Lana Priadi, seorang detektif muda yang cerdas dan penuh tekad, menerima kasus aneh yang membuatnya terjebak dalam lingkaran misteri yang tak pernah ia duga. Kasus ini bermula dari kematian seorang mahasiswa bernama Dimas Hartanto, yang ditemukan tewas di dekat sebuah cermin antik yang memiliki sejarah kelam. Berbagai rumor beredar bahwa cermin antik, yang dikenal sebagai ‘Cermin Ratu Sekar Sari,’ memiliki kekuatan mistis dan membawa kutukan bagi siapa pun yang menatapnya terlalu lama. Menelusuri jejak kasus ini, Lana bertemu dengan berbagai karakter yang memiliki hubungan tersendiri dengan cermin, termasuk seorang jurnalis investigatif bernama Farah Anjani dan seorang paranormal eksentrik bernama Raka Pradipta. Saat mereka menyelidiki lebih dalam, terkuaklah legenda Ratu Sekar Sari, seorang wanita bangsawan dari masa lalu yang mengalami kematian tragis dan diduga arwahnya terjebak di dalam cermin. Raka memperingatkan Lana bahwa cermin tersebut tidak hanya menyimpan kutukan, tetapi juga bisa menarik jiwa mereka yang rentan ke dunia lain. Melalui riset dan investigasi penuh ketegangan, Lana dan timnya berhadapan dengan berbagai kasus misterius dan penampakan yang membawa mereka semakin dekat dengan kebenaran yang mengerikan. Lambat laun, mereka menyadari bahwa cermin itu bukan sekadar benda antik, melainkan sebuah portal yang menghubungkan dunia manusia dan roh. Setiap kali cermin itu berpindah tangan, ia membawa bencana dan kematian bagi mereka yang tidak berhati-hati. Dengan penelusuran yang semakin menegangkan, Lana harus mempertaruhkan segalanya untuk menguak rahasia terdalam dari cermin antik, meskipun ia tahu bahwa kebenaran itu mungkin membawa petaka bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
Lihat lebih banyakMereka berhasil mencapai tangga, tetapi saat menuruni anak tangga, sebuah suara keras terdengar dari atas. Mereka melihat cermin yang tadi berada di ruangan itu kini bergerak sendiri, meluncur perlahan menuju tepi tangga, seolah-olah mengejar mereka.“Cerminnya bergerak!” Farah berteriak panik.Lana, meskipun masih dipenuhi rasa takut, memimpin jalan keluar. Mereka berlari melintasi ruang tamu, tetapi pintu depan yang tadi mereka gunakan kini tertutup rapat.Raka meraih liontin pelindungnya dan mulai melafalkan mantra, suaranya tegas meskipun situasi semakin genting. “Dengan kekuatan cahaya dan perlindungan, kami memerintahkanmu untuk membiarkan kami pergi!”Pintu itu bergetar, dan akhirnya terbuka. Mereka bertiga langsung menerobos keluar, mengabaikan apa pun yang ada di belakang mereka.Ketika mereka mencapai mobil, mereka langsung masuk dan mengunci pintu. Farah, yang masih gemetar, memandang Lana dan Raka dengan wajah pa
Mereka bertiga berangkat menuju lokasi dengan mobil Lana. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam, melewati jalanan yang semakin sepi dan terpencil. Rumah tua itu terletak di pinggiran kota, dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang memberikan kesan suram.Ketika mereka tiba, matahari sudah hampir tenggelam, menciptakan bayangan panjang yang menutupi rumah tersebut. Bangunan itu tampak usang, dengan cat yang mengelupas dan jendela-jendela yang sebagian besar pecah.“Kesan pertamaku: tempat ini menyeramkan,” ujar Farah dengan nada bercanda, meskipun jelas ia merasa tidak nyaman.Raka memeriksa sekeliling dengan saksama. “Tempat ini sudah lama tidak dihuni. Tapi aku bisa merasakan... sesuatu.”Lana membuka bagasi mobil untuk mengambil senter dan peralatan lain. “Baiklah. Kita masuk dan lihat apa yang bisa kita temukan. Jangan terlalu terpencar, dan beri tahu jika kalian merasa ada sesuatu yang aneh.”Saat mereka ma
Setelah menemukan foto lama Arya di ruang kerjanya, Lana dan Farah kembali memeriksa seluruh rumah dengan lebih teliti. Mereka mencoba mencari petunjuk yang mungkin ditinggalkan Arya sebelum ia menghilang. Farah, dengan senter kecilnya, menerangi setiap sudut ruangan. Sementara itu, Lana membuka laci-laci meja di ruang kerja, berharap menemukan sesuatu.“Lana, lihat ini,” Farah memanggil dari dekat jendela ruang tamu. Ia menemukan sebuah jejak tangan yang samar, seolah-olah ada seseorang yang menempelkan tangannya di kaca. Anehnya, jejak itu terlihat lebih kecil dari ukuran tangan pria dewasa seperti Arya.“Jejak tangan ini... Sepertinya bukan milik Arya. Kau pikir ini ada hubungannya dengan cermin itu?” tanya Farah, suaranya bergetar sedikit.Lana mendekat dan mengamati jejak tersebut. “Bisa jadi. Apalagi dengan cerita Arya tentang suara yang ia dengar dari cermin. Ini semakin menegaskan bahwa ada sesuatu yang tak biasa di sini.”Farah memalingkan pandangannya dari jendela dan meliha
Farah menutup telepon, lalu kembali ke ruangan Lana untuk menemani Arya Kusnadi menunggu kedatangan Lana.Lana dan Farah bertemu dengan Arya di ruangan Lana. Pria itu berusia sekitar akhir lima puluhan, mengenakan kemeja lusuh dan celana panjang yang terlihat kebesaran. Rambutnya mulai memutih, dan ia tampak gugup, mengusap-usap telapak tangannya terus-menerus."Lana Priadi, saya penyelidik kasus ini. Terima kasih sudah datang," kata Lana sambil menjabat tangan Arya.Arya mengangguk, wajahnya tegang. "Saya mendengar tentang kasus ini dari berita. Saya pikir saya harus memberitahu Anda sesuatu yang penting.""Silakan, Pak Arya. Kami mendengarkan," kata Farah, mencoba menenangkan suasana.Arya menarik napas panjang sebelum mulai bercerita. "Lima belas tahun yang lalu, saya adalah seorang kolektor barang antik. Saya membeli cermin itu di sebuah lelang pribadi. Pada awalnya, saya tidak tahu apa-apa tentang sejarahnya. Saya hanya terpikat oleh keindahan bingkainya yang dihiasi ukiran emas.
“Raka, aku mengerti kau khawatir, tapi aku tidak bisa hanya diam. Jika cincin ini adalah petunjuk, aku harus memastikan apa yang bisa kita pelajari darinya. Bukankah itu tujuan kita?” Lana mencoba membela tindakannya.Raka mendesah panjang, matanya menatap Lana tajam. “Lana, tujuan kita memang mengungkap misteri ini, tapi ada batasannya. Kau harus ingat, kita bukan hanya berurusan dengan fakta logis. Ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Dunia yang tidak bisa kita kendalikan dengan akal sehat.”“Tapi kita juga tidak bisa membiarkan rasa takut menghentikan penyelidikan ini,” bantah Lana, suaranya sedikit meninggi.“Kau salah paham,” kata Raka tegas. “Ini bukan soal rasa takut, tapi soal kehati-hatian. Kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Aku sudah mengalami hal-hal aneh sejak aku mendekati cermin itu, dan aku yakin cincin ini adalah bagian dari teka-teki yang berbahaya.”Raka mengangkat tangannya, menenangkan dirinya sebelum melanjutkan. “Dengar, Lana. Dalam penglihatanku tadi malam, a
Ketika mereka akhirnya keluar dari area hutan dan menuju jalan raya, perasaan tertekan sedikit mereda. Namun, keheningan di antara mereka masih terasa berat.“Farah,” kata Lana, memecah keheningan. “Aku akan membawa cincin ini ke ahli forensik besok. Mungkin kita bisa mendapatkan informasi lebih banyak tentang asal-usulnya.”Farah mengangguk. “Aku akan mencoba mencari lebih banyak catatan sejarah tentang cermin itu. Jika cincinnya ditemukan di makam Ratu Sekar Sari, mungkin ada kaitan langsung antara mereka.”Lana tersenyum tipis. “Kerja tim yang baik. Tapi pastikan kamu berhati-hati, Farah. Aku punya firasat buruk bahwa semakin dalam kita menggali, semakin berbahaya ini.”Farah membalas senyuman itu. “Aku selalu berhati-hati. Dan kamu juga, Lana. Jangan mengambil risiko yang tidak perlu.”Lana menurunkan Farah di apartemennya. Farah berterima kasih sebelum masuk ke dalam gedung, tetapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa seseorang sedang mengawasinya. Dia melirik ke sekelilin
Matahari masih malu-malu menampakkan diri ketika Lana tiba di kantor polisi. Udara pagi terasa segar, tetapi pikirannya sudah diselimuti ketegangan. Dia harus memastikan perjalanan mereka ke lokasi kuburan mendapatkan izin resmi, terutama karena area tersebut merupakan tanah adat yang dijaga ketat oleh masyarakat setempat.Atasan Lana, Inspektur Arief, memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu saat dia memaparkan permintaannya.“Kuburan? Apa ini ada hubungannya dengan kasus kematian Indra dan Dimas?” tanya Inspektur Arief sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.“Ya, Pak,” jawab Lana dengan tegas. “Ada petunjuk yang mengarah ke lokasi itu. Saya yakin ini penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.”Inspektur Arief menghela napas panjang, lalu mengangguk. “Baiklah. Tapi ingat, jangan bertindak gegabah. Ini adalah wilayah yang sensitif, dan kita harus menjaga hubungan baik dengan masyarakat setempat.”Lana merasa lega mendapatkan persetujuan itu. Dia segera keluar dari kantor dan
Malam semakin larut saat Lana dan Farah keluar dari perpustakaan. Langit gelap dihiasi bintang yang jarang terlihat di kota, memberikan sedikit ketenangan di tengah pikiran mereka yang penuh misteri. Jalanan sepi, hanya sesekali terdengar suara kendaraan melintas.“Kita sudah melakukan yang terbaik untuk malam ini,” kata Farah sambil menguap kecil. “Aku harus pulang dan mencoba mengolah semua informasi ini. Mungkin aku bisa menyusun laporan tentang ini.”Lana mengangguk sambil menarik jaketnya lebih rapat. Udara dingin menusuk kulit, seolah-olah malam itu mengingatkan mereka pada sesuatu yang lebih menyeramkan daripada sekadar hawa dingin.“Aku juga perlu waktu untuk mencerna semuanya,” balas Lana. “Aku akan meninjau kembali peta lokasi kuburan Ratu Sekar Sari. Besok pagi kita bisa memutuskan langkah berikutnya.”Farah mengangguk, mengeratkan tas selempangnya. “Jaga dirimu, Lana. Jangan terlalu larut memikirkan ini.”“Aku akan mencoba.” Lana tersenyum kecil, meskipun rasa cemas di hat
Keesokan harinya, Lana bertemu Farah di ruang kerjanya. Jurnalis itu membawa map tebal yang penuh dengan artikel dan dokumen lama.“Apa yang kau temukan?” tanya Lana, sambil mempersilakan Farah duduk.Farah membuka mapnya dan mengeluarkan beberapa artikel. “Aku menemukan pola kematian yang mirip dengan kasus Indra dan Dimas. Semua melibatkan orang-orang yang memiliki cermin antik yang sama. Tapi ada sesuatu yang lebih menarik.”Farah menyodorkan salah satu artikel kepada Lana. Artikel itu memuat berita tentang seorang kolektor seni bernama Johannes Kadar yang tewas secara misterius lima tahun lalu. Cermin itu disebut sebagai salah satu koleksi terakhirnya sebelum kematiannya.“Ini sudah terjadi sebelumnya?” Lana mengernyit, membaca artikel tersebut dengan saksama.“Bukan hanya sekali,” jawab Farah. “Setidaknya ada empat kasus lain yang tercatat. Korbannya selalu mengalami mimpi buruk, perubahan
Lana Priadi menatap layar ponselnya, matanya menyipit membaca pesan yang baru saja masuk. Di layar tertulis nama atasan yang sudah dikenalnya dengan baik, Inspektur Arief. “Lana, segera ke universitas. Ada kasus aneh. Mahasiswa ditemukan tewas di dekat sebuah cermin antik. Tolong kau yang menangani kasus ini.” Dengan cepat, Lana menyimpan ponselnya ke dalam tas, mengenakan jaket kulitnya, dan melangkah keluar dari kantor kecilnya yang sesak dengan dokumen – dokumen berkas kasus. Setiap harinya, Lana terbiasa dengan rutinitas sebagai detektif muda di divisi Kriminalitas. Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini, sebuah perasaan aneh yang mulai merayap dalam dirinya begitu dia membaca pesan dari atasanya tersebut. Kematian seorang mahasiswa, tergeletak dekat cermin antik, sesuatu tentang itu terasa sangat ganjal. Di dalam mobil, Lana menyalakan mesin dan mulai mengemudi. Selama perjalanan menuju Universitas Seni dan Sejarah, pikirannya melayang pada berkas yang telah diberikan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen