Tatapan Afkar yang terlihat nakal itu membuat Dara naik pitam. Dara merasa jijik diperhatikan oleh sampah seperti Afkar.Jika Afkar adalah pria kaya atau pria berprestasi, sekalipun Afkar sudah tua, Dara tidak akan keberatan. Bahkan, Dara mungkin akan merayunya.Namun, Afkar hanya pria yang dimanfaatkan oleh wanita. Berani sekali pria seperti ini menatap payudaranya!"Dasar nggak tahu malu!" bentak satpam di samping dan meludah. Beberapa staf yang lewat pun mulai mengkritik Afkar."Apa yang terjadi?""Pria itu bilang dia suami Bu Felicia!""Bu Felicia mencari calon suami lagi?""Calon suami apanya? Dia cuma anjing Bu Felicia! Haha!""Menyedihkan sekali! Dia calon suami Bu Felicia, tapi pasti nggak dapat menyentuh Bu Felicia!""Tentu saja! Makanya, dia seperti anjing kehausan! Masa dia menatap payudara sekretaris Bu Felicia!""Tsk, tsk ...."Ketika mendengar kritikan-kritikan itu, wajah Afkar menjadi masam. Kemudian, Afkar berkata kepada Dara yang masih menghinanya, "Aku kemari karena d
Dara benar-benar panik sekarang! Afkar terkekeh-kekeh, lalu menarik Dara sambil berkata, "Ayo, waktunya ikut denganku."Dara pun bergidik ketakutan. Dia melawan mati-matian untuk melepaskan diri dari Afkar sambil berteriak, "Ini benar-benar bukan salahku! Alat sadap itu bukan punyaku! Kamu nggak boleh memfitnahku begini!"Dara menyandarkan badannya ke pintu supaya Afkar tidak bisa keluar. Dia terisak-isak supaya Afkar mengasihaninya.Afkar menyahut dengan ekspresi datar, "Nggak ada gunanya kamu memberitahuku semua ini. Biar bosmu yang menilai sendiri."Selesai berbicara, Afkar hendak menarik Dara keluar lagi. Dara menahan Afkar sekuat tenaga. Saat berikutnya, dia berlutut di hadapan Afkar dan memohon, "Pak, tolong jangan beri tahu Bu Felicia. Kumohon! Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!"Kemudian, Dara menarik tangan Afkar dan memasukkannya ke kerah bajunya. Mata besarnya pun menatap Afkar dengan tatapan menggoda.Afkar terkekeh-kekeh, lalu mengempaskan tangan Dara dan menghardik,
Setelah menyeka air mata, Dara bangkit dari lantai dan mengikuti Afkar dengan hati-hati. Afkar meletakkan alat sadap itu ke kantongnya, lalu menuju ke ruang kantor presdir.Di koridor, terlihat seseorang berjaga di luar ruang kantor presdir. Orang itu tidak lain adalah Ervin, pengawal sekaligus sopir Felicia.Ervin tampak memainkan ponselnya. Ketika melihat ada yang datang, dia buru-buru menyimpan ponselnya ke kantong.Afkar memicingkan mata melihat situasi ini. Dia menyalurkan energi naga ke matanya untuk melirik kantong celana Ervin."Ada masalah?" tanya Ervin dengan tidak acuh saat melihat orang yang datang adalah Afkar. Pria itu bahkan mengedarkan tatapan mencela."Aku ada urusan dengan istriku," sahut Afkar dengan tidak acuh.Begitu mendengarnya, Ervin langsung tertawa dan berkata, "Aku memanggilmu Pak Afkar karena menghargai Bu Felicia. Kamu langsung mengira dirimu sudah hebat?"Pria ini mengatakan Felicia adalah istrinya? Sepertinya dia kesulitan untuk mengenali status sendiri,
Begitu mendengarnya, suasana sontak menjadi gempar. Ervin tertegun sebelum bertanya dengan ekspresi murung, "Apa katamu? Kamu ingin aku menghilang dari hadapan Bu Felicia?""Benar!" Afkar mengangguk.Felicia tampak bingung. Dia hendak bertanya, tetapi akhirnya memilih untuk mengamati situasi. Dia awalnya ingin menghardik Afkar, tetapi juga mengurungkan niatnya.Felicia teringat pada Afkar yang berkali-kali membuatnya takjub. Dia pun merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan Afkar. Dia juga yakin Afkar tidak mungkin berbicara demikian tanpa alasan.Sementara itu, Ervin terkekeh-kekeh dan menunjuk Afkar sambil bertanya, "Kamu kira kamu siapa? Kamu cuma pria pecundang yang bergantung pada wanita. Kamu kira kamu sudah hebat? Kamu menyuruhku pergi? Apa hakmu? Pria sepertimu nggak pantas ikut campur urusan bisnis!" Orang-orang pun tertawa dan mendukung Ervin."Haha. Kak Ervin benar. Dia memang nggak pantas ikut campur urusan bisnis!""Dia calon suami ketiga Bu Felicia. Dia sudah seper
Di bawah meja kerja, di lubang sekrup dinding, di dalam sofa, bahkan di lantai! Harus diakui, semuanya adalah tempat yang sangat tersembunyi dan teknik pemasangannya sangat profesional. Namun, Afkar berhasil menemukan semuanya!Ketika melihat ini, ekspresi Felicia menjadi makin masam dan dingin. Bisa dibayangkan semurka apa dirinya.Adapun Ervin, dia ketakutan hingga bercucuran keringat dingin. Tatapannya kepada Afkar dipenuhi kebencian dan kengerian. Dia tidak menduga Afkar mencari Felicia karena masalah ini. Bagaimana Afkar bisa mengetahuinya?Sementara itu, para staf bertatapan dengan terkejut sambil sibuk bergosip."Ini adalah alat sadap yang kutemukan di kancing baju sekretarismu. Aku nggak perlu memperjelas kalau ada pengkhianat di sisimu, 'kan? Selain kamu, siapa yang sering masuk ke ruanganmu?" tanya Afkar dengan suara rendah."Ervin dan Dara," sahut Felicia dengan nada dingin. Saat berikutnya, Felicia melemparkan sepatu hak tingginya yang satu lagi dan melangkah keluar dengan
Ketika Afkar mengatakan ingin memeriksa ponselnya, Ervin langsung merasa putus asa. Dia telah mengikuti Felicia selama bertahun-tahun sehingga tahu tentang perjanjian 2 tahun itu. Dia juga tahu sebesar apa pengorbanan Felicia.Jadi, begitu kejahatannya terbongkar, Felicia pasti akan memenjarakan Ervin! Fadly yang begitu menyayangi kakaknya pun pasti akan membunuhnya! Ervin tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi!Itu sebabnya, Ervin memilih untuk mengambil tindakan. Dia menyerbu ke arah Felicia dan berharap bisa menyanderanya. Dengan begitu, tidak ada yang berani bertindak macam-macam.Setelah melewati masalah hari ini, Ervin pun yakin dia bisa hidup bebas di luar sana. Selain itu, Noah pasti akan melindunginya.Kecepatan Ervin cukup tinggi. Sebagai mantan prajurit pasukan khusus, dia tentu tidak lemah. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa menjadi pengawal pribadi Felicia.Akan tetapi, tepat ketika Ervin hendak meraih pergelangan tangan Felicia, sebuah sosok berkelebat lebih cepat
Felicia menggunakan ponsel itu untuk menelepon sebuah nomor. Terdengar suara rendah dan dingin dari ujung telepon. "Gimana? Ada kabar terbaru?""Noah, apa hebatnya kamu menggunakan trik rendahan semacam ini?" tanya Felicia sambil menggertakkan giginya.Noah terdiam sejenak, lalu langsung mengakhiri panggilan. Ekspresi Felicia tampak tidak menentu. Saat berikutnya, dia membentak orang-orang di sekitar, "Kenapa berkerumun di sini? Kalian nggak punya kerjaan ya?"Begitu mendengarnya, para staf itu bergegas berpencar. Mereka tidak berani mengusik Felicia yang galak dan tegas ini.....Sesaat kemudian, di ruang kantornya, Felicia menelepon anggota Keluarga Safira untuk mengutus orang menangani Ervin. Dia tidak akan menelepon polisi. Pengkhianat seperti Ervin seharusnya dihukum dengan metode Keluarga Safira."Gimana kamu bisa menyadari ada alat sadap di sekitarku?" tanya Felicia yang menatap Afkar lekat-lekat."Oh, aku pernah jadi prajurit," sahut Afkar yang mencoba mengelabui Felicia."Cih,
Hari ini, Felicia pulang lebih awal untuk menemani Afkar menjemput Shafa di sekolah. Mereka menaiki mobil Bentley Mulsane. Afkar yang menyetir.Di perjalanan, Felicia menyuruh Afkar berhenti untuk membelikan Shafa jam tangan yang dapat bertelepon dan melacak lokasi.Menurut Felicia, kali ini baru pertemuan pertamanya dengan Shafa. Itu sebabnya, dia harus memberi Shafa hadiah pertemuan.Afkar tidak mengatakan apa pun soal hal ini. Dia hanya merasa takjub dengan etiket yang dimiliki wanita dari keluarga besar."Papa!" Begitu melihat Afkar, Shafa langsung berlari ke arahnya dengan girang. Afkar pun tersenyum penuh kasih sayang melihat putrinya.Jika dibandingkan dengan Shafa yang berbaring sekarat di ranjang rumah sakit, Shafa yang sekarang tampak jauh berbeda. Hal ini membuar Afkar merasa lega dan senang.Felicia berdiri di samping melirik sekilas ekspresi Afkar. Entah mengapa, dia merasa agak getir. Sebelumnya di perusahaan, Afkar melumpuhkan Ervin dengan kejam. Penampilannya sangat ber