“What?” teriak Clara kencang yang langsung membuat beberapa orang di sekitar mereka menatap dengan spontan sejenak. “Pelan-pelan bego!” balas Valerie sembari tersenyum simpul. Karena perbuatan Clara itu, Valerie harus meminta maaf kepada pelanggan lain di sekeliling mereka. “Itu beritanya besar banget tau nggak?” ucap Clara. “Enggak juga,” balas Valerie singkat. Mereka baru saja selesai menceritakan tentang Valerie yang baru saja menikah dan alasan di balik itu semua. “Terus, kamu beneran sepupunya?” tanya Clara memastikan. Aldo mengangguk pelan ketika mendengar pertanyaan itu, “Iya,” ucap Aldo singkat. Pemuda itu sedang asik dengan makan siangnya. “Harusnya kamu itu tau alasannya. Masa sepupu sendiri nikah tapi kamu nggak tau?” kata Clara lagi. Beginilah jika mereka membahas masalah hubungan dengan Clara. Dia tidak akan puas hanya dengan cerita singkat. Meski kenyataannya semua kejadian yang terjadi benar-benar sesingkat itu. “Kamu beneran nggak tau?” kata Clara lagi. Wani
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Valerie baru saja tiba di rumah Sean. Dia berjalan perlahan dan tidak perlu bersusah payah memikirkan Sean yang sudah berada di rumah atau tidak. Valerie menenteng bingkisan yang belum dia ketahui isinya. Meskipun Aldo mengatakan bahwa dia tahu tentang isi bingkisan itu, pemuda itu tidak berniat untuk memberitahu Valerie. Itu adalah bingkisan yang dia dapatkan dari ibunya Sean siang tadi. “Tapi Tante Riana itu bukan Ibu kandungnya Kak Sean,” Kini Valerie teringat akan kalimat yang Aldo katakan sebelum mereka berpisah beberapa saat yang lalu. Pemuda itu tidak mengatakan lebih lanjut, dan Valerie tidak berpikir untuk bertanya lebih jauh. Pernikahan mereka hanya akan berlangsung selama setahun, dan setelah itu dirinya dan Sean tidak akan pernah lagi saling berhubungan. “Ahh, apa artinya setelah berpisah nanti, aku juga harus mengundurkan diri?” ucap Valerie pelan. Dirinya tidak mungkin terus bekerja di perusahaan milik Ayah mantan suami kont
Keesokan paginya, Valerie bersiap untuk berangkat ke kantor. Dia memeriksa semua barangnya dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Hari ini dia sudah berganti posisi menjadi manajer keuangan, dan akan bertemu dengan asistennya hari ini.“Ehh, sebentar,” ujar Valerie.Dia berdiri di depan cermin dan memasukkan beberapa barang ke dalam tas tangan miliknya. Dia juga tidak lupa merapikan penampilannya dan tersenyum puas. Dia merasa berbeda sekali hari ini, tetapi juga menjadi lebih bersemangat.Setelah merasa bahwa tidak ada lagi yang perlu dia lakukan, Valerie lantas beranjak ke luar. Dia akan sarapan lebih dulu.Di lain sisi, Sean juga sudah siap dengan pakaian kantornya. Dia sedang memeriksa beberapa hal dan menjadi sangat fokus dengan tablet di tangannya.“Selamat pagi, Tuan!” sapa para pelayan ketika Sean berjalan melewati mereka.Bukan Sean namanya jika dia akan bersikap baik dengan para pe
Karena terus didesak oleh Putra dengan segala pertanyaan aneh yang tidak pernah berhenti sejak tadi, akhirnya Sean memutuskan untuk kembali lebih awal ke rumah.“Yes! let’s go boss!” ujar Putra.Bisa dilihat betapa Putra begitu kegirangan ketika dia berhasil membuat Sean mendengarkan perkataannya. Mereka berdua berkendara dengan Putra yang mengemudi, dan Sean yang sedang melakukan sesuatu dengan tabletnya.Sean memang mengerjakan sesuatu menggunakan tablet berukuran sedang yang sering dia bawa jika berada di luar kantor. Bahkan saat berkendara sekalipun, Sean akan tetap memeriksa banyak hal.“Ini laporan buat besok..” ucap Sean yang mulai membahas pekerjaan dengan Putra.Sore itu jalanan memang tampak macet, dan mobil yang dikendarai Sean dan Putra melaju dengan perlahan. Sebenarnya itu tidak begitu mengejutkan mengingat sekarang adalah jam pulang kantor.Ketika Putra mengemudikan mobil i
Sesampainya di rumah, Valerie langsung memakirkan mobil kantor miliknya. Tetapi sebelum itu dia berbicara dengan sopir sebentar.“Ini mobilnya masih bisa diparkir di sini, pak?” tanya Valerie setelah turun dari mobilnya. Dia sengaja bertanya lebih dulu sehingga tidak akan menimbulkan masalah nantinya.“Masih ada, nyonya,” jawab sopir itu.Valerie mengangguk pelan seraya menatap ke sekelilingnya, “Semua ini mobilnya Sean yah pak?” tanya Valerie lagi.Untuk seseorang yang hanya akan menggunakan satu mobil terasa begitu berlebihan ketika menyadari Sean memiliki koleksi mobil sebanyak itu. Valerie tahu jika itu semua bisa dijadikan investasi, itu jika Sean memang mengoleksi semua itu dengan tujuan tertentu dan bukan hanya sekedar hobi.“Ini semua memang punya Tuan, nyonya. Tuan memang suka mengoleksi mobil,” balas Pak Sopir.Pria paruh baya itu tampak jujur ketika dia mencer
Sesampainya di kamar, Sean langsung melemparkan tabletnya di atas sofa begitu saja. Dia melepaskan jas kantornya dan mencopot dasinya dengan gerakan cepat.“Huh!”Pria itu merasa seolah oksigen di sekitarnya menjadi menipis sehingga dia kesusahan untuk bernapas. Ruangan yang begitu besar disertai penyejuk ruangan itu juga tidak membantu sama sekali sekarang.Akhirnya Sean berjalan menuju kaca besar yang ada di kamarnya, dan segera menuju balkon. Mungkin saja suasana di luar ruangan akan menjadi lebih baik. Sean berdiri di dekat pembatas balkon sembari menatap sekeliling.Sepanjang malam itu, Sean terus saja memikirkan tentang Valerie dan tidak bisa melakukan pekerjaan apapun dengan tenang. Fokusnya menjadi kacau dan benar dugaannya, kalau dia tidak bisa mengendalikan dirinya kali ini.. . .Keesokan harinya, Sean sudah bergegas lebih dulu untuk keluar. Dia tidak bisa tidur sepanjang malam sehingga bergegas
Siang itu, Valerie dan asisten pribadinya sedang berada di sebuah restoran untuk bertemu dengan klien. Restoran itu juga cukup besar serta memiliki ruangan khusus untuk mengadakan pertemuan atau membahas hal yang privasi seperti bisnis.“Ini kliennya sepertinya masih di jalan, mba,” ucap Nana-Asisten pribadi Valerie.Valerie juga sudah bisa menebak hal itu, “It’s okay, kita tunggu sebentar,” balas Valerie.Setelah mereka berdua menunggu selama beberapa saat, akhirnya klien yang ditunggu datang juga, “Selamat siang!” sapa Pak Fian, klien mereka.“Selamat siang, pak,” balas Valerie.Mereka saling berjabat tangan dan Pak Fian tidak lupa meminta maaf atas keterlambatannya hari ini. Beliau juga menyampaikan beberapa hal singkat sebelum mulai membahas urusan bisnis, “Saya hari ini tidak ditemani asisten, jadi mohon pengertiannya,” ucap Pak Fian.Barulah setel
Karena Nana yang tidak kunjung datang, Valerie akhirnya menjadi penasaran. Dia tidak berpikir bahwa Nana sedang melakukan pembahasan bisnis melalui ponselnya.“Apa yang sedang dilakukan Nana?” ujar Valerie.Setelah menunggu selama beberapa saat dan dia sudah semakin merasa penasaran, Valerie akhirnya memutuskan untuk menelpon asistennya itu, “Kenapa tidak diangkat?” ucap Valerie.Ketika Valerie menatap sekeliling dan mencoba mencari keberadaan Nana, saat itu tatapannya tanpa sengaja menemukan sesuatu.“Ahh, dia membuatku kaget saja,” batin Valerie.Saat itu, dia menyadari bahwa tidak jauh dari tempat duduknya, di sana terdapat Sean dengan tatapan tajam yang menatapnya tanpa berkedip sama sekali. Valerie juga bisa melihat keberadaan Putra yang kini mencoba melambaikan tangan ke arahnya.Akhirnya Valerie beranjak dari duduknya, dan di saat yang sama Nana menjawab panggilan teleponnya.