"Akan kuhabisi semua pria yang kamu cari!" pekik seorang pria sambil membanting semua benda di ruangan itu hingga hancur. Pria itu adalah Tuan Muda Keluarga Sanjaya, Noah. Dia telah bertekad untuk mendapatkan Felicia!Sebenarnya, meskipun telah mendapatkan Felicia, Noah tetap tidak bisa melakukan apa pun. Pasalnya, dia memiliki kekurangan secara fisik sejak kecil. Namun justru karena alasan itu, hal ini membuat kepribadiannya menjadi temperamental dan memiliki hasrat yang mendominasi!....Dua hari kemudian, Afkar naik taksi dan tiba di sebuah kawasan rumah lama yang sederhana. Kawasan ini adalah tempat rumah kontrakannya. Demi membiayai pengobatan Shafa, Afkar telah menjual rumahnya yang dulu dan kini hanya bisa menyewa tempat tinggal.Saat ini, Afkar tak kuasa menahan senyuman yang merekah di wajahnya! Kondisi Shafa sudah benar-benar stabil dan akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit. Hari ini, Afkar pulang lebih awal untuk membereskan rumah agar bisa menciptakan suasana yang hanga
Setelah terakhir kali kondisi Shafa memburuk dan harus dirawat di rumah sakit, Afkar telah mengemas beberapa barang keperluan sehari-hari dan tetap tinggal di rumah sakit untuk menemani putrinya. Tak disangka setelah beberapa lama tidak pulang, pemilik rumah ternyata mengusirnya tanpa pemberitahuan sebelumnya sama sekali?Kenapa Afkar harus pergi? Dia sudah membayar uang sewanya, jadi dia masih berhak untuk tinggal di sana. Hanya karena pemilik rumah meremehkannya dan berpikir bahwa dia tidak punya uang untuk memperpanjang sewa, mereka ingin mengusirnya lebih awal?Afkar memang telah mendapatkan peluang, tetapi peluang itu belum bisa menghasilkan uang. Waktu itu, Felicia hanya membayar biaya rumah sakit untuk Shafa. Dia tidak membayar Afkar untuk kebutuhan lainnya.Oleh karena itu, saat ini Afkar masih tidak punya uang untuk mencari tempat tinggal lain. Selain itu, Shafa masih menunggu untuk pulang. Betapa sedih dan kecewanya Shafa kalau dia sampai tahu mereka telah diusir?"Nggak mau
Freya tertawa terbahak-bahak sembari melihat Afkar dengan kejam, "Siapa yang suami istri denganmu? Memangnya kamu pantas? Kalau mau salahkan, salahkan saja dirimu yang miskin dan sok hebat! Pecundang sepertimu memang seharusnya diinjak-injak!""Sialan, aku lagi bicara denganmu! Cepat berlutut!" teriak Gundul dengan beringas saat melihat Afkar tidak memedulikannya."Maaf, kakiku bermasalah. Nggak bisa dibengkokkan!" balas Afkar dengan ekspresi datar."Berengsek! Kalau begitu, akan kuobati kakimu hari ini! Kenapa diam saja? Cepat lumpuhkan dia!" teriak Kak Gundul dengan marah. Detik berikutnya, bawahan Gundul langsung menyerbu ke arah Afkar."Haha ... siapa suruh kamu nggak mau pergi? Kali ini aku nggak usah turun tangan, sudah ada yang habisin pecundang ini duluan," timpal Intan dengan gembira setelah melihat kejadian ini.Namun di detik berikutnya, terjadi adegan yang membuat semua orang terperangah.Bum! Bum! Bum!Dengan sekali tinjuan, Afkar menghantam salah seorang preman hingga tul
Setelah Barra membawa orangnya masuk, dia langsung tertegun melihat pemandangan di dalam halaman itu. Setelah itu, dia bergidik saat menoleh pada Afkar.Pada saat ini, Rafai dan Freya yang hendak melarikan diri tiba-tiba menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Intan.Sebab, mereka mendengar teriakan si Gundul. Ternyata yang datang itu adalah teman si Gundul? Selain itu, didengar dari panggilannya, jelas sekali orang ini bahkan lebih hebat daripada si Gundul."Kak Barra, kebetulan sekali kamu datang. Bocah ini sudah melukai banyak sekali bawahan kita. Dia benar-benar kejam! Kamu harus membelaku dan semua bawahan kita!" Setelah berkata demikian, si Gundul berpaling pada Afkar.Ekspresinya yang tadinya ketakutan, kini berubah menjadi bangga dan beringas. "Nak, jangan kira kamu sudah hebat sekali. Kemampuanmu nggak ada apa-apanya di hadapan Kak Barra!""Kak Barra ini ahli bela diri sungguhan! Dengan kekuasaannya saja dia bisa menghancurkanmu! Kekuasaanku nggak bisa dibandingkan dengan
Situasi macam apa ini? Bagaimana bisa penyokongnya Gundul begitu menghormati seorang pria miskin? Ketika melihat nasib Gundul yang menyedihkan, Freya dan Rafai pun menjadi takut."Pak Afkar, mereka ...." Barra tidak yakin apa yang ingin dilakukan kedua orang itu, jadi tidak berani bertindak gegabah."Suruh mereka pergi," ujar Afkar dengan dingin. Sebelumnya dia masih menaruh harapan kepada Freya, tetapi sekarang tidak lagi. Hanya saja, Freya adalah ibunya Shafa sehingga dia tidak mungkin menyakitinya."Ya, ya. Kami akan pergi." Rafai merasa sangat lega. Dia segera menarik Freya yang masih menatap Afkar lekat-lekat."Pak, waktu itu kamu telah menolong majikanku. Karena buru-buru ke rumah sakit, kami jadi nggak sempat berterima kasih padamu. Majikanku mengundangmu ke rumah untuk berterima kasih. Apa kamu punya waktu?""Kalau kamu sibuk hari ini, kita bisa cari hari lain. Semua tergantung padamu," ucap Barra dengan sopan. Bos mafia di Kota Nubes sekaligus orang kepercayaan Farel malah ber
Afkar menyuruh Barra mengantarnya ke rumah sakit dulu untuk membawa Shafa pulang. Setelah itu, mereka sama-sama berangkat ke rumah Keluarga Subroto.Setelah kejadian hari ini, Afkar merasa tidak tenang jika putrinya sendirian di rumah sakit. Shafa pun merasa senang karena ayahnya akan membawanya jalan-jalan.Shafa yang sudah berusia 5 tahun seharusnya sudah bersekolah. Namun, karena penyakitnya, dia menjadi tidak punya kesempatan untuk bersekolah. Itu sebabnya, Shafa merasa kesepian dan ingin mengenal lebih banyak orang.Setibanya di rumah Keluarga Subroto, tampak 2 pria tua bermain catur di halaman. Lyra duduk di sisi kanan Bayu sambil memeluk boneka dan menonton kakek buyutnya bermain catur. Di seberang Bayu adalah seorang pria tua bertopeng. Penampilannya terlihat agak aneh.Sementara itu, berdiri seorang gadis muda berusia 20-an tahun di belakang mereka. Gadis itu punya paras cantik dan tubuh ramping.Setelah mendekat, Afkar mengamati pria bertopeng itu dulu, lalu baru mengamati ga
Begitu memandang ke arah sumber suara, gadis cantik bernama Karen itu tampak memelotot. Tatapannya itu seperti menatap pria cabul dan penipu."Aduh, aku lupa memperkenalkannya kepada kalian. Heru, Karen, ini Dokter Sakti Afkar. Dia yang menolongku waktu penyakitku kambuh hari itu. Kalau nggak, aku pasti sudah mati.""Dokter Bian sekalipun mengagumi keterampilan medis Pak Afkar. Omong-omong, Heru, mungkin kamu bisa berkonsultasi dengan Pak Afkar. Mungkin saja ...," ujar Bayu.Heru segera menyela, "Aku nggak sakit. Lukaku ini nggak bakal bisa sembuh lagi. Kalaupun bisa, aku nggak ingin mengobatinya. Anggap saja ini medaliku."Kemudian, Heru melambaikan tangan sambil berkata dengan serius, "Selain itu, aku nggak pernah melihat dokter sakti semuda ini."Jelas, Heru meragukan kemampuan Afkar. Afkar mengangkat alis sambil mengamatinya. "Tadi kamu bilang medali?""Benar. Heru terluka karena berperang melawan musuh asing. Bagi orang tua seperti kami, luka semacam ini seperti medali. Sayangnya,
Saat ini, Lyra dan Shafa sedang asyik bermain. Barra bertugas menjaga mereka, sedangkan orang lainnya masuk ke rumah.Bayu menyuruh pelayan mengambilkan jarum sesuai instruksi Afkar. Heru berbaring dan melepaskan topengnya. Demi membongkar kebohongan Afkar, dia bersikap sangat kooperatif.Setelah topeng itu dilepaskan, Bayu merasa tidak tega melihatnya. Karen yang terus menemani Heru pun merasa sedih dengan kondisi wajah kakeknya.Heru tidak pernah menampakkan wajah aslinya kepada Karen. Ini karena dia tahu semengerikan apa wajahnya sendiri.Pangkal hidung Heru tampak miring ke kiri, dagunya miring ke kanan, bahkan tulang rahangnya terlihat. Selain itu, ada 2 bekas luka yang menakutkan di kedua pipinya. Wajah ini memang seram!Karen menutup mulutnya dan berkaca-kaca. Dia benar-benar sedih melihat kondisi kakeknya. Kalau ada yang bisa mengobati kakeknya, dia tidak keberatan untuk menemani orang itu tidur. Namun, dia yakin Afkar hanya penipu.Heru juga tidak percaya pada kemampuan Afkar.
Wanita cantik itu memiliki kulit yang sangat halus dan wajah yang benar-benar memukau. Afkar sudah terbiasa melihat kecantikan Felicia setiap hari dan standar estetikanya sudah cukup tinggi, tetapi dia tetap takjub saat melihat wanita ini.Hanya saja, wajah wanita itu tampak kurang bersahabat. Ekspresinya dingin, seolah-olah seseorang berutang miliaran padanya. Dari sorot matanya, terlihat jelas aura keangkuhan, seolah-olah tidak peduli pada apa pun di dunia ini."Kakek, Ayah!" Setelah keluar, Rose menyapa Varel dan Edbert dengan sopan."Hm, duduklah," kata Varel sambil mengangguk, menunjuk kursi kosong di sebelah Afkar, memberi isyarat kepada Rose untuk duduk di sana.Saat ini, Edbert tersenyum sambil memperkenalkan, "Pak Afkar, ini putriku, Rose. Kalian seumuran, mungkin bisa lebih sering berinteraksi."Kemudian, dia menoleh menatap Rose dan berkata, "Rose, tuangkan minuman untuk Pak Afkar."Rose mengernyit dan tampak enggan, tetapi tetap mengambil teko dan menuangkan minuman ke dala
Setelah kejadian semalam, hubungan antara Afkar dan Felicia kembali menjadi rumit. Keduanya sama-sama menjaga jarak, seolah-olah ada dinding yang memisahkan mereka.Namun, pada saat yang sama, ada benang tak kasatmata yang mengikat mereka berdua. Benang itu mungkin adalah Shafa atau mungkin sesuatu yang lain.Pagi ini, baik Afkar maupun Felicia tidak lagi membahas soal perceraian, seolah-olah masalah itu dikesampingkan untuk sementara waktu."Hahaha! Kehadiran Pak Afkar benar-benar membawa kehormatan bagi Keluarga Samoa!" Begitu memasuki ruang tamu utama, Edbert, langsung menyambut dengan senyuman lebar.Varel yang merasa punya status lebih tinggi, tidak ikut bangkit, tetapi tetap mengangguk ramah ke arah Afkar. Dengan ekspresi ramah, dia berkata, "Ini pasti Shafa, 'kan? Imut sekali.""Halo, Kakek!" sapa Shafa dengan sopan.Beberapa tetua Keluarga Samoa yang hadir juga ikut menyambut Afkar dengan ramah.Saat ini, Edbert memberi isyarat kepada seorang pemuda. "Kamu belum menyapa Pak Afk
Di sisi lain, David menerima kabar dari Qaila bahwa Hantu Senyap telah mati. Jadi, dia segera menyampaikan kabar ini kepada Noah."Apa? Pria tua berjubah merah itu mati? Kok bisa? Jadi, Afkar baik-baik saja?" tanya Noah dengan nada dingin."Ya, Pak, Afkar baik-baik saja! Bajingan itu benar-benar aneh! Tujuh hari yang lalu, Hantu Senyap jelas-jelas telah mencederainya, bahkan memberinya beberapa hari untuk mengurus kematiannya.""Siapa sangka, hanya dalam beberapa hari, Afkar malah membunuhnya! Ini ... benar-benar di luar nalar!"David tak kuasa berdecak, lalu menarik napas dalam-dalam dan meneruskan, "Pak, aku ... nggak berani tinggal di Kota Nubes lagi. Kali ini aku mencoba membunuh putrinya, dia pasti nggak akan membiarkanku hidup. Kalau sampai dia menemukanku, aku ... pasti mati!""Dasar pecundang! Penakut! Masa kamu ketakutan sampai seperti ini?" Noah menggertakkan gigi.David hanya bisa mengutuk dalam hati, 'Memangnya aku nggak boleh takut? Sialan, tentu saja aku takut! Afkar itu
"Sialan, Afkar ini benar-benar gila! Bahkan orang yang nggak bisa dibunuh dengan senapan runduk pun bukan tandingannya?" seru Raijin dengan takjub.Oloan juga tampak masih dipenuhi ketakutan, "Ya! Untung saja kita nggak menyerang Afkar secara terang-terangan sebelumnya. Kalau nggak, kita juga pasti sudah mati di tangannya!"Mengingat bagaimana mereka berdua sebelumnya terus mencari cara untuk membunuh Afkar, mereka merasa sangat beruntung karena belum sempat bertindak gegabah."Ketua, sekarang gimana? Afkar sehebat ini, gimana kita bisa membunuhnya?" tanya salah satu anggota senior dengan wajah cemas.Mendengar itu, Raijin sontak menempeleng orang itu. "Bunuh apanya? Kamu mau mencelakai kita semua, hah? Nggak jadi dibunuh! Nggak jadi!"Setelah berkata demikian, dia berdeham, lalu berbicara dengan ekspresi serius, "Bukan karena aku takut padanya, tapi membunuh itu adalah seni! Sekuat apa pun Afkar, aku punya banyak cara untuk menghabisinya!""Tapi, alasan aku nggak membunuhnya adalah ka
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek