Share

Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda
Bukan Istri Yang Diinginkan Tuan Muda
Author: Desti Angraeni

Bab 1. Kalian Berzina!

“Apa yang kalian lakukan di sini!” Haris menghardik dua orang anak muda di hadapannya. Satria adalah putranya yang beberapa hari lalu kabur dari rumah, sedangkan Isabella adalah perawat magang yang membantu merawat Satria.

Segera, Satria membuka matanya lalu bangun dari tidurnya. Dan dia barusaja mengetahui jika Isabella berada di atas dadanya. “Pa?” Kebingungan sedang melanda pikirannya. Keadaan ini tidak pernah terduga.

Haris tidak berbasa-basi. Dia mengarahkan tinju tepat di ujung bibir putranya, lalu menghardik Isabella yang berdiri tidak jauh dari Satria. “Kamu seorang perempuan. Di mana harga diri kamu!”

Satria meringis kesakitan, tubuhnya segera roboh ke atas lantai setelah mendapatkan serangan dari ayahnya.

Haris belum berhenti. “Jadi kalian berzina di sini! Kamu pergi dari rumah dengan perempuan yang merawat kamu, datang ke villa untuk berzina. Kalian keterlaluan sekali!” Saat ini amarah Haris sedang menggebu maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Mia-istrinya ada di sisinya, tetapi wanita itu tidak dapat menangani suaminya di saat seperti ini.

Kejadian ini membuat Satria dan Isabella menikah, tetapi keduanya tidak saling mencintai dan keduanya sempat menolak. Maka, malam pertama pernikahan mereka diisi oleh pertengkaran. “Kalau kamu tidak tidur di atas saya, papa tidak akan menuduh kita berzina!”

“Kamu yang menarik saya saat saya mencoba membangunkan kamu.” Suara Isabella tetap terjaga dan santun pada Satria yang dulu adalah pasiennya.

“Apapun itu, sekarang sudah terlambat, kita sudah menikah dan saya gagal mendapatkan Naura!” Raut wajah Satria selalu terlihat tidak bersahabat, dalam matanya seolah semua yang terjadi karena kesalahan Isabella.

“Dari awal saya sudah menolak ajakan kamu dan saya sudah melarang kamu untuk pergi, tapi kamu yang mengelabui saya. Kamu mengatakan meminta diantar ke rumah sakit, tapi nyatanya kamu melajukan mobil ke luar kota dan berhenti di villa.”

“Sekarang pergilah. Kamu seorang perawat, sekarang kaki saya sudah sembuh, kamu tidak perlu merawat saya lagi!” Tidak sungkan Satria mengusir Isabella yang kini menjadi istrinya. Laki-laki berusia dua puluh tahun ini adalah seorang mahasiswa yang tergila-gila pada teman masa kecilnya. Satria selalu mengejar cinta Naura.

Isabella terlalu bingung menghadapi situasi yang sedang terjadi, tetapi gadis berusia dua puluh tiga tahun ini tetap tenang menghadapi pasiennya yang kini menjadi suaminya. “Papa dan mama saya masih di bawah bersama papa dan mama kamu. Mungkin lebih baik sekarang kita ikut berkumpul.”

“Tidak.” Satria segera berjalan ke arah balkon, menyalakan rokok seiring bermain gitar.

Isabella tidak menyukai dan tidak menginginkan pernikahan ini, tetapi bagaimanapun penjelasan diberikan kepada orangtuanya dan kepada orangtua Satria jika mereka tidak berzina, tetapi akhirnya gadis ini hanya bisa menyetujui pernikahan. Sekarang, semua sudah terlambat. Dia hanya bisa menjalani pernikahan dengan Satria apapun yang terjadi dan dia harus tetap menghormati Satria sebagaimana seorang istri pada suaminya.

Isabella berpamitan santun sebelum meninggalkan kamar, “Saya akan menemui keluarga kita. Apa yang harus saya katakan saat orangtua kita menanyakan kamu?”

Satria tidak menyahut, dia sedang memainkan gitar hingga menciptakan sebuah irama indah, tetapi berisi kerinduan yang sangat mudah ditebak oleh Isabella jika itu lagu untuk Naura. Wanita ini kembali berkata santun, “Saya akan mengatakan jika kamu sedang beristirahat.”

Malam ini, orangtuanya Isabella akan menginap lalu esok meninggalkan putri mereka untuk tinggal bersama suaminya di rumah besan. Isabella dibesarkan di keluarga dan di lingkungan sangat baik, Isabella juga menjadi salah satu lulusan terbaik di kampus dan sedang menggapai cita-cita menjadi seorang bidan. Namun, semua butuh proses maka Isabella memulai cita-citanya dengan mengabdikan diri sebagai perawat, tetapi kebetulan ayahnya adalah rekan ayahnya Satria maka saat Satria mengalami cedera kaki akibat kecelakaan motor, Isabella diminta oleh Haris untuk merawat Satria secara pribadi karena Haris dan Mia jarang berada di rumah.

Malam ini tidak ada malam pertama antara Satria dan Isabella bahkan Satria tidur di atas sopa. Hingga pagi tiba, keduanya tidak pernah bersentuhan hingga saat ini Nina sedang berpesan pada putrinya, “Sayang, jangan pernah melakukan kesalahan apapun lagi. Jangan mempermalukan diri kamu dan kami-orangtua kamu.” Bola mata Nina masih menyimpan kecewa pada putrinya yang selalu dibanggakan.

“Iya, Ma. Tapi Abel tidak pernah melakukan yang dikatakan papanya Satria.” Hingga detik ini dia masih meminta kepercayaan orangtuanya.

“Sudahlah, Sayang. Sekarang kamu sudah menikah dengan Satria. Ingat, untuk menjaga nama baik kamu dan nama baik keluarga.” Nina memeluk putrinya dengan sejuta makna.

Saat ini Ibrahim masih tidak banyak bicara dengan putrinya setelah beberapa hari lalu mendengar zina yang dilakukan Isabella dengan Satria dari mulut Haris. Jika bukan Haris yang mengatakan, maka dia tidak percaya putrinya serendah itu, tetapi akhirnya Ibrahim tidak memiliki keputusan lain selain menikahkan Isabella demi menjaga nama baik keluarga.

Setelah ini, Isabella ditinggalkan oleh orangtuanya. Lalu Haris segera menuju kantor, sedangkan Mia sibuk dengan keluarga besarnya.

Satria berkata dingin saat mereka masih berada di halaman, “Jangan berpikir pernikahan kita seperti pernikahan oranglain dan jangan mengharapkan kasih sayang dari saya!”

Bersambung ....

Desti Angraeni

Jangan lupa follow sosmedku di akun ig _destiangraeni, ya!

| 2

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status