Share

Bab 2# Tidak Perlu Dipikirkan

Beberapa saat telah berlalu, dan Valerie telah sampai di depan sebuah rumah yang terlihat sangat megah, rumah itu pasti memiliki harga yang fantastis.

Namun valerie bukan orang yang suka akan hal-hal mewah seperti itu, apalagi jika itu adalah milik orang lain. Dia juga harus sadar diri.

“Masuklah!” ucap Sean, kali ini pria itu berbicara dengan suara yang tenang, Valerie hanya mengikuti ucapan pria itu.

“Sebentar,” cegah Valerie sebelum Sean menyuruhnya masuk untuk mengikutinya, “Bagaimana dengan Papa saya?” tanya Valerie memastikan. Itu karena dia tidak langsung dibawa pergi, tanpa melihat papanya yang entah sudah dibuka ikatannya atau tidak.

Sean hanya diam dan tidak menjawab, hal itu semakin membuat Valerie gelisah, “Bukankah saya dan anda sudah setuju tadi?” ulang Valerie lagi, dia berhenti ditempatnya dan itu membuat Sean juga berhenti.

Pria itu menatap Valerie sembari meletakkan kedua lengannya di pinggang, “Saya tidak ingin menjawab, sebelum kamu masuk.” jelas Sean.

Dia mencoba memberi penawaran, tapi dia mungkin lupa bahwa Valerie sangat keras kepala. “Tidak sebelum anda menjawab pertanyaan saya.” balas Valerie tidak mau kalah.

“Ya sudah, kalau begitu berdiri saja di sana,” kata Sean yang mulai kembali melanjutkan langkahnya.

Valerie menatap dengan tatapan bingung, “Apa itu artinya, saya boleh pulang?” teriak Valerie yang akhirnya bisa membuat Sean kembali menghentikan langkahnya.

“Perempuan ini, benar-benar,” Sean berbalik dan berjalan menuju tempat Valerie berdiri dengan cepat.

Valerie langsung bersikap siaga saat melihat Sean yang semakin mendekat kearahnya, “Apa yang kamu lakukan?” ucap Valerie ketika Sean mengangkatnya seperti karung beras yang sepertinya tidak terasa berat sama sekali.

“Berhenti mengomel, kau benar-benar menyebalkan!” kata Sean, setelahnya, sean mengajak Valerie masuk ke dalam rumah mewah miliknya.

“Lepaskan!” teriak Valerie tapi Sean bersikap seolah dia tidak mendengar apapun.

Sean menurunkan Valerie dan dia bisa melihat beberapa orang yang sedang menatap mereka saat ini.

“Selamat sore, Tuan!” Sapa beberapa orang yang sepertinya pekerja disana, mereka bahkan bukan hanya beberapa, sepertinya lebih dari dua puluh orang.

“Dengar semua, Dia ini, adalah calon nyonya Leonardo!” ucap Sean.

Semua pekerja itu, hanya menunduk sopan di sana, Valerie tahu pria itu menginginkan ganti rugi, tapi dia tidak pernah berkata apapun soal pernikahan. Valerie ingin membantah ucapan pria itu, tetapi saat dia akan membuka mulutnya..

“Mmmpphh!”

Valerie tidak bisa berkata apapun karena pria itu langsung menciumnya dengan paksa, bahkan semua pekerja di sana, langsung mengalihkan pandangan mereka ke sembarang arah.

“Menurutlah, dan jangan membantah,” ucap Sean sembari mengelap bibir Valerie. Valerie yang diperlakukan seperti itu, malah membuang muka karena marah.

.  .  .

Sean sudah pergi dari sana sejak beberapa detik yang lalu, jadilah Valerie diantarkan oleh pekerja disana.

“Mari nyonya, Saya antar ke kamar,” Ucap bibi dengan ramah.

Valerie mengangguk sebagai jawaban, “Terimakasih!” balas Valerie yang tidak tahu siapa nama bibi itu.

“Panggil saja Tina, Nyonya.” kata bibi seperti bisa membaca pikiran Valerie.

Valerie diajak kesebuah kamar yang sangat luas dan dia hanya menurut di belakang, “Apa ini kamar utama rumah ini?” tanya Valerie memastikan.

“Bukan nyonya,” jawab bibi.

Valerie hanya mengangguk, “Jika kamar ini saja sudah sangat luas, bagaimana kamar utamanya?” pikir Valerie.

“Bi!” panggil Valerie, “Apa pria tadi itu, seorang mafia?” tanya Valerie langsung, Dia sangat penasaran tentang status pria itu sejak tadi.

“Tentu saja tidak, Nyonya,” balas bibi sembari tertawa, “Tuan itu tidak seperti yang nyonya pikirkan,” jelas bibi lagi.

Namun valerie masih saja merasa kebingungan, “Tuan adalah seorang CEO. Jangan terlalu dipikirkan, istirahatlah nyonya, saya akan datang lagi nanti.” kata bibi setelah mereka terdiam sesaat

Valerie mengangguk dan menurut saja, meski begitu, dia masih sedang memikirkan tentang papanya, “Eh, di mana tasku?” ujar Valerie setelah dia teringat bahwa dia membawa tas tangan miliknya tadi.

“Aku pasti meninggalkannya di mobil pria itu,” kata valerie lagi.

Di lain sisi, Sean sedang sibuk dengan ponsel pintarnya, entahlah apa yang sedang dia lakukan.

Setelah beberapa saat berkutat dengan ponselnya, Sean lalu memegang bibirnya, "Ahh sial! Kenapa aku masih bisa merasakan ciuman itu?” ujar Sean.

Dia mencoba menghilangan valerie dari pikirannya, tapi itu percuma saja. Dia malah semakin kepikiran tentang wanita itu.

~Apa aku terdengar seperti sedang meminta persetujuan?~

Tok tok tok

Terdengar sebuah ketukan di pintu kamar yang sedang valerie tempati, mendengar itu, Valerie langsung berjalan untuk membukanya.

“Selamat malam, Nyonya!” sapa seorang wanita yang berdiri sembari membawa banyak barang di tangannya.

“Malam!” Balas Valerie, dia menatap wanita didepannya dengan tatapan penasaran, “Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Valerie dan wanita itu mengangguk.

Valerie tidak perlu bertanya lagi dan mulai berucap, “Baiklah, silahkan masuk!” ucap Valerie mempersilahkan, Dia bahkan membantu wanita itu dengan membawa beberapa barangnya.

“Tidak perlu Nyonya, biar saya saja,” ucap wanita itu.

“Tidak apa,” balas Valerie.

Valerie kira, hanya wanita itu yang datang, tapi ternyata, beberapa pelayan di sana datang dan membawa banyak barang ke kamar Valerie.

Setelah barang-barang itu diletakkan, Valerie mulai bertanya, “Apa akan ada acara?” tanya Valerie yang masih memperhatikan mereka.

“Tentu saja, Nyonya,” balas wanita yang tidak Valerie ketahui namanya itu, “Tapi tenang saja, Saya akan membantu nyonya untuk bersiap.” Ucapnya lagi.

Beberapa saat sudah berlalu, bukannya merasa tenang, Valerie malah semakin kebingungan di sana.

“Sepertinya kalian salah, karena saya tidak sedang merancanakan pernikahan,” jelas Valerie.

“Tidak nyonya, ini sesuai perintah Tuan Sean.” balas mereka.

Valerie mengangkat alisnya bingung, “Siapa Sean?” tanya Valerie.

Mereka semua melihat satu sama lain, “Beliau tuan besar rumah ini, Nyonya, calon suami Nyonya,” kata bibi.

Ah, Valerie baru teringat tentang pria yang tadi membawanya kesini, siapa lagi kalau bukan pria itu?

“Apa aku harus menikah secepat ini?” batin Valerie.

Beberapa saat telah berlalu, dan Valerie hanya duduk diam sembari menatap refleksi dirinya di cermin.

“Apa ini nyata?” ucap Valerie. “Rasanya, aku baru saja menghidangkan sarapan pagi ini untuk Papa,” lanjut Valerie lagi.

Saat valerie sedang sibuk memikirkan tentang papanya, seseorang malah mengetuk pintu kamar valerie, "Masuk!” ucap Valerie mempersilahkan.

“Permisi Nyonya, Saya ingin mengatakan bahwa Nyonya harus segera pergi ke tempat acara,” jelas bibi.

Valerie hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, setelah itu, bibi langsung membantunya untuk beranjak dari sana.

Valerie menuruni anak tangga itu satu persatu, dia hanya berjalan sembari menatap orang-orang yang ada di lantai dasar rumah itu. Tidak ada satupun yang dia kenali, kecuali pria arogan yang berdiri disana dengan setelan jas hitam mewahnya.

“Andai saja Papa ada di sini,” batin Valerie

Saat valerie selesai melangkahkan kakinya di anak tangga terakhir, sebuah tangan langsung terulur ke arahnya. Valerie pikir itu adalah Sean, tapi saat ini, dia bisa melihat pria itu yang berada di depannya, “Lalu tangan siapa itu?” pikir Valerie.

Tanpa menunggu apapun, Valerie langsung menatap kepada orang yang masih mengulurkan tangannya itu.

“Papa!” ujar Valerie tidak percaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status