Share

34. Syarat

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading

*****

Andini memegang lengan Rasya dengan gemetar. Selama berhubungan dengan lelaki itu, tak sekalipun Nareswara pernah ikut campur bahkan dia belum pernah bertemu sama sekali.

"Bi, gimana ini?" Wajah yang memucat dengan berbagai pikiran yang muncul. Andini menatap penuh kekhawatiran pada sang pujaan.

"Tenang saja, Papi itu orangnya nggak menakutkan seperti yang kamu bayangkan." Menjulurkan tangan supaya sang pujaan segera menemui Nareswara.

"Papi itu penyayang, Mbak. Nggak usah khawatir, lebih menakutkan Mami, kok," tambah Anggita.

"Adik, nggak boleh gitu sama Mami." Walau nada suaranya memberi peringatan pada si bungsu, tetapi bibir Rasya tertarik ke atas.

"Hmm. Mas tertawa pasti membenarkan ucapanku tadi." Anggita pun tersenyum. Pratiwi juga ikut tersenyum gara-gara dua saudara itu.

"Sudah-sudah. Ayo kita ketemu Papi. Nanti, baru lanjut." Sebelum menggerakkan kakinya, Rasya melirik Pratiwi. "Tolong, temani jagoanku kalau dia sudah selesai mainnya."

"Siap, Bos." Prati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   35. Campur Aduk

    Happy Reading*****Nareswara mendelik, menatap sng istri yang seperti kesurupan roh jahat. Dia mengenal Hawa adalah wanita yang lemah lembut. Oleh karena itulah, dulu Nareswara menyetujui perjodohan dengannya walau sebagian hatinya masih terisi nama perempuan lain."Kenapa kamu jadi pemberontak?" ucap Nareswara. Amarahnya mulai terpancing.Andini mengusap pundak Rasya supaya tidak menyela percakapan orang tuanya."Papi akan menyesal jika merestui hubungan mereka berdua." Menghentakkan kakinya, Hawa keluar lebih dulu dari ruang kerja sang suami."Mas, menyetujui syarat yang Papi katakan tadi. Mulai saat ini juga, Mas, bakalan kerja keras untuk mendapatkan omzet yang Papi minta." Rasya pun berniat melanjutkan langkahnya."Papi tunggu kabar baiknya."*****Sepeninggal putranya, Nareswara memijat pelipis, kepalanya terasa berdenyut nyeri. "Sebaiknya, aku keluar. Mencari udara segar. Lagian, pesta ini sudah di-handle Hawa."Berjalan ke halaman samping, di mana banyak terdapat mainan anak-

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   36. Rahasia Lama

    Happy Reading*****"Apa sih, Bi. Kenapa harus marah-marah? Dia itu mamimu, lho," protes Andini. Sedikit kecewa karena Rasya berkata kasar."Ma, dengarkan Papa. Mungkin, Papa lebih tahu sifat Eyang. Makanya, melarang Mama bertemu berduaan dengannya." Bisma menimpali perkataan sang papa. Entahlah, di hatinya juga ada rasa takut. Tatapan Hawa kemarin malam jelas-jelas menunjukkan kebencian. "Adik nggak usah ikut-ikut. Lagian ini urusan Mama sama maminya Papa." Sorot mata tajam dengan kalimat tak terbantahkan. Andini jelas tidak suka dengan sikap putranya tadi."Apa yang dikatakan Bisma benar. Kalau kamu mau ketemu Mami, aku harus ikut. Titik." Rasya berdiri. Keinginannya untuk sarapan pagi dengan keluarga kecilnya, mendadak hilang. Apalagi, Adipati datang membawa kabar jika Mahesa sudah berada di kantornya."Tapi, Bi," ucap Andini, enggan menuruti permintaan sang kekasih. "Nggak ada tapi, Nda. Belajar nurut apa kataku. Sebentar lagi, kita akan menikah." Rasya berkata dengan serius. "

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   37. Bingung

    Happy Reading*****Hawa berdiri, berniat pergi meninggalkan Andini dan Rasya. Namun, niatnya tertunda karena si sulung sudah memegang pergelangan tangannya. "Sebaiknya, Mami katakan dulu alasannya nggak merestui hubungan kami dan mengatakan hal seperti tadi."Menepis pegangannya putranya, Hawa menatap Andini dan Rasya bergantian. "Pokoknya, selamanya kalian nggak akan pernah bisa menikah. Bahkan semesta pun nggak mengijinkan kalian bersatu. Jangan menentang kehendak alam," ujarnya keras. Tak perlu penjelasan panjang lagi, Hawa meninggalkan keduanya. Andini menyandarkan punggungnya. Kepalanya begitu pening mendengar perkataan perempuan paruh baya tadi. Sementara itu, Rasya juga terpaku. Kalimat pamungkas yang Hawa keluarkan sungguh di luar dugaannya. Sebegitu bencinya dia pada Andini. Mengapa? Apa alasannya? Semua pertanyaan itu terkumpul di otak kecil Rasya.Rasya menepuk pelan pundak sang kekasih. "Kita pasti bisa menikah. Nggak usah terlalu mikirin perkataan Mami tadi. Aku akan

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   38. Ada apa dengan Rasya dan Andini?

    Happy Reading*****Andini meluruh ke lantai, apalagi mendengar perkataan sang ibu setelahnya. "Ibu nggak setuju kalau kamu menjalin hubungan dengan keluarga itu," ucap perempuan yang telah melahirkan Andini."Tapi, kenapa, Bu?" "Nggak usah banyak tanya, Din. Ibu nggak suka kalau kamu dekat lagi sama Rasya. Apa nggak ingat kejadian lima belas tahun lalu?" kata Ranti."Apa Tante Hawa pernah menghubungi ibu?"Sambungan terputus sepihak."Bu ... Bu, jelaskan dulu!" Sekalipun Andini berteriak, Ranti tidak akan mendengar apa pun lagi."Kenapa semua orang nggak merestui hubungan ini? Apa benar semesta memang nggak mengijinkan kami bersatu? Tapi, kenapa? Ya Allah, apa kami nggak berhak bahagia?"Pertanyaan-pertanyaan itu muncul seiring air mata si perempuan yang jatuh tanpa disadari. *****Sesuai janjinya pada sang Papi, Rasya kembali meneruskan pekerjaannya. Membuat terobosan serta promosi yang menarik supaya usaha grup Zafir meningkat sehingga tantangan Nareswara bisa segera terwujud.

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   39. Tentang Restu

    Happy Reading*****Rasya membungkam mulutnya rapat-rapat. Segera pergi ketika langkah kaki Hawa semakin mendekati pintu. Dia tidak ingin orang tuanya tahu jika semua perdebatan mereka telah didengar olehnya. "Ada apa denganku dan Andini?" tanya Rasya dalam hati. Dia sudah berada di ruangannya sendiri dan berniat untuk menghubungi sang pujaan. Namun, ponsel Andini selalu sibuk. Hati Rasya makin nggak karuan. Pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan dan puncaknya adalah ketakutan tidak bisa menikahi wanita pujaannya. *****Sampai di stasiun kereta yang tak jauh dari tempat tinggalnya, Andini masuk peron untuk mencari Ranti. "Dini sudah di peron, Bu. Njenengan ada di mana?" tulis Andini pada Ranti. Pesan itu dikirimkan secepatnya ketika sampai di stasiun. Beberapa detik kemudian, sang ibu sudah membalas. "Tunggu, ibu masih di kamar mandi."Mencoba tenang, Andini duduk di bangku tunggu. Sesekali mengecek ponsel, barulah tersadar jika kekasihnya melakukan panggilan beberapa kali, te

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   40. Ada apa dengan Ranti?

    Happy Reading*****Rasya langsung berdiri, mengambil tangan kanan perempuan di hadapannya. Lalu, tanpa mendengar kalimat yang dikeluarkan Ranti, sulung Nareswara itu mencium punggung tangan perempuan yang telah melahirkan sang pujaan, sepenuh hati."Ibu kapan datang?" tanya Rasya mencoba mengabaikan kalimat menyakitkan yang dilontarkan Ranti tadi.Perempuan paruh baya dengan gamis batik itu menatap tajam Rasya. "Nggak perlu sok akrab dan baik. Mendingan kamu pulang sekarang sebelum mamimu datang dan marah-marah nggak jelas."Tersenyum getir, Rasya menyodorkan paper bag yang dibawa sejak tadi. "Ini ada makanan kesukaan ibu. Walau mungkin rasanya nggak seenak aslinya, tapi menurut saya gado-gado ini mirip sama punya Bu Jamilah.""Sudah dibilang nggak usah sok baik," bentak Ranti. Dia juga menepis paper bag yang dibawa Rasya. "Pulang sana!" Bukan cuma membentak sulung Nareswara, Ranti juga menggeret tangan Andini untuk masuk. Kemarahannya tak lagi bisa ditutupi."Ibu!" bentak Andini ta

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   41. Menyerah dengan Keadaan

    Happy Reading*****Seseorang yang tengah marah itu memegang kedua bahu wanita paruh baya di hadapannya. "Ran, aku Nares. Apa kamu nggak ingat sama sekali tentang aku?"Sekuat tenaga Ranti berusaha melepaskan diri dari cengkerama lelaki yang tak lain adalah papinya Rasya. "Tolong pergi dari sini. Niat Anda sungguh nggak baik. Saya sudah mengatakan, saya nggak kenal. Kenapa masih maksa. Jika Anda terus seperti ini, saya akan benar-benar berteriak supaya semua orang mendengar dan mengetahui niat buruk Anda."Sadar akan kesalahannya, Nareswara melepaskan cekalan tangannya pada bahu Ranti. Ingatan kecelakaan beberapa tahun silam membuatnya berpikir. "Mungkinkah, dia nggak ingat apa pun setelah kecelakaan waktu itu?" tanyanya dalam hati.Bergegas masuk rumah, Ranti menutup pintu dengan keras. Lalu, badannya meluruh di lantai. Berusaha menahan suara tangisan agar tak terdengar siapa pun.Nareswara menatap kepergian Ranti dengan nanar. Segera mengambil ponsel dan menghubungi seseorang yang d

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   42. Sosok yang tak diharapkan

    Happy Reading*****"Bagus kalau kamu menampakkan diri sekarang," ucap Rasya. Dia sudah menantikan pertemuannya dengan lelaki di hadapannya."Bi," panggil Andini."Nggak perlu khawatir, Nda. Bukankah jauh lebih baik jika dia muncul. Sekarang, ucapkan talak pada Andini agar aku bisa segera menikahinya."Menatap tajam lelaki berkulit gelap dengan kumis tipis di hadapannya, Rasya sama sekali tidak takut dengan Raditya."Rasya! Jangan kurang ajar kamu!" bentak Hawa."Mami kenapa malah membelanya? Sejak kapan Mami mengenal lelaki ini?"Andini tak mampu berkata apa pun juga. Perasaannya campur aduk. Antara senang dan sedih tentunya semua karena kehadiran lelaki yang sudah tak diharapkannya itu.Hampir tiga tahun menghilang dengan status kematian yang tak jelas. Tiba-tiba Raditya muncul di saat Andini sudah menerima kehadiran Rasya. Permainan takdir seperti apa yang sedang dia jalani saat ini?"Apa pantas seorang pewaris dari keluarga Zafir berhubungan dengan perempuan yang sudah bersuami?"

Bab terbaru

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   76. Happy End

    Happy Reading*****Rasya sangat jengkel dengan tingkah Davit yang menyamar sebagai Andini. D jaia pun memukuli lelaki itu hingga mengaduh."Ampun ... Ampun. Adikmu tersayang yang nyuruh. Marahin dia saja," ucap Davit sambil menunjuk pada Anggita. "Ih, kok aku, sih?" sahut Anggita, "Mbak Tiwi, tuh. Dia yang ngasih ide." Menunjuk sahabat Andini yang tertawa lebar melihat ekspresi kecewa Rasya. "Sudah!" bentak Rasya, "sekarang mana istriku?""Ini," ucap Ranti dan Hawa bersamaan. Gamis putih perpaduan sutra satin dan berkata serta payet mutiara, melekat di tubuh Andini. Kerudung yang menutup dada dan menjuntai serta mahkota mutiara bertengger di kepala. Jangan lupakan make up natural yang makin menambah pesona kecantikan perempuan itu berlipat ganda. Senyum penuh kebahagian menambah kilau kecantikannya bersinar. Rasya dibuat terpukau dengan sosok wanita yang kini sedang berjalan mendekatinya. Tanpa kedip, dia terus menatap Andini. Seorang perempuan yang sudah sangat lama dicintai. Se

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   75. Pernikahan

    Happy Reading*****Niat hati ingin berduaan dan menyatakan cinta pada sang pujaan malah gagal total. Seluruh keluarga Rasya dan Andini ada di restoran itu. Tangan Nareswara bahkan sudah bertengger pada telinga kiri. "Papi itu nggak percaya kalau Mas ngomong mau jemput Andini. Pasti kayak gini hasilnya," ucap Nareswara. "Hmm, Mas," sahut Hamni."Padahal tinggal nunggu beberapa hari lagi. Masak iya sudah nggak tahan pengen berduaan," tambah Hawa. Rasya meringis sambil menggaruk kepalanya. "Kok pada tahu kalau Mas di sini, sih?""Jelas kami tahu. Ada mata-mata yang akan mengatakan perilakumu, Mas," sahut Dzauhari. "Ayah kok ikut-ikutan, sih?" Wajah ditekuk-tekuk karena kesal rencana manisnya dengan Andini gagal, Rasya memajukan bibirnya. "Makanya, Pa. Kalau punya rencana ajak-ajak Adik biar nggak gini kejadiaannya," celetuk Bisma. "Eh, kok nggak belain Papa?" Rasya menggerak-gerakkan bibir, lucu sekali tingkah sang pemimpin grup Zafir itu. Andai para karyawannya tahu, apa mungkin

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   74. Gagal

    Happy Reading*****"Sudahlah, Nak. Nggak usah tanya untuk apa beliau meminta cincin ini," ucap Hamni. Dia mulai melepas cincin yang dibelikan sang suami sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang ke 25 waktu itu. "Ibumu benar, Nak," tambah Dzauhari. "Ayah bisa membelikan ibumu cincin yang seperti itu lagi nantinya."Walau keberatan, Rasya tetap menganggukkan kepala. Perlahan Hamni melepaskan cincin yang diminta oleh Nareswara. "Ini, Pak." Menyerahkan pada lelaki yang tengah berbaring di ranjang kesakitan itu, Hamni menampilkan senyumnya."Tolong kamu pasangkan ke hari manis Mbak Andini. Sebelum terjadi hal-hal yang nggak diinginkan, saya mau melihatnya menjadi calon menantumu.""Papi," panggil Andini dan Rasya bersamaan. Mereka juga saling tatap. Tidak menyangka sama sekali jika Nareswara punya niat seperti itu."Papi nggak tahu sampai kapan hidup. Jadi, sebelum Papi dipanggil sama Allah, Papi mau kalian saling terikat satu sama lain."Andini meletakkan jari telunjuknya ke

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   73. Akhirnya

    Happy Reading*****Anggita mendekat pada Nareswara. Tangannya berusaha melepaskan cekikan di leher Hawa. "Pi, pliss jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua dengan tenang. Biarkan Mami menceritakan semuanya.""Pi, benar katanya Adik. Nggak akan ada penyelesaian jika kita mengedepankan emosi," tambah Andini. Dia juga berusaha melepaskan pegangan tangan Nareswara pada leher Hawa. "Istighfar, Pi."Nareswara menghela napas. Perlahan, dia mengendurkan pegangannya pada leher sang istri. "Astagfirullah," ucapnya pelan.Sementara di seberang duduknya, Rasya dan orang tua kandungnya melihat dengan diam. Mereka tidak akan menambah kekeruhan permasalahan yang ada dengan membuka suara. "Jadi, katakan apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Mas Rasya sampai nekat akan melamar Andini yang jelas-jelas diketahui adalah adiknya," pinta Nareswara ketika Hawa terlihat jauh lebih tenang. "Berjanjilah, Papi nggak akan menceraikan Mami atau marah lagi," pinta Hawa. Sorot mata penuh ketakutan dan keput

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   72. Harus Jujur

    Happy Reading*****"Iya, saya," kata seorang perempuan berjilbab yang di sebelahnya berdiri Rasya dan Dzauhari. "Apa kabar, Mbak?""Kalian kok bisa kenal sama Rasya padahal nggak pernah bertemu sama sekali?" tambah Nareswara, "ayo duduk."Walau sedikit terkejut dengan kedatangan tamu tak diundang. Nareswara tetap ramah dan menerima kedatangan Dzauhari dan Hamni. "Mbak minta tolong sama Bibi buatkan minuman untuk mereka," tambah Nareswara pada Andini. Sementara Hawa, dia diam bak patung, menjawab pertanyaan yang Hamni ajukan saja, tidak dilakukan. Tak disangka, mamanya Arvan mendekati Hamni dan memeluk. Mereka saling sapa dengan cipika-cipiki. Rasya menatap curiga pada Hamni. "Apa kabar, Mbak? Lama nggak ketemu, balik Banyuwangi nggak kabar-kabar. Tahu gitu tak jemput lho di bandara," ujar perempuan yang diketahui bernama Sarita, ibunya Arvan."Kabar baik, Rit. Maaf, ya, aku dadakan ini pulangnya. Jadi, nggak sempat kabar-kabar.""Yah, kok ibu kenal?" bisik Rasya pada Dzauhari. "B

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   71. Syarat

    Happy Reading*****"Kami, cuma bisa memberikan ini untuk kebahagianmu, Nak. Kapan pun kamu meminta kami untuk menghadap Pak Nareswara dan Mbak Hawa, kami siap," ucap Hamni."Benar, Nak. Nggak perlu nunggu besok atau lusa. Sekarang pun, kita bisa kembali kalau kamu mau," tambah Dzauhari."Ayah, Ibu, sekali lagi terima kasih. Aku nggak tahu bagaimana harus membalas semua ini," ucap Rasa begitu terharu.Para pekerja yang melihat adegan mengharukan di depan mereka, tak kuasa membendung air mata. Mereka begitu terharu, setelah sekian lama kebahagiaan itu akhirnya datang pada atasan mereka. "Mungkin, besok pagi. Aku kembali ke Banyuwangi, Pak. Gimana?""Nggak masalah, Nak." Dzauhari menaikkan garis bibirnya. "Gimana kalau menggunakan perjalanan darat saja, Nak. Ibu dengar, besok penerbangan Banyuwangi-Bali ditiadakan karena cuaca memburuk," tambah Hamni."Sepertinya iya, Bu. Aku barusan dapat kabar dari Adipati. Nggak ada tiket ke sana untuk besok."Pasangan itu tersenyum. "Biar sopir

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   70. Kado Istimewa

    Happy Reading*****Rasya mencengkeram erat kerah kemeja lawan bicaranya. Berani sekali Arvan menghubungi Nareswara di saat dia belum bisa menjelaskan semua kebenaran dan menunjukkan bukti kebenaran yang membuatnya bisa menikahi Andini. "Dari awal, aku sudah tahu apa tujuan pertemuan ini. Jadi, aku sengaja meminta pendapat Om Nares," jelas Arvan dengan suara tercekat akibat tangan Rasya yang berada di lehernya. "Nggak usah macam-macam, Mas. Papi yang meminta Arvan. Lebih baik kamu pulang sekaran. Kita selesaikan semua masalah ini di rumah," ucap Nareswara dari ponsel milik Arvan.Rasya melepaskan tangannya, lalu mematikan sambungan yang menghubungkan Arvan dengan papinya.Melirik sang asisten, Rasya berkata, "Tiketku, apa sudah siap?""Siap, Bos. Satu jam lagi, penerbangannya," ucap Adipati. "Bagus, kamu suruh orang bawa mobilku pulang dan antar aku ke bandara."Sulung keluarga Nareswara itu langsung meninggalkan Arvan tanpa pamit. Tak perlu pulang ke rumah besar Zafir lagi dan men

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   69. Langkah Selanjutnya

    Happy Reading*****"Tante, minum ini," pinta Andini sambil menyodorkan segelas air. "Mami kenapa, sih?" Kening Nareswara berkerut. "Bukankah orang yang ditanyakan Mas Rasya itu adalah salah satu pegawai di keluargamu dulu?"Hawa memilih diam sejenak sambil meminum air yang diberikan Andini. "Iya. Papi masih ingat sama mereka?" Bukannya menjawab, Hawa malah memberikan pertanyaan aneh itu."Ingat banget, Mi. Saat Papi menjemputmu di rumah Ayah waktu itu, Mbak Hamni terlihat begitu sedih melihat Mas Rasya. Mungkin dia kepikiran sama anaknya.""Memang anaknya kenapa, Pi?" tanya Rasya dan Andini bersamaan. "Sudahlah, mereka cuma mantan pegawai Kakek kalian. Nggak ada sesuatu yang istimewa," sahut Hawa."Kenapa menanyakan tentang mereka, Mas?" tanya Nareswara. Rupanya, lelaki itu masih sangat penasaran. "Apa kalian pernah bertemu sebelumnya?"Pandangan Rasya menyapu semua anggota keluarganya. Lalu, dia menjatuhkan tatapan penuh selidik pada sang Mami. "Waktu ini, Mas, nggak sengaja ketem

  • Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi   68. Tentang Sebuah Nama

    Happy Reading*****Ditanya dengan pertanyaan yang menyudutkan dirinya, Rasya tetap tersenyum. Sebelum sampai di rumah besar Zafir, lelaki itu sudah mengumpulkan banyak informasi tentang Arvan. Semula, sulung Nareswara itu berusaha legowo. Namun, ketika membaca slide akhir data yang dikirim Adipati, seketika perasaan tak rela muncul kembali. "Untuk apa aku mengada-ada. Semua ini nggak bakalan terjadi jika kamu menjaga perilakumu selama ini terhadap wanita. Jangan kira, aku nggak tahu sifat burukmu, Van," ancam Rasya. "Mas, duduk dulu, deh. Kamu tiba-tiba pulang nggak ngabari Papi. Ada apa sebenarnya?" Daripada mempermasalahkan keberatan si sulung, Nareswara lebih khawatir melihat Rasya. Badan yang terlihat lebih kurus dengan kumis dan jambang belum dirapikan. Biasanya, si sulung tak pernah terlihat seberantakan itu. Nareswara semakin khawatir ketika wajah pucat Rasya terlihat dengan jelas.Duduk di sebelah Nareswara, Rasya menatap sekelilingnya bergantian. Pandangan terakhir dia tu

DMCA.com Protection Status