Semua orang tidak menyangka bahwa Afkar akan mendorong bawahan Fadly dan duduk di seberang Ular Tua. Ahli judi itu menoleh pada Fadly untuk meminta persetujuannya. Fadly juga tidak tahu apa yang hendak dilakukan Afkar, sehingga dia menoleh pada kakaknya.Namun, Felicia juga memandang Afkar dengan tatapan yang sama bingungnya dengan Afkar."Hehe, ganti orang lagi ya?" ejek Codet."Nak, kamu mau main denganku?" tanya Ular Tua sambil mengangkat alisnya."Kalau nggak, untuk apa aku duduk di sini?" Afkar mengangguk, lalu berkata pada Fadly, "Adik Ipar, cip!""Adik ipar?" Mendengar panggilan Afkar terhadap Fadly, Codet tertegun sejenak. Kemudian, dia tertawa terbahak-bahak, "Bu Felicia ganti tunangan lagi ya?"Dengan wajah muram, Fadly berjalan ke sisi Afkar dan bertanya dengan nada dingin, "Apa yang kamu lakukan? Kamu bisa judi?"Sialan, jangan-jangan pria simpanan ini sengaja mau memerasnya?"Berikan saja cipnya!" jawab Afkar sambil tersenyum. Apakah Afkar bisa berjudi? Sebenarnya tidak bi
Klik! Suara yang pelan ini terkesan begitu keras dalam ruangan yang hening. Semua orang tersentak mendengarnya. Afkar akhirnya menutup silinder pistolnya. Di dalamnya berisi lima peluru dan hanya ada satu slot yang kosong!"Jangan bilang aku curang, coba kamu periksa dulu!" Dengan mata tertutup kain hitam, Afkar meletakkan pistol di atas meja judi dan mendorongnya ke arah Ular Tua.Ular Tua saling bertukar pandang dengan Codet, kemudian mengambil pistol itu dan memeriksanya. Ternyata benar, tidak ada masalah! Setelah memeriksanya, pistol itu dikembalikan kepada Afkar. Dengan mata tertutup, Afkar kembali memutar silinder dengan tangannya."Anak muda, ini bukan judi. Ini murni bunuh diri!" seru Ular Tua sambil menelan ludah. Suaranya terdengar serak dan tidak setenang sebelumnya lagi. Menurutnya, tindakan Afkar ini tidak ada bedanya dengan bunuh diri!Dalam perjudian, selalu ada peluang untuk menang. Namun sekarang, Ular Tua merasa Afkar pasti akan mati."Kamu sendiri yang menyuruhku men
Setelah keluar dari Klub Golden, Felicia masih terus menggandeng lengan Afkar. Dia terlihat seperti gadis kecil yang sedang dalam masa kasmaran. Pada saat ini, Fadly tidak lagi berpikir bahwa Afkar hanyalah alat yang dipilih oleh kakaknya, melainkan khawatir apakah kakaknya yang telah ditipu.Bahkan orang yang kuat dan sombong seperti kakaknya ini sekalipun, mungkin kecerdasannya bisa menurun saat sedang mabuk cinta. Penampilan Afkar hari ini membuat Fadly merasa bahwa orang ini agak berbahaya!"Selidiki dia! Cari tahu semua latar belakang orang itu!" perintah Fadly."Baik, Bos!"Di sisi lain, senyum manis Felicia langsung menghilang setelah masuk ke dalam Ferrari, digantikan dengan ekspresi sedingin es."Afkar, sebaiknya kamu bersikap lebih patuh lain kali. Kalau kamu berani bertindak kurang ajar lagi padaku, aku sendiri yang akan membunuhmu sebelum Noah!"Sikap Afkar yang menarik Felicia ke pangkuannya tadi jelas membuat Felicia marah. Baginya, Afkar masih tetap hanya seorang alat ya
"Akan kuhabisi semua pria yang kamu cari!" pekik seorang pria sambil membanting semua benda di ruangan itu hingga hancur. Pria itu adalah Tuan Muda Keluarga Sanjaya, Noah. Dia telah bertekad untuk mendapatkan Felicia!Sebenarnya, meskipun telah mendapatkan Felicia, Noah tetap tidak bisa melakukan apa pun. Pasalnya, dia memiliki kekurangan secara fisik sejak kecil. Namun justru karena alasan itu, hal ini membuat kepribadiannya menjadi temperamental dan memiliki hasrat yang mendominasi!....Dua hari kemudian, Afkar naik taksi dan tiba di sebuah kawasan rumah lama yang sederhana. Kawasan ini adalah tempat rumah kontrakannya. Demi membiayai pengobatan Shafa, Afkar telah menjual rumahnya yang dulu dan kini hanya bisa menyewa tempat tinggal.Saat ini, Afkar tak kuasa menahan senyuman yang merekah di wajahnya! Kondisi Shafa sudah benar-benar stabil dan akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit. Hari ini, Afkar pulang lebih awal untuk membereskan rumah agar bisa menciptakan suasana yang hanga
Setelah terakhir kali kondisi Shafa memburuk dan harus dirawat di rumah sakit, Afkar telah mengemas beberapa barang keperluan sehari-hari dan tetap tinggal di rumah sakit untuk menemani putrinya. Tak disangka setelah beberapa lama tidak pulang, pemilik rumah ternyata mengusirnya tanpa pemberitahuan sebelumnya sama sekali?Kenapa Afkar harus pergi? Dia sudah membayar uang sewanya, jadi dia masih berhak untuk tinggal di sana. Hanya karena pemilik rumah meremehkannya dan berpikir bahwa dia tidak punya uang untuk memperpanjang sewa, mereka ingin mengusirnya lebih awal?Afkar memang telah mendapatkan peluang, tetapi peluang itu belum bisa menghasilkan uang. Waktu itu, Felicia hanya membayar biaya rumah sakit untuk Shafa. Dia tidak membayar Afkar untuk kebutuhan lainnya.Oleh karena itu, saat ini Afkar masih tidak punya uang untuk mencari tempat tinggal lain. Selain itu, Shafa masih menunggu untuk pulang. Betapa sedih dan kecewanya Shafa kalau dia sampai tahu mereka telah diusir?"Nggak mau
Freya tertawa terbahak-bahak sembari melihat Afkar dengan kejam, "Siapa yang suami istri denganmu? Memangnya kamu pantas? Kalau mau salahkan, salahkan saja dirimu yang miskin dan sok hebat! Pecundang sepertimu memang seharusnya diinjak-injak!""Sialan, aku lagi bicara denganmu! Cepat berlutut!" teriak Gundul dengan beringas saat melihat Afkar tidak memedulikannya."Maaf, kakiku bermasalah. Nggak bisa dibengkokkan!" balas Afkar dengan ekspresi datar."Berengsek! Kalau begitu, akan kuobati kakimu hari ini! Kenapa diam saja? Cepat lumpuhkan dia!" teriak Kak Gundul dengan marah. Detik berikutnya, bawahan Gundul langsung menyerbu ke arah Afkar."Haha ... siapa suruh kamu nggak mau pergi? Kali ini aku nggak usah turun tangan, sudah ada yang habisin pecundang ini duluan," timpal Intan dengan gembira setelah melihat kejadian ini.Namun di detik berikutnya, terjadi adegan yang membuat semua orang terperangah.Bum! Bum! Bum!Dengan sekali tinjuan, Afkar menghantam salah seorang preman hingga tul
Setelah Barra membawa orangnya masuk, dia langsung tertegun melihat pemandangan di dalam halaman itu. Setelah itu, dia bergidik saat menoleh pada Afkar.Pada saat ini, Rafai dan Freya yang hendak melarikan diri tiba-tiba menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Intan.Sebab, mereka mendengar teriakan si Gundul. Ternyata yang datang itu adalah teman si Gundul? Selain itu, didengar dari panggilannya, jelas sekali orang ini bahkan lebih hebat daripada si Gundul."Kak Barra, kebetulan sekali kamu datang. Bocah ini sudah melukai banyak sekali bawahan kita. Dia benar-benar kejam! Kamu harus membelaku dan semua bawahan kita!" Setelah berkata demikian, si Gundul berpaling pada Afkar.Ekspresinya yang tadinya ketakutan, kini berubah menjadi bangga dan beringas. "Nak, jangan kira kamu sudah hebat sekali. Kemampuanmu nggak ada apa-apanya di hadapan Kak Barra!""Kak Barra ini ahli bela diri sungguhan! Dengan kekuasaannya saja dia bisa menghancurkanmu! Kekuasaanku nggak bisa dibandingkan dengan
Situasi macam apa ini? Bagaimana bisa penyokongnya Gundul begitu menghormati seorang pria miskin? Ketika melihat nasib Gundul yang menyedihkan, Freya dan Rafai pun menjadi takut."Pak Afkar, mereka ...." Barra tidak yakin apa yang ingin dilakukan kedua orang itu, jadi tidak berani bertindak gegabah."Suruh mereka pergi," ujar Afkar dengan dingin. Sebelumnya dia masih menaruh harapan kepada Freya, tetapi sekarang tidak lagi. Hanya saja, Freya adalah ibunya Shafa sehingga dia tidak mungkin menyakitinya."Ya, ya. Kami akan pergi." Rafai merasa sangat lega. Dia segera menarik Freya yang masih menatap Afkar lekat-lekat."Pak, waktu itu kamu telah menolong majikanku. Karena buru-buru ke rumah sakit, kami jadi nggak sempat berterima kasih padamu. Majikanku mengundangmu ke rumah untuk berterima kasih. Apa kamu punya waktu?""Kalau kamu sibuk hari ini, kita bisa cari hari lain. Semua tergantung padamu," ucap Barra dengan sopan. Bos mafia di Kota Nubes sekaligus orang kepercayaan Farel malah ber
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her
Sebelumnya, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti yang akan mengobatinya bukan hanya memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki kemampuan bela diri yang hebat.Tadi saat bertelepon, Heru menyebutkan kehebatan dokter sakti itu lagi. Hal ini langsung membuat Noah kembali melihat secercah harapan untuk menghabisi Afkar!Mampu mengalahkan empat grandmaster? Orang sehebat itu pasti bisa membunuh Afkar dengan mudah!Itu sebabnya, Noah kembali bertindak tanpa rasa takut! Bahkan, dia berencana untuk menunggu kakeknya membawa dokter sakti itu kemari, lalu menyuruh Afkar kemari dan membunuhnya di tempat.Melihat tingkah Noah yang gila dan penuh kepuasan diri, Felicia merasa cemas dan bingung. Apa? Noah bisa menemukan ahli sehebat itu?"Noah, kamu benar-benar gila! Kalau kamu berani melukai Afkar, aku bersumpah nggak akan melepaskanmu meskipun aku menjadi roh!" pekik Felicia dengan penuh kebencian sambil menggertakkan giginya."Hahaha. Setelah pria itu mati, kamu aka
Noah baru saja menyuruh orang membawa Felicia ke kamar tidur saat menerima telepon dari Heru."Kakek, kenapa meneleponku di jam segini?" tanya Noah dengan bingung setelah menenangkan diri."Kamu di mana sekarang? Sudah sampai di Kota Nubes? Aku akan bawa Dokter Sakti ke tempatmu." Nada bicara Heru terdengar setenang mungkin. Dia mencoba menyembunyikan kegelisahannya."Hah? Sekarang sudah hampir jam 4 subuh. Kenapa malah datang jam segini?" Noah kaget sejenak, merasa curiga."Kamu ini nggak tahu apa-apa. Dokter Sakti bilang masalahmu ini butuh keseimbangan energi yin dan yang! Makanya, harus diobati tepat saat matahari terbit, saat siang dan malam berganti!""Kalau nggak datang sekarang, mau kapan lagi? Kamu sudah sampai di Kota Nubes atau belum? Kalau belum, cepat berangkat sekarang, mungkin masih sempat! Kalau nggak, harus menunggu sehari lagi!"Suara Heru terdengar tegas dan yakin. Alasan yang dibuatnya terdengar sangat masuk akal hingga Noah tidak curiga sedikit pun. Dia hanya meras
Mendengar kata-kata itu, ekspresi Afkar langsung berubah drastis!Felicia! Felicia juga jatuh ke tangan Noah?"Dasar bajingan! Apa yang mau kamu lakukan pada Felicia? Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhnya, aku akan membunuhmu!"Dari sisi lain telepon, Noah meledak dalam tawa gila yang mengerikan. Kekurangan fisik yang dia alami sejak kecil telah membuat pikirannya kacau. Bahkan setelah menyaksikan kekuatan Afkar yang luar biasa, rasa takutnya justru berubah menjadi hasrat balas dendam yang semakin kuat."Hahaha ... Oh, ya? Kalau begitu, datang dan bunuh aku! Ayo!""Di mana kamu? Katakan!" Afkar menggertakkan giginya, penuh amarah."Apa mungkin aku kasih tahu kamu? Cari aku kalau bisa! Pastikan kamu menemukanku sebelum aku selesai bermain-main sama Felicia! Hahaha ...."Noah tertawa penuh kegilaan sebelum langsung menutup telepon! Ekspresi wajah Afkar terus berubah, menahan emosi yang semakin memuncak.Namun detik berikutnya, matanya yang tajam langsung menatap salah satu a
"Dasar bodoh, jimat ini adalah barang yang kamu jual sendiri!""Kamu nggak pernah menyangka, bukan? Jimat ini bisa memancarkan kekuatan grandmaster sejati! Kamu akan mati oleh barang yang kamu ciptakan sendiri! Betapa menyedihkannya itu!" Karta tertawa kejam sambil memamerkan jimat di tangannya.Mendengar hal itu, Afkar hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Dasar bodoh! Menurutmu grandmaster adalah puncak kekuatan, ya?""Diam! Mati kamu!" teriak Karta penuh kemarahan, lalu merobek jimat itu.Zing!Huruf emas di permukaan jimat menyala terang, melepaskan energi besar yang langsung berkumpul menjadi sebuah huruf kuno yang artinya "Hancur".Dengan senyum penuh kebencian, Karta mengarahkan energi itu ke Afkar dan membiarkan huruf bercahaya itu meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arahnya."Mati kamu!" Noah berteriak dari layar, matanya bersinar penuh kegembiraan.David memandangi layar dengan wajah penuh harap. "Hancurkan dia! Mati kamu, Afkar!"Namun, beberapa detik kemudian,