Beranda / Thriller / Bayang Di Balik Cermin / 1. Bayangan di Balik Cermin

Share

Bayang Di Balik Cermin
Bayang Di Balik Cermin
Penulis: TyaAether

1. Bayangan di Balik Cermin

Penulis: TyaAether
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 22:35:48

Lana Priadi menatap layar ponselnya, matanya menyipit membaca pesan yang baru saja masuk. Di layar tertulis nama atasan yang sudah dikenalnya dengan baik, Inspektur Arief.

Lana, segera ke universitas. Ada kasus aneh. Mahasiswa ditemukan tewas di dekat sebuah cermin antik. Tolong kau yang menangani kasus ini.

Dengan cepat, Lana menyimpan ponselnya ke dalam tas, mengenakan jaket kulitnya, dan melangkah keluar dari kantor kecilnya yang sesak dengan dokumen – dokumen berkas kasus. Setiap harinya, Lana terbiasa dengan rutinitas sebagai detektif muda di divisi Kriminalitas. Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini, sebuah perasaan aneh yang mulai merayap dalam dirinya begitu dia membaca pesan dari atasanya tersebut. Kematian seorang mahasiswa, tergeletak dekat cermin antik, sesuatu tentang itu terasa sangat ganjal.

Di dalam mobil, Lana menyalakan mesin dan mulai mengemudi. Selama perjalanan menuju Universitas Seni dan Sejarah, pikirannya melayang pada berkas yang telah diberikan oleh Inspektur Arief. Dimas Hartanto, seorang mahasiswa jurusan arkeologi, ditemukan tewas di ruang belakang gedung kampus. Cermin antik yang ditemukan di dekatnya, konon, adalah benda pertama yang menarik perhatian polisi di tempat kejadian perkara.

Tapi, ada hal yang lebih mencurigakan dari sekadar benda antik itu. Cermin itu, yang terlihat sangat tua, seakan menyimpan sesuatu yang lebih dari pada sekadar sejarah, semacam ada aura yang tak terungkapkan.

Universitas Seni dan Sejarah, tempat Dimas ditemukan tewas, terletak di pusat kota yang sibuk. Gedungnya adalah bangunan tua dengan desain berornamen klasik yang mengingatkan Lana pada era kolonial. Begitu dia tiba di lokasi, suasana sunyi menguasai kampus. Udara di sekitar gedung terasa agak berat, seolah menahan napas. Meskipun sudah banyak polisi yang datang dan pergi, Lana bisa merasakan ketegangan yang masih tersisa di udara. Seperti sesuatu yang tak terungkap, yang menunggu untuk ditemukan.

Di dalam gedung yang tampaknya sudah tua dan penuh dengan kenangan, Lana disambut oleh seorang petugas keamanan dan beberapa anggota polisi yang sudah berada di tempat kejadian perkara. Mereka membawanya ke ruang belakang gedung, di mana jenazah Dimas ditemukan.

Begitu memasuki ruangan, Lana disambut oleh suasana yang mencekam. Bau samar obat kimia dan karpet tua memenuhi udara. Di sudut ruangan yang suram, berdiri sebuah cermin besar dengan bingkai kayu yang tampaknya sudah berusia ratusan tahun. Cermin itu tidak hanya menarik perhatian karena ukurannya yang besar, tetapi juga karena kondisi bingkai kayunya yang tergores, seolah mencatatkan sesuatu yang tidak dapat dilupakan.

Namun, yang paling mencolok adalah posisi mayat Dimas. Pria muda itu tergeletak begitu saja di samping cermin, wajahnya menghadap ke arah kaca dengan ekspresi yang sulit diartikan, seperti sebuah keterkejutan yang tak terkatakan. Di sekitar tubuhnya, hanya ada bekas goresan halus yang sulit dijelaskan. Tidak ada jejak darah yang berceceran, tidak ada kekerasan fisik yang jelas terlihat. Namun, ada ketegangan yang tergambar jelas di raut wajahnya. Seolah ia telah melihat sesuatu yang sangat mengerikan.

Lana mendekati mayat itu dengan hati-hati, berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dia memeriksa sekitar tubuh korban, matanya melirik ke arah cermin yang berdiri tegak di sana. Ada sesuatu yang aneh tentang cermin ini, sesuatu yang lebih dari pada sekedar benda mati. Dia dapat merasakannya. Aura misterius yang tak terlihat, namun bisa dirasakan oleh setiap indera.

Seorang petugas medis yang berdiri di dekat tubuh Dimas berbicara. “Kita belum bisa menemukan tanda – tanda kekerasan fisik pada tubuhnya, Detektif,” jelasnya. “Namun, ada kemungkinan bahwa Dimas meninggal karena serangan jantung mendadak, meskipun otopsi lebih lanjut masih diperlukan.”

Serangan jantung mendadak? Pikir Lana, tidak ada indikasi serangan jantung sebelumnya, dan Dimas masih sangat muda. Ada lebih banyak hal yang tersembunyi di balik kematiannya. Semua bukti seakan mengarah pada sesuatu yang lebih gelap dan tak terungkapkan.

Lana mengamati cermin itu dengan hati-hati, matanya berkeliling, mencoba menemukan sesuatu yang bisa memberi petunjuk lebih lanjut. Ada sesuatu yang janggal di sana, goresan – goresan tipis terlihat di bingkai. Seperti ukiran yang tak di sengaja.

Lana menyentuh bingkai kayu itu. Ada sesuatu yang aneh saat jarinya bersentuhan dengan permukaannya. Meskipun tampak tua, bingkai itu terasa halus, seperti baru di bersihkan. Dan kemudian, matanya menangkap sesuatu dibawah bingkai, di antara celah – celah ukiran, terlihat sebuah tulisan yang hampir tak terlihat. Dengan hati-hati, dia memeriksa lebih dekat, membaca tulisan itu dengan suara pelan.

"Jangan melihat ke dalamnya, atau kau akan kehilangan dirimu."

Lana menelan ludah. Kata-kata itu menyimpan peringatan yang jelas. Apa yang bisa membuat seseorang meninggalkan pesan seperti itu? Dan yang lebih mengganggu lagi, kenapa hanya ada goresan di bingkai, bukan di permukaan cermin?

Dia berbalik dan memandang sekeliling. Sepertinya tidak ada petunjuk lainnya di tempat itu. Seolah-olah semua yang ada di ruangan ini berbicara dalam bisikan, hanya menunggu untuk ditemukan.

Lana merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik kasus ini. Bukan hanya sebuah kematian biasa, tetapi sebuah teka-teki yang lebih dalam dari yang bisa ia bayangkan. Dan cermin ini, benda antik yang tampaknya tak bersalah, mungkin adalah kunci untuk mengungkapnya.

Dia menatap cermin itu sekali lagi, mencoba melihat lebih dalam. Namun, begitu matanya bertemu dengan kaca, ada perasaan yang merayap. Seperti ada bayangan yang mengawasinya, sesuatu yang tak tampak dengan mata biasa. Namun, dia hanya bisa merasakannya. Cermin ini bukan sekadar benda mati. Cermin ini tampaknya tahu lebih banyak tentang dunia yang tidak dapat ia lihat.

Lana keluar dari ruang itu, membiarkan petugas medis melanjutkan pekerjaannya. Ia tahu, lebih dari sekadar keinginan untuk menyelesaikan kasus, ia harus mencari tahu tentang asal-usul cermin ini. Dimana cermin ini berasal? Bagaimana bisa cermin ini terhubung dengan kematian Dimas Hartanto?

Mengabaikan sejenak gemuruh pikiran yang terus berputar di kepalanya. Udara kampus yang biasanya terasa segar kini terasa menekan, dan suasana yang sepi semakin mencekam. Dia melangkah cepat menuju mobil, memikirkan kembali semua yang telah dia lihat. Cermin itu entah kenapa memberikan perasaan yang sangat tak nyaman. Seperti ada sesuatu yang mengintai di balik permukaannya yang jernih, sebuah entitas yang lebih besar dari pada sekedar benda antik yang tak terpakai.

Di dalam mobil, Lana menyalakan mesin dan melaju ke arah kantor polisi. Namun, pikirannya tetap terperangkap pada cermin itu. Tidak hanya goresan yang mencurigakan, tapi juga perasaan yang ditinggalkan oleh Dimas. Wajahnya, meski terdistorsi oleh kematian, menunjukkan ekspresi ketakutan yang tak wajar untuk seseorang yang mungkin hanya sedang mengerjakan tugasnya di ruang kampus. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kecelakaan biasa di sini. Sesuatu yang tampaknya terhubung dengan cermin itu.

Setibanya di kantor, Lana segera menuju ke ruang kerjanya. Dia duduk di kursi, membuka berkas – berkas yang ada di mejanya, dan mulai menyelidiki lebih lanjut tentang Dimas Hartanto. Dari laporan yang ia terima sebelumnya, Dimas adalah mahasiswa yang dikenal baik oleh rekan – rekannya. Ia cerdas dan sangat tertarik dengan arkeologi, terutama yang berkaitan dengan benda – benda kuno.

Di beberapa artikel yang ia baca, ada penyebutan tentang minat Dimas pada benda – benda yang memiliki sejarah gelap dan mistis, yang sering dibahas dalam buku – buku arkeologi langka. Apakah mungkin Dimas sudah mengetahui sesuatu yang berbahaya tentang cermin itu?

Lana mengerutkan keningnya. Ada potongan informasi yang hilang. Mengapa seorang mahasiswa muda yang tampaknya tidak terlibat dalam hal – hal berbahaya bisa mendekati cermin yang tampaknya memiliki hubungan dengan dunia yang tidak bisa ia pahami? Dan mengapa dia tampaknya tidak menyadari ancaman yang terletak di depan matanya? Ada sebuah kemungkinan yang mengusik Lana, mungkin Dimas terjebak dalam suatu keinginan untuk memahami lebih dalam sesuatu yang terlalu berbahaya untuk dipahami.

Malam mulai larut, namun Lana tidak bisa memaksakan dirinya untuk tidur. Matanya tidak bisa lepas dari berkas – berkas yang masih tersebar di atas meja. Beberapa laporan dari kolega lain menyebutkan bahwa cermin antik serupa pernah muncul dalam catatan sejarah. Cermin ini diduga dibuat pada abad ke-19, di tangan seorang pengrajin yang terkenal dengan kemampuannya dalam membuat benda – benda dengan kekuatan magis. Banyak yang mempercayai bahwa cermin ini, selain untuk melihat bayangan, juga dapat memperlihatkan sesuatu yang lebih, sesuatu yang tersembunyi dari mata manusia.

Dengan cepat, Lana mencatat beberapa hal penting. Cermin itu bukanlah benda biasa. Sesuatu di dalamnya menarik orang – orang yang berhubungan dengannya. Jika Dimas memang tertarik pada benda – benda seperti itu, kemungkinan dia telah mencari tahu lebih banyak, mencari tahu tentang mitos yang beredar di kalangan para arkeolog. Namun, apa yang tidak diketahui oleh Dimas, atau siapa pun yang mendekati cermin itu, adalah betapa besar risikonya untuk terperangkap dalam kekuatan yang tidak tampak oleh mata manusia.

Lana menarik napas dalam – dalam. Dia tahu, kali ini, dia tidak hanya sedang menyelidiki sebuah kematian. Dia sedang berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar kasus kriminal biasa. Cermin ini bukan hanya sebuah objek, ia adalah kunci untuk membuka sesuatu yang telah lama terkunci dalam sejarah, dan sesuatu yang sangat berbahaya.

Bab terkait

  • Bayang Di Balik Cermin    2. Jejak Terakhir Dimas

    Di bawah langit mendung, Lana memarkir mobilnya di depan sebuah rumah tua di kawasan Jakarta Selatan. Rumah itu adalah milik Mira Adiningrum, ibu dari Dimas Hartanto. Meski tidak terlalu besar, rumah itu memiliki suasana yang teduh dan nyaman, dengan taman kecil yang dipenuhi tanaman hijau. Di balik jendela, Lana bisa melihat siluet seorang perempuan yang menunggunya.Lana mengatur napas sejenak sebelum mengetuk pintu. Pertemuan ini akan menjadi momen yang sulit—tidak hanya bagi Mira, tetapi juga bagi dirinya. Di balik wajah profesionalnya, ada perasaan empati terhadap orang-orang yang telah kehilangan orang yang mereka cintai. Dan kali ini, Mira Adiningrum telah kehilangan anak semata wayangnya.Pintu terbuka, dan seorang perempuan paruh baya dengan rambut yang disanggul rapi berdiri di hadapannya. Mata perempuan itu terlihat lelah dan sedih, lingkaran hitam terlihat jelas di bawahnya.“Selamat siang, Bu Mira. Saya Lana Priadi, detektif yang menangani kasus Dimas,” Lana memperkenalka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Bayang Di Balik Cermin    3. Kehadiran Raka Pradipta

    Lana tengah memeriksa laporan tambahan di mejanya, tiba – tiba terdengar ketukan di pintu ruangannya. Ia mendongak dan melihat seorang pria dengan penampilan yang agak tak biasa masuk tanpa diundang. Dengan setelan serba hitam yang sudah tampak usang, mata tajam yang menyorot keingintahuan, dan senyum tipis yang seolah menyimpan rahasia, pria itu tampak tidak seperti orang kebanyakan. Di lehernya tergantung kalung dengan batu berwarna merah tua yang terlihat sangat antik.Lana menatap pria itu dengan heran, kemudian bangkit dari kursinya. “Maaf, Anda siapa ya? Saya sedang sibuk dan tidak menerima tamu tanpa janji.”Pria itu tersenyum simpul. “Namaku Raka Pradipta. Aku seorang ahli paranormal dan mungkin sedikit eksentrik menurut sebagian orang. Aku di sini untuk membantumu dalam kasus kematian Dimas Hartanto.”Lana mengangkat alis. “Ahli paranormal?” Di satu sisi, ia merasa skeptis. Namun, kehadiran Raka tampak tak biasa. Dia berbicara seolah – olah memiliki informasi yang relevan dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Bayang Di Balik Cermin    4. Pertemuan Tak Terduga

    Setelah malam yang panjang dan penuh dengan rasa penasaran di tempat kejadian, Lana kembali ke kantor polisi keesokan paginya dengan kepala yang dipenuhi berbagai pertanyaan. Pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan setiap petunjuk kecil yang telah dia temukan mengenai cermin antik, kematian Dimas, dan kehadiran Raka Pradipta yang penuh misteri. Sebagai seorang detektif yang mengandalkan bukti dan logika, sulit bagi Lana untuk sepenuhnya menerima cerita kutukan yang diungkapkan Raka, tapi nalurinya mengatakan bahwa ada kebenaran yang terselubung dalam legenda itu.Saat Lana berjalan menuju mejanya, seorang rekannya menghampiri. “Lana, ada seorang wartawan yang ingin berbicara denganmu. Namanya Farah Anjani.”Lana menghela napas. Ia tahu bahwa dalam kasus aneh seperti ini, perhatian media pasti akan semakin intens. Namun, ia tidak menduga bahwa jurnalis investigatif yang terkenal gigih seperti Farah Anjani akan langsung datang mencarinya.Farah Anjani adalah nama yang sudah cuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Bayang Di Balik Cermin    5. Latar Belakang Cermin Terlarang

    Keesokan harinya, Lana memutuskan untuk menemui Raka Pradipta di sebuah kafe kecil yang terletak di pojok kota. Setelah pertemuan mereka sebelumnya, ia merasa butuh lebih banyak penjelasan mengenai cermin antik tersebut. Raka, dengan segala eksentriknya, adalah satu – satunya orang yang tampaknya memiliki jawaban atas misteri ini.Saat Lana memasuki kafe, ia melihat Raka sudah duduk di sudut ruangan, mengenakan mantel hitam panjang dengan ekspresi yang tampak serius. Di depannya, beberapa buku tebal tergeletak di atas meja, dan dia sesekali menulis catatan sambil memandangi halaman – halaman buku yang tampak sudah tua dan lusuh.“Selamat pagi, Lana,” sapa Raka ketika Lana mendekat. Suaranya tenang, namun ada sorot mata yang tajam seolah dia sudah tahu pertanyaan – pertanyaan yang akan Lana ajukan.“Selamat pagi, Raka,” balas Lana sambil duduk di hadapannya. “Aku ingin tahu lebih banyak tentang cermin yang kita bicarakan kemarin. Kau menyebutnya sebagai cermin terkutuk, tapi apa sebena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Bayang Di Balik Cermin    6. Kutukan Ratu Sekar Sari

    Beberapa hari setelah menemukan petunjuk mengenai cermin dan pengaruhnya terhadap Dimas, Lana memutuskan untuk bekerja sama dengan Farah Anjani yang tak hanya memiliki kemampuan mencari informasi tetapi juga semangat luar biasa untuk mengungkap kebenaran.Lana meraih ponselnya. Ia mencari nama Farah Anjani di daftar kontak. Beberapa saat ia hanya menatap layar, mempertimbangkan kata-kata yang akan ia ucapkan. Meskipun Farah memiliki reputasi sebagai jurnalis investigatif yang berbakat, Lana selalu merasa sedikit enggan bekerja sama dengan orang luar. Namun, situasi ini berbeda. Kasus ini berada di luar batas pemahamannya sebagai detektif biasa. Ia membutuhkan bantuan Farah.Dengan napas panjang, Lana akhirnya menekan tombol panggil.Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara ceria dan penuh semangat Farah menyambut di ujung sana. “Halo, Lana! Akhirnya menghubungi juga. Apa kabar?”Lana tersenyum tipis meskipun Farah tidak bisa melihatnya. “Farah, aku sudah memikirkan tawaranmu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Bayang Di Balik Cermin    7. Larut Malam

    Farah melanjutkan, “Dan tak hanya itu. Legenda ini menyebar hingga ke berbagai daerah, Lana. Banyak yang mengaku pernah melihat penampakan Ratu Sekar Sari di dalam cermin, meskipun cermin itu telah hilang selama bertahun – tahun. Setiap kali penampakan itu terjadi, orang – orang di sekitarnya mengalami kejadian – kejadian aneh, bahkan kematian.”Lana menghela napas dalam – dalam. Semua cerita ini mengerikan, tetapi ada bagian dari dirinya yang tetap skeptis, masih mempertahankan pikiran rasionalnya sebagai seorang detektif. Namun, fakta bahwa Dimas begitu terobsesi dengan cermin ini membuatnya tak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa ada sesuatu yang benar – benar berbahaya di dalam cermin tersebut.“Kalau begitu, pertanyaannya adalah, di mana cermin ini sekarang?” Lana menatap Farah dengan intens. Jika cermin itu benar – benar terkutuk, dia harus menemukan cara untuk menghentikannya agar tidak merenggut nyawa lebih banyak lagi.Farah menggeleng. “Tak ada yang tahu pasti. Cermin itu tel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Bayang Di Balik Cermin    8. Petunjuk dari Pak Haryo

    Beberapa hari setelah menemukan legenda mengenai kutukan Ratu Sekar Sari, Lana merasa bahwa titik berikutnya dalam penyelidikannya adalah menemui seseorang yang telah bersentuhan langsung dengan cermin tersebut. Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari arsip dan dokumen museum, cermin antik itu pernah disimpan di museum kota sebelum akhirnya berakhir di tangan kolektor pribadi. Di museum itulah Pak Haryo, penjaga lama yang sekarang telah pensiun, menghabiskan sebagian besar hidupnya mengawasi koleksi benda-benda antik, termasuk cermin yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini.Lana pun meluangkan waktu untuk mengunjungi rumah Pak Haryo. Rumahnya terletak di pinggiran kota, jauh dari kebisingan. Dengan langkah mantap, Lana mengetuk pintu dan menunggu. Tak lama, pintu terbuka dan seorang pria berusia sekitar tujuh puluhan dengan rambut beruban dan sorot mata yang tajam menatapnya. Ada kerutan dalam di wajahnya yang tampak penuh pengalaman.“Pak Haryo?” tanya Lana sambil menyodorka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Bayang Di Balik Cermin    9. Kejadian Aneh di Museum

    Dua hari setelah pertemuannya dengan Pak Haryo, Lana masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan cerita penjaga museum itu dari pikirannya. Di ruang kerjanya yang dipenuhi berkas-berkas kasus, dia menatap kosong ke arah secangkir kopi yang mulai mendingin di mejanya. Cerita tentang kejadian aneh di museum terus terngiang, bisikan tanpa sumber, bayangan yang muncul tanpa ada orang, dan tentu saja cermin itu.Lana menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya. Dia menekan nomor Raka Pradipta, paranormal yang selama ini membantu penyelidikan dengan sudut pandangnya yang eksentrik namun sering kali masuk akal.“Raka, ada waktu?” tanya Lana begitu panggilan tersambung.“Selalu ada waktu untuk kasus seperti ini,” jawab Raka dengan nada santai. “Ada apa? Kau kelihatan ragu-ragu.”Lana menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan nada serius. “Dua hari lalu, aku bertemu dengan Pak Haryo, penjaga museum tempat cermin itu disimpan. Dia cerita tentang beberapa kejadian aneh yang pernah dia alami d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Bayang Di Balik Cermin    15. Kisah dari Sang Ahli Forensik

    Keesokan harinya, Lana bertemu Farah di ruang kerjanya. Jurnalis itu membawa map tebal yang penuh dengan artikel dan dokumen lama.“Apa yang kau temukan?” tanya Lana, sambil mempersilakan Farah duduk.Farah membuka mapnya dan mengeluarkan beberapa artikel. “Aku menemukan pola kematian yang mirip dengan kasus Indra dan Dimas. Semua melibatkan orang-orang yang memiliki cermin antik yang sama. Tapi ada sesuatu yang lebih menarik.”Farah menyodorkan salah satu artikel kepada Lana. Artikel itu memuat berita tentang seorang kolektor seni bernama Johannes Kadar yang tewas secara misterius lima tahun lalu. Cermin itu disebut sebagai salah satu koleksi terakhirnya sebelum kematiannya.“Ini sudah terjadi sebelumnya?” Lana mengernyit, membaca artikel tersebut dengan saksama.“Bukan hanya sekali,” jawab Farah. “Setidaknya ada empat kasus lain yang tercatat. Korbannya selalu mengalami mimpi buruk, perubahan

  • Bayang Di Balik Cermin    14. Jurnal Sang Pengusaha

    Sore itu, Lana duduk di ruang kerjanya, dengan sebuah jurnal tebal berwarna hitam di atas meja. Jurnal milik Indra Kusuma ditemukan di salah satu laci meja apartemennya oleh tim forensik dan baru saja dikirimkan ke Lana untuk diperiksa.Halaman depan jurnal itu kosong, kecuali inisial kecil bertuliskan "I.K." di sudut kanan bawah. Saat membuka halaman pertama, aroma kertas tua yang khas menyeruak. Tulisan tangan Indra terlihat rapi, tetapi semakin ke halaman berikutnya, huruf-hurufnya mulai tampak tergesa-gesa, seolah ditulis dalam keadaan panik.Lana menghela napas dalam-dalam sebelum mulai membaca.22 Oktober"Aku tidak tahu mengapa aku membeli cermin itu. Saat aku melihatnya di pelelangan, aku merasa seperti terpanggil. Seolah-olah benda itu memintaku untuk membawanya pulang. Bingkainya terlihat kuno, dengan ukiran yang rumit. Orang-orang mengatakan itu barang antik yang langka. Aku pikir ini akan menjadi tambahan koleksi yang sempur

  • Bayang Di Balik Cermin    13. Korban Kedua

    Berita tentang kematian Indra Kusuma tersebar dengan cepat, menciptakan kehebohan di kota. Kematian misterius itu mengundang perhatian tidak hanya dari media, tetapi juga dari para pejabat dan masyarakat umum. Indra, seorang pengusaha muda yang dikenal cerdas dan ambisius, ditemukan tewas di apartemennya dengan kondisi yang menggemparkan. Sama seperti Dimas Hartanto, tubuh Indra ditemukan dalam posisi yang tidak wajar di depan sebuah cermin antik, dengan ekspresi wajah penuh ketakutan.Lana membaca laporan autopsi Indra yang baru saja dikirimkan kepadanya. Tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik atau zat berbahaya di tubuhnya, tetapi ada satu hal yang mencolok: pupil mata Indra melebar seperti seseorang yang melihat sesuatu yang sangat menakutkan sebelum kematiannya.Lana menutup berkas itu dengan frustrasi. Dua kematian serupa dalam waktu singkat. Apakah ini hanya kebetulan?Atau ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi?Lana memutuskan untuk mengunjung

  • Bayang Di Balik Cermin    12. Pertanyaan yang Tak Terjawab

    Lana duduk di mejanya dengan kepala bersandar di tangannya. Di hadapannya, berkas-berkas terkait kasus Dimas Hartanto berserakan. Di layar laptopnya, tampak foto-foto TKP dan laporan autopsi yang ia periksa berulang kali. Tetapi, semakin lama ia mencoba menghubungkan petunjuk-petunjuk yang ada, semakin ia merasa seperti terperangkap dalam labirin tanpa jalan keluar.“Cermin itu… kutukan… suara dari masa lalu…” Lana bergumam pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran yang mulai melantur. Tetapi semuanya terasa terlalu nyata untuk diabaikan.Ia membuka kembali catatan yang ia buat selama beberapa hari terakhir. Nama Ratu Sekar Sari tercatat di bagian atas, di ikuti dengan keterangan tentang cermin antik dan kejadian-kejadian aneh yang telah ia alami. Namun, tidak ada satu pun yang mengarah pada jawaban konkret.Pikirannya terusik oleh bayangan Raka dan teorinya. Meskipun Lana bukan orang yang percaya

  • Bayang Di Balik Cermin    11. Suara dari Masa Lalu

    Pagi itu, Lana duduk di kantornya sambil memeriksa laporan autopsi Dimas Hartanto. Matanya menyusuri baris-baris kata di layar komputer, tetapi pikirannya terus melayang kembali ke malam di museum. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sebuah detail kecil yang belum ia perhatikan.Namun, konsentrasinya terpecah ketika suara samar mulai terdengar. Awalnya, ia mengira itu hanya suara dari luar, mungkin angin yang menerpa jendela kantornya. Tapi suara itu menjadi semakin jelas. Itu adalah suara seorang wanita, lembut namun penuh kesedihan, seperti seseorang yang memanggil namanya.“Lana…”Lana tersentak, menoleh ke sekeliling ruangan. Kantornya kosong, hanya ada dirinya. Ia mencoba mengabaikan suara itu dan kembali fokus pada laporan di depannya, tetapi suara itu terus memanggil, kali ini lebih jelas.“Lana… tolong aku…”Lana berdiri, tubuhnya tegang. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah ini hanya imajinasinya, atau ada sesuatu yang benar-benar terjadi? Ia segera meraih telepon

  • Bayang Di Balik Cermin    10

    “Aku di sini,” jawab Raka cepat. “Tetap dekat denganku.”Namun, saat Lana melangkah mendekati Raka, dia merasa sesuatu menyentuh bahunya. Refleks, dia berbalik, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Suara samar seperti bisikan terdengar di telinganya, tetapi kata-kata itu tidak jelas. Seperti suara wanita yang merintih.“Kamu dengar itu?” tanya Lana dengan napas tersengal.“Ya,” jawab Raka. Dia menyalakan dupa yang dibawanya dan memegangnya di udara. Asap putih mengalir perlahan, menyebar ke seluruh ruangan.“Siapa pun kamu,” ucap Raka dengan suara tegas, “kami tidak datang untuk mengganggu. Kami hanya ingin tahu kebenaran.”Cermin itu tiba-tiba bergetar, mengeluarkan suara seperti kaca yang retak, tetapi tidak pecah. Lana menatap cermin itu dengan ngeri. Bayangan wanita tadi kini bergerak, seolah-olah mencoba keluar dari cermin.“Raka, apa yang terjadi?” tanya Lana, suaranya mulai meninggi.Raka berusaha tetap tenang. “Cermin ini bereaksi terhadap keberadaan kita. Mungkin kita memancin

  • Bayang Di Balik Cermin    9. Kejadian Aneh di Museum

    Dua hari setelah pertemuannya dengan Pak Haryo, Lana masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan cerita penjaga museum itu dari pikirannya. Di ruang kerjanya yang dipenuhi berkas-berkas kasus, dia menatap kosong ke arah secangkir kopi yang mulai mendingin di mejanya. Cerita tentang kejadian aneh di museum terus terngiang, bisikan tanpa sumber, bayangan yang muncul tanpa ada orang, dan tentu saja cermin itu.Lana menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya. Dia menekan nomor Raka Pradipta, paranormal yang selama ini membantu penyelidikan dengan sudut pandangnya yang eksentrik namun sering kali masuk akal.“Raka, ada waktu?” tanya Lana begitu panggilan tersambung.“Selalu ada waktu untuk kasus seperti ini,” jawab Raka dengan nada santai. “Ada apa? Kau kelihatan ragu-ragu.”Lana menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan nada serius. “Dua hari lalu, aku bertemu dengan Pak Haryo, penjaga museum tempat cermin itu disimpan. Dia cerita tentang beberapa kejadian aneh yang pernah dia alami d

  • Bayang Di Balik Cermin    8. Petunjuk dari Pak Haryo

    Beberapa hari setelah menemukan legenda mengenai kutukan Ratu Sekar Sari, Lana merasa bahwa titik berikutnya dalam penyelidikannya adalah menemui seseorang yang telah bersentuhan langsung dengan cermin tersebut. Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari arsip dan dokumen museum, cermin antik itu pernah disimpan di museum kota sebelum akhirnya berakhir di tangan kolektor pribadi. Di museum itulah Pak Haryo, penjaga lama yang sekarang telah pensiun, menghabiskan sebagian besar hidupnya mengawasi koleksi benda-benda antik, termasuk cermin yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini.Lana pun meluangkan waktu untuk mengunjungi rumah Pak Haryo. Rumahnya terletak di pinggiran kota, jauh dari kebisingan. Dengan langkah mantap, Lana mengetuk pintu dan menunggu. Tak lama, pintu terbuka dan seorang pria berusia sekitar tujuh puluhan dengan rambut beruban dan sorot mata yang tajam menatapnya. Ada kerutan dalam di wajahnya yang tampak penuh pengalaman.“Pak Haryo?” tanya Lana sambil menyodorka

  • Bayang Di Balik Cermin    7. Larut Malam

    Farah melanjutkan, “Dan tak hanya itu. Legenda ini menyebar hingga ke berbagai daerah, Lana. Banyak yang mengaku pernah melihat penampakan Ratu Sekar Sari di dalam cermin, meskipun cermin itu telah hilang selama bertahun – tahun. Setiap kali penampakan itu terjadi, orang – orang di sekitarnya mengalami kejadian – kejadian aneh, bahkan kematian.”Lana menghela napas dalam – dalam. Semua cerita ini mengerikan, tetapi ada bagian dari dirinya yang tetap skeptis, masih mempertahankan pikiran rasionalnya sebagai seorang detektif. Namun, fakta bahwa Dimas begitu terobsesi dengan cermin ini membuatnya tak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa ada sesuatu yang benar – benar berbahaya di dalam cermin tersebut.“Kalau begitu, pertanyaannya adalah, di mana cermin ini sekarang?” Lana menatap Farah dengan intens. Jika cermin itu benar – benar terkutuk, dia harus menemukan cara untuk menghentikannya agar tidak merenggut nyawa lebih banyak lagi.Farah menggeleng. “Tak ada yang tahu pasti. Cermin itu tel

DMCA.com Protection Status