Naura berjalan dengan kaki tertatih karena tubuhnya yang sangat lemas, wajahnya saat ini terlihat sangat pucat. Wanita itu sesekali berhenti karena tidak kuasa menahan perasaan sesak di hatinya, Naura berteriak berkali-kali untuk menyerukan rasa sakitnya. Tangannya gemetar menahan keseimbangan tubuhnya di dinding, tidak jarang pula dia terjatuh ke lantai. Perkataan Zafir kali ini sangat menghancurkan hatinya, suaminya benar-benar memilih wanita itu. Sekarang... Jika mengingat apa yang dikatakan Evelyn tadi pagi, sepertinya yang menang adalah wanita itu. Naura kalah telak. Naura berhenti di hadapan foto besar Naura dan Zafir enam tahun lalu saat pertama kali mereka berbulan madu dan menginjakkan kaki di Villa ini. Zafir memeluknya dengan hangat dari belakang, mereka berdua tersenyum hangat bersama. Naura tertawa keras, air matanya masih mengalir deras. Tetapi, tawanya perlahan berubah menjadi isak tangis. Naura memukul keras bingkai foto raksasa itu, perlahan tubuhnya meroso
Naura turun dari mobilnya begitu petugas Istana membukakan pintu untuknya. Kate dengan cepat berdiri di belakang Naura seperti biasa, beberapa bodyguard yang sebelumnya sudah Kate sewa. Naura tersenyum ke arah kamera sementara kakinya terus berjalan masuk. Sesekali dia mengerutkan keningnya saat merasakan sakit di pergelangan kakinya, kain pita yang ia gunakan terasa sangat tidak nyaman untuk lukanya. Ketika Naura mulai memasuki aula acara utama, seluruh mata memperhatikannya. Ada yang mengenalnya dan tidak, sebagian yang mengenali Naura hanya pejabat atau bangsawan tinggi, karena mereka mengikuti perkembangan politik di seluruh negara, khususnya Indonesia, mengingat Belanda dan Indonesia memiliki keterkaitan sejarah yang sangat kental. Naura sudah terbiasa dengan situasi ini, wanita itu tetap mempertahankan senyumnya dan mulai menyapa beberapa bangsawan yang memang dia kenal. "Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Nyonya Wajendra." kata Istri dari Perdana Menteri Belanda, Nyonya
"Arjuna, kamu tidak perlu melakukan ini. Aku bisa memanggil pelayan dan membayar mereka agar mau tutup mulut." Naura merasa tidak enak karena Arjuna lah yang secara langsung membersihkan pergelangan kakinya. Arjuna tidak menjawab, pria itu terus fokus membersihkan luka Naura. Setelah selesai, dia mengangkat pandangannya untuk menatap Naura yang duduk di kursi. "Tidak ada cara lain selain menahan rasa sakitnya, kecuali jika kamu bersedia terekspos menggunakan perban di pergelangan kaki," ucap pria itu. Naura menggeleng. "Tidak bisa, aku tidak ingin menambah banyak masalah pada media." "Untuk suamimu kan?" tanya Arjuna cepat. Naura terdiam sejenak, kemudian dia mengangguk. "Iya, aku tidak ingin membuat dia kesulitan...." Arjuna tidak menjawab lagi, pria itu hanya diam dan menatap Naura yang memasang raut wajah sedih seketika dengan diam. Tak lama pria itu berdiri, dan mengulurkan tangan ke arah Naura untuk membantu wanita itu berdiri. Naura membalas uluran tangan Arjuna, di
“Nyonya! Tuan Zafir membawa wanita asing masuk ke dalam Mansion!" Naura sontak mengalihkan pandangannya dari tumpukkan dokumen di atas meja ke arah Kate, asisten pribadinya yang telah mengabdi pada Naura bahkan sejak sebelum dia menikah. "Pekerja baru?" tanya Naura. Kate menggeleng. "Bukan, Nyonya! Wanita itu adalah kekasih Tuan Zafir!!" Naura mencengkeram pulpen dengan erat sebelum kemudian berdiri dari duduknya. Meski wajahnya terlihat tenang, tapi gerakan tubuhnya tidak bisa berbohong kalau dia sedang murka. "Antar aku untuk menemui mereka." Kate mengangguk cepat sebelum kemudian membawa Naura ke tempat kedua orang itu berada. Saat mereka tiba di ruang tamu, Naura menangkap sosok wanita asing yang duduk di sofa mereka. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang bergelombang dan senyumannya sangat manis, seolah dia hidup hanya untuk tersenyum. Zafir berbicara, tersenyum, bahkan tertawa dengan wanita itu, tetapi saat mereka menyadari kehadiran Naura, tawa itu lantas
Tepat hari ini, sudah lebih dari dua minggu semenjak Evelyn benar-benar tinggal di kediaman mereka. Itu berarti, sudah dua minggu pula dia pergi meninggalkan mansion untuk mengurus bisnis di negara tetangga. Itu dia lakukan dengan sengaja karena sedatar apapun wajah Naura, tapi hatinya tetap terbuat dari daging yang juga bisa merasa sakit. Oleh karena itu, dia memilih untuk pergi daripada melihat kedua sejoli itu memadu kasih demi mendapatkan penerus bagi keluarga. Naura lantas melihat ke arah Kate yang tengah meminta para pelayan untuk menurunkan koper sebelum kemudian memalingkan kepala ke arah sekeliling. Mansion terasa sepi dan hanya ada lalu lalang pelayan yang sedang bekerja. Di tengah perjalanannya menuju ruang kerja miliknya, Naura menangkap sosok Evelyn yang berjalan tergesa masuk ke ruang kerja Zafir dengan ekspresi yang tampak sangat bahagia. Tak lama kemudian, suara tawa terdengar begitu kencang. "Siapa yang mengizinkan dia berkeliaran dengan bebas di mansion?" ta
Sejak Evelyn hamil, suasana mansion memang menjadi sedikit lebih cerah, tapi tidak untuk Naura. Sebab, bagi seorang istri yang sebelumnya sudah berusaha keras untuk hamil tapi suaminya menyerah untuk menunggu, tentu saja ini salah satu tamparan keras untuknya. Meski begitu, Naura berusaha untuk tetap profesional. Wanita itu sekeras mungkin selalu menanamkan kepercayaan pada suaminya, dan fokus pada tujuan akhir mereka yang ingin memiliki anak meskipun itu dari rahim wanita lain. Oleh karena itu, Naura pun rutin mengirim vitamin serta asupan penting lainnya untuk ibu hamil kepada Evelyn, bahkan sesekali dia juga memberikan barang seperti perhiasan atau tas. Hari ini, dirinya dan Zafir memiliki jadwal makan malam bisnis dengan tokoh bisnis terbesar di seluruh daratan Asia, Arjuna Renjana. Naura tidak banyak mendengar kehidupan pribadi pria itu. Sebab, yang diketahui hanya jajaran jenis bisnis raksasanya yang menguasai ekonomi Asia dan kenyataan bahwa pria itu adalah berdarah c
Meja makan melingkar yang memiliki hidangan berbagai macam makanan mahal khas barat dan timur benar-benar menggugah selera. Zafir duduk tepat di samping Arjuna, sementara Evelyn berada di tengah-tengah Naura dan Zafir. Saat suasana kembali normal, Naura dan Zafir fokus berdiskusi dengan Arjuna, Evelyn adalah satu-satunya pihak yang tidak mengerti mengenai topik pembicaraan mereka. Wanita itu hanya mendengarkan sambil menyantap makan malamnya. Di tengah situasi itu, Evelyn hendak memotong daging steak pilihannya. Wanita itu mengerutkan keningnya bingung saat pelayan memberikannya garpu dan pisau, adegan ini disadari oleh Arjuna. Naura yang juga peka dengan ke mana Arjuna menatap, dengan cepat ikut memperhatikan Evelyn. Naura menghela napas tipis, sepertinya Evelyn kesulitan menggunakan pisau dan garpunya untuk memakan steak. Sederhana, namun bisa menjadi kejanggalan besar. Bagaimana mungkin sepupu dari seorang Nyonya Wajendra tidak bisa menggunakan garpu dan pisau untuk me
Brak!! Naura menutup kasar pintu kamarnya, kali ini ia tidak bisa membendung emosinya. Dia melepas seluruh perhiasannya dengan kasar, membantingnya ke meja rias, tidak peduli apakah akan hancur atau tidak. "Naura!" Zafir mengikutinya ke kamar, pria itu tidak mengerti mengapa istrinya menjadi sangat marah setelah kepergian Arjuna. Ia membuka pintu cepat dan menutupnya kembali, lalu menatap heran Naura dari ambang pintu. "Apa yang membuatmu menjadi semarah ini?" tanya Zafir, wajahnya menunjukkan perasaan frustasi. Pria itu merasa lelah sekarang. Naura menatap tajam suaminya, kemudian menunjuk Zafir dengan jari telunjuknya. "Wanita itu, apa yang--!" "Jangan salahkan Evelyn! Wanita itu tidak bersalah, aku lah yang mengajaknya untuk ikut!" Zafir memotong kalimat penuh amarah Naura, membuat Naura mengerutkan keningnya semakin kesal. "Aku juga tidak bermaksud untuk menyalahkan wanita itu, hanya--!" Saat Naura mencoba kembali bicara, Zafir sekali lagi memotong kalimatnya. "Ben