Heru tidak pernah mendengar tentang metode seperti ini. Namun, sebagai seorang pesilat, Heru tahu betapa menakjubkannya hal ini.Karen tertegun sesaat. Dia tidak menyangka kakeknya akan membantu penipu. Sementara itu, Afkar memperingatkan dengan serius, "Pak, jangan bicara ataupun bergerak.""Oh, oke." Heru terus menolak pengobatan dan mengatakan wajahnya ini adalah medali. Faktanya, Heru hanya menghibur diri sendiri yang merasa putus asa.Heru tentu ingin melepaskan topengnya dan hidup normal seperti orang lain. Selama bertahun-tahun ini, dia sudah merasa putus asa. Namun, kemunculan Afkar membuatnya melihat harapan lagi.Itu sebabnya, Heru yang berkepribadian aneh tiba-tiba bersikap sangat patuh. Dia menutup mulut tanpa bersuara lagi.Kemudian, Afkar menancapkan satu per satu jarum dengan perlahan. Sesuatu yang mencengangkan tiba-tiba terjadi.Pertama-tama, bekas luka di wajah Heru memudar. Kemudian, fitur wajahnya yang terdistorsi mulai kembali ke posisi normal.Energi naga di tubuh
"Karen, kamu harus mengakui kekalahanmu. Aku dan Bayu akan keluar dulu," ucap Heru sambil menatap cucunya. Kemudian, dia berjalan keluar dengan memakai topengnya.Bukan Heru menjual cucunya demi diri sendiri, tetapi Karen sendiri yang membuat taruhan itu. Makanya, Karen harus menepati janjinya. Selain itu, bukankah bagus jika pria sehebat Afkar tertarik pada cucunya?"Sepertinya Pak Afkar orang yang dipenuhi gairah ya. Hahaha!" goda Bayu sambil menatap Afkar dengan nakal. Kemudian, dia mengikuti Heru keluar.Bayu mulai memutar otaknya, apa ada wanita cantik di Keluarga Subroto yang cocok dengan Afkar? Dia ingin memperkenalkannya kepada Afkar! Tidak masalah kalau Afkar genit, justru ini sangat baik! Bayu malah takut Afkar tidak memiliki keinginan apa pun.Setelah kedua pria itu keluar, Karen pun tampak panik. Kemudian, dia memelototi Afkar seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup."Kamu sudah punya anak. Jangan nggak tahu malu begini!" tegur Karen sambil menggertakkan gigi."Sampai mati
Di ingatan Afkar, bukan hanya ada Mantra Roh Naga, Kitab Kaisar Naga, dan Jurus Mata Naga. Masih ada beberapa teknik lainnya, termasuk teknik kultivasi untuk wanita."Serius?" Begitu mendengarnya, mata Karen langsung berbinar-binar. Afkar pun mengangguk."Oke, aku akan memercayaimu kali ini. Kalau kamu berani menipuku, aku akan membunuhmu. Beri aku nomor teleponmu," ancam Karen sambil menggigit bibirnya.Ketika Afkar meninggalkan rumah Keluarga Subroto, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Bayu bersikeras menahan Afkar dan Shafa untuk makan malam bersama. Kemudian, Bayu menyuruh Barra mengantar mereka pulang.Yang paling disayangkan adalah Afkar tidak menemukan Sumsum Naga di gudang obat rumah Keluarga Subroto. Namun, kondisi Shafa sudah membaik sehingga Afkar tidak perlu terburu-buru.Dua hari telah berlalu. Selama 2 hari ini, Afkar mendaftarkan Shafa ke sekolah. Di bawah bantuan Keluarga Subroto, Shafa masuk ke sekolah yang sama dengan Lyra.Kedua gadis kecil itu bermain dengan san
Tatapan Afkar yang terlihat nakal itu membuat Dara naik pitam. Dara merasa jijik diperhatikan oleh sampah seperti Afkar.Jika Afkar adalah pria kaya atau pria berprestasi, sekalipun Afkar sudah tua, Dara tidak akan keberatan. Bahkan, Dara mungkin akan merayunya.Namun, Afkar hanya pria yang dimanfaatkan oleh wanita. Berani sekali pria seperti ini menatap payudaranya!"Dasar nggak tahu malu!" bentak satpam di samping dan meludah. Beberapa staf yang lewat pun mulai mengkritik Afkar."Apa yang terjadi?""Pria itu bilang dia suami Bu Felicia!""Bu Felicia mencari calon suami lagi?""Calon suami apanya? Dia cuma anjing Bu Felicia! Haha!""Menyedihkan sekali! Dia calon suami Bu Felicia, tapi pasti nggak dapat menyentuh Bu Felicia!""Tentu saja! Makanya, dia seperti anjing kehausan! Masa dia menatap payudara sekretaris Bu Felicia!""Tsk, tsk ...."Ketika mendengar kritikan-kritikan itu, wajah Afkar menjadi masam. Kemudian, Afkar berkata kepada Dara yang masih menghinanya, "Aku kemari karena d
Dara benar-benar panik sekarang! Afkar terkekeh-kekeh, lalu menarik Dara sambil berkata, "Ayo, waktunya ikut denganku."Dara pun bergidik ketakutan. Dia melawan mati-matian untuk melepaskan diri dari Afkar sambil berteriak, "Ini benar-benar bukan salahku! Alat sadap itu bukan punyaku! Kamu nggak boleh memfitnahku begini!"Dara menyandarkan badannya ke pintu supaya Afkar tidak bisa keluar. Dia terisak-isak supaya Afkar mengasihaninya.Afkar menyahut dengan ekspresi datar, "Nggak ada gunanya kamu memberitahuku semua ini. Biar bosmu yang menilai sendiri."Selesai berbicara, Afkar hendak menarik Dara keluar lagi. Dara menahan Afkar sekuat tenaga. Saat berikutnya, dia berlutut di hadapan Afkar dan memohon, "Pak, tolong jangan beri tahu Bu Felicia. Kumohon! Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!"Kemudian, Dara menarik tangan Afkar dan memasukkannya ke kerah bajunya. Mata besarnya pun menatap Afkar dengan tatapan menggoda.Afkar terkekeh-kekeh, lalu mengempaskan tangan Dara dan menghardik,
Setelah menyeka air mata, Dara bangkit dari lantai dan mengikuti Afkar dengan hati-hati. Afkar meletakkan alat sadap itu ke kantongnya, lalu menuju ke ruang kantor presdir.Di koridor, terlihat seseorang berjaga di luar ruang kantor presdir. Orang itu tidak lain adalah Ervin, pengawal sekaligus sopir Felicia.Ervin tampak memainkan ponselnya. Ketika melihat ada yang datang, dia buru-buru menyimpan ponselnya ke kantong.Afkar memicingkan mata melihat situasi ini. Dia menyalurkan energi naga ke matanya untuk melirik kantong celana Ervin."Ada masalah?" tanya Ervin dengan tidak acuh saat melihat orang yang datang adalah Afkar. Pria itu bahkan mengedarkan tatapan mencela."Aku ada urusan dengan istriku," sahut Afkar dengan tidak acuh.Begitu mendengarnya, Ervin langsung tertawa dan berkata, "Aku memanggilmu Pak Afkar karena menghargai Bu Felicia. Kamu langsung mengira dirimu sudah hebat?"Pria ini mengatakan Felicia adalah istrinya? Sepertinya dia kesulitan untuk mengenali status sendiri,
Begitu mendengarnya, suasana sontak menjadi gempar. Ervin tertegun sebelum bertanya dengan ekspresi murung, "Apa katamu? Kamu ingin aku menghilang dari hadapan Bu Felicia?""Benar!" Afkar mengangguk.Felicia tampak bingung. Dia hendak bertanya, tetapi akhirnya memilih untuk mengamati situasi. Dia awalnya ingin menghardik Afkar, tetapi juga mengurungkan niatnya.Felicia teringat pada Afkar yang berkali-kali membuatnya takjub. Dia pun merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan Afkar. Dia juga yakin Afkar tidak mungkin berbicara demikian tanpa alasan.Sementara itu, Ervin terkekeh-kekeh dan menunjuk Afkar sambil bertanya, "Kamu kira kamu siapa? Kamu cuma pria pecundang yang bergantung pada wanita. Kamu kira kamu sudah hebat? Kamu menyuruhku pergi? Apa hakmu? Pria sepertimu nggak pantas ikut campur urusan bisnis!" Orang-orang pun tertawa dan mendukung Ervin."Haha. Kak Ervin benar. Dia memang nggak pantas ikut campur urusan bisnis!""Dia calon suami ketiga Bu Felicia. Dia sudah seper
Di bawah meja kerja, di lubang sekrup dinding, di dalam sofa, bahkan di lantai! Harus diakui, semuanya adalah tempat yang sangat tersembunyi dan teknik pemasangannya sangat profesional. Namun, Afkar berhasil menemukan semuanya!Ketika melihat ini, ekspresi Felicia menjadi makin masam dan dingin. Bisa dibayangkan semurka apa dirinya.Adapun Ervin, dia ketakutan hingga bercucuran keringat dingin. Tatapannya kepada Afkar dipenuhi kebencian dan kengerian. Dia tidak menduga Afkar mencari Felicia karena masalah ini. Bagaimana Afkar bisa mengetahuinya?Sementara itu, para staf bertatapan dengan terkejut sambil sibuk bergosip."Ini adalah alat sadap yang kutemukan di kancing baju sekretarismu. Aku nggak perlu memperjelas kalau ada pengkhianat di sisimu, 'kan? Selain kamu, siapa yang sering masuk ke ruanganmu?" tanya Afkar dengan suara rendah."Ervin dan Dara," sahut Felicia dengan nada dingin. Saat berikutnya, Felicia melemparkan sepatu hak tingginya yang satu lagi dan melangkah keluar dengan
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran