Home / Romansa / Bidadari Pembawa Luka / 7. Permintaan Jadi yang Kedua

Share

7. Permintaan Jadi yang Kedua

Author: ISMI
last update Last Updated: 2023-09-07 17:00:17

Maha gelisah, dia masih memikirkan permintaan Alysa yang tak lelah memohon padanya. bahkan Alysa mengirim banyak hadiah ke rumahnya dan terus mengirim pesan padanya. Dia sudah tegas menolaknya, tapi Alysa tak menggubris alasan kenapa dirinya menolak untuk dijadikan istri kedua. Maha memijit kedua pelipisnya, sungguh masalah ini membuat kepalanya hampir meledak.

“Nggak lembur, Nak?” tanya Nia. Wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.

“Nggak, Bu,” balas Maha, dia langsung mencium punggung tangan Sarah. “Gimana jualannya, Bu?”

Alhamduillah… hari ini nasi kuning Ibu laris manis, ada yang borong, jadi sebelum dzuhur Ibu bisa pulang cepat,” jawab Nia. Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. “Nak Alysa terus menghubungi Ibu, dia bilang kamu nggak mau menerima lamaran Nak Zayn, dan Alysa meminta Ibu untuk membujuk kamu.”

“Abaikan saja, Bu. Nanti juga Mbak Alysa bosan kalau kita nggak respon,” pinta Maha.

“Kamu tidak nyaman ya? Di satu sisi kamu nggak enak karena Alysa dan keluarganya selama ini membantu keluarga kita, dan rumah ini pun pemberian dari keluarganya. Kenapa kita harus dihadapkan di posisi yang sulit begini.” Wanita paruh baya itu menghela napas berat.

“Maha memang tidak enak menolak Mbak Alysa, tapi Maha tidak mau kalau jadi yang kedua, dan alasannya pun karena mereka ingin Maha melahirkan keturunan untuk mereka. Menikah itu harus dilandaskan rasa cinta agar tidak terasa hampa. Kalau Mas Zayn tidak mencintai Maha, nanti rumah tangga kami berdua hambar, Bu. Maha juga tahu kalau Mas Zayn tidak menginginkan dirinya menikah lagi, dia terpaksa setuju karena permintaan Mbak Alysa,” ungkap Maha.

“Kalau Nak Zayn menyukaimu, kamu mau menerima lamarannya?”

Maha menghela napas panjang. “Wanita mana pun mau jadi satu-satunya, Bu. Bukan jadi salah satunya, Maha tidak ingin berbagi ranjang karena Maha ingin dicintai sepenuhnya.”

“Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu resign saja, Nak. Mungkin dengan begitu nanti mereka tidak terus memaksa kamu,” usul Nia.

“Maha belum menemukan pekerjaan pengganti, Bu. Kalau Maha langsung resign, nanti Maha kerja apa? Cari kerjaan sekarang sangat sulit, apalagi Maha hanya tamatan SMA. Maha lagi menunggu kabar dari Intan, kalau dia ada informasi tentang kerjaan, Maha pasti langsung minta resign dari perusahaannya Mas Zayn.”

“Nggak apa-apa, Nak. Kan ada Ibu yang masih jualan, jualan Ibu akhir-akhir Alhamdulillah laris manis,” tukas Nia.

Maha menggelengkan kepalanya. “Nggak, Bu. Ibu juga jangan terlalu capek, kan Ibu harus banyak istirahat kata dokter. Malah Dokter Imam menyuruh Ibu untuk tidak jualan dulu, tapi Ibu bandel malah jualan.”

Nia setengah tertawa. “Ibu bosan, Nak. Kalau kamu kerja, Ibu di rumah sendirian, ibu kan kesepian. Ibu tidak mau berdiam diri saja, kalau nggak ada kegiatan malah ingat sama masa lalu, saat ayahmu membuat Ibu hampir gila, dan juga Ibu tidak mau ingat masa kelam-kelam itu.” Dia mencoba menahan tangisannya agar anaknya tidak ikut merasakan kepedihan hatinya.

Maha merasakan perih di hatinya. Luka di hatinya masih lebam karena apa yang telah ayahnya lakukan padanya dan juga ibunya. Kekerasan itu jelas terekam di ingatannya. Saat ayahnya membabi buta memukul ibunya, menyeret ibunya sampai dengan tega membuat ibunya hampir merenggang nyawa. Masa-masa itu menimbulkan dampak yang buruk untuk mentalnya, beruntung saat itu ada Alysa yang membantunya keluar dari masa-masa kelam.

“Jangan mengingat pria itu lagi, Bu. Jangan sakit lagi, Maha pinta sama Ibu, biarkan luka itu pergi. Kita harus menatap ke depan. Saat ini Ibu harus bahagia, ya... meskipun anak Ibu ini masih belum bisa membanggakan dan membuat Ibu bahagia, tapi Maha akan terus berusaha untuk membahagiakan Ibu,” ucap Maha tersenyum

Nia tersenyum. “Jangan bicara seperti itu, Nak! Kamu adalah hartanya Ibu, hal yang paling berharga. Kamu lah yang menguatkan Ibu, adanya kamu adalah kebahagiaan yang Ibu impikan. Terima kasih untuk selalu ada di sisi Ibu.”

Air mata Maha menetes, dia memeluk Nia erat. “Maafkan Maha, Bu. Maha masih belum bisa membanggakan Ibu dan, Maha hanya jadi anak yang menyusahkan Ibu. Maafkan… “

Nia membelai puncak kepala Maha dengan lembut. “Kehadiranmu adalah puncak dari segala kebahagiaan Ibu, Nak. Ibu sangat beruntung karena Allah memberi rezeki anak yang berbakti dan shalihah seperti kamu. Ibu bersyukur karena kamu saat ini menjaga kecantikanmu, kamu sangat cantik dengan jilbabmu.”

Air mata Maha semakin deras. Dia tidak kehilangan sayap bahagianya lagi, di dunia ini hanya Nia yang dia punya. Dia tidak peduli dengan garis takdirnya nanti, namun yang terpenting baginya saat ini adalah bisa hidup bahagia dengan Nia. Prioritas utamanya saat ini hanyalah ibunya.

Masalah hatinya yang saat ini masih terbaca satu nama, Maha tidak peduli lagi. Maha pasrah, dan berharap kelak hatinya dilabuhkan pada pria yang hanya menginginkannya saja. menjadikan Maha seorang ratu, bukan seorang selir.

**

“Kamu sudah nunggu lama ya?” tanya Intan.

“Nggak, aku juga baru datang kok. Tadi kejebak macet di jalan,” balas Maha.

“Ini buat kamu,” kata Intan sambil menyerahkan paper bag berwarna cokelat muda.

“Ini apa?”

“Jilbab. Kemarin saat aku umroh beli jilbab dan gamis buat kamu. Kamu pasti lebih butuh kan,” balas Intan. “Tapi, habis umroh ya aku belum berani pakai jilbab kayak kamu, aku masih betah pergi ke diskotik,” tambahnya.

Alhamdulillah. Terima kasih, Intan. Kamu dari dulu selalu yang paling paham tentang aku,” ucap Maha terharu.

“Kedua setelah ibumu, kan?”

Maha mengangguk. “Intan, maaf ya seminggu ini aku selalu nggak bisa diajak ketemuan karena banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”

“Oh, jadi alasan kamu mau resign karena beban pekerjaan?” tebak Intan.

Maha menggelengkan kepalanya. “Bukan karena itu, Ntan.”

“Terus?”

Maha menghela napas berat, dan tersenyum samar. “Aku mau resign karena Pak Zayn,” jawabnya pelan.

“Kenapa dia? Kamu semakin nggak bisa lupakan pria itu?”

“Bukan karena itu juga.”

“Terus?”

“Pak Zayn mendadak memintaku untuk jadi istrinya,” jawab Maha.

“Apa?!” pekik Intan terkejut. Nada suaranya meninggi dan membuat pengunjung café lainnya beralih menatap meja keduanya.

“Kamu kebiasaan deh, Ntan! Suaramu itu lho kayak bunyi petasan,” tukas Maha.

Intan nyengir kuda. “Aku kaget, Maha. Si Zayn meminta kamu jadi istrinya, dia cerai sama istrinya?”

Maha menggelengkan kepalanya. “Pak Zayn sama Mbak Alysa masih jadi pasangan yang romantis kok.”

“Terus kalau begitu, kenapa si Zayn meminta kamu jadi istrinya? Dia niat menjalani poligami, dan kamu jadi istri keduanya?”

Maha mengangguk lagi, dan tersenyum singkat.

“Gila! Kenapa dia jadi kayak predator. Kukira dia alim, ternyata buaya juga,” ujar Intan dengan kesal.

“Pak Zayn bukan pria seperti itu. Dia juga tidak ingin menikah dan mencari istri lagi. Pak Zayn kemarin melamarku karena permintaan Mbak Alysa,” ungkap Maha.

“Alysa yang minta? Dia masih waras?”

“Iya, Mbak Alysa yang meminta Pak Zayn untuk melamarku, dan Mbak Alysa bilang dia hanya ingin aku yang jadi adik madunya.”

“Alasannya apa?”

“Mereka ingin aku nanti melahirkan keturunan dari Pak Zayn. Mereka sudah menanti buah hati selama ini, dan Mbak Alysa divonis dokter tidak bisa hamil karena mandul,” balas Maha menerangkan.

“Gila! Alysa dan Zayn itu gila! Mereka ingin punya anak, tapi mengorbankan kebahagiaan orang lain! Kamu jangan mau! Kamu terlalu berharga untuk dijadikan alat sebagai pencetak keturunan mereka, kalau mereka mau anak ya mereka bisa adopsi dulu buat mancing atau ikut bayi tabung. Kenapa mereka malah meminta wanita sebaik kamu untuk mewujudkan mimpi mereka? Gila!” kesal Intan.

“Iya, Intan. Aku juga sudah menolaknya karena bagaimana pun aku tidak mau dijadikan yang kedua, tapi di sisi lain aku merasa bersalah karena menolak permintaan Mbak Alysa. Padahal selama ini Mbak Alysa tidak pernah meminta hal apapun padaku, dan dia juga selama ini membantu keluargaku tanpa pamrih, aku agak frustasi memikirkannya. Aku sempat ingin menerima lamaran dari Pak Zayn kemarin karena kupikir mungkin jadi istri kedua sudah menjadi garis takdirku, menjadi yang kedua pun adalah salah satu jalan untuk mencari surga, tapi aku memikirkan masa depan yang masih kuraba, nanti apa bisa dua wanita ada dalam satu hati pria?”

“Jangan! Kamu jangan mau menerimanya karena balas budi, jangan sampai kamu mengorbankan kebahagiaan kamu nantinya! Aku pasti akan menentang kamu!” ucap Intan dengan tegas. “Di hatimu masih ada pria itu? Kamu masih mencintainya?”

Hening…

***

Related chapters

  • Bidadari Pembawa Luka   8. Perasaan Terlarang

    "Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya. *** “Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan. “Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.” “Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?” “Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?” Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.” “Terus apa? Masa aku harus menanggalkan jilbabku?” “Pelayan café di Bali, dan gajinya dollar, kalau kamu mau besok juga b

    Last Updated : 2023-09-07
  • Bidadari Pembawa Luka   9. Rasa yang Terpendam

    "Aku mengaguminya, bahkan saat dia memilih wanita lain di hatinya, aku masih enggan untuk melepaskan dirinya utuh di hati ini. Perasaan ini terlarang, tapi aku menikmatinya.***“Jangan bilang kalau kamu suka saat Zayn memintamu untuk jadi istrinya?” tanya Intan.“Aku tidak senang. Jujur aku terluka karena tahu alasan dia hanya karena Mbak Alysa, aku juga tahu diri, Ntan. Meski aku mengaggumi sosok Pak Zayn, tapi aku tidak pernah berpikir untuk jadi istrinya. Aku ingin pergi menjauh darinya, makanya aku meminta kamu untuk mencari pekerjaan untukku.”“Pekerjaan banyak, Maha. Tapi masalahnya kamu mau saat bekerja buka jilbab?”“Kenapa jilbabku harus dikorbankan? Pekerjaan jenis apa itu? Pemandu karaoke lagi, kah?”Intan menggelengkan kepalanya. “Nggak lah. Aku nggak akan kasih izin kamu bekerjadi jadi pemandu karaoke lagi, aku tidak mau membuka luka lama itu.”“T

    Last Updated : 2023-09-08
  • Bidadari Pembawa Luka   10. Satu Atap, Dua Cinta

    “Sepertinya aku cocok sama pengasuh Bima dan Sakti. Aku perhatikan si kembar selama seminggu ini nyaman sama dia, dan aku juga lihat kalau Maha memang wanita yang sabar. Beruntung ya kita minta tolong Intan untuk cari pengasuh. Aku trauma dengan para pengasuh yang dulu merawat si kembar,” ucap Zakia. “Aku juga sreg, Sayang. Bima dan Sakti selalu muji kakak cantik itu bidadari berkerudung. Mereka antusias sekali cerita kalau main sama Maha sangat menyenangkan,” balas Irwan, “Bersyukur akhirnya kita menemukan pengasuh yang tepat.” “Kalau nanti dalam tiga bulan masa percobaan dia memang bagus, kita kasih bonus lebih ya, Mas. Aku mau Maha betah kerja sama kita, jarang banget kita dapat pengasuh yang cocok,” pinta Zakia. “Iya, Sayang. Aku sudah pikirkan juga nanti mau kasih bonus sama Maha. Biar dia semakin semangat jaga si kembar,” balas Irwan. “Melati kemana, Mas?” tanya Zakia. Dia belum melihat anak sulungnya yang berumur 13 tahun. “Oh, tadi Raka minta izin kalau dia mau ajak Melati

    Last Updated : 2023-09-08
  • Bidadari Pembawa Luka   11. Pasrah

    “Masalah uang sewa ada di Ibu, Nak. Kamu jangan memikirkannya, ya!” ucap Nia tersenyum. Wanita paruh baya itu seolah tahu isi hati anak sulungnya.“Bu, nanti kita bicarakan soal pindah rumah, ya! Hari juga sudah larut, kita pergi istirahat,” balas Maha.“Assalamualaikum… “Maha dan Nia terkejut karena pada jam selarut ini ada yang bertamu ke rumah mereka. Keduanya saling menatap satu sama lainnya.“Biar Maha lihat siapa yang bertamu ke rumah ini ya, Bu,” pinta Maha sambil bergegas pergi menuju ruang tamu.Maha langsung membuka pintu, dan dia pun terpana melihat sosok pria yang tersenyum padanya.“Assalamulaikum, Maha… Maaf, aku ganggu malam ini karena hanya kamu yang bisa bantu,” ucap Zayn.Maha mematung, senyum pria itu selalu membawanya ke dunia yang berbeda. Kenapa hatinya dari dulu selalu saja menuju satu nama? Kenapa nama pria itu sela

    Last Updated : 2023-09-08
  • Bidadari Pembawa Luka   12. Jalan yang Dipilih

    "Maha, kamu mau menerima Mas Zayn jadi suamimu?" tanya Alysa tersenyum dengan sumringah.Maha mengangguk agak ragu, dia tidak tahu apa keputusan yang diambilnya ini tepat, jika dia sudah memutuskan untuk jadi adik madu Alysa itu artinya dia harus menerima garis takdir sebagai istri kedua. Maha tidak pernah membayangkan kalau pada akhirnya dia harus jadi yang kedua di hati seseorang. "Tapi aku butuh waktu untuk istikharah, Mbak. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, aku harus diskusi dengan ibu, dan tentu saja aku harus meminta petunjuk sama Gusti Allah."Alysa terus saja tersenyum lebar, dia tidak menyangka kalau pada akhirnya Maha mau menerima Zayn, dan rela dijadikan adik madu. "Terima kasih ya, Maha. Mbak nggak nyangka kalau kamu akhirnya mau jadi istri kedua dari Mas Zayn. Tadi Mbak sudah ikhals, dan juga nggak mau memaksa kamu karena memang jadi yang kedua itu pasti berat, dan wanita mana yang mau jadi yang kedua. Mbak juga sadar kalau kamu sama seperti wanita la

    Last Updated : 2023-09-09
  • Bidadari Pembawa Luka   13. Bertemu Pria di Masa Lalu

    "Nak Alysa ini memang wanita yang luar biasa shalihah. Dia tahu kalau ikhlas yang paling tertinggi adalah mengizinkan suaminya untuk menikah lagi, memang tidak mudah, tapi dia bisa mengambil keputusan ini karena dia bisa mengatasinya," balas Nia."Bu, kalau Maha nanti ditakdirkan jadi istri keduanya Mas Zayn. Ibu ridho, kan? Ibu tidak malu mempunyai anak seperti Maha?""Ibu hanya mendoakan kebahagiaan kamu, dan juga Allah jaga kamu. Itu sudah cukup bagi Ibu. Seperti yang kamu bilang tadi... penilaian manusia tidak Ibu pedulikan juga," jawab Nia. "Kamu mau menerimanya karena Alysa atau lebih condong karena Zayn?"Maha mendadak terdiam membisu. Dia saat itu sedang di batas ambang. Entahlah, Maha tidak tahu apa dia memang sudah pasrah dengan takdir ini. Baginya, masa depan hanya misteri dan dia menerimanya karena Zayn dan Alysa sangat berjasa di hidupnya. Mungkin hanya ini satu-satunya cara untuk membalas kebaikan mereka.Kenapa hidup ini selalu saja ada yan

    Last Updated : 2023-09-09
  • Bidadari Pembawa Luka   14. Menjatuhkan Hati pada Manusia

    "Memang benar, jika kita menjatuhkan hati terlalu dalam pada manusia, maka harus bersiap untuk terluka dan kecewa. Jadi, luka batin itu karena kita terlalu menghambakan manusia di hati kita.***“Alhamdulillah... jika semuanya sudah ridho, dan juga tidak masalah dengan rencana baik ini, kami semua lega, dan saya sebagai orang tua dari Zayn meminta Maha pada Mbak Nia untuk jadi menantu kami. Jika Mbak Nia tidak keberatan, dan mau menerimanya, kita harus membicarakan tanggal yang baik untuk pernikahan mereka berdua,” ucap Yusuf.“Saya selalu memberikan restu untuk kebahagiaan Maha, dan saya juga tidak mempermasalahkannya kalau dari keluarga Kyai, dan juga Nak Alysa setuju, dan tidak keberatan atas pernikahan anak saya dengan Nak Zayn,” balas Nia.“Bagaimana Alysa? Abi tanya lagi sama kamu, Nak. Kamu ikhlas jika suamimu menikah lagi? Jika kamu belum ikhlas, dan masih ragu-ragu lebih baik utarakan saja di sini b

    Last Updated : 2023-09-09
  • Bidadari Pembawa Luka   15. Aku Tidak Mau jadi Penyebab Luka

    “Jangan terlalu memikirkan status istri kedua, ya! Kamu, dan Mbak sama kok kedudukannya. Kita berdua adalah istri sahnya Mas Zayn, dan pernikahan kamu pun tidak kami sembunyikan. Jadi, jangan bersedih karena Mas Zayn pasti berlaku adil pada kamu, dia tidak akan menyembunyikan fakta kalau punya istri secantik kamu di hadapan orang,” ucap Alysa.“Aku tidak peduli dengan ucapan orang-orang padaku, Mbak. Aku takut kalau keberadaanku menjadi luka untuk siapapun. Aku tidak mau jadi penyebab luka bagi siapapun,” tukas Maha.“Tidak, Maha. Kamu bukan penyebab luka! Kamu adalah bunga yang sedang mekar, dan harus dijaga oleh seseorang yang tepat, kamu itu sangat cantik, Masya Allah. Layaknya seorang bidadari yang turun dari surga,” balas Alysa. “Ah, nanti Mas Zayn datang ke kamar ini, dan sambut lah suamimu dengan cinta. Malam ini adalah malam milik kalian berdua, kamu harus pikirkan saja kalau di dunia ini hanya ada kamu, dan Mas Zayn.&r

    Last Updated : 2023-09-10

Latest chapter

  • Bidadari Pembawa Luka   60. EPILOG (BIDADARI BUMI)

    ***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me

  • Bidadari Pembawa Luka   59. Izinkan Aku Pergi (TAMAT)

    ***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se

  • Bidadari Pembawa Luka   58. Patah dan Hilang

    Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu

  • Bidadari Pembawa Luka   57. Mencintaimu Sesakit ini

    ***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa

  • Bidadari Pembawa Luka   56. Hujan Luka

    ***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma

  • Bidadari Pembawa Luka   55. Jaga Dia untukku

    ***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang

  • Bidadari Pembawa Luka   54. Di Hatimu, Aku T'lah Pergi

    ***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay

  • Bidadari Pembawa Luka   53. Terjerat oleh Keindahannya

    ***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu

  • Bidadari Pembawa Luka   52. Mencintaimu dengan Keras Kepala

    ***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar

DMCA.com Protection Status