan sih, Aku ya tetap Riri yang dulu, gak pernah berubah, udah ayo ikut, pokoknya gak boleh nolak. " "Yaudah deh, ayo, Bu, " ucap Citra pada Bu Tiar. Saat aku, Citra dan Bu Tiar akan menghampiri Papa, Mama dan juga Zahra yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 90

    "Sudahlah Kartika. Kita baru satu hari di sini. Bersabar saja dulu. Setelah nanti kita laksanakan rencana kita dan berhasil maka kita akan tendang mereka semua dari sini, lagian bukankah kamu tertarik sama Amar waktu papa kasih lihat ftonya padamu? Apa kamu gak mau menyingkirkan Aliyah dari kehidupan Amar?" ucap papa yang membutku sedikit terbellak. Rupanya ada bibit pelakor kecil dalam rumah tanggakuYah, meskipun aku sudah menduganya hanya saja aku tidak sangka jika keluargaku akan dihinggapi benalu seperti mereka. Bergegas kumatikan mode rekam di ponselku. Kurasa ini semua sudah cukup sedikit bukti. Nanti akan kucari tahu apa rencana mereka tentang ini.***"Assalamualaikum!"Suara Mas Amar terdengar dari balik pintu. Be

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 89

    "Kau pikir kau siapa mau menyamakan posisimu dengan suami dan anak-anakku? Apa perlu kuingatkan lagi kalau posisimu dan Papamu itu di sini hanya menumpang? Jadi, sadarlah diri sedikit karena tidak selamanya seorang tuan rumah itu harus welcome pada tamunya," desisku sembari menatap tajam wajah Kartika yang memuakkan itu."Kalau aku tidak mau lalu kau mau apa?" tantang Tika yang juga membalas tatapan mataku tajam."Dengan senang hati aku akan mempersilahkanmu dan Papamu untuk angkat kaki dari rumahku ini," ucapku penuh penekanan. Perlu Kartika ketahui jika seorang Aliyah tidak pernah main-main dalam perkataannya."Memangnya ini rumahmu? Ini rumah Mas Amar, Mas Amar itu kakakku, jadi aku dan Papa juga berhak dong tinggal di sini."

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 88

    "Ini sarapannya, Yah, kalian juga cepat dimakan sarapannya, ini sudah jam enam lebih lima belas menit sebentar lagi masuk sekolah nanti telat," ucapku pada mas Amar dan ketiga anakku yang masing-masing sudah duduk di kursi makan.Tiba-tiba saja papa dan Kartika datang. Tampak sekali kalau mereka baru bangun tidur. Hal itu bisa terlihat dari wajah papa dan Kartika yang terlihat kusut serta papa yang masih menggunakan piyama dan Kartika yang masih menggunakan daster sebatas lutut.Astaghfirullah … bukankah mas Amar kemarin suda mewanti-wanti Kartika untuk memakai baju lebih sopan jika ingin tinggal di sini? Tapi lihatlah penampilan dia saat ini, daster yang dikenakannya selain hanya sebatas di atas lutut juga tidak memiliki lengan dengan bentuk kerah yang rendah ke arah dada."Wah, udah pada sarapan aja, kok gak bangunin kita?" ucap papa membuka percakapan sembari sesekali ngelap iler di sudut bibi

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 87

    "Apa kamu gak mau gitu memberikan dukungan moril sama aku?" ucapku sembari tersenyum penuh arti. Aliyah yang seolah mengerti maksudku pun turut tersenyum serta. Ah, sungguh indah ciptaanMU Tuhan. Beruntungnya aku memiliki istri sepertinya."Tadi 'kan sudah diberi dukungan moril.""Itu 'kan moril pada umumnya. Kalau yang aku maksud moril yang jalur khusus, ah masa Bunda gak paham maksud Ayah sih?""Hahaha, kamu ada-ada sih, Yah, udah kayak kendaraan saja ada jalur khususnya," ucap Aliyah sembari tergelak memperlihatkan lesung pipinya yang membuat tambah manis wajah istriku itu.Tiba-tiba saja ada yang berdesir dalam dada ini. Ah, aku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya pada istriku sendiri. Akhirnya aku dan Aliyah pun memadu kasih dalam balutan hubungan halal ini.Pov AliyahAku mengusap keringat di dahi mas Amar, suamiku. Kami baru

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 86

    "Oh iya, mulai besok baik itu di rumah maupun di kedai jangan lagi berpakaian seperti ini. Terutama di rumah ini, sakit mataku lihat kancing bajumu yang sedari tadi seperti tersiksa karena dipaksa menahan tubuhmu yang besar itu. Pakailah pakaian yang sopan, atau kalau tidak dengan senang hati aku akan memintamu angkat kaki dari rumah ini!" ucapku pada Kartika sembari berdiri berniat ingin meninggalkan ruang tamu yang terasa panas."Iya-iya, Mar, kamu tenang saja, Kartika setelah ini akan memakai baju tertutup kok," ucap Papa cepat."Baguslah kalau begitu, oh iya, Bun, tolong bilang sama Ibu dan Bapak, kita ke rumah mereka besok saja, ini sudah sore takut kemalaman di jalan," ucapku pada Aliyah sebelum benar-benar meninggalkan ruang tamu dan masuk ke dalam kamarku.***"Yah, kamu kenapa?" tanya Aliyah sembari mengusap-usap dadaku yang kata orang bidang akibat dulu setiap hari selalu mendorong gerobak mie ayam

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 85

    Mungkin dulu aku akan menasehati mati-matian jika istriku Aliyah bertindak barbar dan berbicara frontal pada kakak, almarhum adiknya juga pada Bapak mertuaku. Tapi, kini aku merasakan sendiri bagaimana rasa sakit itu muncul dari dasar hati. Sungguh kali ini aku menyesal kenapa dulu berbuat terlalu baik sama orang-orang yang sudah menyakiti istriku."Huft ... "Kuhembuskan napasku demi menghilangkan sesak yang tiba-tiba menghantam dada."Mas, jangan begitu, biar gimana pun beliau orang tua kamu. Bukankah Mas sendiri yang menyuruhku agar selalu menebar kebaikan dan kesabaran dalam menghadapi sesuatu?"Suara merdu Aliyah mampu menghipnotis pikiranku. Yah, aku lupa jika aku pernah menasehatinya seperti itu. Aku seperti seorang pecundang yang pandai menasehati tapi tidak pandai mengerjakan nasehat yang kubuat."Baiklah, mau berapa lama kalian numpang di sini?"&

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 84

    Tak berselang lama Dokter dan perawat itu pun masuk kedalam kamar perawatan Lintang. "Gimana rasanya, Bu? Apakah sudah membaik?" tanya Dokter, sedangkan suster meletakkan buah dan pisaunya di nakas sebelah tempat tidur Lintang. "Dokter, bisa jelaskan kenapa kaki saya hilang?" Akhirnya dengan terpaksa dokter pun menceritakan bagaimana kaki lintang bisa diamputasi, air mata tak hentinya jatuh membasahi pipi Lintang. Lintang merasa semua nasib buruk yang menimpanya sungguh tidak adil. Kenapa, kenapa harus dia, bukan Riri saja yang mengalami semua ini, begitu pikir Lintang. Setelah dokter memberikan penjelasan dan berusaha menghibur Lintang, dokter itu pun pamit, karena masih ada pasien yang harus ditangani. "Yasudah Ibu Lintang, sini biar saya yang kupaskan apelnya," ucap perawat pada Lintang, tapi dengan tegas Lintang menolaknya. "Gak usah, Sus, biar saya saja, lebih baik suster keluar, karena saya mau sendiri sambil menikmati buah ini," ucap Lintang pada perawat, akhirnya perawat

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 83

    "Alhamdulillah, aku kira Mas beneran sudah melakukan itu dengan Lintang.""Enggak Lah, Dek, Mungkin saja Tuhan memang masih menjaga Mas dari niatan jahat Lintang, karena Tuhan tahu hati Mas itu seperti apa.""Terimakasih, mas,""Untuk?""Untuk semuanya, untuk kesetiaanmu, tanggung jawabmu, juga perhatianmu, semoga keluarga kita selalu dalam lindunganNya," Anam dan Riri saling menggenggam erat tangan mereka. Hingga saat Dokter keluar dari ruangan dimana Lintang dirawat."Gimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Anam pada Dokter tersebut."Pasien dalam keadaan koma luka bakarnya cukup serius, yakni 60% seandainya pasien sadar, kami terpaksa memutuskan untuk mengamputasi kakinya, karena api yang membakar tubuh pasien telah mematikan saraf-saraf di kakinya hingga harus diamputasi, berdoa saja semoga pasien secepatnya diberikan kesadaran, dan kita segera lakukan oper

  • KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN   Bab 82

    "Ya Allah Lintang, kenapa kamu jadi seperti ini sih," ucap Anam dengan wajah sendu."Sabar, Mas, aku juga gak tahu kenapa Lintang sampai segitu bencinya padaku, padahal selama ini aku selalu berusaha baik padanya," ucap Riri."Dek, maafkan Mas ya, Mas sudah gagal mendidik adik Mas.""Ini bukan salahmu, Mas, Lintang dan kamu itu beda rahim, sudah pasti beda watak, bahkan yang satu rahim saja bisa berbeda wataknya, apalagi yang berbeda, aku tak pernah menyalahkanmu, semoga dengan ini menjadikan Lintang sadar sepenuhnya.""Sebenarnya ada yang mau Mas beritahu padamu, kenapa Lintang bisa membencimu.""Kenapa memangnya, Mas?" ucap Riri mengernyitkan dahi.

DMCA.com Protection Status