Cinta itu dia seperti air yang menyejukan? Tapi, kenapa cinta ini seperti rasa cemas. Cinta itu datang, tapi aku merasa cinta ini akan menumbuhkan luka baru. Aku ingin memeluknya meski tahu itu akan jadi lebam.
***
“Maaf, Pak. Saya tidak bisa, dan seumur hidup pun saya tidak mau jadi yang kedua. Mungkin wanita lain pun sama, mereka tidak mau jadi wanita kedua,” ucap Maha dengan tegas.
“Saya sudah memperkirakan kalau kamu pasti akan menolaknya, Maha. Saya tahu kalau permintaan ini mungkin terlalu mendadak dan membuat kamu terkejut. Tapi, saya harap kamu memikirkannya terlebih dahulu, dan jangan langsung menolaknya.” Zayn mengatakannya dengan pelan, “maaf karena aku sudah membuatmu kaget, tapi saya memang harus segera berbicara ini dan saya tidak mau menundanya. Kamu tak perlu menjawabnya saat ini, kamu bisa berpikir dulu dan juga nanti Insya Allah... saya akan datang ke rumahmu bersama Alysa. Kami akan menemui ibumu.”
“Saya tidak akan mengubah keputusan. Mau nanti pun, saya akan tetap menolaknya karena saya tidak mau dipoligami,” kata Maha dengan tegas. “Saya... saya tidak tahu kenapa Pak Zayn mendadak ingin meminang saya, meski itu ada alasan tersendiri, tapi saya tidak mau jadi yang kedua. Bagaimana bisa satu hati dibagi dua, tidak ada namanya manusia normal yang ingin berbagi perasannya. Apalagi wanita... wanita mana yang mau suaminya mencintai wanita lainnya.”
“Jangan menilai poligami itu salah, Maha. Stigma negatif yang melekat selama ini tentang poligami itu salah, mereka hanya menganggap poligami itu memenjarakan wanita, dan menguntungkan kaum Adam. Poligami itu seolah haram, dan juga bahaya bagi umat manusia. Jika memang poligami itu berbahaya, maka Rasulullah tidak mungkin melakukan poligami. Jangan melihat hanya dari satu sisi, semua hal di dunia ini kita langsung patahkan dengan melihat dari satu sisi saja.” Zayn menjelaskannya.
“Poligami memang tidak salah, dan juga bukan sebuah dosa. Saya tahu poligami itu ada dalam salah satu ayat di dalam Al Quran, saya pun tidak akan melanggar ayat-ayat Allah, namun rata-rata yang salah itu para pelakunya, mereka yang melakukan poligami tidak sesuai dengan ajaran Rasululllah, para pelaku poligami saat ini tiak bisa berlaku adil . Rasanya saya belum menemukan dimana rumah tangga yang tentram karena memiliki lebih dari satu istri. Saya juga tidak tahu alasan pasti kenapa para wanita mau saja dijadikan yang kesekian. Bagaimana bisa membayangkan wanita lain bermesraan dengan wanita lain? Kalau saya... itu pasti sakit, dan saya mungkin tidak akan tahan satu atap dengan rumah tangga yang seperti itu.”
“Adil itu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Saya paham dengan rasa cemburu yang dimiliki wanita. Kaum Hawa memang mudah cemburu dan sangat perasa. Saya memang tidak bisa berjanji untuk berlaku adil karena manusia itu tempatnya shalat dan juga khilaf. Tapi, sebagai manusia yang punya iman, saya pasti akan melakukan yang terbaik untukmu nanti. Saat akad terucap nanti, itu artinya diri ini sudah berjanji di depan Allah kalau saya harus menjaga dan membahagiakan kamu, saya akan membimbing kamu dunia dan akhirat.”
“Jika memang Bapak mau menikah lagi dan mau melakukan poligami, kenapa harus saya wanita yang Pak Zayn pilih? Saya bukan wanita sholehah, saya bukan wanita yang mempunyai didikan agama yang cukup, dan juga masa lalu saya... jadi istri dari Pak Zayn itu rasanya kurang pantas meski saya jadi yang kedua.”
“Karena Alysa yang mengusulkan, dan saya pun tanpa sadar tertarik padamu, Maha. Saya diam-diam memperhatikanmu, kamu wanita yang cerdas, dan juga sederhana. Ditambah kamu sudah hijrah dan tahu batasan bagaimana jadi seorang wanita muslimah. Saya kagum dengan pola pikirmu, saat kamu berbicara, kamu seperti memiliki kecantikan orang lain yang akan betah berada di dekatmu” balas Zayn.
Maha termenung, dia menatap pria di depannya dengan perasaan campur aduk. Zayn menyukainya? Pria itu tertarik padanya? Apa ini bukan khayalannya? Pria sempurna itu diam-diam memperhatikan gadis buruk seperti dirinya? Apa Zayn sedang salah bicara tadi?
Hati Maha sungguh sangat rumit. Dia tidak tahu kenapa situasi saat ini diluar nalarnya. Pria yang sudah dia sukai sejak lama tiba-tiba meminangnya dan memintanya menjadi istrinya. Memang ini mimpinya, tapi mimpi ini akan jadi buruk... bukan hanya mimpi buruk baginya, tapi bagi semuanya, apalagi Alysa. Wanita itu... kenapa menginginkannya jadi adik madu? Alysa masih mencintai suaminya, kan?
Di tengah rasa bingung dan hatinya yang sangat rumit, Maha mencoba menenangkan dirinya. Dia mencoba menghela napas panjang agar bisa berpikir jernih. “Kenapa Mbak Alysa hanya memilih saya? Apa alasannya? Apakah Mbak Alysa tidak lagi mencintai Pak Zayn?” tanyanya hati-hati.
“Saya juga tidak tahu apa alasan Alysa memilih kamu untuk jadi adik madunya. Mungkin saya rasa Alysa tahu kalau kamu memang wanita yang baik dan shalihah. Dia juga sangat mengenal kamu. Alysa pasti sangat tahu bagaimana karakter kamu. Dia sudah menganggap kamu seperti adik kandungnya,” balas Zayn.
“Tapi saya tidak mau, Pak. Bagaimana pun hati wanita mana yang tidak akan terluka dan cemburu kalau suaminya malah merasa dirugikan dengan wanita lain. Meski Mbak Alysa membuka dan memilih saya jadi adik madunya, tapi jauh di lubuk hatinya pasti ada lubang cemburu. Saya tidak mau menyakiti hati wanita sebaik Mbak Alysa, beliau adalah orang yang selalu membantu saya dan juga keluarga saya. Mbak Alysa... dia bidadari penyelamat kami, jadi saya tidak pantas untuk mengambil kebahagiaannya. Saya benar-benar tidak bisa, maafkan saya.”
“Saya tidak meminta jawaban kamu sekarang karena saya tahu kamu pasti terkejut. Hari ini saya hanya menyampaikan niat saya, dan nanti saya dan Alysa akan bicara juga dengan ibumu. Kami akan menemuimu dan bicara lebih jelas, nanti kami akan menghubungi kamu saat kami berdua berkunjung ke rumahmu.”
“Tidak perlu, Pak. Ibu saya pun pasti tidak akan setuju kalau saya jadi istri kedua Pak Zayn,” balas Maha. “Saya tidak tahu kenapa Mbak Alysa rela berbagi suami, dan saya pun tidak tahu alasan Pak Zayn ingin mencari istri kedua. Saya hanya ingin menyatakan kalau saya tidak akan menerima jadi yang kedua. Maafkan saya. Saya juga tidak berpikir untuk segera menikah dalam waktu dekat ini.”
Zayn menghela napas panjang, dia sudah tahu kalau Maha pasti akan menolaknya dengan tegas. Wanita itu pasti tidak mau jadi yang kedua. Sebenarnya Zayn bisa saja mencari wanita lain, dan banyak wanita lain di luar sana yang terang-terangan menyatakan perasaannya dan rela jadi yang kedua. Namun, Alysa sang istri menolaknya, istrinya itu hanya mengajukan syarat kalau wanita yang bisa dia nikahi hanya Maha. Alysa tidak cemburu jika dirinya menikah dengan Maha. Dan juga Zayn, dia memang tertarik dengan Maha. Wanita itu bahkan sampai membuatnya tidak betah untuk terlalu lama berada di perusahaan, Zayn tidak mau terjebak dalam perasaan yang tidak pantas itu. Apa yang dia rasakan pada Maha selalu saja ditepisnya sangat keras. Dia selalu beristighfar agar hatinya tidak kotor. Seringnya bertemu dan berdiskusi dengan Maha membuat hati Zayn tertarik dan itu bahaya bagi Zayn.
Apakah kali ini dia sudah melakukan hal yang benar?
***
“Alysa tidak cemburu padamu, Maha. Sebenarnya saya tidak mau melakukan poligami, tapi karena kondisi kami berdua yang belum memiliki keturunan membuat Alysa meminta saya untuk menikah lagi agar saya mendapatkan keturunan, dan dia langsung memilih kamu,” ungkap Zayn menjelaskan.“Jadi alasan Pak Zayn dan Mbak Alysa hanya karena ingin memiliki anak?” Maha sedikit terkejut dengan jawaban pria itu.“Iya. Tapi, apa yang Alysa usulkan awalnya saya menolak dengan tegas, saya sampaikan padanya kalau anak bukan jadi masalah di rumah tangga kami. Rezeki di dalam rumah tangga bukan hanya masalah anak saja, kebahagiaan dan ketenangan justru rezeki yang paling indah di dalam rumah tangga. Tapi, Alysa bersikeras meminta saya untuk menikah lagi, dia pun ingin menimang bayi, dan dia memberi usul kalau kamu akan jadi adik madunya. Jika kamu tidak percaya padaku, nanti saat kita bertemu lagi, Alysa akan menjelaskannya padamu,” balas Zayn.“Kalau memang Bapak dan Mbak Alysa ingin punya anak kenapa tidak
***Aku trauma dengan makhluk yang bernama laki-laki. Laki-laki yang kukenal dalam hidupku hanya memberi ingatan luka. Mereka bahkan masih meninggalkan luka batin sampai detik ini. Sampai laki-laki itu hadir dan kusadar bahwa di dunia ini masih ada laki-laki yang baik. Tapi, saat dia mulai melihatku, kenapa aku ingin bersembunyi?***“Maksud Ibu?” tanya Maha, dia menatap Nia tak mengerti.“Sebenarnya kamu sedang menceritakan kisah kamu sendiri, Nak. Kamu kan wanita yang diminta pria beristri itu untuk jadi yang kedua?”Kedua mata Maha membulat sempurna, dia terkejut karena ibunya itu bisa menebaknya dengan tepat. “Ibu kenapa bisa menebak kalau wanita itu adalah Maha?”“Karena Ibu sudah tahu semuanya, Nak. Ibu sudah tahu kalau kamu diminta jadi istri kedua,” balas Nia.“Ibu tahu darimana?”“Nak Alysa yang memberitahu Ibu, tadi sore dia menghubungi Ibu dan berbicara dengan Ibu tentang niatnya untuk menjadikan kamu sebagai adik madunya. Bahkan Ibu tadi sore sempat berbicara dengan suamin
Di langit hanya ada satu matahari, kan? Tidak mungkin 2 matahari ada di langit yang sama, jika ada itu mustahil.***"Mbak Alysa!" pekik Maha kaget. Wanita itu jelas terkejut melihat kedatangan Alysa ke ruangan kerjanya. Wanita yang masih terlihat sangat cantik itu tersenyum dan menghampiri dirinya. Ingatan tentang kemarin melintas di hatinya dan dia pun tampak kacau."Makan siang denganku, yuk!" ajak Alysa dengan senyum yang lembut."Tapi aku masih ada kerjaan yang belum selesai, Mbak. Mungkin belum bisa makan siang dengan Mbak Alysa," balas Maha menolak dengan halus. Dia hanya ingin menghindari wanita yang saat ini ada di depannya. Maha tidak mau membicarakan masalah yang Zayn sampaikan kemarin padanya."Pekerjaan yang belum selesai kan bisa nanti dikerjakan, Maha. Sekarang sudah waktunya jam makan siang. Jangan terlalu keras dengan pekerjaan! Tubuhmu pun butuh istirahat.""Iya sih, Mbak. Tapi... ""Pokoknya kamu harus mau ikut makan siang dengan Mbak, jangan menolak kalau nggak mau
Maha gelisah, dia masih memikirkan permintaan Alysa yang tak lelah memohon padanya. bahkan Alysa mengirim banyak hadiah ke rumahnya dan terus mengirim pesan padanya. Dia sudah tegas menolaknya, tapi Alysa tak menggubris alasan kenapa dirinya menolak untuk dijadikan istri kedua. Maha memijit kedua pelipisnya, sungguh masalah ini membuat kepalanya hampir meledak.“Nggak lembur, Nak?” tanya Nia. Wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.“Nggak, Bu,” balas Maha, dia langsung mencium punggung tangan Sarah. “Gimana jualannya, Bu?”“Alhamduillah… hari ini nasi kuning Ibu laris manis, ada yang borong, jadi sebelum dzuhur Ibu bisa pulang cepat,” jawab Nia. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. “Nak Alysa terus menghubungi Ibu, dia bilang kamu nggak mau menerima lamaran Nak Zayn, dan Alysa meminta Ibu untuk membujuk kamu.”“Abaikan saja, Bu. Nanti juga Mbak Alysa bosan kalau
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya. *** “Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan. “Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.” “Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?” “Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?” Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.” “Terus apa? Masa aku harus menanggalkan jilbabku?” “Pelayan café di Bali, dan gajinya dollar, kalau kamu mau besok juga b
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya.***“Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan.“Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.”“Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?”“Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?”Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.”“T
“Sepertinya aku cocok sama pengasuh Bima dan Sakti. Aku perhatikan si kembar selama seminggu ini nyaman sama dia, dan aku juga lihat kalau Maha memang wanita yang sabar. Beruntung ya kita minta tolong Intan untuk cari pengasuh. Aku trauma dengan para pengasuh yang dulu merawat si kembar,” ucap Zakia. “Aku juga sreg, Sayang. Bima dan Sakti selalu muji kakak cantik itu bidadari berkerudung. Mereka antusias sekali cerita kalau main sama Maha sangat menyenangkan,” balas Irwan, “Bersyukur akhirnya kita menemukan pengasuh yang tepat.” “Kalau nanti dalam tiga bulan masa percobaan dia memang bagus, kita kasih bonus lebih ya, Mas. Aku mau Maha betah kerja sama kita, jarang banget kita dapat pengasuh yang cocok,” pinta Zakia. “Iya, Sayang. Aku sudah pikirkan juga nanti mau kasih bonus sama Maha. Biar dia semakin semangat jaga si kembar,” balas Irwan. “Melati kemana, Mas?” tanya Zakia. Dia belum melihat anak sulungnya yang berumur 13 tahun. “Oh, tadi Raka minta izin kalau dia mau ajak Melati
“Masalah uang sewa ada di Ibu, Nak. Kamu jangan memikirkannya, ya!” ucap Nia tersenyum. Wanita paruh baya itu seolah tahu isi hati anak sulungnya.“Bu, nanti kita bicarakan soal pindah rumah, ya! Hari juga sudah larut, kita pergi istirahat,” balas Maha.“Assalamualaikum… “Maha dan Nia terkejut karena pada jam selarut ini ada yang bertamu ke rumah mereka. Keduanya saling menatap satu sama lainnya.“Biar Maha lihat siapa yang bertamu ke rumah ini ya, Bu,” pinta Maha sambil bergegas pergi menuju ruang tamu.Maha langsung membuka pintu, dan dia pun terpana melihat sosok pria yang tersenyum padanya.“Assalamulaikum, Maha… Maaf, aku ganggu malam ini karena hanya kamu yang bisa bantu,” ucap Zayn.Maha mematung, senyum pria itu selalu membawanya ke dunia yang berbeda. Kenapa hatinya dari dulu selalu saja menuju satu nama? Kenapa nama pria itu sela
***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me
***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se
Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu
***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa
***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma
***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar