Dara benar-benar panik sekarang! Afkar terkekeh-kekeh, lalu menarik Dara sambil berkata, "Ayo, waktunya ikut denganku."Dara pun bergidik ketakutan. Dia melawan mati-matian untuk melepaskan diri dari Afkar sambil berteriak, "Ini benar-benar bukan salahku! Alat sadap itu bukan punyaku! Kamu nggak boleh memfitnahku begini!"Dara menyandarkan badannya ke pintu supaya Afkar tidak bisa keluar. Dia terisak-isak supaya Afkar mengasihaninya.Afkar menyahut dengan ekspresi datar, "Nggak ada gunanya kamu memberitahuku semua ini. Biar bosmu yang menilai sendiri."Selesai berbicara, Afkar hendak menarik Dara keluar lagi. Dara menahan Afkar sekuat tenaga. Saat berikutnya, dia berlutut di hadapan Afkar dan memohon, "Pak, tolong jangan beri tahu Bu Felicia. Kumohon! Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!"Kemudian, Dara menarik tangan Afkar dan memasukkannya ke kerah bajunya. Mata besarnya pun menatap Afkar dengan tatapan menggoda.Afkar terkekeh-kekeh, lalu mengempaskan tangan Dara dan menghardik,
Setelah menyeka air mata, Dara bangkit dari lantai dan mengikuti Afkar dengan hati-hati. Afkar meletakkan alat sadap itu ke kantongnya, lalu menuju ke ruang kantor presdir.Di koridor, terlihat seseorang berjaga di luar ruang kantor presdir. Orang itu tidak lain adalah Ervin, pengawal sekaligus sopir Felicia.Ervin tampak memainkan ponselnya. Ketika melihat ada yang datang, dia buru-buru menyimpan ponselnya ke kantong.Afkar memicingkan mata melihat situasi ini. Dia menyalurkan energi naga ke matanya untuk melirik kantong celana Ervin."Ada masalah?" tanya Ervin dengan tidak acuh saat melihat orang yang datang adalah Afkar. Pria itu bahkan mengedarkan tatapan mencela."Aku ada urusan dengan istriku," sahut Afkar dengan tidak acuh.Begitu mendengarnya, Ervin langsung tertawa dan berkata, "Aku memanggilmu Pak Afkar karena menghargai Bu Felicia. Kamu langsung mengira dirimu sudah hebat?"Pria ini mengatakan Felicia adalah istrinya? Sepertinya dia kesulitan untuk mengenali status sendiri,
Begitu mendengarnya, suasana sontak menjadi gempar. Ervin tertegun sebelum bertanya dengan ekspresi murung, "Apa katamu? Kamu ingin aku menghilang dari hadapan Bu Felicia?""Benar!" Afkar mengangguk.Felicia tampak bingung. Dia hendak bertanya, tetapi akhirnya memilih untuk mengamati situasi. Dia awalnya ingin menghardik Afkar, tetapi juga mengurungkan niatnya.Felicia teringat pada Afkar yang berkali-kali membuatnya takjub. Dia pun merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan Afkar. Dia juga yakin Afkar tidak mungkin berbicara demikian tanpa alasan.Sementara itu, Ervin terkekeh-kekeh dan menunjuk Afkar sambil bertanya, "Kamu kira kamu siapa? Kamu cuma pria pecundang yang bergantung pada wanita. Kamu kira kamu sudah hebat? Kamu menyuruhku pergi? Apa hakmu? Pria sepertimu nggak pantas ikut campur urusan bisnis!" Orang-orang pun tertawa dan mendukung Ervin."Haha. Kak Ervin benar. Dia memang nggak pantas ikut campur urusan bisnis!""Dia calon suami ketiga Bu Felicia. Dia sudah seper
Di bawah meja kerja, di lubang sekrup dinding, di dalam sofa, bahkan di lantai! Harus diakui, semuanya adalah tempat yang sangat tersembunyi dan teknik pemasangannya sangat profesional. Namun, Afkar berhasil menemukan semuanya!Ketika melihat ini, ekspresi Felicia menjadi makin masam dan dingin. Bisa dibayangkan semurka apa dirinya.Adapun Ervin, dia ketakutan hingga bercucuran keringat dingin. Tatapannya kepada Afkar dipenuhi kebencian dan kengerian. Dia tidak menduga Afkar mencari Felicia karena masalah ini. Bagaimana Afkar bisa mengetahuinya?Sementara itu, para staf bertatapan dengan terkejut sambil sibuk bergosip."Ini adalah alat sadap yang kutemukan di kancing baju sekretarismu. Aku nggak perlu memperjelas kalau ada pengkhianat di sisimu, 'kan? Selain kamu, siapa yang sering masuk ke ruanganmu?" tanya Afkar dengan suara rendah."Ervin dan Dara," sahut Felicia dengan nada dingin. Saat berikutnya, Felicia melemparkan sepatu hak tingginya yang satu lagi dan melangkah keluar dengan
Ketika Afkar mengatakan ingin memeriksa ponselnya, Ervin langsung merasa putus asa. Dia telah mengikuti Felicia selama bertahun-tahun sehingga tahu tentang perjanjian 2 tahun itu. Dia juga tahu sebesar apa pengorbanan Felicia.Jadi, begitu kejahatannya terbongkar, Felicia pasti akan memenjarakan Ervin! Fadly yang begitu menyayangi kakaknya pun pasti akan membunuhnya! Ervin tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi!Itu sebabnya, Ervin memilih untuk mengambil tindakan. Dia menyerbu ke arah Felicia dan berharap bisa menyanderanya. Dengan begitu, tidak ada yang berani bertindak macam-macam.Setelah melewati masalah hari ini, Ervin pun yakin dia bisa hidup bebas di luar sana. Selain itu, Noah pasti akan melindunginya.Kecepatan Ervin cukup tinggi. Sebagai mantan prajurit pasukan khusus, dia tentu tidak lemah. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa menjadi pengawal pribadi Felicia.Akan tetapi, tepat ketika Ervin hendak meraih pergelangan tangan Felicia, sebuah sosok berkelebat lebih cepat
Felicia menggunakan ponsel itu untuk menelepon sebuah nomor. Terdengar suara rendah dan dingin dari ujung telepon. "Gimana? Ada kabar terbaru?""Noah, apa hebatnya kamu menggunakan trik rendahan semacam ini?" tanya Felicia sambil menggertakkan giginya.Noah terdiam sejenak, lalu langsung mengakhiri panggilan. Ekspresi Felicia tampak tidak menentu. Saat berikutnya, dia membentak orang-orang di sekitar, "Kenapa berkerumun di sini? Kalian nggak punya kerjaan ya?"Begitu mendengarnya, para staf itu bergegas berpencar. Mereka tidak berani mengusik Felicia yang galak dan tegas ini.....Sesaat kemudian, di ruang kantornya, Felicia menelepon anggota Keluarga Safira untuk mengutus orang menangani Ervin. Dia tidak akan menelepon polisi. Pengkhianat seperti Ervin seharusnya dihukum dengan metode Keluarga Safira."Gimana kamu bisa menyadari ada alat sadap di sekitarku?" tanya Felicia yang menatap Afkar lekat-lekat."Oh, aku pernah jadi prajurit," sahut Afkar yang mencoba mengelabui Felicia."Cih,
Hari ini, Felicia pulang lebih awal untuk menemani Afkar menjemput Shafa di sekolah. Mereka menaiki mobil Bentley Mulsane. Afkar yang menyetir.Di perjalanan, Felicia menyuruh Afkar berhenti untuk membelikan Shafa jam tangan yang dapat bertelepon dan melacak lokasi.Menurut Felicia, kali ini baru pertemuan pertamanya dengan Shafa. Itu sebabnya, dia harus memberi Shafa hadiah pertemuan.Afkar tidak mengatakan apa pun soal hal ini. Dia hanya merasa takjub dengan etiket yang dimiliki wanita dari keluarga besar."Papa!" Begitu melihat Afkar, Shafa langsung berlari ke arahnya dengan girang. Afkar pun tersenyum penuh kasih sayang melihat putrinya.Jika dibandingkan dengan Shafa yang berbaring sekarat di ranjang rumah sakit, Shafa yang sekarang tampak jauh berbeda. Hal ini membuar Afkar merasa lega dan senang.Felicia berdiri di samping melirik sekilas ekspresi Afkar. Entah mengapa, dia merasa agak getir. Sebelumnya di perusahaan, Afkar melumpuhkan Ervin dengan kejam. Penampilannya sangat ber
"Aku mau makan hotpot!" timpal Shafa dengan tatapan antusiasme. Dia menjilat bibirnya seperti kucing kecil yang rakus."Haha! Oke, kita pergi makan hotpot!" seru Afkar sambil tersenyum. Felicia tidak keberatan. Karakternya memang dingin, tetapi dia tidak akan berdebat dengan anak kecil.Dua puluh menit kemudian, mobil tiba di sebuah restoran hotpot Kota Nubes yang bernama Restoran Harmoni. Restoran ini direkomendasikan oleh Felicia. Jika dibandingkan dengan beberapa restoran hotpot yang terkenal, Restoran Harmoni ini lebih istimewa dan berkelas. Bahan makanannya juga lebih segar dan sausnya lebih nikmat.Tentunya, harganya juga tidak main-main. Itu sebabnya, orang-orang kaya dan terkemuka di Kota Nubes lebih sering datang kemari untuk makan hotpot."Eh! Bukannya kamu Bu Felicia? Kebetulan sekali!" Begitu ketiga orang itu turun dari mobil dan berjalan ke pintu masuk restoran, tiba-tiba terdengar suara seseorang. Nada bicaranya pun terdengar kurang mengenakkan.Terlihat seorang wanita ya
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her
Sebelumnya, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti yang akan mengobatinya bukan hanya memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki kemampuan bela diri yang hebat.Tadi saat bertelepon, Heru menyebutkan kehebatan dokter sakti itu lagi. Hal ini langsung membuat Noah kembali melihat secercah harapan untuk menghabisi Afkar!Mampu mengalahkan empat grandmaster? Orang sehebat itu pasti bisa membunuh Afkar dengan mudah!Itu sebabnya, Noah kembali bertindak tanpa rasa takut! Bahkan, dia berencana untuk menunggu kakeknya membawa dokter sakti itu kemari, lalu menyuruh Afkar kemari dan membunuhnya di tempat.Melihat tingkah Noah yang gila dan penuh kepuasan diri, Felicia merasa cemas dan bingung. Apa? Noah bisa menemukan ahli sehebat itu?"Noah, kamu benar-benar gila! Kalau kamu berani melukai Afkar, aku bersumpah nggak akan melepaskanmu meskipun aku menjadi roh!" pekik Felicia dengan penuh kebencian sambil menggertakkan giginya."Hahaha. Setelah pria itu mati, kamu aka
Noah baru saja menyuruh orang membawa Felicia ke kamar tidur saat menerima telepon dari Heru."Kakek, kenapa meneleponku di jam segini?" tanya Noah dengan bingung setelah menenangkan diri."Kamu di mana sekarang? Sudah sampai di Kota Nubes? Aku akan bawa Dokter Sakti ke tempatmu." Nada bicara Heru terdengar setenang mungkin. Dia mencoba menyembunyikan kegelisahannya."Hah? Sekarang sudah hampir jam 4 subuh. Kenapa malah datang jam segini?" Noah kaget sejenak, merasa curiga."Kamu ini nggak tahu apa-apa. Dokter Sakti bilang masalahmu ini butuh keseimbangan energi yin dan yang! Makanya, harus diobati tepat saat matahari terbit, saat siang dan malam berganti!""Kalau nggak datang sekarang, mau kapan lagi? Kamu sudah sampai di Kota Nubes atau belum? Kalau belum, cepat berangkat sekarang, mungkin masih sempat! Kalau nggak, harus menunggu sehari lagi!"Suara Heru terdengar tegas dan yakin. Alasan yang dibuatnya terdengar sangat masuk akal hingga Noah tidak curiga sedikit pun. Dia hanya meras
Mendengar kata-kata itu, ekspresi Afkar langsung berubah drastis!Felicia! Felicia juga jatuh ke tangan Noah?"Dasar bajingan! Apa yang mau kamu lakukan pada Felicia? Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhnya, aku akan membunuhmu!"Dari sisi lain telepon, Noah meledak dalam tawa gila yang mengerikan. Kekurangan fisik yang dia alami sejak kecil telah membuat pikirannya kacau. Bahkan setelah menyaksikan kekuatan Afkar yang luar biasa, rasa takutnya justru berubah menjadi hasrat balas dendam yang semakin kuat."Hahaha ... Oh, ya? Kalau begitu, datang dan bunuh aku! Ayo!""Di mana kamu? Katakan!" Afkar menggertakkan giginya, penuh amarah."Apa mungkin aku kasih tahu kamu? Cari aku kalau bisa! Pastikan kamu menemukanku sebelum aku selesai bermain-main sama Felicia! Hahaha ...."Noah tertawa penuh kegilaan sebelum langsung menutup telepon! Ekspresi wajah Afkar terus berubah, menahan emosi yang semakin memuncak.Namun detik berikutnya, matanya yang tajam langsung menatap salah satu a
"Dasar bodoh, jimat ini adalah barang yang kamu jual sendiri!""Kamu nggak pernah menyangka, bukan? Jimat ini bisa memancarkan kekuatan grandmaster sejati! Kamu akan mati oleh barang yang kamu ciptakan sendiri! Betapa menyedihkannya itu!" Karta tertawa kejam sambil memamerkan jimat di tangannya.Mendengar hal itu, Afkar hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Dasar bodoh! Menurutmu grandmaster adalah puncak kekuatan, ya?""Diam! Mati kamu!" teriak Karta penuh kemarahan, lalu merobek jimat itu.Zing!Huruf emas di permukaan jimat menyala terang, melepaskan energi besar yang langsung berkumpul menjadi sebuah huruf kuno yang artinya "Hancur".Dengan senyum penuh kebencian, Karta mengarahkan energi itu ke Afkar dan membiarkan huruf bercahaya itu meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arahnya."Mati kamu!" Noah berteriak dari layar, matanya bersinar penuh kegembiraan.David memandangi layar dengan wajah penuh harap. "Hancurkan dia! Mati kamu, Afkar!"Namun, beberapa detik kemudian,