Freya berdandan dengan sangat mencolok dan seksi. Pinggulnya yang ramping bergoyang dengan gemulai saat dia berjalan, membuatnya terlihat menawan. Harus diakui, wanita ini memang memesona!Dulunya, Afkar lumayan kaya. Selama bertahun-tahun, Freya menghabiskan uang Afkar untuk merawat dirinya sendiri dan membuat dirinya tampak sangat muda dan segar. Dari penampilannya, sama sekali tidak terlihat bahwa dia pernah melahirkan anak!Menatap mantan istrinya yang sedang dipeluk oleh orang lain, hati Afkar terasa perih."Aku bukan datang untuk minjam uang darimu! Aku sudah dapat uang untuk mengobati penyakit Shafa!" pungkas Afkar dengan nada dingin."Kalau bukan untuk minjam uang, lalu kenapa kamu mengikutiku? Jangan-jangan kamu masih berharap padaku? Kusarankan sebaiknya kamu nggak usah mimpi!" Freya mengangkat alis sembari menatap Afkar dengan sinis."Dasar miskin, kamu masih berani berharap sama Freya? Coba becermin saja dulu! Freya nggak mungkin akan balikan sama kamu. Menyerahlah. Haha ..
Afkar akhirnya mengerti mengapa Felicia mencarinya lagi. Dia mau menebus kesalahannya karena insiden kemarin? Kelihatannya, anak Sutopo memang benar-benar keracunan kemarin! Dengan demikian, Felicia merasa sangat tidak rasional dan malu karena mengusir Afkar.Menghadapi pertanyaan Felicia yang mendesaknya, Afkar hanya tersenyum hambar. Kedua matanya menatap Felicia dan berkata, "Sepertinya anak Pak Sutopo memang keracunan kemarin? Kalau tebakanku nggak salah, anaknya nggak mati dan kamu merasa sangat berterima kasih padaku sekarang. Benar begitu?""Karena itu, kerja samamu dengannya kemungkinan besar akan berhasil. Dengan kata lain, aku sudah membantumu kemarin, tapi kamu malah mengusirku, 'kan? Jadi, hari ini kebenarannya sudah terungkap. Kalau aku menamparmu sekali, bukankah itu seharusnya dan wajar?"Meskipun nada bicara Afkar terdengar tenang, setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan logika dan alasan yang kuat.Setelah kata-kata itu dilontarkan, Felicia sontak tertegun. Matanya y
Selanjutnya, Barra mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi pagi ini. Barra adalah seorang ahli bela diri, sehingga dia cukup memahami titik meridian di tubuh manusia. Jadi, dia bisa memberitahukan dengan jelas titik meridian mana saja yang ditekan oleh Afkar saat itu.Setelah mendengarnya, wajah Dokter Bian sontak terperangah. "Hebat! Luar biasa .... Entah dari keluarga kedokteran mana orang ini berasal. Tapi, luar biasa sekali dia bisa memicu detak jantung Pak Bayu dengan cara seperti ini.""Pantas saja kondisi Pak Bayu malah membaik setelah penyakitnya kambuh. Kalau bisa dipijat beberapa kali lagi, mungkin Pak Bayu masih bisa hidup 10-20 tahun lagi!" puji Dokter Bian.Mendengar hal ini, semua orang di tempat itu langsung terkejut."Dokter Bian, tadi Barra sudah beri tahu kamu bagaimana anak muda itu melakukannya. Kalau begitu, bukankah sama saja kalau kamu lakukan sesuai caranya?" tanya istri Bayu, Tara."Ya, benar! Dokter Bian, lakukan sesuai cara anak muda itu saja," timpal
Begitu Fadly mengucapkan perkataan itu, ekspresi Felicia sontak berubah. Sebab, adiknya bisa menebak rencananya dengan jelas.Namun, Afkar malah terkekeh-kekeh dan berkata, "Katanya anak orang kaya biasanya sangat beretika. Dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya nggak semuanya begitu. Feli, begini cara adikmu bicara sama kakak iparnya?"Bukan hanya tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Felicia, Afkar bahkan semakin mempererat pelukannya. Seketika, wangi Felicia yang semerbak membuat hatinya bergetar.Felicia merintih pelan dan tangannya mencubit pinggang Afkar di belakang. Namun, ekspresinya malah tampak tersipu. Dia tidak menyangka bahwa Afkar bahkan tidak gentar menghadapi Fadly yang telah berhasil membongkar kedok mereka.Orang ini benar-benar berbeda dengan dua orang sebelumnya. Keberanian ini saja sudah jauh melebihi dua orang pengecut itu. Tidak ada wanita yang akan tertarik pada pria yang selalu tunduk dan patuh. Meskipun Felicia tidak akan tersentuh hanya karena tindakan
Semua orang tidak menyangka bahwa Afkar akan mendorong bawahan Fadly dan duduk di seberang Ular Tua. Ahli judi itu menoleh pada Fadly untuk meminta persetujuannya. Fadly juga tidak tahu apa yang hendak dilakukan Afkar, sehingga dia menoleh pada kakaknya.Namun, Felicia juga memandang Afkar dengan tatapan yang sama bingungnya dengan Afkar."Hehe, ganti orang lagi ya?" ejek Codet."Nak, kamu mau main denganku?" tanya Ular Tua sambil mengangkat alisnya."Kalau nggak, untuk apa aku duduk di sini?" Afkar mengangguk, lalu berkata pada Fadly, "Adik Ipar, cip!""Adik ipar?" Mendengar panggilan Afkar terhadap Fadly, Codet tertegun sejenak. Kemudian, dia tertawa terbahak-bahak, "Bu Felicia ganti tunangan lagi ya?"Dengan wajah muram, Fadly berjalan ke sisi Afkar dan bertanya dengan nada dingin, "Apa yang kamu lakukan? Kamu bisa judi?"Sialan, jangan-jangan pria simpanan ini sengaja mau memerasnya?"Berikan saja cipnya!" jawab Afkar sambil tersenyum. Apakah Afkar bisa berjudi? Sebenarnya tidak bi
Klik! Suara yang pelan ini terkesan begitu keras dalam ruangan yang hening. Semua orang tersentak mendengarnya. Afkar akhirnya menutup silinder pistolnya. Di dalamnya berisi lima peluru dan hanya ada satu slot yang kosong!"Jangan bilang aku curang, coba kamu periksa dulu!" Dengan mata tertutup kain hitam, Afkar meletakkan pistol di atas meja judi dan mendorongnya ke arah Ular Tua.Ular Tua saling bertukar pandang dengan Codet, kemudian mengambil pistol itu dan memeriksanya. Ternyata benar, tidak ada masalah! Setelah memeriksanya, pistol itu dikembalikan kepada Afkar. Dengan mata tertutup, Afkar kembali memutar silinder dengan tangannya."Anak muda, ini bukan judi. Ini murni bunuh diri!" seru Ular Tua sambil menelan ludah. Suaranya terdengar serak dan tidak setenang sebelumnya lagi. Menurutnya, tindakan Afkar ini tidak ada bedanya dengan bunuh diri!Dalam perjudian, selalu ada peluang untuk menang. Namun sekarang, Ular Tua merasa Afkar pasti akan mati."Kamu sendiri yang menyuruhku men
Setelah keluar dari Klub Golden, Felicia masih terus menggandeng lengan Afkar. Dia terlihat seperti gadis kecil yang sedang dalam masa kasmaran. Pada saat ini, Fadly tidak lagi berpikir bahwa Afkar hanyalah alat yang dipilih oleh kakaknya, melainkan khawatir apakah kakaknya yang telah ditipu.Bahkan orang yang kuat dan sombong seperti kakaknya ini sekalipun, mungkin kecerdasannya bisa menurun saat sedang mabuk cinta. Penampilan Afkar hari ini membuat Fadly merasa bahwa orang ini agak berbahaya!"Selidiki dia! Cari tahu semua latar belakang orang itu!" perintah Fadly."Baik, Bos!"Di sisi lain, senyum manis Felicia langsung menghilang setelah masuk ke dalam Ferrari, digantikan dengan ekspresi sedingin es."Afkar, sebaiknya kamu bersikap lebih patuh lain kali. Kalau kamu berani bertindak kurang ajar lagi padaku, aku sendiri yang akan membunuhmu sebelum Noah!"Sikap Afkar yang menarik Felicia ke pangkuannya tadi jelas membuat Felicia marah. Baginya, Afkar masih tetap hanya seorang alat ya
"Akan kuhabisi semua pria yang kamu cari!" pekik seorang pria sambil membanting semua benda di ruangan itu hingga hancur. Pria itu adalah Tuan Muda Keluarga Sanjaya, Noah. Dia telah bertekad untuk mendapatkan Felicia!Sebenarnya, meskipun telah mendapatkan Felicia, Noah tetap tidak bisa melakukan apa pun. Pasalnya, dia memiliki kekurangan secara fisik sejak kecil. Namun justru karena alasan itu, hal ini membuat kepribadiannya menjadi temperamental dan memiliki hasrat yang mendominasi!....Dua hari kemudian, Afkar naik taksi dan tiba di sebuah kawasan rumah lama yang sederhana. Kawasan ini adalah tempat rumah kontrakannya. Demi membiayai pengobatan Shafa, Afkar telah menjual rumahnya yang dulu dan kini hanya bisa menyewa tempat tinggal.Saat ini, Afkar tak kuasa menahan senyuman yang merekah di wajahnya! Kondisi Shafa sudah benar-benar stabil dan akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit. Hari ini, Afkar pulang lebih awal untuk membereskan rumah agar bisa menciptakan suasana yang hanga
Viola muncul lagi. Dia menunjuk Afkar sambil menghina, "Benar, kamu nggak sadar siapa dirimu? Dasar gigolo yang cuma bisa hidup bergantung pada wanita!""Afkar, siapa kamu sampai berani menegur orang lain?""Benar sekali. Kalau bukan karena kamu, Pak Noah nggak akan benar-benar marah!""Kalau kamu mati begitu saja, Keluarga Safira nggak akan terkena hukuman dari Pak Noah!""Dulu Pak Noah masih punya kesabaran terhadap Felicia. Ini semua salahmu! Dasar pembawa sial yang mencelakai Keluarga Safira!"Renhad dan istrinya, bahkan paman keempat Felicia serta bibinya, semuanya ikut-ikutan menyalahkan Afkar. Mereka menuding bahwa semua masalah ini terjadi karena Afkar, seolah-olah kesalahannya adalah karena tidak mati di tangan Noah.Sementara itu, Afkar hanya tersenyum sinis. Dia menatap lekat-lekat Erlin dan seluruh anggota Keluarga Safira yang ada di sana.Raut wajah Afkar dipenuhi rasa jijik dan merendahkan ketika membalas, "Dasar sekelompok sampah! Kalian nggak punya kemampuan dan cuma bi
Hubungan seperti ini memang tidak terlalu kokoh, seperti yang terjadi dengan Harris sebelumnya. Relasi yang dimiliki Felicia sendiri sebenarnya tidak banyak.Memikirkan gaya dan cara Erlin dalam menangani urusan, Afkar merasa bahwa ini adalah kesempatan yang baik bagi Felicia untuk memperluas jaringan.....Malam itu, Afkar mengantar Shafa pulang terlebih dahulu, lalu mengendarai mobil menuju Safira Farma untuk menjemput Felicia sepulang kerja. Saat tiba di lantai atas, kebetulan dia bertemu dengan Dara."Kak Afkar, kamu datang untuk jemput Bu Felicia?" tanya Dara."Ya," jawab Afkar sambil mengangguk.Kemudian, Dara menunjuk ke arah ruang rapat sembari memberi tahu, "Bu Felicia lagi rapat." Kemudian, nada bicaranya berubah menjadi lebih serius ketika menambahkan, "Bu Erlin dan beberapa anggota Keluarga Safira juga datang ...."Mendengar ini, Afkar pun mengernyit. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tepat pada saat itu, pintu ruang rapat terbuka. Felicia keluar lebih dulu dengan ek
Mendengar kata-kata itu, wajah Jovian dan muridnya seketika menjadi masam. Di dalam hati Jovian, muncul rasa benci yang terpendam.Sebagai seorang dokter terkenal, Jovian selalu dihormati di mana pun dan belum pernah ada yang berani mengejeknya seperti ini.Namun demi menyelamatkan nyawanya, Jovian hanya bisa memohon dengan suara serak sambil menangis, "Dewa, aku bersalah. Aku benar-benar buta. Aku memang bodoh dan sombong. Mohon maafkan aku.""Jangan perhitungan denganku ya? Kumohon, tolonglah aku. Gimana kalau nanti aku jadi zombi, lalu menggigit orang lain? Itu pasti akan membahayakan banyak orang, 'kan? Tolong aku!" seru Jovian.Afkar berujar sambil tersenyum, "Hmph! Lihatlah betapa ketakutannya kamu. Luka gigitan itu nggak ada apa-apanya. Nggak perlu diobati.""Alvin belum sepenuhnya berubah jadi zombi, jadi racun mayat itu belum mencapai giginya. Kalau kamu masih khawatir, cukup mandi dengan air ketan saja. Beres deh," tambah Afkar.Mendengar ini, Jovian yang berlutut di lantai t
Afkar terus menggeleng. Ini membuat Randy dan istrinya terlihat sangat ketakutan. Seketika, Sharon yang berlinang air mata langsung berlari menghampiri Jovian.Sharon memukul sambil memaki, "Ini semua gara-gara kamu. Kamu yang bikin anakku jadi begini. Dasar dokter gadungan! Kalau terjadi apa-apa pada anakku, aku nggak akan melepaskanmu!"Jovian masih syok. Dia hanya bisa memegangi kepalanya sambil menahan amarah Sharon. Muridnya yang tadinya sombong pun terdiam. Dia tidak berani berkata-kata.Pada saat ini, Randy jauh lebih tenang dari istrinya meskipun juga merasa cemas. Dia mendekati Afkar, lalu bertanya dengan sopan dan penuh harap, "Dok, apa masih ada harapan untuk anakku? Tolong, aku mohon lakukan sesuatu ...."Afkar membalas sambil mengangguk, "Untungnya racun mayatnya baru bereaksi dan belum sempat menyerang jantung atau otaknya. Tenang saja!"Kemudian, Afkar berseru ke arah Jovian, "Dokter Jovian, apa aku boleh pinjam jarum akupunkturmu sebentar?"Mendengar itu, Jovian berjala
Namun, Sharon tidak mengucapkan apa pun. Dia hanya menganggap dokter gadungan itu kebetulan menebak dengan tepat.Bagaimanapun, keahlian Jovian sudah terkenal di dalam dan luar negeri. Selama ada dia, Sharon merasa tak perlu khawatir."Pak Randy, Bu Sharon, tenang saja. Dengan adanya guruku di sini, anak kalian pasti akan baik-baik saja," ujar murid Jovian sambil menepuk dadanya dengan percaya diri.Randy membalas dengan nada penuh hormat, "Ya, tentu saja. Kami bergantung pada Dokter Jovian!"Saat itu, Jovian mulai mengeluarkan jarum perak dan mulai melakukan akupunktur pada tubuh Alvin. Namun setelah beberapa tusukan, tiba-tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Alvin yang sebelumnya koma, tiba-tiba melonjak bangun dari ranjang."Aaargh!" Jovian yang sedang melakukan akupunktur langsung berteriak kaget.Sementara itu, Randy, Sharon, dan murid Jovian juga tersentak. Mereka melihat kejadian itu dengan ngeri.Kini, mata Alvin terlihat memerah. Dengan penuh amarah, dia menyerang Jovian yan
Johan menambahkan, "Pak Randy adalah Ketua Dewan Pengawas Bank Kota Nubes. Kalau kamu bisa jalin hubungan baik dengannya, di masa depan semua urusan yang melibatkan perbankan bisa jadi jauh lebih mudah. Tapi sekarang ... aduh!"Johan menghela napas panjang. Dia merasa bahwa beberapa kata yang diucapkan Afkar tadi telah sepenuhnya menyinggung Sharon.Randy Suryo adalah tokoh penting yang memegang kendali atas bank-bank di seluruh Kota Nubes. Berkenalan dengan Randy berbeda maknanya dibandingkan dengan menjalin relasi dengan para bos dari industri lain. Sebab hampir semua bisnis, tidak peduli di bidang apa, pada akhirnya akan terhubung dengan perbankan. Bahkan, orang biasa pun sulit menghindari berurusan dengan bank."Tenang saja. Nanti saat dia datang memohonku, ucapanku yang menyinggung nggak akan jadi masalah lagi," jawab Afkar dengan penuh keyakinan sambil tersenyum santai.Johan bertanya dengan terkejut, "Kamu yakin dia akan memohon padamu?" Di sisi lain, Afkar hanya terkekeh seola
Mendengar kata-kata Afkar, Sharon langsung terlihat sangat marah. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang tak bisa disembunyikan. Bahkan Jovian, muridnya, dan Johan juga terkejut dan bingung karena ucapan Afkar yang tak terduga."Apa maksudmu dengan energi mayat? Omong kosong apa ini? Eh, kamu lagi mengutuk anak Bu Sharon ya?" tanya murid Jovian dengan mata memicing."Hmph, omong kosong! Dari mana datangnya dokter gadungan ini? Dia cuma mau mencelakai orang!" maki Jovian sambil menatap Afkar dengan sinis.Jovian seakan-akan sedang memandang seorang penipu. Orang seperti ini biasanya memang suka melebih-lebihkan dan bermain ilusi.Sementara itu, ekspresi Sharon menjadi makin muram. Dia melirik Johan dengan tajam, lalu memarahi, "Johan, orang macam apa yang kamu bawa ini?""Anakku masih hidup, tapi dia malah bicara soal energi mayat dan bilang itu nggak bisa disembuhkan. Dia datang ke sini cuma untuk merusak suasana hati kami ya?" tanya Sharon."Ini ...." Johan hanya bisa terdiam dan menunju
Setelah mendengar Johan menjelaskan masalahnya, Afkar pun bertanya, "Oh? Di mana orangnya?""Dia di Kota Nubes!" sahut Johan."Oke, jemput aku di gerbang Safira Farma," ucap Afkar."Baik! Terima kasih, Dokter Afkar. Tenang saja, aku nggak akan meminta bantuanmu secara cuma-cuma!" balas Johan.Satu jam kemudian, Johan berkendara membawa Afkar ke suatu kawasan vila mewah di kota. Kawasan vila bernama Orchid Square ini memiliki status yang setara dengan Vila Emperor. Orang-orang yang tinggal di sini adalah para kaum elite dan berpengaruh.Saat Afkar membuka pintu mobil dan turun, sebuah mobil di belakang datang dan hampir menabrak pintu Afkar yang terbuka. Ckitt! Rolls-Royce itu mengerem mendadak. Kemudian, seorang pemuda turun dari sana.Afkar ingin meminta maaf. Bagaimanapun, dia lalai memperhatikan arah belakang sebelum membuka pintu. Jika pintu mobil tertabrak, itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, sebelum permintaan maafnya terlontar, pemuda itu langsung menunjuk hidung Afkar dan m
Setelah menyampaikan pesan tersebut, David langsung pergi lagi dengan angkuh. Setelah dia pergi, atmosfer di dalam aula menjadi tegang dan menyesakkan."Harun, kamu sudah dengar, 'kan? Apa kamu ingin membiarkan Feli menghancurkan keluarga kita? Kalau Keluarga Sanjaya benar-benar ingin bertindak, kita nggak akan mampu menanganinya!" ucap Erlin sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya dengan marah.Keluarga Safira memang keluarga kelas satu di Kota Nubes. Namun, status mereka tidak ada apa-apanya di seluruh Provinsi Jimbo.Sementara itu, Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Mereka memiliki pengaruh yang sangat besar.Mereka mungkin tidak menyinggung seluruh Keluarga Sanjaya, melainkan hanya Noah seorang. Namun, dengan kekuasaan dan koneksinya sebagai tuan muda keluarga itu, Noah juga bisa menjatuhkan Keluarga Safira dengan mudah."Iya, Kak,! Keluarga kalian nggak boleh terlalu egois!" timpal Jesslyn dengan raut muram.Anak keempat yang hanya diam