Beranda / Thriller / Bayang Di Balik Cermin / 4. Pertemuan Tak Terduga

Share

4. Pertemuan Tak Terduga

Penulis: TyaAether
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 22:36:51

Setelah malam yang panjang dan penuh dengan rasa penasaran di tempat kejadian, Lana kembali ke kantor polisi keesokan paginya dengan kepala yang dipenuhi berbagai pertanyaan. Pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan setiap petunjuk kecil yang telah dia temukan mengenai cermin antik, kematian Dimas, dan kehadiran Raka Pradipta yang penuh misteri. Sebagai seorang detektif yang mengandalkan bukti dan logika, sulit bagi Lana untuk sepenuhnya menerima cerita kutukan yang diungkapkan Raka, tapi nalurinya mengatakan bahwa ada kebenaran yang terselubung dalam legenda itu.

Saat Lana berjalan menuju mejanya, seorang rekannya menghampiri. “Lana, ada seorang wartawan yang ingin berbicara denganmu. Namanya Farah Anjani.”

Lana menghela napas. Ia tahu bahwa dalam kasus aneh seperti ini, perhatian media pasti akan semakin intens. Namun, ia tidak menduga bahwa jurnalis investigatif yang terkenal gigih seperti Farah Anjani akan langsung datang mencarinya.

Farah Anjani adalah nama yang sudah cukup dikenal dalam lingkaran jurnalistik. Dengan reputasi sebagai reporter investigatif yang memiliki intuisi tajam dan keberanian untuk mengungkap fakta – fakta kelam, Farah kerap kali menyusup ke wilayah yang sulit dijangkau orang biasa. Beberapa kasus besar yang pernah diungkapnya bahkan sempat mengguncang publik. Lana tidak terlalu terkejut mendengar nama itu, tapi dia penasaran apa yang membuat seorang jurnalis sekelas Farah tertarik pada kasus ini.

Sesampainya di ruang tamu kantor, Lana menemukan seorang perempuan muda dengan rambut hitam panjang dan pakaian rapi sedang menunggu dengan sabar. Tatapan mata Farah langsung mengunci Lana, seolah menilai dari ujung kepala hingga kaki. Ada intensitas dalam pandangan Farah yang membuat Lana merasa dia bukan sekadar seorang wartawan biasa.

Lana memperkenalkan diri dan menyambut Farah dengan senyum sopan. “Farah Anjani, bukan? Saya Lana Priadi. Saya dengar Anda ingin membicarakan sesuatu tentang kasus ini?”

Farah mengangguk. “Terima kasih sudah meluangkan waktu, Detektif Lana. Saya tahu Anda mungkin tidak suka berbicara dengan pers, tapi percayalah, tujuan saya di sini bukan untuk sekadar menulis berita sensasional.” Suaranya terdengar serius namun penuh kepercayaan diri.

“Lalu, tujuan Anda apa?” tanya Lana dengan nada ingin tahu namun tetap waspada.

Farah tersenyum tipis. “Saya sudah menyelidiki cermin itu sebelum kasus ini muncul. Ada sesuatu yang menarik perhatian saya sejak lama, dan kematian Dimas seolah menjadi kepingan terakhir dalam teka – teki yang telah saya kumpulkan.”

Lana mengerutkan kening. “Anda sudah menyelidiki cermin ini sebelumnya? Kenapa?”

Farah menarik napas dalam, tampak mempertimbangkan kata – katanya. “Cermin itu memiliki sejarah yang gelap. Dalam beberapa tahun terakhir, saya menemukan bahwa ada beberapa kematian misterius yang sepertinya berkaitan dengannya. Bukan hanya Dimas, tapi orang lain yang pernah terlibat dengan cermin itu juga ditemukan tewas secara aneh.”

Lana menajamkan telinganya. Informasi ini baru baginya. “Orang lain? Anda yakin?”

Farah mengangguk, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah berkas tebal. Dia menyerahkannya pada Lana. “Lihat ini. Saya mengumpulkan artikel – artikel dan laporan forensik yang pernah saya dapatkan. Kebanyakan kasus ini tidak pernah benar – benar tersorot publik. Kematian yang diklasifikasikan sebagai bunuh diri atau kecelakaan, tapi jika Anda lihat lebih dalam, ada pola yang cukup mengkhawatirkan.”

Lana membuka berkas itu dan membaca sepintas lalu beberapa laporan yang disodorkan Farah. Satu persatu, ia melihat kasus – kasus yang memiliki kesamaan, orang – orang yang meninggal dalam keadaan misterius setelah memiliki hubungan dengan cermin antik yang kini ada di kantor polisi. Kasus – kasus itu tersebar selama beberapa dekade, namun jika digabungkan, pola kematian dan anomali yang ditemukan semakin terlihat jelas.

“Dan Anda yakin ini ada hubungannya dengan kematian Dimas?” tanya Lana setelah membaca beberapa dokumen.

“Sangat yakin. Dimas adalah korban terakhir, dan saya yakin ada pola atau semacam koneksi yang menghubungkan semuanya. Cermin ini bukan hanya benda antik biasa. Saya menemukan bahwa cermin ini dulunya adalah milik keluarga bangsawan kuno yang konon percaya pada ilmu mistis. Ada legenda yang mengatakan bahwa cermin ini bisa mengungkapkan sesuatu dari dimensi lain, atau bahkan menyimpan jiwa – jiwa yang terperangkap di dalamnya.”

Lana menghela napas panjang. “Ini semakin aneh,” gumamnya. “Saya bertemu dengan seorang pria bernama Raka Pradipta yang juga mengklaim hal serupa. Dia bilang ada kutukan yang melekat pada cermin ini.”

Farah tampak terkejut, tapi kemudian tertawa kecil. “Raka Pradipta? Jadi dia juga terlibat sekarang? Dia memang terkenal di dunia paranormal. Saya tidak terlalu mengenalnya, tapi saya tahu dia ahli dalam hal – hal seperti ini. Kalau dia tertarik, maka mungkin ada alasan kuat.”

Mereka berdua terdiam sesaat, mencerna situasi yang semakin rumit ini. Lana tidak menyangka kasus ini akan berkembang menjadi sedemikian kompleks. Tadinya ia hanya mengira ini kasus pembunuhan biasa, meski ada keanehan di dalamnya. Namun, dengan kemunculan Raka dan Farah, serta berbagai informasi yang mereka ungkapkan, kasus ini tampaknya jauh lebih dalam daripada yang ia bayangkan.

Farah menatap Lana, kali ini dengan pandangan lebih serius. “Detektif Lana, saya tidak bermaksud melangkahi wewenang Anda, tapi saya ingin bekerja sama dalam penyelidikan ini. Saya pikir dengan pengetahuan yang saya miliki tentang cermin ini, kita bisa mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Lana berpikir sejenak. Tawaran ini tentu saja bukan tanpa risiko, tetapi ia bisa melihat tekad dan kesungguhan di mata Farah. Meski ia biasanya berhati-hati dengan pihak media, intuisi Lana mengatakan bahwa bekerja sama dengan Farah mungkin bisa membuka pintu baru dalam penyelidikannya. Selain itu, informasi yang dimiliki Farah dapat menjadi petunjuk berharga untuk memahami cermin misterius tersebut.

“Baiklah,” jawab Lana akhirnya, “Tapi dengan satu syarat, informasi apa pun yang kita dapatkan, saya yang memutuskan bagaimana dan kapan itu akan dipublikasikan. Ini adalah penyelidikan aktif, dan saya tidak ingin ada bocoran yang bisa mengganggu prosesnya.”

Farah tersenyum puas. “Setuju. Saya hanya ingin kita menemukan kebenaran. Selebihnya, saya serahkan pada Anda.”

Mereka menghabiskan sisa waktu pagi itu untuk mendiskusikan detail lain dari kasus – kasus yang ditemukan Farah. Setiap kematian yang berhubungan dengan cermin itu menambah lapisan ketegangan dalam penyelidikan mereka. Beberapa korban bahkan menunjukkan gejala yang sama dengan Dimas, seperti mimpi buruk yang berulang tentang cermin, bayangan samar yang terlihat di permukaan cermin, dan dorongan tak terkendali untuk mendekati benda itu.

Farah juga menunjukkan foto-foto lama cermin itu, yang ternyata pernah berpindah tangan beberapa kali di kalangan kolektor barang antik. Salah satu foto menunjukkan seorang pria yang memegang cermin dengan ekspresi cemas, dan dalam cerminnya tampak bayangan aneh, seolah ada sesuatu yang mengintip dari balik permukaannya. Lana merinding melihat gambar itu, bertanya – tanya apakah semua yang dikatakan Raka dan Farah benar adanya.

“Apakah ada cara menghentikan semua ini?” Lana bertanya akhirnya, setelah mereka membahas cukup banyak informasi.

Farah menggeleng pelan. “Itu yang masih saya cari tahu. Dari semua informasi yang saya kumpulkan, cermin itu seolah memiliki kehidupannya sendiri. Tapi saya percaya, seperti halnya kutukan lain, pasti ada cara untuk memutusnya. Mungkin Raka bisa membantu, atau mungkin kita harus menemukan sejarah lengkap tentang bagaimana cermin ini dibuat.”

Lana mengangguk, mulai merasa bahwa cermin antik ini mungkin lebih berbahaya dari yang ia perkirakan. Ia berpikir keras, berusaha mencari langkah selanjutnya yang bisa mereka ambil untuk mengungkap kebenaran di balik cermin tersebut.

Sebelum berpisah, Farah menatap Lana sekali lagi. “Hati – hati, Lana. Ada sesuatu yang mengintai dari balik bayangan cermin itu, dan sepertinya dia tidak suka diganggu.”

Ucapan Farah membuat Lana merinding, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. “Terima kasih atas peringatannya. Saya tidak akan mundur sampai menemukan jawaban dari semua ini.”

Setelah pertemuan mereka, Lana merasa ada beban yang lebih besar di pundaknya, tetapi juga dorongan yang semakin kuat untuk mengungkapkan misteri cermin tersebut. Di lubuk hatinya, ia tahu perjalanan ini baru dimulai, dan akan ada banyak rahasia gelap yang terkuak di depan mata mereka.

Bab terkait

  • Bayang Di Balik Cermin    5. Latar Belakang Cermin Terlarang

    Keesokan harinya, Lana memutuskan untuk menemui Raka Pradipta di sebuah kafe kecil yang terletak di pojok kota. Setelah pertemuan mereka sebelumnya, ia merasa butuh lebih banyak penjelasan mengenai cermin antik tersebut. Raka, dengan segala eksentriknya, adalah satu – satunya orang yang tampaknya memiliki jawaban atas misteri ini.Saat Lana memasuki kafe, ia melihat Raka sudah duduk di sudut ruangan, mengenakan mantel hitam panjang dengan ekspresi yang tampak serius. Di depannya, beberapa buku tebal tergeletak di atas meja, dan dia sesekali menulis catatan sambil memandangi halaman – halaman buku yang tampak sudah tua dan lusuh.“Selamat pagi, Lana,” sapa Raka ketika Lana mendekat. Suaranya tenang, namun ada sorot mata yang tajam seolah dia sudah tahu pertanyaan – pertanyaan yang akan Lana ajukan.“Selamat pagi, Raka,” balas Lana sambil duduk di hadapannya. “Aku ingin tahu lebih banyak tentang cermin yang kita bicarakan kemarin. Kau menyebutnya sebagai cermin terkutuk, tapi apa sebena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Bayang Di Balik Cermin    6. Kutukan Ratu Sekar Sari

    Beberapa hari setelah menemukan petunjuk mengenai cermin dan pengaruhnya terhadap Dimas, Lana memutuskan untuk bekerja sama dengan Farah Anjani yang tak hanya memiliki kemampuan mencari informasi tetapi juga semangat luar biasa untuk mengungkap kebenaran.Lana meraih ponselnya. Ia mencari nama Farah Anjani di daftar kontak. Beberapa saat ia hanya menatap layar, mempertimbangkan kata-kata yang akan ia ucapkan. Meskipun Farah memiliki reputasi sebagai jurnalis investigatif yang berbakat, Lana selalu merasa sedikit enggan bekerja sama dengan orang luar. Namun, situasi ini berbeda. Kasus ini berada di luar batas pemahamannya sebagai detektif biasa. Ia membutuhkan bantuan Farah.Dengan napas panjang, Lana akhirnya menekan tombol panggil.Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara ceria dan penuh semangat Farah menyambut di ujung sana. “Halo, Lana! Akhirnya menghubungi juga. Apa kabar?”Lana tersenyum tipis meskipun Farah tidak bisa melihatnya. “Farah, aku sudah memikirkan tawaranmu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Bayang Di Balik Cermin    7. Larut Malam

    Farah melanjutkan, “Dan tak hanya itu. Legenda ini menyebar hingga ke berbagai daerah, Lana. Banyak yang mengaku pernah melihat penampakan Ratu Sekar Sari di dalam cermin, meskipun cermin itu telah hilang selama bertahun – tahun. Setiap kali penampakan itu terjadi, orang – orang di sekitarnya mengalami kejadian – kejadian aneh, bahkan kematian.”Lana menghela napas dalam – dalam. Semua cerita ini mengerikan, tetapi ada bagian dari dirinya yang tetap skeptis, masih mempertahankan pikiran rasionalnya sebagai seorang detektif. Namun, fakta bahwa Dimas begitu terobsesi dengan cermin ini membuatnya tak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa ada sesuatu yang benar – benar berbahaya di dalam cermin tersebut.“Kalau begitu, pertanyaannya adalah, di mana cermin ini sekarang?” Lana menatap Farah dengan intens. Jika cermin itu benar – benar terkutuk, dia harus menemukan cara untuk menghentikannya agar tidak merenggut nyawa lebih banyak lagi.Farah menggeleng. “Tak ada yang tahu pasti. Cermin itu tel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Bayang Di Balik Cermin    8. Petunjuk dari Pak Haryo

    Beberapa hari setelah menemukan legenda mengenai kutukan Ratu Sekar Sari, Lana merasa bahwa titik berikutnya dalam penyelidikannya adalah menemui seseorang yang telah bersentuhan langsung dengan cermin tersebut. Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari arsip dan dokumen museum, cermin antik itu pernah disimpan di museum kota sebelum akhirnya berakhir di tangan kolektor pribadi. Di museum itulah Pak Haryo, penjaga lama yang sekarang telah pensiun, menghabiskan sebagian besar hidupnya mengawasi koleksi benda-benda antik, termasuk cermin yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini.Lana pun meluangkan waktu untuk mengunjungi rumah Pak Haryo. Rumahnya terletak di pinggiran kota, jauh dari kebisingan. Dengan langkah mantap, Lana mengetuk pintu dan menunggu. Tak lama, pintu terbuka dan seorang pria berusia sekitar tujuh puluhan dengan rambut beruban dan sorot mata yang tajam menatapnya. Ada kerutan dalam di wajahnya yang tampak penuh pengalaman.“Pak Haryo?” tanya Lana sambil menyodorka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Bayang Di Balik Cermin    9. Kejadian Aneh di Museum

    Dua hari setelah pertemuannya dengan Pak Haryo, Lana masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan cerita penjaga museum itu dari pikirannya. Di ruang kerjanya yang dipenuhi berkas-berkas kasus, dia menatap kosong ke arah secangkir kopi yang mulai mendingin di mejanya. Cerita tentang kejadian aneh di museum terus terngiang, bisikan tanpa sumber, bayangan yang muncul tanpa ada orang, dan tentu saja cermin itu.Lana menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya. Dia menekan nomor Raka Pradipta, paranormal yang selama ini membantu penyelidikan dengan sudut pandangnya yang eksentrik namun sering kali masuk akal.“Raka, ada waktu?” tanya Lana begitu panggilan tersambung.“Selalu ada waktu untuk kasus seperti ini,” jawab Raka dengan nada santai. “Ada apa? Kau kelihatan ragu-ragu.”Lana menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan nada serius. “Dua hari lalu, aku bertemu dengan Pak Haryo, penjaga museum tempat cermin itu disimpan. Dia cerita tentang beberapa kejadian aneh yang pernah dia alami d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Bayang Di Balik Cermin    10

    “Aku di sini,” jawab Raka cepat. “Tetap dekat denganku.”Namun, saat Lana melangkah mendekati Raka, dia merasa sesuatu menyentuh bahunya. Refleks, dia berbalik, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Suara samar seperti bisikan terdengar di telinganya, tetapi kata-kata itu tidak jelas. Seperti suara wanita yang merintih.“Kamu dengar itu?” tanya Lana dengan napas tersengal.“Ya,” jawab Raka. Dia menyalakan dupa yang dibawanya dan memegangnya di udara. Asap putih mengalir perlahan, menyebar ke seluruh ruangan.“Siapa pun kamu,” ucap Raka dengan suara tegas, “kami tidak datang untuk mengganggu. Kami hanya ingin tahu kebenaran.”Cermin itu tiba-tiba bergetar, mengeluarkan suara seperti kaca yang retak, tetapi tidak pecah. Lana menatap cermin itu dengan ngeri. Bayangan wanita tadi kini bergerak, seolah-olah mencoba keluar dari cermin.“Raka, apa yang terjadi?” tanya Lana, suaranya mulai meninggi.Raka berusaha tetap tenang. “Cermin ini bereaksi terhadap keberadaan kita. Mungkin kita memancin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Bayang Di Balik Cermin    11. Suara dari Masa Lalu

    Pagi itu, Lana duduk di kantornya sambil memeriksa laporan autopsi Dimas Hartanto. Matanya menyusuri baris-baris kata di layar komputer, tetapi pikirannya terus melayang kembali ke malam di museum. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sebuah detail kecil yang belum ia perhatikan.Namun, konsentrasinya terpecah ketika suara samar mulai terdengar. Awalnya, ia mengira itu hanya suara dari luar, mungkin angin yang menerpa jendela kantornya. Tapi suara itu menjadi semakin jelas. Itu adalah suara seorang wanita, lembut namun penuh kesedihan, seperti seseorang yang memanggil namanya.“Lana…”Lana tersentak, menoleh ke sekeliling ruangan. Kantornya kosong, hanya ada dirinya. Ia mencoba mengabaikan suara itu dan kembali fokus pada laporan di depannya, tetapi suara itu terus memanggil, kali ini lebih jelas.“Lana… tolong aku…”Lana berdiri, tubuhnya tegang. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah ini hanya imajinasinya, atau ada sesuatu yang benar-benar terjadi? Ia segera meraih telepon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Bayang Di Balik Cermin    12. Pertanyaan yang Tak Terjawab

    Lana duduk di mejanya dengan kepala bersandar di tangannya. Di hadapannya, berkas-berkas terkait kasus Dimas Hartanto berserakan. Di layar laptopnya, tampak foto-foto TKP dan laporan autopsi yang ia periksa berulang kali. Tetapi, semakin lama ia mencoba menghubungkan petunjuk-petunjuk yang ada, semakin ia merasa seperti terperangkap dalam labirin tanpa jalan keluar.“Cermin itu… kutukan… suara dari masa lalu…” Lana bergumam pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran yang mulai melantur. Tetapi semuanya terasa terlalu nyata untuk diabaikan.Ia membuka kembali catatan yang ia buat selama beberapa hari terakhir. Nama Ratu Sekar Sari tercatat di bagian atas, di ikuti dengan keterangan tentang cermin antik dan kejadian-kejadian aneh yang telah ia alami. Namun, tidak ada satu pun yang mengarah pada jawaban konkret.Pikirannya terusik oleh bayangan Raka dan teorinya. Meskipun Lana bukan orang yang percaya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Bayang Di Balik Cermin    15. Kisah dari Sang Ahli Forensik

    Keesokan harinya, Lana bertemu Farah di ruang kerjanya. Jurnalis itu membawa map tebal yang penuh dengan artikel dan dokumen lama.“Apa yang kau temukan?” tanya Lana, sambil mempersilakan Farah duduk.Farah membuka mapnya dan mengeluarkan beberapa artikel. “Aku menemukan pola kematian yang mirip dengan kasus Indra dan Dimas. Semua melibatkan orang-orang yang memiliki cermin antik yang sama. Tapi ada sesuatu yang lebih menarik.”Farah menyodorkan salah satu artikel kepada Lana. Artikel itu memuat berita tentang seorang kolektor seni bernama Johannes Kadar yang tewas secara misterius lima tahun lalu. Cermin itu disebut sebagai salah satu koleksi terakhirnya sebelum kematiannya.“Ini sudah terjadi sebelumnya?” Lana mengernyit, membaca artikel tersebut dengan saksama.“Bukan hanya sekali,” jawab Farah. “Setidaknya ada empat kasus lain yang tercatat. Korbannya selalu mengalami mimpi buruk, perubahan

  • Bayang Di Balik Cermin    14. Jurnal Sang Pengusaha

    Sore itu, Lana duduk di ruang kerjanya, dengan sebuah jurnal tebal berwarna hitam di atas meja. Jurnal milik Indra Kusuma ditemukan di salah satu laci meja apartemennya oleh tim forensik dan baru saja dikirimkan ke Lana untuk diperiksa.Halaman depan jurnal itu kosong, kecuali inisial kecil bertuliskan "I.K." di sudut kanan bawah. Saat membuka halaman pertama, aroma kertas tua yang khas menyeruak. Tulisan tangan Indra terlihat rapi, tetapi semakin ke halaman berikutnya, huruf-hurufnya mulai tampak tergesa-gesa, seolah ditulis dalam keadaan panik.Lana menghela napas dalam-dalam sebelum mulai membaca.22 Oktober"Aku tidak tahu mengapa aku membeli cermin itu. Saat aku melihatnya di pelelangan, aku merasa seperti terpanggil. Seolah-olah benda itu memintaku untuk membawanya pulang. Bingkainya terlihat kuno, dengan ukiran yang rumit. Orang-orang mengatakan itu barang antik yang langka. Aku pikir ini akan menjadi tambahan koleksi yang sempur

  • Bayang Di Balik Cermin    13. Korban Kedua

    Berita tentang kematian Indra Kusuma tersebar dengan cepat, menciptakan kehebohan di kota. Kematian misterius itu mengundang perhatian tidak hanya dari media, tetapi juga dari para pejabat dan masyarakat umum. Indra, seorang pengusaha muda yang dikenal cerdas dan ambisius, ditemukan tewas di apartemennya dengan kondisi yang menggemparkan. Sama seperti Dimas Hartanto, tubuh Indra ditemukan dalam posisi yang tidak wajar di depan sebuah cermin antik, dengan ekspresi wajah penuh ketakutan.Lana membaca laporan autopsi Indra yang baru saja dikirimkan kepadanya. Tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik atau zat berbahaya di tubuhnya, tetapi ada satu hal yang mencolok: pupil mata Indra melebar seperti seseorang yang melihat sesuatu yang sangat menakutkan sebelum kematiannya.Lana menutup berkas itu dengan frustrasi. Dua kematian serupa dalam waktu singkat. Apakah ini hanya kebetulan?Atau ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi?Lana memutuskan untuk mengunjung

  • Bayang Di Balik Cermin    12. Pertanyaan yang Tak Terjawab

    Lana duduk di mejanya dengan kepala bersandar di tangannya. Di hadapannya, berkas-berkas terkait kasus Dimas Hartanto berserakan. Di layar laptopnya, tampak foto-foto TKP dan laporan autopsi yang ia periksa berulang kali. Tetapi, semakin lama ia mencoba menghubungkan petunjuk-petunjuk yang ada, semakin ia merasa seperti terperangkap dalam labirin tanpa jalan keluar.“Cermin itu… kutukan… suara dari masa lalu…” Lana bergumam pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran yang mulai melantur. Tetapi semuanya terasa terlalu nyata untuk diabaikan.Ia membuka kembali catatan yang ia buat selama beberapa hari terakhir. Nama Ratu Sekar Sari tercatat di bagian atas, di ikuti dengan keterangan tentang cermin antik dan kejadian-kejadian aneh yang telah ia alami. Namun, tidak ada satu pun yang mengarah pada jawaban konkret.Pikirannya terusik oleh bayangan Raka dan teorinya. Meskipun Lana bukan orang yang percaya

  • Bayang Di Balik Cermin    11. Suara dari Masa Lalu

    Pagi itu, Lana duduk di kantornya sambil memeriksa laporan autopsi Dimas Hartanto. Matanya menyusuri baris-baris kata di layar komputer, tetapi pikirannya terus melayang kembali ke malam di museum. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sebuah detail kecil yang belum ia perhatikan.Namun, konsentrasinya terpecah ketika suara samar mulai terdengar. Awalnya, ia mengira itu hanya suara dari luar, mungkin angin yang menerpa jendela kantornya. Tapi suara itu menjadi semakin jelas. Itu adalah suara seorang wanita, lembut namun penuh kesedihan, seperti seseorang yang memanggil namanya.“Lana…”Lana tersentak, menoleh ke sekeliling ruangan. Kantornya kosong, hanya ada dirinya. Ia mencoba mengabaikan suara itu dan kembali fokus pada laporan di depannya, tetapi suara itu terus memanggil, kali ini lebih jelas.“Lana… tolong aku…”Lana berdiri, tubuhnya tegang. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah ini hanya imajinasinya, atau ada sesuatu yang benar-benar terjadi? Ia segera meraih telepon

  • Bayang Di Balik Cermin    10

    “Aku di sini,” jawab Raka cepat. “Tetap dekat denganku.”Namun, saat Lana melangkah mendekati Raka, dia merasa sesuatu menyentuh bahunya. Refleks, dia berbalik, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Suara samar seperti bisikan terdengar di telinganya, tetapi kata-kata itu tidak jelas. Seperti suara wanita yang merintih.“Kamu dengar itu?” tanya Lana dengan napas tersengal.“Ya,” jawab Raka. Dia menyalakan dupa yang dibawanya dan memegangnya di udara. Asap putih mengalir perlahan, menyebar ke seluruh ruangan.“Siapa pun kamu,” ucap Raka dengan suara tegas, “kami tidak datang untuk mengganggu. Kami hanya ingin tahu kebenaran.”Cermin itu tiba-tiba bergetar, mengeluarkan suara seperti kaca yang retak, tetapi tidak pecah. Lana menatap cermin itu dengan ngeri. Bayangan wanita tadi kini bergerak, seolah-olah mencoba keluar dari cermin.“Raka, apa yang terjadi?” tanya Lana, suaranya mulai meninggi.Raka berusaha tetap tenang. “Cermin ini bereaksi terhadap keberadaan kita. Mungkin kita memancin

  • Bayang Di Balik Cermin    9. Kejadian Aneh di Museum

    Dua hari setelah pertemuannya dengan Pak Haryo, Lana masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan cerita penjaga museum itu dari pikirannya. Di ruang kerjanya yang dipenuhi berkas-berkas kasus, dia menatap kosong ke arah secangkir kopi yang mulai mendingin di mejanya. Cerita tentang kejadian aneh di museum terus terngiang, bisikan tanpa sumber, bayangan yang muncul tanpa ada orang, dan tentu saja cermin itu.Lana menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya. Dia menekan nomor Raka Pradipta, paranormal yang selama ini membantu penyelidikan dengan sudut pandangnya yang eksentrik namun sering kali masuk akal.“Raka, ada waktu?” tanya Lana begitu panggilan tersambung.“Selalu ada waktu untuk kasus seperti ini,” jawab Raka dengan nada santai. “Ada apa? Kau kelihatan ragu-ragu.”Lana menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan nada serius. “Dua hari lalu, aku bertemu dengan Pak Haryo, penjaga museum tempat cermin itu disimpan. Dia cerita tentang beberapa kejadian aneh yang pernah dia alami d

  • Bayang Di Balik Cermin    8. Petunjuk dari Pak Haryo

    Beberapa hari setelah menemukan legenda mengenai kutukan Ratu Sekar Sari, Lana merasa bahwa titik berikutnya dalam penyelidikannya adalah menemui seseorang yang telah bersentuhan langsung dengan cermin tersebut. Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari arsip dan dokumen museum, cermin antik itu pernah disimpan di museum kota sebelum akhirnya berakhir di tangan kolektor pribadi. Di museum itulah Pak Haryo, penjaga lama yang sekarang telah pensiun, menghabiskan sebagian besar hidupnya mengawasi koleksi benda-benda antik, termasuk cermin yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini.Lana pun meluangkan waktu untuk mengunjungi rumah Pak Haryo. Rumahnya terletak di pinggiran kota, jauh dari kebisingan. Dengan langkah mantap, Lana mengetuk pintu dan menunggu. Tak lama, pintu terbuka dan seorang pria berusia sekitar tujuh puluhan dengan rambut beruban dan sorot mata yang tajam menatapnya. Ada kerutan dalam di wajahnya yang tampak penuh pengalaman.“Pak Haryo?” tanya Lana sambil menyodorka

  • Bayang Di Balik Cermin    7. Larut Malam

    Farah melanjutkan, “Dan tak hanya itu. Legenda ini menyebar hingga ke berbagai daerah, Lana. Banyak yang mengaku pernah melihat penampakan Ratu Sekar Sari di dalam cermin, meskipun cermin itu telah hilang selama bertahun – tahun. Setiap kali penampakan itu terjadi, orang – orang di sekitarnya mengalami kejadian – kejadian aneh, bahkan kematian.”Lana menghela napas dalam – dalam. Semua cerita ini mengerikan, tetapi ada bagian dari dirinya yang tetap skeptis, masih mempertahankan pikiran rasionalnya sebagai seorang detektif. Namun, fakta bahwa Dimas begitu terobsesi dengan cermin ini membuatnya tak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa ada sesuatu yang benar – benar berbahaya di dalam cermin tersebut.“Kalau begitu, pertanyaannya adalah, di mana cermin ini sekarang?” Lana menatap Farah dengan intens. Jika cermin itu benar – benar terkutuk, dia harus menemukan cara untuk menghentikannya agar tidak merenggut nyawa lebih banyak lagi.Farah menggeleng. “Tak ada yang tahu pasti. Cermin itu tel

DMCA.com Protection Status