Saat ini, Lyra dan Shafa sedang asyik bermain. Barra bertugas menjaga mereka, sedangkan orang lainnya masuk ke rumah.Bayu menyuruh pelayan mengambilkan jarum sesuai instruksi Afkar. Heru berbaring dan melepaskan topengnya. Demi membongkar kebohongan Afkar, dia bersikap sangat kooperatif.Setelah topeng itu dilepaskan, Bayu merasa tidak tega melihatnya. Karen yang terus menemani Heru pun merasa sedih dengan kondisi wajah kakeknya.Heru tidak pernah menampakkan wajah aslinya kepada Karen. Ini karena dia tahu semengerikan apa wajahnya sendiri.Pangkal hidung Heru tampak miring ke kiri, dagunya miring ke kanan, bahkan tulang rahangnya terlihat. Selain itu, ada 2 bekas luka yang menakutkan di kedua pipinya. Wajah ini memang seram!Karen menutup mulutnya dan berkaca-kaca. Dia benar-benar sedih melihat kondisi kakeknya. Kalau ada yang bisa mengobati kakeknya, dia tidak keberatan untuk menemani orang itu tidur. Namun, dia yakin Afkar hanya penipu.Heru juga tidak percaya pada kemampuan Afkar.
Heru tidak pernah mendengar tentang metode seperti ini. Namun, sebagai seorang pesilat, Heru tahu betapa menakjubkannya hal ini.Karen tertegun sesaat. Dia tidak menyangka kakeknya akan membantu penipu. Sementara itu, Afkar memperingatkan dengan serius, "Pak, jangan bicara ataupun bergerak.""Oh, oke." Heru terus menolak pengobatan dan mengatakan wajahnya ini adalah medali. Faktanya, Heru hanya menghibur diri sendiri yang merasa putus asa.Heru tentu ingin melepaskan topengnya dan hidup normal seperti orang lain. Selama bertahun-tahun ini, dia sudah merasa putus asa. Namun, kemunculan Afkar membuatnya melihat harapan lagi.Itu sebabnya, Heru yang berkepribadian aneh tiba-tiba bersikap sangat patuh. Dia menutup mulut tanpa bersuara lagi.Kemudian, Afkar menancapkan satu per satu jarum dengan perlahan. Sesuatu yang mencengangkan tiba-tiba terjadi.Pertama-tama, bekas luka di wajah Heru memudar. Kemudian, fitur wajahnya yang terdistorsi mulai kembali ke posisi normal.Energi naga di tubuh
"Karen, kamu harus mengakui kekalahanmu. Aku dan Bayu akan keluar dulu," ucap Heru sambil menatap cucunya. Kemudian, dia berjalan keluar dengan memakai topengnya.Bukan Heru menjual cucunya demi diri sendiri, tetapi Karen sendiri yang membuat taruhan itu. Makanya, Karen harus menepati janjinya. Selain itu, bukankah bagus jika pria sehebat Afkar tertarik pada cucunya?"Sepertinya Pak Afkar orang yang dipenuhi gairah ya. Hahaha!" goda Bayu sambil menatap Afkar dengan nakal. Kemudian, dia mengikuti Heru keluar.Bayu mulai memutar otaknya, apa ada wanita cantik di Keluarga Subroto yang cocok dengan Afkar? Dia ingin memperkenalkannya kepada Afkar! Tidak masalah kalau Afkar genit, justru ini sangat baik! Bayu malah takut Afkar tidak memiliki keinginan apa pun.Setelah kedua pria itu keluar, Karen pun tampak panik. Kemudian, dia memelototi Afkar seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup."Kamu sudah punya anak. Jangan nggak tahu malu begini!" tegur Karen sambil menggertakkan gigi."Sampai mati
Di ingatan Afkar, bukan hanya ada Mantra Roh Naga, Kitab Kaisar Naga, dan Jurus Mata Naga. Masih ada beberapa teknik lainnya, termasuk teknik kultivasi untuk wanita."Serius?" Begitu mendengarnya, mata Karen langsung berbinar-binar. Afkar pun mengangguk."Oke, aku akan memercayaimu kali ini. Kalau kamu berani menipuku, aku akan membunuhmu. Beri aku nomor teleponmu," ancam Karen sambil menggigit bibirnya.Ketika Afkar meninggalkan rumah Keluarga Subroto, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Bayu bersikeras menahan Afkar dan Shafa untuk makan malam bersama. Kemudian, Bayu menyuruh Barra mengantar mereka pulang.Yang paling disayangkan adalah Afkar tidak menemukan Sumsum Naga di gudang obat rumah Keluarga Subroto. Namun, kondisi Shafa sudah membaik sehingga Afkar tidak perlu terburu-buru.Dua hari telah berlalu. Selama 2 hari ini, Afkar mendaftarkan Shafa ke sekolah. Di bawah bantuan Keluarga Subroto, Shafa masuk ke sekolah yang sama dengan Lyra.Kedua gadis kecil itu bermain dengan san
Tatapan Afkar yang terlihat nakal itu membuat Dara naik pitam. Dara merasa jijik diperhatikan oleh sampah seperti Afkar.Jika Afkar adalah pria kaya atau pria berprestasi, sekalipun Afkar sudah tua, Dara tidak akan keberatan. Bahkan, Dara mungkin akan merayunya.Namun, Afkar hanya pria yang dimanfaatkan oleh wanita. Berani sekali pria seperti ini menatap payudaranya!"Dasar nggak tahu malu!" bentak satpam di samping dan meludah. Beberapa staf yang lewat pun mulai mengkritik Afkar."Apa yang terjadi?""Pria itu bilang dia suami Bu Felicia!""Bu Felicia mencari calon suami lagi?""Calon suami apanya? Dia cuma anjing Bu Felicia! Haha!""Menyedihkan sekali! Dia calon suami Bu Felicia, tapi pasti nggak dapat menyentuh Bu Felicia!""Tentu saja! Makanya, dia seperti anjing kehausan! Masa dia menatap payudara sekretaris Bu Felicia!""Tsk, tsk ...."Ketika mendengar kritikan-kritikan itu, wajah Afkar menjadi masam. Kemudian, Afkar berkata kepada Dara yang masih menghinanya, "Aku kemari karena d
Dara benar-benar panik sekarang! Afkar terkekeh-kekeh, lalu menarik Dara sambil berkata, "Ayo, waktunya ikut denganku."Dara pun bergidik ketakutan. Dia melawan mati-matian untuk melepaskan diri dari Afkar sambil berteriak, "Ini benar-benar bukan salahku! Alat sadap itu bukan punyaku! Kamu nggak boleh memfitnahku begini!"Dara menyandarkan badannya ke pintu supaya Afkar tidak bisa keluar. Dia terisak-isak supaya Afkar mengasihaninya.Afkar menyahut dengan ekspresi datar, "Nggak ada gunanya kamu memberitahuku semua ini. Biar bosmu yang menilai sendiri."Selesai berbicara, Afkar hendak menarik Dara keluar lagi. Dara menahan Afkar sekuat tenaga. Saat berikutnya, dia berlutut di hadapan Afkar dan memohon, "Pak, tolong jangan beri tahu Bu Felicia. Kumohon! Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!"Kemudian, Dara menarik tangan Afkar dan memasukkannya ke kerah bajunya. Mata besarnya pun menatap Afkar dengan tatapan menggoda.Afkar terkekeh-kekeh, lalu mengempaskan tangan Dara dan menghardik,
Setelah menyeka air mata, Dara bangkit dari lantai dan mengikuti Afkar dengan hati-hati. Afkar meletakkan alat sadap itu ke kantongnya, lalu menuju ke ruang kantor presdir.Di koridor, terlihat seseorang berjaga di luar ruang kantor presdir. Orang itu tidak lain adalah Ervin, pengawal sekaligus sopir Felicia.Ervin tampak memainkan ponselnya. Ketika melihat ada yang datang, dia buru-buru menyimpan ponselnya ke kantong.Afkar memicingkan mata melihat situasi ini. Dia menyalurkan energi naga ke matanya untuk melirik kantong celana Ervin."Ada masalah?" tanya Ervin dengan tidak acuh saat melihat orang yang datang adalah Afkar. Pria itu bahkan mengedarkan tatapan mencela."Aku ada urusan dengan istriku," sahut Afkar dengan tidak acuh.Begitu mendengarnya, Ervin langsung tertawa dan berkata, "Aku memanggilmu Pak Afkar karena menghargai Bu Felicia. Kamu langsung mengira dirimu sudah hebat?"Pria ini mengatakan Felicia adalah istrinya? Sepertinya dia kesulitan untuk mengenali status sendiri,
Begitu mendengarnya, suasana sontak menjadi gempar. Ervin tertegun sebelum bertanya dengan ekspresi murung, "Apa katamu? Kamu ingin aku menghilang dari hadapan Bu Felicia?""Benar!" Afkar mengangguk.Felicia tampak bingung. Dia hendak bertanya, tetapi akhirnya memilih untuk mengamati situasi. Dia awalnya ingin menghardik Afkar, tetapi juga mengurungkan niatnya.Felicia teringat pada Afkar yang berkali-kali membuatnya takjub. Dia pun merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan Afkar. Dia juga yakin Afkar tidak mungkin berbicara demikian tanpa alasan.Sementara itu, Ervin terkekeh-kekeh dan menunjuk Afkar sambil bertanya, "Kamu kira kamu siapa? Kamu cuma pria pecundang yang bergantung pada wanita. Kamu kira kamu sudah hebat? Kamu menyuruhku pergi? Apa hakmu? Pria sepertimu nggak pantas ikut campur urusan bisnis!" Orang-orang pun tertawa dan mendukung Ervin."Haha. Kak Ervin benar. Dia memang nggak pantas ikut campur urusan bisnis!""Dia calon suami ketiga Bu Felicia. Dia sudah seper