Home / Thriller / Bayang Di Balik Cermin / 3. Kehadiran Raka Pradipta

Share

3. Kehadiran Raka Pradipta

Author: TyaAether
last update Huling Na-update: 2024-12-14 22:36:42

Lana tengah memeriksa laporan tambahan di mejanya, tiba – tiba terdengar ketukan di pintu ruangannya. Ia mendongak dan melihat seorang pria dengan penampilan yang agak tak biasa masuk tanpa diundang. Dengan setelan serba hitam yang sudah tampak usang, mata tajam yang menyorot keingintahuan, dan senyum tipis yang seolah menyimpan rahasia, pria itu tampak tidak seperti orang kebanyakan. Di lehernya tergantung kalung dengan batu berwarna merah tua yang terlihat sangat antik.

Lana menatap pria itu dengan heran, kemudian bangkit dari kursinya. “Maaf, Anda siapa ya? Saya sedang sibuk dan tidak menerima tamu tanpa janji.”

Pria itu tersenyum simpul. “Namaku Raka Pradipta. Aku seorang ahli paranormal dan mungkin sedikit eksentrik menurut sebagian orang. Aku di sini untuk membantumu dalam kasus kematian Dimas Hartanto.”

Lana mengangkat alis. “Ahli paranormal?” Di satu sisi, ia merasa skeptis. Namun, kehadiran Raka tampak tak biasa. Dia berbicara seolah – olah memiliki informasi yang relevan dan menganggap dirinya sudah terlibat dalam kasus ini.

“Maaf, Tuan Raka,” ujar Lana sambil menahan keraguan dalam suaranya, “Tapi kami di sini bekerja berdasarkan fakta dan bukti, bukan hal – hal yang berhubungan dengan dunia lain.”

Raka tertawa kecil. “Kamu benar – benar orang yang logis, Detektif. Tapi percayalah, dalam beberapa kasus, logika saja tidak cukup. Ada hal – hal yang melampaui pengetahuan manusia, dan kutukan cermin antik adalah salah satunya.”

Kata “kutukan” langsung menarik perhatian Lana. Selama ini, ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan cermin antik di tempat kejadian. Namun, mendengar bahwa ada seseorang yang meyakini bahwa cermin tersebut terkutuk, semakin menambah rasa penasaran Lana. “Apa yang anda ketahui tentang cermin itu?” tanyanya, mulai terbuka pada kemungkinan baru.

“Banyak hal,” jawab Raka, suaranya lebih serius. “Cermin itu bukan sekadar benda antik. Ada sejarah kelam yang mengikuti keberadaannya. Ini adalah salah satu dari sedikit benda yang disebut ‘Cermin Ratu Sekar Sari,’ buatan seorang dukun sakti dari masa lalu yang berpengaruh dalam kerajaan Nusantara kuno. Cermin ini konon dapat membuka jalan ke dunia lain, mengungkapkan bayangan dari dimensi yang tak terlihat.”

Lana mendengarkan dengan seksama, meskipun skeptisisme masih memenuhi pikirannya. “Dan anda yakin bahwa cermin itu benar – benar memiliki kekuatan semacam itu?”

Raka mengangguk pelan. “Bukan sekadar kekuatan, tapi kutukan. Siapa pun yang mencoba melihat terlalu dalam, atau mencari tahu tentang sejarahnya, akan terperangkap dalam bayang – bayang cermin tersebut. Bukan kebetulan jika Dimas menemui ajalnya di dekat cermin itu. Dia sudah masuk terlalu dalam, dan cermin itu mengambil sesuatu darinya.”

Pernyataan itu membuat bulu kuduk Lana meremang. Ada sesuatu yang menakutkan sekaligus menarik dalam cerita Raka. Namun, ia berusaha menjaga profesionalitasnya. “Baiklah, Tuan Raka. Misalnya saya percaya pada cerita Anda, apa alasan Anda datang ke sini dan menawarkan bantuan?”

Raka menatap Lana dengan pandangan intens. “Kau harus tahu bahwa cermin ini bukan sekadar objek penyelidikan. Semakin dalam kau menyelidiki, semakin dalam pula kau akan terlibat dalam kutukannya. Dan ketika cermin itu mulai merasakan keberadaanmu, kau tidak akan bisa mundur lagi. Aku datang karena aku tahu kau juga akan membutuhkan bantuan.”

Lana terdiam sejenak. Selama ini, ia telah melihat berbagai hal dalam pekerjaannya sebagai detektif, tetapi tak ada yang mendekati keanehan ini. Meskipun cerita Raka tampak sulit dipercaya, perasaan di hatinya berkata lain. Rasa penasaran akan kemungkinan adanya dimensi atau kekuatan lain mulai mengusiknya.

“Apa yang perlu saya lakukan?” Lana akhirnya bertanya, meskipun ia tahu ini adalah langkah yang mungkin akan membawanya lebih dalam ke dalam misteri.

“Kita harus melacak asal usul cermin ini,” kata Raka. “Cermin ini bukan milik sembarang orang. Ada sejarah panjang di balik pembuatannya, dan aku yakin ini tidak berakhir di sini saja. Semakin kita mengetahui tentang pembuatnya, Ratu Sekar Sari, semakin kita bisa memahami bagaimana menghentikan pengaruh cermin ini.”

“Ratu Sekar Sari?” Lana mengerutkan kening. Nama itu baru baginya, tetapi sepertinya Raka memiliki informasi mendalam tentang sosok ini.

“Ya,” jawab Raka. “Menurut cerita, dia adalah seorang ratu sekaligus dukun sakti yang hidup beberapa abad lalu. Dia dikenal memiliki ilmu mistis dan dipercaya mampu melihat bayangan masa depan. Cermin itu dibuat dengan tujuan tertentu, mungkin untuk menjebak atau mengunci sesuatu di dalamnya.”

Lana mencoba mengolah informasi ini. Bayangan Dimas dan catatannya yang aneh kembali muncul dalam pikirannya. Apakah Dimas menyadari kutukan cermin itu atau hanya sekadar terjerat dalam rasa penasarannya yang mendalam?

“Bagaimana anda bisa begitu yakin dengan semua ini?” tanya Lana.

Raka tersenyum tipis, seolah – olah sudah menebak pertanyaan itu akan datang. “Aku sendiri pernah berhadapan dengan cermin serupa, meski yang satu ini jauh lebih kuat. Kau akan kaget mengetahui betapa banyak benda – benda seperti ini yang tersebar di Nusantara, masing – masing memiliki kekuatan dan cerita yang unik. Aku sendiri pernah merasakan pengaruh cermin itu, meski hanya sebentar. Aku bisa melihat… bayangan, sesuatu yang tampak nyata tapi berada di luar jangkauan.”

Lana terdiam, mencoba mencerna penjelasan Raka. Walau rasanya sulit dipercaya, ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuatnya berpikir dua kali. “Kalau begitu, apa langkah kita berikutnya?”

“Kita harus kembali ke tempat cermin itu,” jawab Raka tanpa ragu. “Aku bisa merasakan energi yang ditinggalkan, jejak dari orang – orang yang sudah terperangkap dalam bayangan cermin. Jika kita bisa melacak energi itu, mungkin kita bisa mengungkap rahasia yang sebenarnya.”

Lana merasa tertarik, tetapi juga enggan. Menghadapi sesuatu yang mungkin bukan berasal dari dunia ini bukanlah sesuatu yang dia pelajari dalam akademi kepolisian. Namun, nyawa Dimas dan kemungkinan korban lainnya terus mengusiknya. Ia tahu bahwa menolak tawaran ini berarti melewatkan potensi jawaban untuk kasusnya.

“Baiklah, aku akan ikut,” kata Lana akhirnya. “Tapi ingat, ini tetap penyelidikan resmi. Aku tidak ingin terlibat dalam sesuatu yang bisa mengganggu penegakan hukum.”

Raka tersenyum puas. “Tentu, Detektif. Aku hanya ingin membantumu menemukan kebenaran, meskipun kebenaran itu mungkin bukan sesuatu yang ingin kau ketahui.”

Lana mengangguk dan mengambil jaketnya. Mereka berdua keluar dari kantor dan menuju tempat kejadian, di mana cermin itu masih disimpan sebagai barang bukti. Malam semakin larut, dan suasana di luar kantor terasa semakin dingin dan sunyi. Ketika mereka mendekati bangunan fakultas tempat Dimas ditemukan, Lana merasakan atmosfer yang berbeda, seolah ada sesuatu yang mengintai dari balik bayang – bayang.

Raka berhenti di depan ruangan di mana cermin itu disimpan. Dia memejamkan mata, menghela napas panjang, dan mengangkat tangannya, seolah mencoba merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. “Energi di sini kuat, lebih kuat dari yang kubayangkan.”

Lana menatapnya dengan rasa ingin tahu sekaligus kewaspadaan. “Apa yang kau rasakan?”

Raka membuka matanya perlahan. “Bayangan. Ada jejak orang-orang yang terperangkap dalam pantulan cermin ini. Mereka tidak lagi hidup, tapi juga belum mati. Mereka berada di antara dunia kita dan dunia lain.”

Lana menelan ludah, rasa takut mulai merayap di hatinya. Namun, ia menenangkan dirinya dan kembali fokus pada tugasnya. Bersama Raka, ia akan melangkah lebih jauh, mencoba menguak kebenaran di balik kutukan yang melekat pada cermin ini. Dengan tekad yang semakin kuat, Lana memasuki ruangan tersebut, bersiap menghadapi misteri yang lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Bayang Di Balik Cermin    4. Pertemuan Tak Terduga

    Setelah malam yang panjang dan penuh dengan rasa penasaran di tempat kejadian, Lana kembali ke kantor polisi keesokan paginya dengan kepala yang dipenuhi berbagai pertanyaan. Pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan setiap petunjuk kecil yang telah dia temukan mengenai cermin antik, kematian Dimas, dan kehadiran Raka Pradipta yang penuh misteri. Sebagai seorang detektif yang mengandalkan bukti dan logika, sulit bagi Lana untuk sepenuhnya menerima cerita kutukan yang diungkapkan Raka, tapi nalurinya mengatakan bahwa ada kebenaran yang terselubung dalam legenda itu.Saat Lana berjalan menuju mejanya, seorang rekannya menghampiri. “Lana, ada seorang wartawan yang ingin berbicara denganmu. Namanya Farah Anjani.”Lana menghela napas. Ia tahu bahwa dalam kasus aneh seperti ini, perhatian media pasti akan semakin intens. Namun, ia tidak menduga bahwa jurnalis investigatif yang terkenal gigih seperti Farah Anjani akan langsung datang mencarinya.Farah Anjani adalah nama yang sudah cuk

    Huling Na-update : 2024-12-14
  • Bayang Di Balik Cermin    5. Latar Belakang Cermin Terlarang

    Keesokan harinya, Lana memutuskan untuk menemui Raka Pradipta di sebuah kafe kecil yang terletak di pojok kota. Setelah pertemuan mereka sebelumnya, ia merasa butuh lebih banyak penjelasan mengenai cermin antik tersebut. Raka, dengan segala eksentriknya, adalah satu – satunya orang yang tampaknya memiliki jawaban atas misteri ini.Saat Lana memasuki kafe, ia melihat Raka sudah duduk di sudut ruangan, mengenakan mantel hitam panjang dengan ekspresi yang tampak serius. Di depannya, beberapa buku tebal tergeletak di atas meja, dan dia sesekali menulis catatan sambil memandangi halaman – halaman buku yang tampak sudah tua dan lusuh.“Selamat pagi, Lana,” sapa Raka ketika Lana mendekat. Suaranya tenang, namun ada sorot mata yang tajam seolah dia sudah tahu pertanyaan – pertanyaan yang akan Lana ajukan.“Selamat pagi, Raka,” balas Lana sambil duduk di hadapannya. “Aku ingin tahu lebih banyak tentang cermin yang kita bicarakan kemarin. Kau menyebutnya sebagai cermin terkutuk, tapi apa sebena

    Huling Na-update : 2024-12-14
  • Bayang Di Balik Cermin    6. Kutukan Ratu Sekar Sari

    Beberapa hari setelah menemukan petunjuk mengenai cermin dan pengaruhnya terhadap Dimas, Lana memutuskan untuk bekerja sama dengan Farah Anjani yang tak hanya memiliki kemampuan mencari informasi tetapi juga semangat luar biasa untuk mengungkap kebenaran.Lana meraih ponselnya. Ia mencari nama Farah Anjani di daftar kontak. Beberapa saat ia hanya menatap layar, mempertimbangkan kata-kata yang akan ia ucapkan. Meskipun Farah memiliki reputasi sebagai jurnalis investigatif yang berbakat, Lana selalu merasa sedikit enggan bekerja sama dengan orang luar. Namun, situasi ini berbeda. Kasus ini berada di luar batas pemahamannya sebagai detektif biasa. Ia membutuhkan bantuan Farah.Dengan napas panjang, Lana akhirnya menekan tombol panggil.Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara ceria dan penuh semangat Farah menyambut di ujung sana. “Halo, Lana! Akhirnya menghubungi juga. Apa kabar?”Lana tersenyum tipis meskipun Farah tidak bisa melihatnya. “Farah, aku sudah memikirkan tawaranmu

    Huling Na-update : 2025-01-03
  • Bayang Di Balik Cermin    7. Larut Malam

    Farah melanjutkan, “Dan tak hanya itu. Legenda ini menyebar hingga ke berbagai daerah, Lana. Banyak yang mengaku pernah melihat penampakan Ratu Sekar Sari di dalam cermin, meskipun cermin itu telah hilang selama bertahun – tahun. Setiap kali penampakan itu terjadi, orang – orang di sekitarnya mengalami kejadian – kejadian aneh, bahkan kematian.”Lana menghela napas dalam – dalam. Semua cerita ini mengerikan, tetapi ada bagian dari dirinya yang tetap skeptis, masih mempertahankan pikiran rasionalnya sebagai seorang detektif. Namun, fakta bahwa Dimas begitu terobsesi dengan cermin ini membuatnya tak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa ada sesuatu yang benar – benar berbahaya di dalam cermin tersebut.“Kalau begitu, pertanyaannya adalah, di mana cermin ini sekarang?” Lana menatap Farah dengan intens. Jika cermin itu benar – benar terkutuk, dia harus menemukan cara untuk menghentikannya agar tidak merenggut nyawa lebih banyak lagi.Farah menggeleng. “Tak ada yang tahu pasti. Cermin itu tel

    Huling Na-update : 2025-01-03
  • Bayang Di Balik Cermin    8. Petunjuk dari Pak Haryo

    Beberapa hari setelah menemukan legenda mengenai kutukan Ratu Sekar Sari, Lana merasa bahwa titik berikutnya dalam penyelidikannya adalah menemui seseorang yang telah bersentuhan langsung dengan cermin tersebut. Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari arsip dan dokumen museum, cermin antik itu pernah disimpan di museum kota sebelum akhirnya berakhir di tangan kolektor pribadi. Di museum itulah Pak Haryo, penjaga lama yang sekarang telah pensiun, menghabiskan sebagian besar hidupnya mengawasi koleksi benda-benda antik, termasuk cermin yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini.Lana pun meluangkan waktu untuk mengunjungi rumah Pak Haryo. Rumahnya terletak di pinggiran kota, jauh dari kebisingan. Dengan langkah mantap, Lana mengetuk pintu dan menunggu. Tak lama, pintu terbuka dan seorang pria berusia sekitar tujuh puluhan dengan rambut beruban dan sorot mata yang tajam menatapnya. Ada kerutan dalam di wajahnya yang tampak penuh pengalaman.“Pak Haryo?” tanya Lana sambil menyodorka

    Huling Na-update : 2025-01-05
  • Bayang Di Balik Cermin    9. Kejadian Aneh di Museum

    Dua hari setelah pertemuannya dengan Pak Haryo, Lana masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan cerita penjaga museum itu dari pikirannya. Di ruang kerjanya yang dipenuhi berkas-berkas kasus, dia menatap kosong ke arah secangkir kopi yang mulai mendingin di mejanya. Cerita tentang kejadian aneh di museum terus terngiang, bisikan tanpa sumber, bayangan yang muncul tanpa ada orang, dan tentu saja cermin itu.Lana menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya. Dia menekan nomor Raka Pradipta, paranormal yang selama ini membantu penyelidikan dengan sudut pandangnya yang eksentrik namun sering kali masuk akal.“Raka, ada waktu?” tanya Lana begitu panggilan tersambung.“Selalu ada waktu untuk kasus seperti ini,” jawab Raka dengan nada santai. “Ada apa? Kau kelihatan ragu-ragu.”Lana menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan nada serius. “Dua hari lalu, aku bertemu dengan Pak Haryo, penjaga museum tempat cermin itu disimpan. Dia cerita tentang beberapa kejadian aneh yang pernah dia alami d

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Bayang Di Balik Cermin    10

    “Aku di sini,” jawab Raka cepat. “Tetap dekat denganku.”Namun, saat Lana melangkah mendekati Raka, dia merasa sesuatu menyentuh bahunya. Refleks, dia berbalik, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Suara samar seperti bisikan terdengar di telinganya, tetapi kata-kata itu tidak jelas. Seperti suara wanita yang merintih.“Kamu dengar itu?” tanya Lana dengan napas tersengal.“Ya,” jawab Raka. Dia menyalakan dupa yang dibawanya dan memegangnya di udara. Asap putih mengalir perlahan, menyebar ke seluruh ruangan.“Siapa pun kamu,” ucap Raka dengan suara tegas, “kami tidak datang untuk mengganggu. Kami hanya ingin tahu kebenaran.”Cermin itu tiba-tiba bergetar, mengeluarkan suara seperti kaca yang retak, tetapi tidak pecah. Lana menatap cermin itu dengan ngeri. Bayangan wanita tadi kini bergerak, seolah-olah mencoba keluar dari cermin.“Raka, apa yang terjadi?” tanya Lana, suaranya mulai meninggi.Raka berusaha tetap tenang. “Cermin ini bereaksi terhadap keberadaan kita. Mungkin kita memancin

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Bayang Di Balik Cermin    11. Suara dari Masa Lalu

    Pagi itu, Lana duduk di kantornya sambil memeriksa laporan autopsi Dimas Hartanto. Matanya menyusuri baris-baris kata di layar komputer, tetapi pikirannya terus melayang kembali ke malam di museum. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sebuah detail kecil yang belum ia perhatikan.Namun, konsentrasinya terpecah ketika suara samar mulai terdengar. Awalnya, ia mengira itu hanya suara dari luar, mungkin angin yang menerpa jendela kantornya. Tapi suara itu menjadi semakin jelas. Itu adalah suara seorang wanita, lembut namun penuh kesedihan, seperti seseorang yang memanggil namanya.“Lana…”Lana tersentak, menoleh ke sekeliling ruangan. Kantornya kosong, hanya ada dirinya. Ia mencoba mengabaikan suara itu dan kembali fokus pada laporan di depannya, tetapi suara itu terus memanggil, kali ini lebih jelas.“Lana… tolong aku…”Lana berdiri, tubuhnya tegang. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah ini hanya imajinasinya, atau ada sesuatu yang benar-benar terjadi? Ia segera meraih telepon

    Huling Na-update : 2025-01-06

Pinakabagong kabanata

  • Bayang Di Balik Cermin    33. Pertempuran Terakhir (End)

    Lana menatap inti kekuatan itu, lalu menatap Raka. Keputusan ini akan mengubah segalanya.Dia harus memilih.Menghancurkan inti dan mengorbankan Raka?Atau membiarkan portal tetap terbuka dan mempertaruhkan dunia manusia?Tangannya gemetar. Waktu hampir habis.Lana menarik napas dalam-dalam.Dan kemudian, dia mengambil keputusan.Lana menutup matanya sejenak, lalu dengan penuh tekad, menghancurkan inti kekuatan cermin. Cahaya biru itu berkedip sesaat sebelum meledak, menciptakan gelombang energi yang menyapu seluruh dimensi roh dan dunia nyata.Teriakan Ratu Sekar Sari menggema di udara, tubuhnya memudar menjadi abu sebelum akhirnya menghilang sepenuhnya. Dunia roh mulai runtuh, menghisap semua jiwa yang tersesat, termasuk bayangan-bayangan yang sebelumnya ingin melarikan diri ke dunia manusia.Di dunia nyata, cermin yang tersisa hancur menjadi serpihan kecil. Port

  • Bayang Di Balik Cermin    32. Ancaman Dari Bayangan

    Sebelum Lana bisa membuat keputusan, suara keras bergema di sekitar mereka. Pintu ruang bawah tanah tempat mereka berdiri didobrak dengan paksa. Sekelompok orang berpakaian hitam dengan simbol aneh di dada mereka menyerbu masuk."Jauhkan diri dari cermin itu," suara berat seorang pria terdengar. Dia melangkah ke depan, matanya tajam dan penuh ambisi. "Kalian tidak mengerti betapa berharganya benda ini."Lana, Raka, dan Farah langsung bersiap. Mereka mengenali simbol itu—Organisasi Rahasia 'Bayang Jaya', kelompok yang dipercaya mempelajari dan mengeksploitasi benda-benda mistis untuk tujuan mereka sendiri.“Jadi ini benar,” gumam Farah, jantungnya berdebar kencang. “Kalian memang mengincar cermin ini selama ini.”Pria itu tersenyum dingin. “Tentu saja. Cermin ini bukan sekadar penjara bagi roh. Ini adalah pintu menuju kekuatan yang tak terbayangkan. Jika digunakan dengan benar, kita bisa

  • Bayang Di Balik Cermin    31. Dunia Kegelapan

    Raka terbangun dengan kepala berdenyut. Pandangannya masih kabur, tapi ia bisa merasakan sesuatu yang dingin dan lembap di sekelilingnya. Dia mencoba bangkit, lalu melihat Farah terbaring di dekatnya, tidak sadarkan diri."Farah!" Raka mengguncang bahunya.Farah membuka mata dengan lemah, wajahnya pucat pasi. "Di mana kita...?" suaranya lirih, penuh ketakutan.Mereka berada di dalam sebuah gua gelap, dengan dinding batu yang lembap dan penuh ukiran aneh. Cahaya redup berpendar dari celah-celah batu, menciptakan bayangan yang bergerak sendiri di sekeliling mereka.Tiba-tiba, suara berat terdengar dari ujung gua."Kenapa kalian datang ke tempat ini?"Raka dan Farah membeku.Dari kegelapan, muncul sesosok bayangan besar dengan mata merah menyala. Bentuknya humanoid, tapi tidak memiliki wajah. Tangannya panjang dan bersisik, dengan kuku tajam yang menyerupai belati.

  • Bayang Di Balik Cermin    30. Balas Dendam yang Tak Pernah Usai

    Sejak saat itu, roh Sekar Sari terperangkap di dalam cermin, dipenuhi dendam yang tak kunjung padam. Setiap orang yang melihat bayangannya dalam cermin itu menjadi sasaran kutukannya.Lana merasakan bulu kuduknya meremang. Apa yang mereka hadapi bukan sekadar fenomena supranatural biasa. Sekar Sari tidak hanya meminta bantuan. Dia menginginkan sesuatu."Dia ingin membalas dendam," bisik Lana pada dirinya sendiri.Tapi ada sesuatu yang janggal. Jika Sekar Sari adalah korban, mengapa dia justru membunuh orang-orang yang tidak bersalah? Apakah cermin itu mempermainkan jiwanya? Ataukah ada sesuatu yang lebih gelap yang masih tersembunyi?Di sisi lain, Raka dan Farah juga mulai menyusun teori mereka."Kalau cermin itu adalah alatnya, maka satu-satunya cara menghentikan kutukan ini adalah menghancurkannya," kata Raka saat mereka akhirnya bertemu kembali."Tapi kalau kita salah langkah, kita bisa membebaskan sesuatu yang lebih berb

  • Bayang Di Balik Cermin    29. Gerbang ke Dunia Roh

    Raka akhirnya bersuara, "Apa yang terjadi jika kita gagal?"Pak Wirya menatap mereka dalam-dalam sebelum menjawab, suaranya pelan namun penuh ketegangan."Maka dia akan menggantikan salah satu dari kalian."Keheningan mencekam menyelimuti ruangan setelah pernyataan terakhir Pak Wirya. Lana menatap cincin di tangannya dengan perasaan tak menentu. Ia sudah banyak menghadapi kasus misterius dalam kariernya, tetapi ini… ini di luar nalar manusia."Kalau begitu, kapan kita harus melakukan ritual itu?" Lana bertanya, mencoba tetap tenang.Pak Wirya menghela napas. "Sebelum bulan purnama berikutnya. Itu adalah waktu di mana batas antara dunia manusia dan dunia roh melemah. Jika kalian menunggu terlalu lama, cermin itu akan terbuka dengan sendirinya."Farah menggigit bibirnya. "Berarti kita harus bergerak cepat. Dimana kita harus melakukan ritual itu?"Pak Wirya menatap mereka dengan sorot mata penuh peringatan. "Di depan cermin itu. H

  • Bayang Di Balik Cermin    28. Malam yang Mencekam

    Malam terasa berjalan lebih lambat dari biasanya.Lana mencoba tidur lagi, tetapi setiap kali ia menutup mata, bayangan cermin itu muncul di pikirannya. Suara bisikan Ratu Sekar Sari terngiang di telinganya."Kembalikan…"Ia menggigil. Sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa cincin yang ia bawa adalah kunci dari semuanya—tapi juga ancaman terbesar yang membuat nyawanya kini berada dalam bahaya.Di tempat lain, Farah menatap bekas cengkeraman di pergelangan tangannya. Ia mengusapnya dengan keras, berharap tanda itu hilang, tetapi tidak ada perubahan."Apa ini akan tetap ada? Apa aku sudah ditandai?" pikirnya.Sementara itu, Raka duduk di meja kerjanya, menyalakan dupa untuk menenangkan pikirannya. Namun, asap dupa yang berputar di udara justru membentuk sesuatu…Wajah seorang wanita.Wajah Ratu Sekar Sari.Raka tersentak mundur, jantungnya hampir melomp

  • Bayang Di Balik Cermin    26. Teror yang Menghantui

    Bukan senyuman biasa—melainkan senyuman penuh kebencian dan dendam.CRAAACK!Cermin itu tiba-tiba pecah!Namun, alih-alih pecahan kaca yang berhamburan ke lantai, yang terjadi justru lebih mengerikan—kegelapan mulai keluar dari dalam cermin, seperti kabut hitam pekat yang merayap di udara.Lana mundur beberapa langkah, napasnya memburu. "Apa yang terjadi?!"Raka menggumamkan sesuatu dalam bahasa yang tidak mereka mengerti. Tangan kanannya terangkat, seolah mencoba menahan kekuatan itu."Kita harus pergi!" Raka berteriak.Farah tersadar dari keterkejutannya dan segera menarik tangan Lana. "Ayo!"Mereka semua berlari keluar ruangan, meninggalkan Pak Haryo yang masih terduduk dengan tatapan kosong. Namun, sebelum Lana bisa keluar sepenuhnya, sesuatu mencengkeram pergelangan tangannya.Tangan dingin… tangan yang tidak terlihat.Lana berter

  • Bayang Di Balik Cermin    25. Terbangun Dalam Ketakutan

    Tiba-tiba, dari dalam kabut, sebuah bayangan muncul—sosok wanita bergaun putih panjang dengan rambut hitam tergerai. Wajahnya samar, tertutup oleh kegelapan, namun kehadirannya membuat udara semakin dingin."Kalian tidak seharusnya ada di sini…"Suara itu bergema di sekitar mereka, dalam nada yang terdengar seperti bisikan namun menusuk langsung ke dalam kepala mereka. Lana menelan ludah, mencoba untuk tetap tenang."Siapa kau?" tanya Lana tegas.Wanita itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia mengangkat tangannya—dan tiba-tiba, di hadapan mereka, cermin besar muncul. Cermin itu terlihat retak di beberapa bagian, dan di dalam pantulannya, bukan mereka yang terlihat, melainkan bayangan mengerikan dari tubuh-tubuh yang tergeletak tanpa nyawa.Farah menahan napas. Itu adalah mayat-mayat korban yang telah mereka selidiki… Dimas Hartanto… Indra Kusuma… bahkan sosok yang tidak mereka kena

  • Bayang Di Balik Cermin    24. Farah dan Raka

    POV FarahDi tempat lain, Farah juga mengalami sesuatu yang aneh. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia duduk di depan laptopnya, mencoba menuliskan ulang informasi yang mereka dapatkan. Tetapi pikirannya terus melayang pada kejadian di rumah Arya.Ia masih bisa merasakan ketegangan saat suara perempuan itu bergema di udara. "Jangan buka pintu itu..."Farah mengusap wajahnya, mencoba mengusir perasaan tidak nyaman yang terus menghantuinya.Tok. Tok. Tok.Suara ketukan di pintu membuatnya menoleh.Siapa yang datang larut malam begini?Dengan hati-hati, ia berjalan mendekat dan mengintip melalui lubang pintu. Tidak ada siapa pun.Jantungnya berdetak lebih cepat.Ia menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Mungkin cuma perasaanku saja," gumamnya.Tetapi begitu ia berbalik, ponselnya bergetar di atas meja.Sebuah pesan masuk."Jangan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status