Satria masuk ke kamar rawat, jadi dia bertemu dengan orangtuanya dan orangtua Isabella yang sedang berkumpul.Semua orang menyambut kedatangan Satria dengan hangat, termasuk Isabella. Mia segera menggiring putranya menuju tempat mereka duduk berkumpul. “Alhamdulillah kamu sudah datang ....” Senyumannya menunjukan kebahagiaan, tetapi hatinya sangat kesal pada Satria setelah mengetahui sikap buruknya pada Isabella dan bayi mereka yang belum diberi nama.Tanpa persetujuan Isabella, Mia segera meraih amplop cokelat yang berisi laporan hasil test DNA hingga gadis ini terkejut.Namun, ternyata Mia menyampaikannya sangat bijak di hadapan suaminya, anaknya dan kedua mertuanya. “Ini hasil test DNA anak kalian. Dokter yang memberikannya karena Isabella seorang perawat walaupun bukan di rumah sakit ini, jadi Abel memiliki hak istimewa, yaitu mendapatkan test DNA tanpa perlu meminta.”Mia
Suana hening sangat lama, hingga Satria kembali bicara. “Apa kamu tetap akan melanjutkan perceraian, apa kamu akan mengubah keputusan kamu?”Isabella menjawab santun, “Saya yang harus menanyakan itu pada kamu.”“Kalau saya tetap melanjutkan?”“Saya juga ....” Hati Isabella seakan sudah kebal pada rasa sakit. Bahkan yang ini. “Kalau kamu memilih berpisah, sebelumnya kamu harus beri nama anak kita.” Ini adalah permintaan sederhana Isabella, tetapi diwajibkan pada Satria.Satria memandangi Isabella karena tatapan istrinya seolah tanpa keraguan walaupun mereka bercerai.Satria kembali menunduk, tetapi tidak melepaskan tangan Isabella. Lalu berkata lirih, “Naura pergi. Dia mencampakan saya. Apalagi yang harus saya lakukan karena andai berpisah sama kamu, saya tidak yakin Naura akan bersama saya ....”Isabella menjawab datar, “Itu urusan kamu. Jangan menjadikan saya cadangan karena kamu gagal mendapatkan Naura!”Satria kembali memandangi wajah Isabella. Kini, dalam tatapan Isabella terdapat
Ini adalah malam pertama Isabella dan Satria tidur bersama bayi mereka. Bayi merah itu terlentang di tengah-tengah pasangan suami istri ini. Tidak henti Satria menatapnya diiringi senyuman.Isabella menyadarinya, tetapi dia masih bersikap dingin dan datar. “Saya akan tidur, lagian Attar tidur. Ini kesempatan saya untuk ikut tidur.”“Ya, Sayang. Kamu tidur saja, biar nanti aku yang menjaga Attar.”Isabella tidak pernah meminta, tetapi tidak mungkin menolak perhatian Satria pada bayi mereka.Jadi saat Attar menangis tengah malam, Satria yang menjaga dan mengasuh. Dia juga menghangatkan asi yang sudah tersedia di dalam botol. Tidak lupa menyuruh Isabella kembali tidur setelah sempat terbangun karena tangisan Attar.Hingga saat pagi hari Satria terlambat bangun, tetapi Isabella membiarkan suaminya tanpa peduli aktivitas apa yang menanti Satria.Satria tersentak saat melihat jam dinding. “Hah, serius sudah jam sembilan!”“Ya,” jawab datar Isabella.“Harusnya saya kuliah pagi. Sekarang saya
“Apa yang kalian lakukan di sini!” Haris menghardik dua orang anak muda di hadapannya. Satria adalah putranya yang beberapa hari lalu kabur dari rumah, sedangkan Isabella adalah perawat magang yang membantu merawat Satria.Segera, Satria membuka matanya lalu bangun dari tidurnya. Dan dia barusaja mengetahui jika Isabella berada di atas dadanya. “Pa?” Kebingungan sedang melanda pikirannya. Keadaan ini tidak pernah terduga.Haris tidak berbasa-basi. Dia mengarahkan tinju tepat di ujung bibir putranya, lalu menghardik Isabella yang berdiri tidak jauh dari Satria. “Kamu seorang perempuan. Di mana harga diri kamu!”Satria meringis kesakitan, tubuhnya segera roboh ke atas lantai setelah mendapatkan serangan dari ayahnya.Haris belum berhenti. “Jadi kalian berzina di sini! Kamu pergi dari rumah dengan perempuan yang merawat kamu, datang ke villa untuk berzina. Kalian keterlaluan sekali!” Saat ini amarah Haris sedang menggebu maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Mia-istrinya ada di sisiny
Isabella mengerti situasi yang sedang dihadapinya, tetapi kalimat yang keluar dari mulut Satria terdengar menyakitkan karena ucapan Satria seolah menggambarkan kehidupan rumah tangga mereka yang buruk dan mungkin bagaikan neraka. “Saya tidak akan meminta apapun dari kamu, kecuali satu hal.” Tatapan Isabella dipenuhi sendu karena dia harus menghadapi kehancuran hidupnya.Satria melirik dingin sesaat. “Jangan berharap saya akan mengabulkan permintaan kamu!”“Hanya satu. Tolong jaga sikap kamu di depan orangtua kita, saya tidak ingin mereka bersedih saat tahu isi pernikahan kita ....” Dunia Isabella sudah rubuh, tetapi dia masih mencoba berdiri tegap dan tetap menggapai cita-cita apapun yang terjadi. Dia tidak ingin menyia-nyiakan usaha orangtuanya selama ini.Raut wajah Satria sangat datar, dan tatapannya sangat dingin. “Hari ini saya tetap ke kampus. Kalau mau pergi ke rumah sakit, pergi saja dengan sopir.” Satria berlalu meninggalkan Isabella yang hanya mampu menatap punggungnya yang
Aksi tidak terpuji yang dilakukan Satria tidak berlangsung lama karena akhirnya dia diinterograsi polisi, lalu Haris datang pada malam hari, tepatnya pukul tujuh. Orang pertama yang ditemuinya adalah menantunya yang terlihat tidak baik-baik saja, tubuhnya menggigil ketakutan. “Nak, papa minta maaf mewakili Satria.”Isabella mengangguk kecil dengan wajah pucat. Lalu, Haris kembali berkata dengan lembut, “Mama akan segera datang. Mama akan menjemput kamu.” Tidak banyak yang bisa dilakukan Haris pada menantunya yang kini duduk di atas kursi dengan keadaan menggigil ketakutan. Lalu, dia menemui Satria yang sedang diamankan polisi. “Apa yang kamu lakukan? Kapan kamu akan berubah!”Polisi segera menghampiri dan menyuruh mereka membicarakan hal ini secara kekeluargaan. Beberapa lama kemudian, Haris sudah lebih tenang, tetapi tidak dengan hatinya. “Papa mendengar kamu menerobos jalan tol, kamu kebut-kebutan membawa Abel. Di mana otak kamu!” Suaranya terjaga walau membentak.Satria tidak menga
Mia dan Satria tiba di ruang tengah saat obrolan Haris dan Isabella berakhir. “Beristirahatlah ....” senyuman lembut Mia mengarah pada putra dan menantunya. Jadi, kini Satria dan Isabellla masuk ke dalam kamar.“Apa yang kamu bicarakan sama papa?” tanya dingin Satria.“Tentang yang tadi.” Isabella tidak bertele-tele dan tidak menyembunyikan apapun.“Orangtua kamu tahu?” Tatapan Satria segera menyelidik.“Tidak.” Isabella menatap Satria, tetapi Satria tidak terlihat sebagaimana suami, justru sejak peristiwa tadi Isabella selalu merasa jika Satria adalah ancaman.“Katakan saja!”“Heuh?” Tentu saja ucapan Satria di luar dugaan Isabella.“Kalau kamu mengadu, ada kemungkinan orangtua kamu semakin tidak menyukai saya, dan mungkin tidak lama lagi orangtua kamu meminta saya menceraikan kamu. Itu bagus.” Kini, Satria menyeringai.“Saya tidak akan mengatakan apapun pada mama dan papa.” Kalimat Satria berbanding terbalik dengan orangtuanya. Itu mengejutkan, tetapi setelah mendengar alasannya, Is
Saat ini tatapan Satria dan Isabella saling bertemu, keduanya tidak berhenti saling menatap hingga beberapa saat, kemudian Satria meninggalkan Isabella begitu saja. Malam ini dia kembali tidur di sofa.Isabella merasa malam ini selamat walaupun dia yakin seharusnya tidak boleh memiliki perasaan seperti ini, tetapi karena keadaan mereka sedang rumit, Isabella pikir jika malam pertama mereka terjadi malam ini, itu sama sekali bukan hal baik.Isabella menyodorkan selimut ke arah Satria yang sedang bermain handphone, tetapi dia sempat melihat layar handphone milik Satria yang isinya foto Naura. Hatinya sakit, tetapi ini kenyataan yang sejak awal dia ketahui. “Pakai selimut untuk menjaga kesehatan, cuaca sedang dingin.” Suaranya masih lembut dan santun.“Simpan saja.” Suara datar dan dingin Satria yang sudah mematikan layar handphonenya.“Kamu bisa tidur di kasur,” tawaran Isabella, tetapi bukan berarti dia murahan seperti yang dipikirkan Satria. Wanita ini hanya tidak ingin Satria kedingin