Setelah Barra membawa orangnya masuk, dia langsung tertegun melihat pemandangan di dalam halaman itu. Setelah itu, dia bergidik saat menoleh pada Afkar.Pada saat ini, Rafai dan Freya yang hendak melarikan diri tiba-tiba menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Intan.Sebab, mereka mendengar teriakan si Gundul. Ternyata yang datang itu adalah teman si Gundul? Selain itu, didengar dari panggilannya, jelas sekali orang ini bahkan lebih hebat daripada si Gundul."Kak Barra, kebetulan sekali kamu datang. Bocah ini sudah melukai banyak sekali bawahan kita. Dia benar-benar kejam! Kamu harus membelaku dan semua bawahan kita!" Setelah berkata demikian, si Gundul berpaling pada Afkar.Ekspresinya yang tadinya ketakutan, kini berubah menjadi bangga dan beringas. "Nak, jangan kira kamu sudah hebat sekali. Kemampuanmu nggak ada apa-apanya di hadapan Kak Barra!""Kak Barra ini ahli bela diri sungguhan! Dengan kekuasaannya saja dia bisa menghancurkanmu! Kekuasaanku nggak bisa dibandingkan dengan
Situasi macam apa ini? Bagaimana bisa penyokongnya Gundul begitu menghormati seorang pria miskin? Ketika melihat nasib Gundul yang menyedihkan, Freya dan Rafai pun menjadi takut."Pak Afkar, mereka ...." Barra tidak yakin apa yang ingin dilakukan kedua orang itu, jadi tidak berani bertindak gegabah."Suruh mereka pergi," ujar Afkar dengan dingin. Sebelumnya dia masih menaruh harapan kepada Freya, tetapi sekarang tidak lagi. Hanya saja, Freya adalah ibunya Shafa sehingga dia tidak mungkin menyakitinya."Ya, ya. Kami akan pergi." Rafai merasa sangat lega. Dia segera menarik Freya yang masih menatap Afkar lekat-lekat."Pak, waktu itu kamu telah menolong majikanku. Karena buru-buru ke rumah sakit, kami jadi nggak sempat berterima kasih padamu. Majikanku mengundangmu ke rumah untuk berterima kasih. Apa kamu punya waktu?""Kalau kamu sibuk hari ini, kita bisa cari hari lain. Semua tergantung padamu," ucap Barra dengan sopan. Bos mafia di Kota Nubes sekaligus orang kepercayaan Farel malah ber
Afkar menyuruh Barra mengantarnya ke rumah sakit dulu untuk membawa Shafa pulang. Setelah itu, mereka sama-sama berangkat ke rumah Keluarga Subroto.Setelah kejadian hari ini, Afkar merasa tidak tenang jika putrinya sendirian di rumah sakit. Shafa pun merasa senang karena ayahnya akan membawanya jalan-jalan.Shafa yang sudah berusia 5 tahun seharusnya sudah bersekolah. Namun, karena penyakitnya, dia menjadi tidak punya kesempatan untuk bersekolah. Itu sebabnya, Shafa merasa kesepian dan ingin mengenal lebih banyak orang.Setibanya di rumah Keluarga Subroto, tampak 2 pria tua bermain catur di halaman. Lyra duduk di sisi kanan Bayu sambil memeluk boneka dan menonton kakek buyutnya bermain catur. Di seberang Bayu adalah seorang pria tua bertopeng. Penampilannya terlihat agak aneh.Sementara itu, berdiri seorang gadis muda berusia 20-an tahun di belakang mereka. Gadis itu punya paras cantik dan tubuh ramping.Setelah mendekat, Afkar mengamati pria bertopeng itu dulu, lalu baru mengamati ga
Begitu memandang ke arah sumber suara, gadis cantik bernama Karen itu tampak memelotot. Tatapannya itu seperti menatap pria cabul dan penipu."Aduh, aku lupa memperkenalkannya kepada kalian. Heru, Karen, ini Dokter Sakti Afkar. Dia yang menolongku waktu penyakitku kambuh hari itu. Kalau nggak, aku pasti sudah mati.""Dokter Bian sekalipun mengagumi keterampilan medis Pak Afkar. Omong-omong, Heru, mungkin kamu bisa berkonsultasi dengan Pak Afkar. Mungkin saja ...," ujar Bayu.Heru segera menyela, "Aku nggak sakit. Lukaku ini nggak bakal bisa sembuh lagi. Kalaupun bisa, aku nggak ingin mengobatinya. Anggap saja ini medaliku."Kemudian, Heru melambaikan tangan sambil berkata dengan serius, "Selain itu, aku nggak pernah melihat dokter sakti semuda ini."Jelas, Heru meragukan kemampuan Afkar. Afkar mengangkat alis sambil mengamatinya. "Tadi kamu bilang medali?""Benar. Heru terluka karena berperang melawan musuh asing. Bagi orang tua seperti kami, luka semacam ini seperti medali. Sayangnya,
Saat ini, Lyra dan Shafa sedang asyik bermain. Barra bertugas menjaga mereka, sedangkan orang lainnya masuk ke rumah.Bayu menyuruh pelayan mengambilkan jarum sesuai instruksi Afkar. Heru berbaring dan melepaskan topengnya. Demi membongkar kebohongan Afkar, dia bersikap sangat kooperatif.Setelah topeng itu dilepaskan, Bayu merasa tidak tega melihatnya. Karen yang terus menemani Heru pun merasa sedih dengan kondisi wajah kakeknya.Heru tidak pernah menampakkan wajah aslinya kepada Karen. Ini karena dia tahu semengerikan apa wajahnya sendiri.Pangkal hidung Heru tampak miring ke kiri, dagunya miring ke kanan, bahkan tulang rahangnya terlihat. Selain itu, ada 2 bekas luka yang menakutkan di kedua pipinya. Wajah ini memang seram!Karen menutup mulutnya dan berkaca-kaca. Dia benar-benar sedih melihat kondisi kakeknya. Kalau ada yang bisa mengobati kakeknya, dia tidak keberatan untuk menemani orang itu tidur. Namun, dia yakin Afkar hanya penipu.Heru juga tidak percaya pada kemampuan Afkar.
Heru tidak pernah mendengar tentang metode seperti ini. Namun, sebagai seorang pesilat, Heru tahu betapa menakjubkannya hal ini.Karen tertegun sesaat. Dia tidak menyangka kakeknya akan membantu penipu. Sementara itu, Afkar memperingatkan dengan serius, "Pak, jangan bicara ataupun bergerak.""Oh, oke." Heru terus menolak pengobatan dan mengatakan wajahnya ini adalah medali. Faktanya, Heru hanya menghibur diri sendiri yang merasa putus asa.Heru tentu ingin melepaskan topengnya dan hidup normal seperti orang lain. Selama bertahun-tahun ini, dia sudah merasa putus asa. Namun, kemunculan Afkar membuatnya melihat harapan lagi.Itu sebabnya, Heru yang berkepribadian aneh tiba-tiba bersikap sangat patuh. Dia menutup mulut tanpa bersuara lagi.Kemudian, Afkar menancapkan satu per satu jarum dengan perlahan. Sesuatu yang mencengangkan tiba-tiba terjadi.Pertama-tama, bekas luka di wajah Heru memudar. Kemudian, fitur wajahnya yang terdistorsi mulai kembali ke posisi normal.Energi naga di tubuh
"Karen, kamu harus mengakui kekalahanmu. Aku dan Bayu akan keluar dulu," ucap Heru sambil menatap cucunya. Kemudian, dia berjalan keluar dengan memakai topengnya.Bukan Heru menjual cucunya demi diri sendiri, tetapi Karen sendiri yang membuat taruhan itu. Makanya, Karen harus menepati janjinya. Selain itu, bukankah bagus jika pria sehebat Afkar tertarik pada cucunya?"Sepertinya Pak Afkar orang yang dipenuhi gairah ya. Hahaha!" goda Bayu sambil menatap Afkar dengan nakal. Kemudian, dia mengikuti Heru keluar.Bayu mulai memutar otaknya, apa ada wanita cantik di Keluarga Subroto yang cocok dengan Afkar? Dia ingin memperkenalkannya kepada Afkar! Tidak masalah kalau Afkar genit, justru ini sangat baik! Bayu malah takut Afkar tidak memiliki keinginan apa pun.Setelah kedua pria itu keluar, Karen pun tampak panik. Kemudian, dia memelototi Afkar seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup."Kamu sudah punya anak. Jangan nggak tahu malu begini!" tegur Karen sambil menggertakkan gigi."Sampai mati
Di ingatan Afkar, bukan hanya ada Mantra Roh Naga, Kitab Kaisar Naga, dan Jurus Mata Naga. Masih ada beberapa teknik lainnya, termasuk teknik kultivasi untuk wanita."Serius?" Begitu mendengarnya, mata Karen langsung berbinar-binar. Afkar pun mengangguk."Oke, aku akan memercayaimu kali ini. Kalau kamu berani menipuku, aku akan membunuhmu. Beri aku nomor teleponmu," ancam Karen sambil menggigit bibirnya.Ketika Afkar meninggalkan rumah Keluarga Subroto, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Bayu bersikeras menahan Afkar dan Shafa untuk makan malam bersama. Kemudian, Bayu menyuruh Barra mengantar mereka pulang.Yang paling disayangkan adalah Afkar tidak menemukan Sumsum Naga di gudang obat rumah Keluarga Subroto. Namun, kondisi Shafa sudah membaik sehingga Afkar tidak perlu terburu-buru.Dua hari telah berlalu. Selama 2 hari ini, Afkar mendaftarkan Shafa ke sekolah. Di bawah bantuan Keluarga Subroto, Shafa masuk ke sekolah yang sama dengan Lyra.Kedua gadis kecil itu bermain dengan san