Maha gelisah, dia masih memikirkan permintaan Alysa yang tak lelah memohon padanya. bahkan Alysa mengirim banyak hadiah ke rumahnya dan terus mengirim pesan padanya. Dia sudah tegas menolaknya, tapi Alysa tak menggubris alasan kenapa dirinya menolak untuk dijadikan istri kedua. Maha memijit kedua pelipisnya, sungguh masalah ini membuat kepalanya hampir meledak.
“Nggak lembur, Nak?” tanya Nia. Wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.
“Nggak, Bu,” balas Maha, dia langsung mencium punggung tangan Sarah. “Gimana jualannya, Bu?”
“Alhamduillah… hari ini nasi kuning Ibu laris manis, ada yang borong, jadi sebelum dzuhur Ibu bisa pulang cepat,” jawab Nia. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. “Nak Alysa terus menghubungi Ibu, dia bilang kamu nggak mau menerima lamaran Nak Zayn, dan Alysa meminta Ibu untuk membujuk kamu.”
“Abaikan saja, Bu. Nanti juga Mbak Alysa bosan kalau kita nggak respon,” pinta Maha.
“Kamu tidak nyaman ya? Di satu sisi kamu nggak enak karena Alysa dan keluarganya selama ini membantu keluarga kita, dan rumah ini pun pemberian dari keluarganya. Kenapa kita harus dihadapkan di posisi yang sulit begini.” Wanita paruh baya itu menghela napas berat.
“Maha memang tidak enak menolak Mbak Alysa, tapi Maha tidak mau kalau jadi yang kedua, dan alasannya pun karena mereka ingin Maha melahirkan keturunan untuk mereka. Menikah itu harus dilandaskan rasa cinta agar tidak terasa hampa. Kalau Mas Zayn tidak mencintai Maha, nanti rumah tangga kami berdua hambar, Bu. Maha juga tahu kalau Mas Zayn tidak menginginkan dirinya menikah lagi, dia terpaksa setuju karena permintaan Mbak Alysa,” ungkap Maha.
“Kalau Nak Zayn menyukaimu, kamu mau menerima lamarannya?”
Maha menghela napas panjang. “Wanita mana pun mau jadi satu-satunya, Bu. Bukan jadi salah satunya, Maha tidak ingin berbagi ranjang karena Maha ingin dicintai sepenuhnya.”
“Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu resign saja, Nak. Mungkin dengan begitu nanti mereka tidak terus memaksa kamu,” usul Nia.
“Maha belum menemukan pekerjaan pengganti, Bu. Kalau Maha langsung resign, nanti Maha kerja apa? Cari kerjaan sekarang sangat sulit, apalagi Maha hanya tamatan SMA. Maha lagi menunggu kabar dari Intan, kalau dia ada informasi tentang kerjaan, Maha pasti langsung minta resign dari perusahaannya Mas Zayn.”
“Nggak apa-apa, Nak. Kan ada Ibu yang masih jualan, jualan Ibu akhir-akhir Alhamdulillah laris manis,” tukas Nia.
Maha menggelengkan kepalanya. “Nggak, Bu. Ibu juga jangan terlalu capek, kan Ibu harus banyak istirahat kata dokter. Malah Dokter Imam menyuruh Ibu untuk tidak jualan dulu, tapi Ibu bandel malah jualan.”
Nia setengah tertawa. “Ibu bosan, Nak. Kalau kamu kerja, Ibu di rumah sendirian, ibu kan kesepian. Ibu tidak mau berdiam diri saja, kalau nggak ada kegiatan malah ingat sama masa lalu, saat ayahmu membuat Ibu hampir gila, dan juga Ibu tidak mau ingat masa kelam-kelam itu.” Dia mencoba menahan tangisannya agar anaknya tidak ikut merasakan kepedihan hatinya.
Maha merasakan perih di hatinya. Luka di hatinya masih lebam karena apa yang telah ayahnya lakukan padanya dan juga ibunya. Kekerasan itu jelas terekam di ingatannya. Saat ayahnya membabi buta memukul ibunya, menyeret ibunya sampai dengan tega membuat ibunya hampir merenggang nyawa. Masa-masa itu menimbulkan dampak yang buruk untuk mentalnya, beruntung saat itu ada Alysa yang membantunya keluar dari masa-masa kelam.
“Jangan mengingat pria itu lagi, Bu. Jangan sakit lagi, Maha pinta sama Ibu, biarkan luka itu pergi. Kita harus menatap ke depan. Saat ini Ibu harus bahagia, ya... meskipun anak Ibu ini masih belum bisa membanggakan dan membuat Ibu bahagia, tapi Maha akan terus berusaha untuk membahagiakan Ibu,” ucap Maha tersenyum
Nia tersenyum. “Jangan bicara seperti itu, Nak! Kamu adalah hartanya Ibu, hal yang paling berharga. Kamu lah yang menguatkan Ibu, adanya kamu adalah kebahagiaan yang Ibu impikan. Terima kasih untuk selalu ada di sisi Ibu.”
Air mata Maha menetes, dia memeluk Nia erat. “Maafkan Maha, Bu. Maha masih belum bisa membanggakan Ibu dan, Maha hanya jadi anak yang menyusahkan Ibu. Maafkan… “
Nia membelai puncak kepala Maha dengan lembut. “Kehadiranmu adalah puncak dari segala kebahagiaan Ibu, Nak. Ibu sangat beruntung karena Allah memberi rezeki anak yang berbakti dan shalihah seperti kamu. Ibu bersyukur karena kamu saat ini menjaga kecantikanmu, kamu sangat cantik dengan jilbabmu.”
Air mata Maha semakin deras. Dia tidak kehilangan sayap bahagianya lagi, di dunia ini hanya Nia yang dia punya. Dia tidak peduli dengan garis takdirnya nanti, namun yang terpenting baginya saat ini adalah bisa hidup bahagia dengan Nia. Prioritas utamanya saat ini hanyalah ibunya.
Masalah hatinya yang saat ini masih terbaca satu nama, Maha tidak peduli lagi. Maha pasrah, dan berharap kelak hatinya dilabuhkan pada pria yang hanya menginginkannya saja. menjadikan Maha seorang ratu, bukan seorang selir.
**
“Kamu sudah nunggu lama ya?” tanya Intan.
“Nggak, aku juga baru datang kok. Tadi kejebak macet di jalan,” balas Maha.
“Ini buat kamu,” kata Intan sambil menyerahkan paper bag berwarna cokelat muda.
“Ini apa?”
“Jilbab. Kemarin saat aku umroh beli jilbab dan gamis buat kamu. Kamu pasti lebih butuh kan,” balas Intan. “Tapi, habis umroh ya aku belum berani pakai jilbab kayak kamu, aku masih betah pergi ke diskotik,” tambahnya.
“Alhamdulillah. Terima kasih, Intan. Kamu dari dulu selalu yang paling paham tentang aku,” ucap Maha terharu.
“Kedua setelah ibumu, kan?”
Maha mengangguk. “Intan, maaf ya seminggu ini aku selalu nggak bisa diajak ketemuan karena banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”
“Oh, jadi alasan kamu mau resign karena beban pekerjaan?” tebak Intan.
Maha menggelengkan kepalanya. “Bukan karena itu, Ntan.”
“Terus?”
Maha menghela napas berat, dan tersenyum samar. “Aku mau resign karena Pak Zayn,” jawabnya pelan.
“Kenapa dia? Kamu semakin nggak bisa lupakan pria itu?”
“Bukan karena itu juga.”
“Terus?”
“Pak Zayn mendadak memintaku untuk jadi istrinya,” jawab Maha.
“Apa?!” pekik Intan terkejut. Nada suaranya meninggi dan membuat pengunjung café lainnya beralih menatap meja keduanya.
“Kamu kebiasaan deh, Ntan! Suaramu itu lho kayak bunyi petasan,” tukas Maha.
Intan nyengir kuda. “Aku kaget, Maha. Si Zayn meminta kamu jadi istrinya, dia cerai sama istrinya?”
Maha menggelengkan kepalanya. “Pak Zayn sama Mbak Alysa masih jadi pasangan yang romantis kok.”
“Terus kalau begitu, kenapa si Zayn meminta kamu jadi istrinya? Dia niat menjalani poligami, dan kamu jadi istri keduanya?”
Maha mengangguk lagi, dan tersenyum singkat.
“Gila! Kenapa dia jadi kayak predator. Kukira dia alim, ternyata buaya juga,” ujar Intan dengan kesal.
“Pak Zayn bukan pria seperti itu. Dia juga tidak ingin menikah dan mencari istri lagi. Pak Zayn kemarin melamarku karena permintaan Mbak Alysa,” ungkap Maha.
“Alysa yang minta? Dia masih waras?”
“Iya, Mbak Alysa yang meminta Pak Zayn untuk melamarku, dan Mbak Alysa bilang dia hanya ingin aku yang jadi adik madunya.”
“Alasannya apa?”
“Mereka ingin aku nanti melahirkan keturunan dari Pak Zayn. Mereka sudah menanti buah hati selama ini, dan Mbak Alysa divonis dokter tidak bisa hamil karena mandul,” balas Maha menerangkan.
“Gila! Alysa dan Zayn itu gila! Mereka ingin punya anak, tapi mengorbankan kebahagiaan orang lain! Kamu jangan mau! Kamu terlalu berharga untuk dijadikan alat sebagai pencetak keturunan mereka, kalau mereka mau anak ya mereka bisa adopsi dulu buat mancing atau ikut bayi tabung. Kenapa mereka malah meminta wanita sebaik kamu untuk mewujudkan mimpi mereka? Gila!” kesal Intan.
“Iya, Intan. Aku juga sudah menolaknya karena bagaimana pun aku tidak mau dijadikan yang kedua, tapi di sisi lain aku merasa bersalah karena menolak permintaan Mbak Alysa. Padahal selama ini Mbak Alysa tidak pernah meminta hal apapun padaku, dan dia juga selama ini membantu keluargaku tanpa pamrih, aku agak frustasi memikirkannya. Aku sempat ingin menerima lamaran dari Pak Zayn kemarin karena kupikir mungkin jadi istri kedua sudah menjadi garis takdirku, menjadi yang kedua pun adalah salah satu jalan untuk mencari surga, tapi aku memikirkan masa depan yang masih kuraba, nanti apa bisa dua wanita ada dalam satu hati pria?”
“Jangan! Kamu jangan mau menerimanya karena balas budi, jangan sampai kamu mengorbankan kebahagiaan kamu nantinya! Aku pasti akan menentang kamu!” ucap Intan dengan tegas. “Di hatimu masih ada pria itu? Kamu masih mencintainya?”
Hening…
***
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya. *** “Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan. “Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.” “Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?” “Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?” Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.” “Terus apa? Masa aku harus menanggalkan jilbabku?” “Pelayan café di Bali, dan gajinya dollar, kalau kamu mau besok juga b
"Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya.***“Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan.“Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.”“Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?”“Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?”Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.”“T
“Sepertinya aku cocok sama pengasuh Bima dan Sakti. Aku perhatikan si kembar selama seminggu ini nyaman sama dia, dan aku juga lihat kalau Maha memang wanita yang sabar. Beruntung ya kita minta tolong Intan untuk cari pengasuh. Aku trauma dengan para pengasuh yang dulu merawat si kembar,” ucap Zakia. “Aku juga sreg, Sayang. Bima dan Sakti selalu muji kakak cantik itu bidadari berkerudung. Mereka antusias sekali cerita kalau main sama Maha sangat menyenangkan,” balas Irwan, “Bersyukur akhirnya kita menemukan pengasuh yang tepat.” “Kalau nanti dalam tiga bulan masa percobaan dia memang bagus, kita kasih bonus lebih ya, Mas. Aku mau Maha betah kerja sama kita, jarang banget kita dapat pengasuh yang cocok,” pinta Zakia. “Iya, Sayang. Aku sudah pikirkan juga nanti mau kasih bonus sama Maha. Biar dia semakin semangat jaga si kembar,” balas Irwan. “Melati kemana, Mas?” tanya Zakia. Dia belum melihat anak sulungnya yang berumur 13 tahun. “Oh, tadi Raka minta izin kalau dia mau ajak Melati
“Masalah uang sewa ada di Ibu, Nak. Kamu jangan memikirkannya, ya!” ucap Nia tersenyum. Wanita paruh baya itu seolah tahu isi hati anak sulungnya.“Bu, nanti kita bicarakan soal pindah rumah, ya! Hari juga sudah larut, kita pergi istirahat,” balas Maha.“Assalamualaikum… “Maha dan Nia terkejut karena pada jam selarut ini ada yang bertamu ke rumah mereka. Keduanya saling menatap satu sama lainnya.“Biar Maha lihat siapa yang bertamu ke rumah ini ya, Bu,” pinta Maha sambil bergegas pergi menuju ruang tamu.Maha langsung membuka pintu, dan dia pun terpana melihat sosok pria yang tersenyum padanya.“Assalamulaikum, Maha… Maaf, aku ganggu malam ini karena hanya kamu yang bisa bantu,” ucap Zayn.Maha mematung, senyum pria itu selalu membawanya ke dunia yang berbeda. Kenapa hatinya dari dulu selalu saja menuju satu nama? Kenapa nama pria itu sela
"Maha, kamu mau menerima Mas Zayn jadi suamimu?" tanya Alysa tersenyum dengan sumringah.Maha mengangguk agak ragu, dia tidak tahu apa keputusan yang diambilnya ini tepat, jika dia sudah memutuskan untuk jadi adik madu Alysa itu artinya dia harus menerima garis takdir sebagai istri kedua. Maha tidak pernah membayangkan kalau pada akhirnya dia harus jadi yang kedua di hati seseorang. "Tapi aku butuh waktu untuk istikharah, Mbak. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, aku harus diskusi dengan ibu, dan tentu saja aku harus meminta petunjuk sama Gusti Allah."Alysa terus saja tersenyum lebar, dia tidak menyangka kalau pada akhirnya Maha mau menerima Zayn, dan rela dijadikan adik madu. "Terima kasih ya, Maha. Mbak nggak nyangka kalau kamu akhirnya mau jadi istri kedua dari Mas Zayn. Tadi Mbak sudah ikhals, dan juga nggak mau memaksa kamu karena memang jadi yang kedua itu pasti berat, dan wanita mana yang mau jadi yang kedua. Mbak juga sadar kalau kamu sama seperti wanita la
"Nak Alysa ini memang wanita yang luar biasa shalihah. Dia tahu kalau ikhlas yang paling tertinggi adalah mengizinkan suaminya untuk menikah lagi, memang tidak mudah, tapi dia bisa mengambil keputusan ini karena dia bisa mengatasinya," balas Nia."Bu, kalau Maha nanti ditakdirkan jadi istri keduanya Mas Zayn. Ibu ridho, kan? Ibu tidak malu mempunyai anak seperti Maha?""Ibu hanya mendoakan kebahagiaan kamu, dan juga Allah jaga kamu. Itu sudah cukup bagi Ibu. Seperti yang kamu bilang tadi... penilaian manusia tidak Ibu pedulikan juga," jawab Nia. "Kamu mau menerimanya karena Alysa atau lebih condong karena Zayn?"Maha mendadak terdiam membisu. Dia saat itu sedang di batas ambang. Entahlah, Maha tidak tahu apa dia memang sudah pasrah dengan takdir ini. Baginya, masa depan hanya misteri dan dia menerimanya karena Zayn dan Alysa sangat berjasa di hidupnya. Mungkin hanya ini satu-satunya cara untuk membalas kebaikan mereka.Kenapa hidup ini selalu saja ada yan
"Memang benar, jika kita menjatuhkan hati terlalu dalam pada manusia, maka harus bersiap untuk terluka dan kecewa. Jadi, luka batin itu karena kita terlalu menghambakan manusia di hati kita.***“Alhamdulillah... jika semuanya sudah ridho, dan juga tidak masalah dengan rencana baik ini, kami semua lega, dan saya sebagai orang tua dari Zayn meminta Maha pada Mbak Nia untuk jadi menantu kami. Jika Mbak Nia tidak keberatan, dan mau menerimanya, kita harus membicarakan tanggal yang baik untuk pernikahan mereka berdua,” ucap Yusuf.“Saya selalu memberikan restu untuk kebahagiaan Maha, dan saya juga tidak mempermasalahkannya kalau dari keluarga Kyai, dan juga Nak Alysa setuju, dan tidak keberatan atas pernikahan anak saya dengan Nak Zayn,” balas Nia.“Bagaimana Alysa? Abi tanya lagi sama kamu, Nak. Kamu ikhlas jika suamimu menikah lagi? Jika kamu belum ikhlas, dan masih ragu-ragu lebih baik utarakan saja di sini b
“Jangan terlalu memikirkan status istri kedua, ya! Kamu, dan Mbak sama kok kedudukannya. Kita berdua adalah istri sahnya Mas Zayn, dan pernikahan kamu pun tidak kami sembunyikan. Jadi, jangan bersedih karena Mas Zayn pasti berlaku adil pada kamu, dia tidak akan menyembunyikan fakta kalau punya istri secantik kamu di hadapan orang,” ucap Alysa.“Aku tidak peduli dengan ucapan orang-orang padaku, Mbak. Aku takut kalau keberadaanku menjadi luka untuk siapapun. Aku tidak mau jadi penyebab luka bagi siapapun,” tukas Maha.“Tidak, Maha. Kamu bukan penyebab luka! Kamu adalah bunga yang sedang mekar, dan harus dijaga oleh seseorang yang tepat, kamu itu sangat cantik, Masya Allah. Layaknya seorang bidadari yang turun dari surga,” balas Alysa. “Ah, nanti Mas Zayn datang ke kamar ini, dan sambut lah suamimu dengan cinta. Malam ini adalah malam milik kalian berdua, kamu harus pikirkan saja kalau di dunia ini hanya ada kamu, dan Mas Zayn.&r