Afkar menyuruh Barra mengantarnya ke rumah sakit dulu untuk membawa Shafa pulang. Setelah itu, mereka sama-sama berangkat ke rumah Keluarga Subroto.Setelah kejadian hari ini, Afkar merasa tidak tenang jika putrinya sendirian di rumah sakit. Shafa pun merasa senang karena ayahnya akan membawanya jalan-jalan.Shafa yang sudah berusia 5 tahun seharusnya sudah bersekolah. Namun, karena penyakitnya, dia menjadi tidak punya kesempatan untuk bersekolah. Itu sebabnya, Shafa merasa kesepian dan ingin mengenal lebih banyak orang.Setibanya di rumah Keluarga Subroto, tampak 2 pria tua bermain catur di halaman. Lyra duduk di sisi kanan Bayu sambil memeluk boneka dan menonton kakek buyutnya bermain catur. Di seberang Bayu adalah seorang pria tua bertopeng. Penampilannya terlihat agak aneh.Sementara itu, berdiri seorang gadis muda berusia 20-an tahun di belakang mereka. Gadis itu punya paras cantik dan tubuh ramping.Setelah mendekat, Afkar mengamati pria bertopeng itu dulu, lalu baru mengamati ga
Begitu memandang ke arah sumber suara, gadis cantik bernama Karen itu tampak memelotot. Tatapannya itu seperti menatap pria cabul dan penipu."Aduh, aku lupa memperkenalkannya kepada kalian. Heru, Karen, ini Dokter Sakti Afkar. Dia yang menolongku waktu penyakitku kambuh hari itu. Kalau nggak, aku pasti sudah mati.""Dokter Bian sekalipun mengagumi keterampilan medis Pak Afkar. Omong-omong, Heru, mungkin kamu bisa berkonsultasi dengan Pak Afkar. Mungkin saja ...," ujar Bayu.Heru segera menyela, "Aku nggak sakit. Lukaku ini nggak bakal bisa sembuh lagi. Kalaupun bisa, aku nggak ingin mengobatinya. Anggap saja ini medaliku."Kemudian, Heru melambaikan tangan sambil berkata dengan serius, "Selain itu, aku nggak pernah melihat dokter sakti semuda ini."Jelas, Heru meragukan kemampuan Afkar. Afkar mengangkat alis sambil mengamatinya. "Tadi kamu bilang medali?""Benar. Heru terluka karena berperang melawan musuh asing. Bagi orang tua seperti kami, luka semacam ini seperti medali. Sayangnya,
Saat ini, Lyra dan Shafa sedang asyik bermain. Barra bertugas menjaga mereka, sedangkan orang lainnya masuk ke rumah.Bayu menyuruh pelayan mengambilkan jarum sesuai instruksi Afkar. Heru berbaring dan melepaskan topengnya. Demi membongkar kebohongan Afkar, dia bersikap sangat kooperatif.Setelah topeng itu dilepaskan, Bayu merasa tidak tega melihatnya. Karen yang terus menemani Heru pun merasa sedih dengan kondisi wajah kakeknya.Heru tidak pernah menampakkan wajah aslinya kepada Karen. Ini karena dia tahu semengerikan apa wajahnya sendiri.Pangkal hidung Heru tampak miring ke kiri, dagunya miring ke kanan, bahkan tulang rahangnya terlihat. Selain itu, ada 2 bekas luka yang menakutkan di kedua pipinya. Wajah ini memang seram!Karen menutup mulutnya dan berkaca-kaca. Dia benar-benar sedih melihat kondisi kakeknya. Kalau ada yang bisa mengobati kakeknya, dia tidak keberatan untuk menemani orang itu tidur. Namun, dia yakin Afkar hanya penipu.Heru juga tidak percaya pada kemampuan Afkar.
Heru tidak pernah mendengar tentang metode seperti ini. Namun, sebagai seorang pesilat, Heru tahu betapa menakjubkannya hal ini.Karen tertegun sesaat. Dia tidak menyangka kakeknya akan membantu penipu. Sementara itu, Afkar memperingatkan dengan serius, "Pak, jangan bicara ataupun bergerak.""Oh, oke." Heru terus menolak pengobatan dan mengatakan wajahnya ini adalah medali. Faktanya, Heru hanya menghibur diri sendiri yang merasa putus asa.Heru tentu ingin melepaskan topengnya dan hidup normal seperti orang lain. Selama bertahun-tahun ini, dia sudah merasa putus asa. Namun, kemunculan Afkar membuatnya melihat harapan lagi.Itu sebabnya, Heru yang berkepribadian aneh tiba-tiba bersikap sangat patuh. Dia menutup mulut tanpa bersuara lagi.Kemudian, Afkar menancapkan satu per satu jarum dengan perlahan. Sesuatu yang mencengangkan tiba-tiba terjadi.Pertama-tama, bekas luka di wajah Heru memudar. Kemudian, fitur wajahnya yang terdistorsi mulai kembali ke posisi normal.Energi naga di tubuh
"Karen, kamu harus mengakui kekalahanmu. Aku dan Bayu akan keluar dulu," ucap Heru sambil menatap cucunya. Kemudian, dia berjalan keluar dengan memakai topengnya.Bukan Heru menjual cucunya demi diri sendiri, tetapi Karen sendiri yang membuat taruhan itu. Makanya, Karen harus menepati janjinya. Selain itu, bukankah bagus jika pria sehebat Afkar tertarik pada cucunya?"Sepertinya Pak Afkar orang yang dipenuhi gairah ya. Hahaha!" goda Bayu sambil menatap Afkar dengan nakal. Kemudian, dia mengikuti Heru keluar.Bayu mulai memutar otaknya, apa ada wanita cantik di Keluarga Subroto yang cocok dengan Afkar? Dia ingin memperkenalkannya kepada Afkar! Tidak masalah kalau Afkar genit, justru ini sangat baik! Bayu malah takut Afkar tidak memiliki keinginan apa pun.Setelah kedua pria itu keluar, Karen pun tampak panik. Kemudian, dia memelototi Afkar seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup."Kamu sudah punya anak. Jangan nggak tahu malu begini!" tegur Karen sambil menggertakkan gigi."Sampai mati
Di ingatan Afkar, bukan hanya ada Mantra Roh Naga, Kitab Kaisar Naga, dan Jurus Mata Naga. Masih ada beberapa teknik lainnya, termasuk teknik kultivasi untuk wanita."Serius?" Begitu mendengarnya, mata Karen langsung berbinar-binar. Afkar pun mengangguk."Oke, aku akan memercayaimu kali ini. Kalau kamu berani menipuku, aku akan membunuhmu. Beri aku nomor teleponmu," ancam Karen sambil menggigit bibirnya.Ketika Afkar meninggalkan rumah Keluarga Subroto, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Bayu bersikeras menahan Afkar dan Shafa untuk makan malam bersama. Kemudian, Bayu menyuruh Barra mengantar mereka pulang.Yang paling disayangkan adalah Afkar tidak menemukan Sumsum Naga di gudang obat rumah Keluarga Subroto. Namun, kondisi Shafa sudah membaik sehingga Afkar tidak perlu terburu-buru.Dua hari telah berlalu. Selama 2 hari ini, Afkar mendaftarkan Shafa ke sekolah. Di bawah bantuan Keluarga Subroto, Shafa masuk ke sekolah yang sama dengan Lyra.Kedua gadis kecil itu bermain dengan san
Tatapan Afkar yang terlihat nakal itu membuat Dara naik pitam. Dara merasa jijik diperhatikan oleh sampah seperti Afkar.Jika Afkar adalah pria kaya atau pria berprestasi, sekalipun Afkar sudah tua, Dara tidak akan keberatan. Bahkan, Dara mungkin akan merayunya.Namun, Afkar hanya pria yang dimanfaatkan oleh wanita. Berani sekali pria seperti ini menatap payudaranya!"Dasar nggak tahu malu!" bentak satpam di samping dan meludah. Beberapa staf yang lewat pun mulai mengkritik Afkar."Apa yang terjadi?""Pria itu bilang dia suami Bu Felicia!""Bu Felicia mencari calon suami lagi?""Calon suami apanya? Dia cuma anjing Bu Felicia! Haha!""Menyedihkan sekali! Dia calon suami Bu Felicia, tapi pasti nggak dapat menyentuh Bu Felicia!""Tentu saja! Makanya, dia seperti anjing kehausan! Masa dia menatap payudara sekretaris Bu Felicia!""Tsk, tsk ...."Ketika mendengar kritikan-kritikan itu, wajah Afkar menjadi masam. Kemudian, Afkar berkata kepada Dara yang masih menghinanya, "Aku kemari karena d
Dara benar-benar panik sekarang! Afkar terkekeh-kekeh, lalu menarik Dara sambil berkata, "Ayo, waktunya ikut denganku."Dara pun bergidik ketakutan. Dia melawan mati-matian untuk melepaskan diri dari Afkar sambil berteriak, "Ini benar-benar bukan salahku! Alat sadap itu bukan punyaku! Kamu nggak boleh memfitnahku begini!"Dara menyandarkan badannya ke pintu supaya Afkar tidak bisa keluar. Dia terisak-isak supaya Afkar mengasihaninya.Afkar menyahut dengan ekspresi datar, "Nggak ada gunanya kamu memberitahuku semua ini. Biar bosmu yang menilai sendiri."Selesai berbicara, Afkar hendak menarik Dara keluar lagi. Dara menahan Afkar sekuat tenaga. Saat berikutnya, dia berlutut di hadapan Afkar dan memohon, "Pak, tolong jangan beri tahu Bu Felicia. Kumohon! Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!"Kemudian, Dara menarik tangan Afkar dan memasukkannya ke kerah bajunya. Mata besarnya pun menatap Afkar dengan tatapan menggoda.Afkar terkekeh-kekeh, lalu mengempaskan tangan Dara dan menghardik,
Adapun untuk peserta yang tidak berhasil masuk peringkat lima besar, tidak ada hadiah tambahan yang disediakan.Saat ini, Rose berdiri di sebelah Afkar. Dia diam-diam bergumam, "Pokoknya aku harus masuk peringkat tiga besar! Aku harus bergabung dengan Sekte Langga!"Sebagai seorang gadis genius dari Keluarga Samoa, Rose sangat memahami situasinya. Walaupun dalam turnamen kali ini keluarganya berhasil mempertahankan status sebagai keluarga bangsawan, tidak ada jaminan bahwa keberuntungan itu akan terus berlangsung di Turnamen Chartreuse mendatang.Terutama jika suatu saat nanti Turnamen Chartreuse diselenggarakan oleh Keluarga Pakusa dari dunia misterius, Keluarga Samoa bisa berada dalam bahaya besar.Namun kalau dirinya berhasil masuk Sekte Langga dan menjadi murid resmi, itu berarti Keluarga Samoa bisa berlindung di bawah naungan sekte dunia misterius ini.Dengan begitu, baik Keluarga Pakusa dari dunia misterius maupun Keluarga Pakusa dari dunia seni bela diri kuno biasa, mereka pasti
Pada pukul 8 pagi, semua orang yang seharusnya hadir sudah berkumpul. Saat ini di atas panggung utama, Zinia bersama perwakilan-perwakilan dari berbagai organisasi dunia misterius yang menjadi juri, sudah berdiri rapi di tempatnya.Di samping Zinia, juga berdiri seorang wanita anggun dan memikat luar biasa. Dia tak lain adalah ketua muda cantik dari Sekte Langga, Arisa.Hari ini, Arisa mengenakan pakaian tempur yang pas badan. Di punggungnya, ada sebilah pedang panjang. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang tajam dan tegas."Dalam uji coba peringkat individu hari ini, Arisa dari sekte kami juga akan ikut serta. Tapi selama nggak terlalu mendesak, dia nggak akan mengancam nyawa peserta lain." Zinia menyampaikan pengumuman itu dengan tenang.Begitu mendengar ini, raut wajah para peserta uji coba hari ini perlahan berubah menjadi agak tegang. Terutama Lukas dari Sekte Pedang Emas dan Felix dari Keluarga Saloka. Wajah mereka langsung terlihat kurang senang.Keduanya memiliki kekuatan di t
Meskipun tempat ini dipenuhi oleh energi spiritual yang padat, semalaman penuh ini, Afkar tetap belum bisa menembus puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi. Dia hanya merasa seperti terjebak di titik itu dan tidak bisa maju sedikit pun.Meski sudah hampir sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi bentuk padat, pusat energi yang berada di perut bagian bawahnya tetap saja belum bisa mencapai bentuk sempurna.Secara sederhana, tingkat kepadatan energi spiritual yang berhasil diserap Afkar belum cukup memenuhi syarat. Ibarat ingin menancapkan paku ke dalam sebatang pohon besar, tetapi malah menabrak benjolan keras di dalam kayunya.Kalau tenaga tidak cukup, mau dipukul 1.000 kali pun paku itu tidak akan masuk. Satu-satunya cara adalah menghantamnya dengan kekuatan besar dalam satu kali pukulan, baru kemungkinan bisa menembus benjolan itu."Huft ...." Saat merasakan cahaya matahari pagi mulai menyinari tubuhnya, Afkar akhirnya membuka mata lalu diam-diam menghela napas.Afkar bergumam
Di Vila Emperor.Felicia, Fadly, dan Gauri sedang duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius dan tegang. Wajah cantik Felicia terlihat menyimpan sedikit rasa bersalah. Ucapan terakhir dari Erlin tadi membuatnya teringat sesuatu.Pantas saja nama Organisasi NC terasa tidak asing di telinganya. Waktu itu saat mereka ditangkap oleh David, Shafa menggunakan Jimat Pencabut Nyawa untuk menghabisi seorang pesilat tingkat revolusi.Orang itu sepertinya mengaku berasal dari Organisasi NC. Dengan kata lain, semua kekacauan ini memang berawal dari keluarga kecilnya sendiri?Saat itulah, ponsel Fadly bergetar. Begitu melihat pesan yang masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi marah.Fadly memberi tahu, "Kak, kamu nggak perlu merasa bersalah. Ini bukan salahmu. Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya.""Sekarang, semuanya sudah jelas. Dulu, Paman Renhad pernah bersekongkol sama orang dari Organisasi NC dan berencana untuk meledakkan pabrik barumu. Tapi, malah pabriknya sendiri yang meledak
"Jadi, cukup sampai di sini saja. Kalian boleh pergi!" Nada bicara Erlin terdengar dingin dan tak terbantahkan.Gauri langsung menunjukkan ekspresi penuh amarah. Dia menunjuk ke arah Erlin dengan emosi yang sedikit tak terbendung, lalu membentak, "Nenek Lampir, sebenarnya kamu ini maunya apa? Sebenarnya apa tujuanmu memancing Harun ke sini? Di mana dia? Di mana Harun? Serahkan dia padaku sekarang juga!"Erlin membentak dengan dingin, "Kurang ajar! Gauri, kamu masih punya rasa hormat pada orang tua nggak? Aku bilang, Harun nggak datang ke sini! Aku nggak lihat dia! Kalau dia nyasar di jalan atau terjadi sesuatu padanya, itu bukan urusanku!"Nada suara Erlin begitu dingin. Tatapan matanya mulai berubah mengancam saat memandang ke arah Fadly. Dia menunjuk ke arah para anak buah yang dibawa cucunya itu, lalu bertanya, "Fad, kamu ini mau ngajak perang sama keluarga sendiri ya?""Aku nggak bermaksud begitu. Kami cuma mau cari ayahku!" jawab Fadly."Kalau nggak ada maksud begitu, suruh orang-
Felicia sempat ragu sejenak, lalu berpesan beberapa hal pada Shafa. Dia memintanya untuk diam di rumah dan menunggu dengan patuh sebelum akhirnya pergi keluar.Shafa memiliki Jimat Pencabut Nyawa pemberian Afkar, jadi kini dia juga mempunyai sedikit kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri.Ditambah lagi, tingkat keamanan di Vila Emperor juga sangat tinggi sehingga Felicia merasa tak perlu terlalu khawatir. Yang lebih Felicia cemaskan sekarang adalah keselamatan ayahnya. Dua puluh menit kemudian, di depan rumah Keluarga Safira.Beberapa mobil SUV berhenti. Bersama beberapa orang kepercayaannya, Fadly tiba dengan tergesa-gesa bersama Gauri.Pada saat yang sama, sebuah Maserati juga datang. Felicia pun tiba dalam kondisi terburu-buru. Begitu melihat putrinya, Gauri langsung bertanya, "Feli, kamu juga datang? Di mana Afkar?""Afkar ada urusan. Dia lagi keluar kota selama beberapa hari," jawab Felicia singkat, lalu menoleh ke Fadly. Dia bertanya, "Fad, sekarang gimana?"Fadly menggertakkan
"Semoga saja begitu ...," ucap Renhad. Masalahnya, sekarang mereka juga tidak memiliki pilihan lain.Sementara itu, di sisi lain. Setelah berhasil kabur dari Hotel Safira, Fadly merasa hatinya benar-benar dipenuhi oleh amarah dan rasa tidak percaya. Dia sungguh tidak menyangka, Erlin benar-benar tega ingin mencelakai cucunya sendiri.Fadly memang belum tahu pasti apa tujuan Jonas mencoba menangkapnya, tetapi dia yakin itu jelas bukan untuk hal baik.Sambil menyetir, tiba-tiba Fadly teringat sesuatu dan segera menelepon ibunya. Sebelumnya saat Erlin mengundangnya, dia secara khusus berpesan agar Fadly tidak memberi tahu orang tua dan kakaknya.Kini setelah mengingat itu, Fadly langsung curiga. Jangan-jangan, Erlin juga ingin mencelakai orang tua dan kakaknya.Begitu telepon tersambung, Fadly langsung bertanya tanpa basa-basi. Nada suaranya terdengar agak tergesa ketika bertanya, "Bu, kalian lagi di mana?"Di ujung sana, Gauri menjawab dengan nada agak kesal, "Ibu ada di rumah. Ayahmu pe
Setelah melihat Harun sudah pingsan di lantai, Kobra menoleh dan berucap sambil menyeringai dingin ke arah Erlin, "Tua Bangka, untung kamu nggak berani main-main sama kami. Kalau begitu, kapan Fadly akan dikirim ke sini? Biar sekalian kubawa pulang. Hahaha ...."Erlin melirik jam sebentar, lalu memberi isyarat mata kepada Renhad. Anaknya itu langsung menghubungi Jonas lewat telepon.Renhad bertanya, "Jonas, gimana keadaan di sana?"Saat itu di dalam Hotel Safira, tangan kanan Jonas sedikit gemetar. Dengan ekspresi penuh ketidakrelaan, dia hanya bisa menatap Fadly yang sudah kabur keluar dari ruang VIP.Jonas membalas, "Pak Renhad, aku gagal. Fadly ternyata sudah menjadi ahli tingkat gulita. Aku nggak berhasil menangkapnya."Sebenarnya, Jonas juga seorang ahli tingkat gulita. Namun kalau soal kemampuan, dia memang masih lebih unggul daripada Fadly.Bagaimanapun Jonas naik tingkat dari latihan keras tahap demi tahap, sedangkan Fadly baru mencapai tingkat gulita belum lama ini. Itu sebabn
"Maafkan aku, Pak Fadly! Demi keselamatan Bu Erlin dan Pak Renhad, aku terpaksa menyulitkanmu!" Usai berkata demikian, Jonas tiba-tiba melancarkan serangan. Kelima jarinya mencengkeram ke arah bahu Fadly. Dia berniat untuk menangkap dan menahan Fadly.Raut wajah Fadly langsung berubah. Begitu melihat gerakan itu, dia segera mengayunkan tinjunya untuk melawan.Bunyi benturan yang dalam terdengar saat tinju dan cakar saling beradu, disusul dengan suara nyaring tulang jari yang patah.Kemudian, Jonas berteriak kesakitan. Ekspresinya langsung berubah penuh rasa sakit dan terkejut. Dia mundur beberapa langkah secara refleks.Sebenarnya serangan Jonas tadi bukan bermaksud untuk mencelakai Fadly hingga kehilangan nyawa, melainkan hanya untuk menangkap dan menahannya saja.Ditambah lagi bagi Jonas, Fadly hanyalah orang biasa. Jadi, dia hanya mengerahkan 20% kekuatannya. Menurutnya, itu sudah cukup untuk mengendalikan Fadly.Namun tidak disangka, pukulan spontan Fadly tadi ternyata sangat kuat