***
Maha dan Zayn akhirnya menghabiskan waktu bersama. Biasanya Maha tak pernah bicara sedekat ini dengan pria itu. Di kantor, meski Maha adalah salah satu asisten Zayn, keduanya pasti menjaga jarak. Terutama Zayn, pria itu selalu menjaga dirinya agar tidak terlalu sering berinteraksi dengan wanita yang bukan mahram-nya.
Maha hanya diam saja, dia pun sesekali mencuri pandang ke arah Zayn. Pria matang yang berusia 35 tahun, pria yang masih saja dia kagumi. Maha sadar kalau perasaan yang tumbuh itu adalah perasaan yang terlarang. Bagaimana dia bisa jatuh cinta pada suami orang? Bagaimana bisa Maha lancang menaruh hati pada suami dari wanita yang seperti malaikat untuknya dan juga ibunya? Maha memang selalu mengutuk perasannya yang entah kenapa masih saja tumbuh dengan indah di hatinya. Dia ingin sekali menghapus perasaan ini, tapi kenapa ingatan tentang Zayn semakin mengikat di hati dan pikirannya?
Saat ini... pria itu terlihat sangat dekat dari pandagan matanya dan itu membuat perasaannya campur aduk. Dia jatuh lagi, jatuh pada perasaan yang terlarang. Semakin jelas Maha melihat Zayn, maka hatinya tidak bisa hanya merasakan tenang. Saat ini, hatinya sangat ramai dengan debaran yang mungkin semakin lama akan terdengar oleh pria itu. “Kamu cantik dengan jilbabmu yang sekarang,” ucap Zayn memecahkan keheningan.
Maha hampir saja tersedak karena dengan jelas mendengar pria itu memuji penampilannya. Dia tidak salah dengar! Beberapa detik yang lalu, pria itu memujinya. Debaran di jantung Maha semakin saja tak karuan. Maha tidak menjawab, dia menunduk melihat mangkok bubur ayam di depannya.
“Maha, apa saat ini sudah punya calon?” tanya Zayn. Pria itu berbicara lagi.
Maha otomatis langsung menatap ke arah Zayn, wanita itu sempat terdiam beberapa detik karena terpesona dengan wajah rupawan pria itu. “Maksudnya Pak Zayn itu calon suami?”
Zayn menggelengkan kepalanya. “Iya, calon suami. Apa kamu masih dengan pria itu?"
Maha hanya menggelengkan kepalanya.
“Jadi kamu sudah putus dengan pria yang selalu kasar padamu?” Zayn menekan suaranya. Dia tahu cerita itu dari istrinya. Alysa- lah yang selalu membicarakan masalah Maha sampai pria itu tahu bagaimana sisi lain dari Maha. Dan dia juga pada saat itu lah yang menolong Maha saat mantan kekasih Maha bersikap kasar.
Kening Maha mengernyit. “Bapak kenapa bisa tahu kalau mantan saya itu kasar?”
“Karena saya yang menolongmu saat kamu pingsan karena pria itu menghajarmu. Kamu tidak ingat?”
Maha menggelengkan kepalanya. “Saya hanya ingat Mbak Alysa yang menolong saya.”
“Sudah, itu tidak perlu dibahas. Say senang karena kamu sudah putus dengan pria itu, satu lagi yang membuat saya senang adalah kamu sudah hijrah dan menutup auratmu. Seorang muslimah yang sudah baligh memang wajib menutup aurat. Kamu itu sangat cantik, jadi alangkah baiknya kecantikan kamu itu tertutup rapat dan hanya kamu lihatkan pada suamimu kelak.”
“Iya, Pak. Saya juga jauh lebih tenang saat ini, pakaian yang saya gunakan ini membuat saya lebih percaya diri, dan saya masih dalam tahap belajar untuk memperbaiki iman saya.”
“Apa yang kamu lakukan untuk terus meningkatkan iman kamu?” tanya Zayn penasaran.
“Saya nonton video kajian di sosial media dan juga baca buku keagamaan, dan ada Mbak Alysa yang selalu jadi mentor saya. Saya sangat kagum padanya,” balas Maha.
“Belajar agama itu harus ada gurunya, Maha. Jangan ngasal karena ilmu juga ada adabnya. Untuk kamu yang baru hijrah perlu bimbingan.”
“Guru? Itu kayak ustadz?”
“Salah satunya itu.”
“Saya merasa Mbak Alysa pun sudah cukup karena pengetahuan agamanya Mbak Alysa itu sangat luar biasa.”
“Mungkin kamu perlu menikah dengan pia yang akan membimbing kamu.” Zayn langsung berbicara ke intinya.
“M-menikah?” tanya Maha terkejut.
“Iya. Kenapa? Kamu tidak mau menikah?”
“Bukan begitu, Pak. Tapi untuk menikah juga nggak mudah karena saya juga belum bertemu dan berkenalan dengan orang-orang yang paham agama, jadi saya masih belum punya chanel,” balas Maha. “Dan juga... apa wanita seperti saya akan mendapat jodoh yang baik? Para pria sholeh pasti tidak akan mau memilih wanita sembarangan.”
“Tidak perlu. Kamu tidak perlu berkenalan dengan siapapun karena ada pria yang akan menikahimu dan sanggup membimbingmu. Dan juga kamu itu wanita baik, Maha. Jangan merasa kamu itu tidak pantas,” tukas Zayn.
“S-siapa pria itu?” tanya Maha tak percaya. “Apa saya kenal dengannya?”
Zayn mengangguk. “Iya. Kamu kenal dengan pria itu.”
“Siapa?” tanya Maha semakin penasaran.
“Pria itu adalah saya,” balas Zayn dengan tenang. Pria itu berbicara tanpa melihat ke arah Maha.
“A-apa? P-pria yang mau menikahi saya dan mau membimbing saya itu adalah Pak Zayn?” pekik Maha terkejut. “Bapak nggak bercanda sama saya?”
“Iya. Saya adalah pria yang ingin mengajakmu menikah dan saya juga tidak bercanda untuk meminang wanita,” balas Zayn.
“Bapak nggak salah bicara, kan?” tanya Maha. Suaranya mulai bergetar.
“Tidak, Maha. Saya sangat sadar mengatakannya, dan saya memang ingin menikah denganmu.”
“Tapi Pak Zayn sudah menikah, saya tidak mau merebut suami orang. Dan juga tidak ada wanita yang ingin diduakan ataupun menjadi yang kedua di dunia ini.” Maha mengatakannya dengan suara pelan.
“Kamu tidak merebut saya dari istri pertama saya, dan dia tahu niat saya yang ingin meminangmu. Alysa... dia bahkan sangat mendukungku untuk melamar kamu dan Alysa lah yang mendoakan agar kamu mau menerima lamaranku ini.” Zayn meyakinkan wanita itu dengan suara pelan.
Zayn menghela napas berat. "Jadi, kamu bukan perebut. Jangan menganggap seperti itu."
“Jadi, saya jadi istri kedua Bapak?” tanya Maha terkejut. Wanita itu mendadak hatinya berdebar tidak karuan.
"Iya. Maaf, mungkin permintaanku ini memang membuat kamu terkejut dan juga mungkin kamu tidak akan menyangka kalau saya yang memintanya. Saya harap kamu tidak langsung menolak permintaan ini dan juga dari Alysa. Kami berdua berharap kamu berpikir dulu dan kalau perlu, kami akan meminta izin pada ibumu, Maha." Zayn mengatakannnya dengan nada suara yang serius.
"Kenapa Pak Zayn mendadak mengatakan ini dan ingin saya jadi yang kedua. Apa ada pertimbangan yang lain? Maksudnya... jadi istri kedua itu. Saya hanya tidak tahu alasannya dan juga kenapa juga Mbak Alysa menginginkannya. Saya... " Maha mendadak linglung. Jelas permintaan Zayn itu aneh dan kenapa bisa pria itu menduakan cinta dari istrinya yang sempurna.
Jadi, istri kedua? Apa Maha sedang bermimpi saat ini? Dia masih dalam keadaan linglung, dan melihat Zayn hanya menatap padanya dengan tatapan ambigu. Pria itu hanya tersenyum tipis padanya.
Saat ini dia sedang bermimpi, kan?
***
Cinta itu dia seperti air yang menyejukan? Tapi, kenapa cinta ini seperti rasa cemas. Cinta itu datang, tapi aku merasa cinta ini akan menumbuhkan luka baru. Aku ingin memeluknya meski tahu itu akan jadi lebam.***“Maaf, Pak. Saya tidak bisa, dan seumur hidup pun saya tidak mau jadi yang kedua. Mungkin wanita lain pun sama, mereka tidak mau jadi wanita kedua,” ucap Maha dengan tegas.“Saya sudah memperkirakan kalau kamu pasti akan menolaknya, Maha. Saya tahu kalau permintaan ini mungkin terlalu mendadak dan membuat kamu terkejut. Tapi, saya harap kamu memikirkannya terlebih dahulu, dan jangan langsung menolaknya.” Zayn mengatakannya dengan pelan, “maaf karena aku sudah membuatmu kaget, tapi saya memang harus segera berbicara ini dan saya tidak mau menundanya. Kamu tak perlu menjawabnya saat ini, kamu bisa berpikir dulu dan juga nanti Insya Allah... saya akan datang ke rumahmu bersama Alysa. Kami akan menemui ibumu.”“Saya tidak akan mengubah keputusan. Mau nanti pun, saya akan tetap
“Alysa tidak cemburu padamu, Maha. Sebenarnya saya tidak mau melakukan poligami, tapi karena kondisi kami berdua yang belum memiliki keturunan membuat Alysa meminta saya untuk menikah lagi agar saya mendapatkan keturunan, dan dia langsung memilih kamu,” ungkap Zayn menjelaskan.“Jadi alasan Pak Zayn dan Mbak Alysa hanya karena ingin memiliki anak?” Maha sedikit terkejut dengan jawaban pria itu.“Iya. Tapi, apa yang Alysa usulkan awalnya saya menolak dengan tegas, saya sampaikan padanya kalau anak bukan jadi masalah di rumah tangga kami. Rezeki di dalam rumah tangga bukan hanya masalah anak saja, kebahagiaan dan ketenangan justru rezeki yang paling indah di dalam rumah tangga. Tapi, Alysa bersikeras meminta saya untuk menikah lagi, dia pun ingin menimang bayi, dan dia memberi usul kalau kamu akan jadi adik madunya. Jika kamu tidak percaya padaku, nanti saat kita bertemu lagi, Alysa akan menjelaskannya padamu,” balas Zayn.“Kalau memang Bapak dan Mbak Alysa ingin punya anak kenapa tidak
***Aku trauma dengan makhluk yang bernama laki-laki. Laki-laki yang kukenal dalam hidupku hanya memberi ingatan luka. Mereka bahkan masih meninggalkan luka batin sampai detik ini. Sampai laki-laki itu hadir dan kusadar bahwa di dunia ini masih ada laki-laki yang baik. Tapi, saat dia mulai melihatku, kenapa aku ingin bersembunyi?***“Maksud Ibu?” tanya Maha, dia menatap Nia tak mengerti.“Sebenarnya kamu sedang menceritakan kisah kamu sendiri, Nak. Kamu kan wanita yang diminta pria beristri itu untuk jadi yang kedua?”Kedua mata Maha membulat sempurna, dia terkejut karena ibunya itu bisa menebaknya dengan tepat. “Ibu kenapa bisa menebak kalau wanita itu adalah Maha?”“Karena Ibu sudah tahu semuanya, Nak. Ibu sudah tahu kalau kamu diminta jadi istri kedua,” balas Nia.“Ibu tahu darimana?”“Nak Alysa yang memberitahu Ibu, tadi sore dia menghubungi Ibu dan berbicara dengan Ibu tentang niatnya untuk menjadikan kamu sebagai adik madunya. Bahkan Ibu tadi sore sempat berbicara dengan suamin
Di langit hanya ada satu matahari, kan? Tidak mungkin 2 matahari ada di langit yang sama, jika ada itu mustahil.***"Mbak Alysa!" pekik Maha kaget. Wanita itu jelas terkejut melihat kedatangan Alysa ke ruangan kerjanya. Wanita yang masih terlihat sangat cantik itu tersenyum dan menghampiri dirinya. Ingatan tentang kemarin melintas di hatinya dan dia pun tampak kacau."Makan siang denganku, yuk!" ajak Alysa dengan senyum yang lembut."Tapi aku masih ada kerjaan yang belum selesai, Mbak. Mungkin belum bisa makan siang dengan Mbak Alysa," balas Maha menolak dengan halus. Dia hanya ingin menghindari wanita yang saat ini ada di depannya. Maha tidak mau membicarakan masalah yang Zayn sampaikan kemarin padanya."Pekerjaan yang belum selesai kan bisa nanti dikerjakan, Maha. Sekarang sudah waktunya jam makan siang. Jangan terlalu keras dengan pekerjaan! Tubuhmu pun butuh istirahat.""Iya sih, Mbak. Tapi... ""Pokoknya kamu harus mau ikut makan siang dengan Mbak, jangan menolak kalau nggak mau
Maha gelisah, dia masih memikirkan permintaan Alysa yang tak lelah memohon padanya. bahkan Alysa mengirim banyak hadiah ke rumahnya dan terus mengirim pesan padanya. Dia sudah tegas menolaknya, tapi Alysa tak menggubris alasan kenapa dirinya menolak untuk dijadikan istri kedua. Maha memijit kedua pelipisnya, sungguh masalah ini membuat kepalanya hampir meledak.“Nggak lembur, Nak?” tanya Nia. Wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.“Nggak, Bu,” balas Maha, dia langsung mencium punggung tangan Sarah. “Gimana jualannya, Bu?”“Alhamduillah… hari ini nasi kuning Ibu laris manis, ada yang borong, jadi sebelum dzuhur Ibu bisa pulang cepat,” jawab Nia. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. “Nak Alysa terus menghubungi Ibu, dia bilang kamu nggak mau menerima lamaran Nak Zayn, dan Alysa meminta Ibu untuk membujuk kamu.”“Abaikan saja, Bu. Nanti juga Mbak Alysa bosan kalau
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya. *** “Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan. “Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.” “Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?” “Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?” Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.” “Terus apa? Masa aku harus menanggalkan jilbabku?” “Pelayan café di Bali, dan gajinya dollar, kalau kamu mau besok juga b
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya.***“Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan.“Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.”“Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?”“Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?”Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.”“T
“Sepertinya aku cocok sama pengasuh Bima dan Sakti. Aku perhatikan si kembar selama seminggu ini nyaman sama dia, dan aku juga lihat kalau Maha memang wanita yang sabar. Beruntung ya kita minta tolong Intan untuk cari pengasuh. Aku trauma dengan para pengasuh yang dulu merawat si kembar,” ucap Zakia. “Aku juga sreg, Sayang. Bima dan Sakti selalu muji kakak cantik itu bidadari berkerudung. Mereka antusias sekali cerita kalau main sama Maha sangat menyenangkan,” balas Irwan, “Bersyukur akhirnya kita menemukan pengasuh yang tepat.” “Kalau nanti dalam tiga bulan masa percobaan dia memang bagus, kita kasih bonus lebih ya, Mas. Aku mau Maha betah kerja sama kita, jarang banget kita dapat pengasuh yang cocok,” pinta Zakia. “Iya, Sayang. Aku sudah pikirkan juga nanti mau kasih bonus sama Maha. Biar dia semakin semangat jaga si kembar,” balas Irwan. “Melati kemana, Mas?” tanya Zakia. Dia belum melihat anak sulungnya yang berumur 13 tahun. “Oh, tadi Raka minta izin kalau dia mau ajak Melati