“Alysa tidak cemburu padamu, Maha. Sebenarnya saya tidak mau melakukan poligami, tapi karena kondisi kami berdua yang belum memiliki keturunan membuat Alysa meminta saya untuk menikah lagi agar saya mendapatkan keturunan, dan dia langsung memilih kamu,” ungkap Zayn menjelaskan.
“Jadi alasan Pak Zayn dan Mbak Alysa hanya karena ingin memiliki anak?” Maha sedikit terkejut dengan jawaban pria itu.
“Iya. Tapi, apa yang Alysa usulkan awalnya saya menolak dengan tegas, saya sampaikan padanya kalau anak bukan jadi masalah di rumah tangga kami. Rezeki di dalam rumah tangga bukan hanya masalah anak saja, kebahagiaan dan ketenangan justru rezeki yang paling indah di dalam rumah tangga. Tapi, Alysa bersikeras meminta saya untuk menikah lagi, dia pun ingin menimang bayi, dan dia memberi usul kalau kamu akan jadi adik madunya. Jika kamu tidak percaya padaku, nanti saat kita bertemu lagi, Alysa akan menjelaskannya padamu,” balas Zayn.
“Kalau memang Bapak dan Mbak Alysa ingin punya anak kenapa tidak adopsi saja? Masih banyak pilihan lain selain Bapak harus menikah lagi.”
“Saya sudah memberi saran seperti itu pada Alysa. Tapi dia menolak dengan tegas, saya pun sudah membujuknya agar mengurungkan niatnya itu karena dari awal kami menikah pun, saya tidak ada niat ingin menduakan Alysa atau pun berbagi hati dengan wanita lain, saya tidak mau melukai hati yang berharga. Sebab, saya tahu bagaimana cara mencuri seorang wanita itu bisa membuat wanita patah hati dan terluka.”
“Jika Bapak tidak mau melukai hati Mbak Alysa, seharusnya Pak Zayn bisa meyakinkan Mbak Alysa untuk percaya bahwa masalah anak tidak membuat perasaan cinta Bapak dia berkurang, seharusnya Bapak bisa membuat Mbak Alysa tenang dan percaya jika memang sudah takdir dan rezekinya, nanti rumah tangga kalian berdua pasti diberkahi oleh hadirnya buah hati.”
“Saya sudah berusaha dan meyakinkan Alysa, tapi dia sangat keras kepala. Saat say menolak sekian kali, pasti Alysa jatuh sakit, dia menangis karena aku menolak permintaannya,” balas Zayn. Pria itu tersenyum getir, “lalu, bagaimana saya bisa membuatnya kecewa dan sakit? Saya tidak dapat menatap matanya yang kecewa, saya ingin dia bahagia.”
“Pak Zayn harus terus meyakinkan Mbak Alysa lebih lagi dengan cara yang lembut, saya yakin kalau saat ini hati Mbak Alysa sedang bimbang karena rumah tangganya dengan Bapak belum dikaruniai anak. Mbak Alysa pasti tidak sadar untuk mengusulkan Bapak untuk menikah lagi,” ucap Maha.
Wanita itu mengembuskan napas pendek, dia semakin tidak nyaman terlalu lama berbicara dengan Zayn. “Mungkin obrolan kita sudah cukup sampai di sini saja, Pak. Saya minta maaf karena menolak permintaan Bapak dan juga Mbak Alysa, saya memang tidak mau jadi yang kedua, dan belum berencana menikah dalam waktu dekat ini karena mau fokus dengan kesembuhan ibu saya. Saya juga memohon pada Pak Zayn maupun Mbak Alysa untuk tidak datang ke rumah saya dan bicara sama ibu saya karena hal itu akan sia-sia. Ibu saya pasti akan menolaknya juga. Saya pamit duluan, terima kasih untuk traktiran sarapan paginya, Assalamualaikum …” Maha langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Zayn seorang diri.
Setelah Maha menghilang dari tatapan mata Zayn, pria itu menghela napas berat, dan mengusap wajahnya dengan kasar. “ Astaghfirullah … Zayn! Kenapa kamu seperti pria tak tahu diri! Kenapa juga kamu harus menuruti ide gila dari Alysa!” rutuknya pada diri sendiri. Namun di sisi lain, hatinya memang berdesir melihat Maha. Entah darimana asalnya, saat melihat maha ke kantor memakai jilbab dan menutup auratnya, diam-diam dirinya tanpa sengaja memperhatikan wanita itu. Zayn selalu tersenyum mengingat Maha yang tersenyum cerah padanya. seharusnya perasaan itu tidak bisa terjadi karena itu salah. Tapi, di saat hatinya yang mulai bingung itu datang, tiba-tiba Alysa meminta dirinya untuk menikah lagi, dan hal yang membuat Zayn tambah kaget adalah Alysa telah memilih Maha sebagai adik madu istrinya itu. Permohonan dari Alysa ini bukanlah sekali, dua kali... Alysa sudah memberi kode padanya beberapa bulan terakhir ini dan juga istrinya itu seperti sengaja membicarakan Maha dipembicaraan keduanya, bahkan Alysa sangat terang-terangan memuji kecantikan Maha dan para wanita cantik itu.
Alysa seperti sengaja bercerita tentang keindahan sosok Maha, Alysa seperti ingin menariknya ke dalam pesona wanita itu. Maha memang sangat cantik, dia memang harus mengakuinya. Banyak pria yang memang terpesona oleh kecantikan wanita itu, mungkin salah satunya adalah dirinya sendiri. Zayn gusar, dia merasa dirinya pria yang tidak tahu diri! Seharusnya dia sadar karena Alysa saja sudah cukup hidup. Namun, memikirkan permintaan Alysa, pikirannya saat ini agak membingungkan.
'Kenapa Alysa hanya mengizinkan Maha untuk jadi adik madunya? Apa Alysa tahu isi hatiku saat ini? Apa dia tahu kalau aku mulai menyukai Maha dan diam-diam memperhatikannya?’ tanya Zayn dalam hati. ***
Maha tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia melihat jam di dingding kamarnya menunjukan pukul empat dini hari. Wanita itu menghela napas panjang, dan melipat mukena dan sajadah. Dia tidak mengantuk lagi, maka dia memutuskan untuk membuat kopi panas agar suasana hatinya lebih tenang. Baru saja dia menutup pintu kamarnya, Maha terkejut melihat ibunya yang sedang duduk di ruang tengah.
“Bu, kenapa belum tidur?” tanya Maha. Dia langsung duduk di sebelah Nia.
“Ibu sudah tidur dan habis sholat malam, mau tidur juga nanggung karena sebentar lagi mau masuk adzan subuh,” balas Nia . “Kamu tidak tidur, Nak?”
“Tidur kok, Bu. Maha pun sama habis sholat tahajud,” balas Mha. “Ibu mau dibuatin teh manis hangat?”
“Tidak usah, Nak,” jawab Nia.
Maha melamun sejenak, mendadak dia ingat permintaan Zayn tadi pagi, dan pagi ini mau tidak mau dia pasti bertemu Zayn karena mereka satu kantor dan dia adalah salah satu asisten pria itu. Bagaimana cara Maha untuk menghindari pria itu? Jujur Maha tidak ingin melihat Zayn untuk sementara waktu, wanita itu takut hatinya menjadi goyah.
“Kamu ada masalah, Nak?” tanya Nia.
Pertanyaan Nia membuyarkan lamunan Maha, wanita itu menggelengkan kepalanya. “Nggak, Bu. Maha hanya memikirkan pekerjaan yang belum selesai saja.”
“Kalau ada masalah apa-apa, kamu selalu cerita sama Ibu ya! Ibu ingin kamu berbagi hal apa saja pada Ibu, meski Ibu tidak bisa membantu masalah kamu, Ibu ingin kamu percaya sama Ibu. Di dunia ini, Ibu hanya punya kamu saja, Nak,” ucap Nia.
Maha mengangguk. “Maha pun begitu, Bu. Di dunia ini, satu-satunya yang bisa Maha andalkan hanya Ibu, dan satu-satunya yang mengerti Maha hanya Ibu. Di dunia ini, Maha hanya punya Ibu,” balasnya penuh haru.
Maha tentu saja tahu bagaimana pengorbanan ibunya. Dulu ayahnya sering sekali melakukan KDRT di depan matanya saat kecil, bahkan tak jarang ayahnya itu sering mabuk-mabukan dan selalu membawa wanita lain ke rumah. Sikap ayahnya yang kasar sampai saat ini masih menimbulkan trauma yang mendalam.
“Kamu harus berbahagia ya, Nak! Apapun keputusanmu kalau hal itu bisa membuat kamu bahagia, Ibu pasti akan mendukung dan mendoakanmu,” kata Nia.
“Doa Ibu adalah jimat yang paling ampuh, doa yang melesat sampai langit. Tanpa doa dari Ibu, Maha tidak bisa bahagia,” balas Maha. Dia terdiam untuk beberapa detik sebelum meminta pendapat pada Nia tentang masalahnya, “Bu, Maha mau minta saran dari Ibu” tambanhnya memulai bicara serius. “Tadi ada teman Maha yang cerita dan minta saran ke UlyaMaha tapi Maha tidak bisa memberinya saran karena takut salah, mungkin kalau Maha meminta saran dari Ibu bisa dijawab dengan bijak.”
“Memangnya teman kamu cerita apa?”
“Begini… tadi ada teman yang cerita kalau dia dilamar oleh pria yang selama ini diam-diam dia kagumi, tapi dia bimbang menerima lamaran pria itu,” balas Maha menerangkan.
“Kenapa temanmu bimbang? Bukan kah pria itu adalah pria yang dikaguminya?”
“Dia bimbang karena pria itu sudah menikah, dan teman Maha dilamar untuk dijadikan istri kedua,” jawab Maha.
“Istri pertamanya tidak ikhlas? Atau pria itu diam-diam ingin menikahi temanmu tanpa sepengetahuan istri pertamanya?”
Maha menggelengkan kepalanya. “Bukan itu alasannya, Bu. Istri pertamanya malah yang meminta pria itu untuk melamar temannya Maha, dan istrinya hanya merestui suaminya menikah dengan teman Maha.”
“Alasan pasangan suami istri itu apa? Kenapa si istri membiarkan suaminya untuk menikah lagi?”
“Alasannya karena pernikahan mereka yang sudah berjalan duabelas tahun belum dikaruniai anak,” jawab Maha.
“Oh, jadi temanmu itu dinikahkan agar bisa melahirkan keturunan?”
Maha mengangguk pelan. “Mungkin salah satunya begitu.”
Nia mengembuskan napas berat. “Kalau sudah tahu alasannya seperti itu, kenapa temanmu bimbang? Kalau tidak setuju, pasti temanmu tegas untuk menolaknya.”
“Maha juga tidak tahu, Bu. Mungkin namanya hati manusia tidak mudah ditebak, ibaratnya cinta yang dia rasakan seperti pisau yang menusuk hatinya perih,” jawab Maha pelan. “Kalau Ibu jadi orang tuanya teman Maha, bagaimana tanggapan Ibu?”
“Teman yang sedang kamu bicarakan itu hanya fiktif, kan?”
***
***Aku trauma dengan makhluk yang bernama laki-laki. Laki-laki yang kukenal dalam hidupku hanya memberi ingatan luka. Mereka bahkan masih meninggalkan luka batin sampai detik ini. Sampai laki-laki itu hadir dan kusadar bahwa di dunia ini masih ada laki-laki yang baik. Tapi, saat dia mulai melihatku, kenapa aku ingin bersembunyi?***“Maksud Ibu?” tanya Maha, dia menatap Nia tak mengerti.“Sebenarnya kamu sedang menceritakan kisah kamu sendiri, Nak. Kamu kan wanita yang diminta pria beristri itu untuk jadi yang kedua?”Kedua mata Maha membulat sempurna, dia terkejut karena ibunya itu bisa menebaknya dengan tepat. “Ibu kenapa bisa menebak kalau wanita itu adalah Maha?”“Karena Ibu sudah tahu semuanya, Nak. Ibu sudah tahu kalau kamu diminta jadi istri kedua,” balas Nia.“Ibu tahu darimana?”“Nak Alysa yang memberitahu Ibu, tadi sore dia menghubungi Ibu dan berbicara dengan Ibu tentang niatnya untuk menjadikan kamu sebagai adik madunya. Bahkan Ibu tadi sore sempat berbicara dengan suamin
Di langit hanya ada satu matahari, kan? Tidak mungkin 2 matahari ada di langit yang sama, jika ada itu mustahil.***"Mbak Alysa!" pekik Maha kaget. Wanita itu jelas terkejut melihat kedatangan Alysa ke ruangan kerjanya. Wanita yang masih terlihat sangat cantik itu tersenyum dan menghampiri dirinya. Ingatan tentang kemarin melintas di hatinya dan dia pun tampak kacau."Makan siang denganku, yuk!" ajak Alysa dengan senyum yang lembut."Tapi aku masih ada kerjaan yang belum selesai, Mbak. Mungkin belum bisa makan siang dengan Mbak Alysa," balas Maha menolak dengan halus. Dia hanya ingin menghindari wanita yang saat ini ada di depannya. Maha tidak mau membicarakan masalah yang Zayn sampaikan kemarin padanya."Pekerjaan yang belum selesai kan bisa nanti dikerjakan, Maha. Sekarang sudah waktunya jam makan siang. Jangan terlalu keras dengan pekerjaan! Tubuhmu pun butuh istirahat.""Iya sih, Mbak. Tapi... ""Pokoknya kamu harus mau ikut makan siang dengan Mbak, jangan menolak kalau nggak mau
Maha gelisah, dia masih memikirkan permintaan Alysa yang tak lelah memohon padanya. bahkan Alysa mengirim banyak hadiah ke rumahnya dan terus mengirim pesan padanya. Dia sudah tegas menolaknya, tapi Alysa tak menggubris alasan kenapa dirinya menolak untuk dijadikan istri kedua. Maha memijit kedua pelipisnya, sungguh masalah ini membuat kepalanya hampir meledak.“Nggak lembur, Nak?” tanya Nia. Wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.“Nggak, Bu,” balas Maha, dia langsung mencium punggung tangan Sarah. “Gimana jualannya, Bu?”“Alhamduillah… hari ini nasi kuning Ibu laris manis, ada yang borong, jadi sebelum dzuhur Ibu bisa pulang cepat,” jawab Nia. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. “Nak Alysa terus menghubungi Ibu, dia bilang kamu nggak mau menerima lamaran Nak Zayn, dan Alysa meminta Ibu untuk membujuk kamu.”“Abaikan saja, Bu. Nanti juga Mbak Alysa bosan kalau
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya. *** “Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan. “Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.” “Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?” “Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?” Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.” “Terus apa? Masa aku harus menanggalkan jilbabku?” “Pelayan café di Bali, dan gajinya dollar, kalau kamu mau besok juga b
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya.***“Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan.“Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.”“Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?”“Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?”Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.”“T
“Sepertinya aku cocok sama pengasuh Bima dan Sakti. Aku perhatikan si kembar selama seminggu ini nyaman sama dia, dan aku juga lihat kalau Maha memang wanita yang sabar. Beruntung ya kita minta tolong Intan untuk cari pengasuh. Aku trauma dengan para pengasuh yang dulu merawat si kembar,” ucap Zakia. “Aku juga sreg, Sayang. Bima dan Sakti selalu muji kakak cantik itu bidadari berkerudung. Mereka antusias sekali cerita kalau main sama Maha sangat menyenangkan,” balas Irwan, “Bersyukur akhirnya kita menemukan pengasuh yang tepat.” “Kalau nanti dalam tiga bulan masa percobaan dia memang bagus, kita kasih bonus lebih ya, Mas. Aku mau Maha betah kerja sama kita, jarang banget kita dapat pengasuh yang cocok,” pinta Zakia. “Iya, Sayang. Aku sudah pikirkan juga nanti mau kasih bonus sama Maha. Biar dia semakin semangat jaga si kembar,” balas Irwan. “Melati kemana, Mas?” tanya Zakia. Dia belum melihat anak sulungnya yang berumur 13 tahun. “Oh, tadi Raka minta izin kalau dia mau ajak Melati
“Masalah uang sewa ada di Ibu, Nak. Kamu jangan memikirkannya, ya!” ucap Nia tersenyum. Wanita paruh baya itu seolah tahu isi hati anak sulungnya.“Bu, nanti kita bicarakan soal pindah rumah, ya! Hari juga sudah larut, kita pergi istirahat,” balas Maha.“Assalamualaikum… “Maha dan Nia terkejut karena pada jam selarut ini ada yang bertamu ke rumah mereka. Keduanya saling menatap satu sama lainnya.“Biar Maha lihat siapa yang bertamu ke rumah ini ya, Bu,” pinta Maha sambil bergegas pergi menuju ruang tamu.Maha langsung membuka pintu, dan dia pun terpana melihat sosok pria yang tersenyum padanya.“Assalamulaikum, Maha… Maaf, aku ganggu malam ini karena hanya kamu yang bisa bantu,” ucap Zayn.Maha mematung, senyum pria itu selalu membawanya ke dunia yang berbeda. Kenapa hatinya dari dulu selalu saja menuju satu nama? Kenapa nama pria itu sela
"Maha, kamu mau menerima Mas Zayn jadi suamimu?" tanya Alysa tersenyum dengan sumringah.Maha mengangguk agak ragu, dia tidak tahu apa keputusan yang diambilnya ini tepat, jika dia sudah memutuskan untuk jadi adik madu Alysa itu artinya dia harus menerima garis takdir sebagai istri kedua. Maha tidak pernah membayangkan kalau pada akhirnya dia harus jadi yang kedua di hati seseorang. "Tapi aku butuh waktu untuk istikharah, Mbak. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, aku harus diskusi dengan ibu, dan tentu saja aku harus meminta petunjuk sama Gusti Allah."Alysa terus saja tersenyum lebar, dia tidak menyangka kalau pada akhirnya Maha mau menerima Zayn, dan rela dijadikan adik madu. "Terima kasih ya, Maha. Mbak nggak nyangka kalau kamu akhirnya mau jadi istri kedua dari Mas Zayn. Tadi Mbak sudah ikhals, dan juga nggak mau memaksa kamu karena memang jadi yang kedua itu pasti berat, dan wanita mana yang mau jadi yang kedua. Mbak juga sadar kalau kamu sama seperti wanita la