Share

Bab 18

Author: Russel
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Freya tertawa terbahak-bahak sembari melihat Afkar dengan kejam, "Siapa yang suami istri denganmu? Memangnya kamu pantas? Kalau mau salahkan, salahkan saja dirimu yang miskin dan sok hebat! Pecundang sepertimu memang seharusnya diinjak-injak!"

"Sialan, aku lagi bicara denganmu! Cepat berlutut!" teriak Gundul dengan beringas saat melihat Afkar tidak memedulikannya.

"Maaf, kakiku bermasalah. Nggak bisa dibengkokkan!" balas Afkar dengan ekspresi datar.

"Berengsek! Kalau begitu, akan kuobati kakimu hari ini! Kenapa diam saja? Cepat lumpuhkan dia!" teriak Kak Gundul dengan marah. Detik berikutnya, bawahan Gundul langsung menyerbu ke arah Afkar.

"Haha ... siapa suruh kamu nggak mau pergi? Kali ini aku nggak usah turun tangan, sudah ada yang habisin pecundang ini duluan," timpal Intan dengan gembira setelah melihat kejadian ini.

Namun di detik berikutnya, terjadi adegan yang membuat semua orang terperangah.

Bum! Bum! Bum!

Dengan sekali tinjuan, Afkar menghantam salah seorang preman hingga tul
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bang Zai
mantap alur ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 19

    Setelah Barra membawa orangnya masuk, dia langsung tertegun melihat pemandangan di dalam halaman itu. Setelah itu, dia bergidik saat menoleh pada Afkar.Pada saat ini, Rafai dan Freya yang hendak melarikan diri tiba-tiba menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Intan.Sebab, mereka mendengar teriakan si Gundul. Ternyata yang datang itu adalah teman si Gundul? Selain itu, didengar dari panggilannya, jelas sekali orang ini bahkan lebih hebat daripada si Gundul."Kak Barra, kebetulan sekali kamu datang. Bocah ini sudah melukai banyak sekali bawahan kita. Dia benar-benar kejam! Kamu harus membelaku dan semua bawahan kita!" Setelah berkata demikian, si Gundul berpaling pada Afkar.Ekspresinya yang tadinya ketakutan, kini berubah menjadi bangga dan beringas. "Nak, jangan kira kamu sudah hebat sekali. Kemampuanmu nggak ada apa-apanya di hadapan Kak Barra!""Kak Barra ini ahli bela diri sungguhan! Dengan kekuasaannya saja dia bisa menghancurkanmu! Kekuasaanku nggak bisa dibandingkan dengan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 20

    Situasi macam apa ini? Bagaimana bisa penyokongnya Gundul begitu menghormati seorang pria miskin? Ketika melihat nasib Gundul yang menyedihkan, Freya dan Rafai pun menjadi takut."Pak Afkar, mereka ...." Barra tidak yakin apa yang ingin dilakukan kedua orang itu, jadi tidak berani bertindak gegabah."Suruh mereka pergi," ujar Afkar dengan dingin. Sebelumnya dia masih menaruh harapan kepada Freya, tetapi sekarang tidak lagi. Hanya saja, Freya adalah ibunya Shafa sehingga dia tidak mungkin menyakitinya."Ya, ya. Kami akan pergi." Rafai merasa sangat lega. Dia segera menarik Freya yang masih menatap Afkar lekat-lekat."Pak, waktu itu kamu telah menolong majikanku. Karena buru-buru ke rumah sakit, kami jadi nggak sempat berterima kasih padamu. Majikanku mengundangmu ke rumah untuk berterima kasih. Apa kamu punya waktu?""Kalau kamu sibuk hari ini, kita bisa cari hari lain. Semua tergantung padamu," ucap Barra dengan sopan. Bos mafia di Kota Nubes sekaligus orang kepercayaan Farel malah ber

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 21

    Afkar menyuruh Barra mengantarnya ke rumah sakit dulu untuk membawa Shafa pulang. Setelah itu, mereka sama-sama berangkat ke rumah Keluarga Subroto.Setelah kejadian hari ini, Afkar merasa tidak tenang jika putrinya sendirian di rumah sakit. Shafa pun merasa senang karena ayahnya akan membawanya jalan-jalan.Shafa yang sudah berusia 5 tahun seharusnya sudah bersekolah. Namun, karena penyakitnya, dia menjadi tidak punya kesempatan untuk bersekolah. Itu sebabnya, Shafa merasa kesepian dan ingin mengenal lebih banyak orang.Setibanya di rumah Keluarga Subroto, tampak 2 pria tua bermain catur di halaman. Lyra duduk di sisi kanan Bayu sambil memeluk boneka dan menonton kakek buyutnya bermain catur. Di seberang Bayu adalah seorang pria tua bertopeng. Penampilannya terlihat agak aneh.Sementara itu, berdiri seorang gadis muda berusia 20-an tahun di belakang mereka. Gadis itu punya paras cantik dan tubuh ramping.Setelah mendekat, Afkar mengamati pria bertopeng itu dulu, lalu baru mengamati ga

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 22

    Begitu memandang ke arah sumber suara, gadis cantik bernama Karen itu tampak memelotot. Tatapannya itu seperti menatap pria cabul dan penipu."Aduh, aku lupa memperkenalkannya kepada kalian. Heru, Karen, ini Dokter Sakti Afkar. Dia yang menolongku waktu penyakitku kambuh hari itu. Kalau nggak, aku pasti sudah mati.""Dokter Bian sekalipun mengagumi keterampilan medis Pak Afkar. Omong-omong, Heru, mungkin kamu bisa berkonsultasi dengan Pak Afkar. Mungkin saja ...," ujar Bayu.Heru segera menyela, "Aku nggak sakit. Lukaku ini nggak bakal bisa sembuh lagi. Kalaupun bisa, aku nggak ingin mengobatinya. Anggap saja ini medaliku."Kemudian, Heru melambaikan tangan sambil berkata dengan serius, "Selain itu, aku nggak pernah melihat dokter sakti semuda ini."Jelas, Heru meragukan kemampuan Afkar. Afkar mengangkat alis sambil mengamatinya. "Tadi kamu bilang medali?""Benar. Heru terluka karena berperang melawan musuh asing. Bagi orang tua seperti kami, luka semacam ini seperti medali. Sayangnya,

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 23

    Saat ini, Lyra dan Shafa sedang asyik bermain. Barra bertugas menjaga mereka, sedangkan orang lainnya masuk ke rumah.Bayu menyuruh pelayan mengambilkan jarum sesuai instruksi Afkar. Heru berbaring dan melepaskan topengnya. Demi membongkar kebohongan Afkar, dia bersikap sangat kooperatif.Setelah topeng itu dilepaskan, Bayu merasa tidak tega melihatnya. Karen yang terus menemani Heru pun merasa sedih dengan kondisi wajah kakeknya.Heru tidak pernah menampakkan wajah aslinya kepada Karen. Ini karena dia tahu semengerikan apa wajahnya sendiri.Pangkal hidung Heru tampak miring ke kiri, dagunya miring ke kanan, bahkan tulang rahangnya terlihat. Selain itu, ada 2 bekas luka yang menakutkan di kedua pipinya. Wajah ini memang seram!Karen menutup mulutnya dan berkaca-kaca. Dia benar-benar sedih melihat kondisi kakeknya. Kalau ada yang bisa mengobati kakeknya, dia tidak keberatan untuk menemani orang itu tidur. Namun, dia yakin Afkar hanya penipu.Heru juga tidak percaya pada kemampuan Afkar.

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 24

    Heru tidak pernah mendengar tentang metode seperti ini. Namun, sebagai seorang pesilat, Heru tahu betapa menakjubkannya hal ini.Karen tertegun sesaat. Dia tidak menyangka kakeknya akan membantu penipu. Sementara itu, Afkar memperingatkan dengan serius, "Pak, jangan bicara ataupun bergerak.""Oh, oke." Heru terus menolak pengobatan dan mengatakan wajahnya ini adalah medali. Faktanya, Heru hanya menghibur diri sendiri yang merasa putus asa.Heru tentu ingin melepaskan topengnya dan hidup normal seperti orang lain. Selama bertahun-tahun ini, dia sudah merasa putus asa. Namun, kemunculan Afkar membuatnya melihat harapan lagi.Itu sebabnya, Heru yang berkepribadian aneh tiba-tiba bersikap sangat patuh. Dia menutup mulut tanpa bersuara lagi.Kemudian, Afkar menancapkan satu per satu jarum dengan perlahan. Sesuatu yang mencengangkan tiba-tiba terjadi.Pertama-tama, bekas luka di wajah Heru memudar. Kemudian, fitur wajahnya yang terdistorsi mulai kembali ke posisi normal.Energi naga di tubuh

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 25

    "Karen, kamu harus mengakui kekalahanmu. Aku dan Bayu akan keluar dulu," ucap Heru sambil menatap cucunya. Kemudian, dia berjalan keluar dengan memakai topengnya.Bukan Heru menjual cucunya demi diri sendiri, tetapi Karen sendiri yang membuat taruhan itu. Makanya, Karen harus menepati janjinya. Selain itu, bukankah bagus jika pria sehebat Afkar tertarik pada cucunya?"Sepertinya Pak Afkar orang yang dipenuhi gairah ya. Hahaha!" goda Bayu sambil menatap Afkar dengan nakal. Kemudian, dia mengikuti Heru keluar.Bayu mulai memutar otaknya, apa ada wanita cantik di Keluarga Subroto yang cocok dengan Afkar? Dia ingin memperkenalkannya kepada Afkar! Tidak masalah kalau Afkar genit, justru ini sangat baik! Bayu malah takut Afkar tidak memiliki keinginan apa pun.Setelah kedua pria itu keluar, Karen pun tampak panik. Kemudian, dia memelototi Afkar seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup."Kamu sudah punya anak. Jangan nggak tahu malu begini!" tegur Karen sambil menggertakkan gigi."Sampai mati

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 26

    Di ingatan Afkar, bukan hanya ada Mantra Roh Naga, Kitab Kaisar Naga, dan Jurus Mata Naga. Masih ada beberapa teknik lainnya, termasuk teknik kultivasi untuk wanita."Serius?" Begitu mendengarnya, mata Karen langsung berbinar-binar. Afkar pun mengangguk."Oke, aku akan memercayaimu kali ini. Kalau kamu berani menipuku, aku akan membunuhmu. Beri aku nomor teleponmu," ancam Karen sambil menggigit bibirnya.Ketika Afkar meninggalkan rumah Keluarga Subroto, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Bayu bersikeras menahan Afkar dan Shafa untuk makan malam bersama. Kemudian, Bayu menyuruh Barra mengantar mereka pulang.Yang paling disayangkan adalah Afkar tidak menemukan Sumsum Naga di gudang obat rumah Keluarga Subroto. Namun, kondisi Shafa sudah membaik sehingga Afkar tidak perlu terburu-buru.Dua hari telah berlalu. Selama 2 hari ini, Afkar mendaftarkan Shafa ke sekolah. Di bawah bantuan Keluarga Subroto, Shafa masuk ke sekolah yang sama dengan Lyra.Kedua gadis kecil itu bermain dengan san

Latest chapter

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 148

    "Pak Dennis, bukan begitu. Jangan salah paham. Aku nggak bersekongkol dengan siapa pun untuk menipumu. Aku ... aku hanya salah nilai! Tapi, aku benar-benar nggak bermaksud menipumu!" jelas Teddy dengan gugup.Sementara itu, Yuvan masih terduduk di tanah sambil memandangi batu-batu tidak berharga di sana. Dia bergumam dengan linglung, "Nggak mungkin, nggak mungkin ...."Saat ini, Felicia tersenyum mengejek dan berkata, "Viola, ternyata pacarmu tukang tipu. Untung saja ada Afkar yang membongkar triknya. Seorang wanita harus pintar-pintar cari pacar yang bisa diandalkan. Jangan sampai kamu diperdaya."Kata-kata yang diucapkan dengan ringan oleh presdir cantik ini membuat Viola kesal setengah mati."Ka ... kamu!" Viola sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata. Pacar yang tadi dibangga-banggakannya kini terlihat begitu menyedihkan."Nggak bermaksud menipuku? Kalau hanya ada satu atau dua batu gagal, itu mungkin kebetulan. Tapi, kalau semuanya batu gagal begini, mana mungkin itu kebetulan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 147

    Yuvan memandang Afkar dan berkata, "Teruskan taruhannya! Aku bertaruh 20 miliar! Potong batu ini. Aku nggak percaya semua batu-batuku gagal!"Yuvan memilih sebongkah batu mentah seukuran kepala manusia dengan sentuhan warna hijau di permukaannya."Oke! Kita teruskan," sahut Afkar yang sudah menerima uang Teddy sambil mengangguk dan tersenyum. Tidak ada alasan untuk menolak uang gratis!Beberapa menit kemudian, semua orang memandang batu mentah yang sudah terbelah menjadi beberapa bagian dengan beragam ekspresi. Wajah Yuvan memucat, Teddy terlihat tidak percaya, dan Viola memasang raut masam.Izora dan Naufal saling memandang, terlihat sama-sama terkejut. Mungkinkah ucapan Afkar benar? Semua batu mentah ini hanyalah sampah?"Papa ternyata bukan buaya, tapi orang hebat yang punya mata tajam! Hahaha!" ucap Shafa sambil tertawa manis dan bertepuk tangan.Afkar tersenyum masam, lalu mencubit hidung mungil putrinya dan berucap lembut, "Sejak awal Papa memang bukan buaya.""Tolong potong semu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 146

    Saat mendengar pertanyaan Dennis, Teddy sontak berkeringat dingin. Dia hanya bisa menjawab dengan ekspresi muram, "Kebetulan, ini hanya kebetulan! Batu-batu mentah ini jelas-jelas berkualitas tinggi!""Ya, pasti hanya kebetulan. Lagi pula, hanya satu yang bermasalah. Batu mentah memang sulit diprediksi. Paman Dennis, sisanya pasti nggak ada masalah!" timpal Yuvan buru-buru. Dia juga merasakan kilat curiga dari tatapan Dennis padanya tadi."Jangan banyak bacot. Master Teddy, tolong bayar dulu uangnya. Dua puluh miliar untuk sebongkah batu nggak berharga. Kamu royal juga," cibir Naufal.Sekarang Naufal memihak pada Afkar. Dia sudah menahan kesal dari tadi karena orang-orang ini terus mengejek dan meremehkan Afkar."Iya, cepat bayar! Master apanya? Lihat saja batu nggak berharga ini! Yuvan, apa kamu mau menipu ayahku?" tanya Izora sambil cemberut."Jangan asal ngomong! Ini hanya kebetulan! Lagi pula, akulah yang harus dibayar di sini. Kenapa kalian harus begitu terburu-buru?" balas Yuvan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 145

    Pada saat ini, Dennis meminta seseorang untuk menempatkan batu mentah tersebut ke mesin pemotong. Batu itu sudah siap untuk dibelah.Afkar berulang kali mengatakan bahwa seluruh batu dalam tumpukan itu hanyalah sampah. Dennis ingin sekali memberinya pelajaran. Lagi pula, dia hanya menyediakan orang dan alat tanpa harus membayar apa pun."Mau dipotong seperti apa?" tanya si tukang potong batu pada Afkar dan Teddy."Mulai dari garis ini, lalu diampelas perlahan-lahan!" ujar Teddy sambil menggambar garis dengan kapur.Sementara itu, Afkar mengerucutkan bibirnya dan berucap dengan tidak sabar, "Aku rasa langsung potong dari tengah saja biar nggak buang waktu!"Mendengar ucapan itu, Viola langsung menyemprot, "Afkar, kamu tahu bakal kalah jadi mau menghancurkan batunya ya? Kamu nggak rela Master Teddy diuntungkan, 'kan?"Teddy menimpali dengan dingin, "Hei, jangan main licik!"Dennis juga mengerutkan keningnya. Tatapannya pada Afkar jadi makin tidak suka. Dia merasa pemuda ini terlalu beris

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 144

    Mendengar Afkar menerima tantangan itu dengan santai, Teddy terdiam sesaat sebelum mengejek, "Kelihatannya kamu benaran nggak tahu apa-apa. Jangan memaksakan diri.""Kalau kamu minta maaf sekarang dan mengakui bahwa kamu bicara sembarangan, aku nggak akan mempermalukanmu," tambah Teddy."Dasar bodoh! Batu ini jelas-jelas akan menghasilkan giok hijau. Nggak tahu apa-apa, tapi beraninya kamu menantang Master Teddy!" ejek Viola dengan sinis."Julukan Mata Dewa Master Teddy bukan tanpa alasan. Bahkan tanpa dia, orang yang paham sedikit soal giok pasti tahu bahwa batu ini nggak akan mengecewakan. Ketidaktahuan memang menakutkan. Haha ...," timpal Yuvan sambil tersenyum dan menggeleng.Afkar menatap mereka dengan tenang, lalu berujar, "Pengetahuan umum bukanlah kebenaran mutlak. Bukan cuma batu ini, aku berani bertaruh bahwa setiap batu dalam tumpukan ini kosong!"Mata Felicia berkedip menatap Afkar. Menurutnya batu itu jelas akan menghasilkan giok hijau, tetapi karena Afkar begitu yakin, di

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 143

    Dennis tidak peduli dengan perselisihan yang terjadi antara orang-orang di sekitarnya. Fokusnya hanya pada kualitas batu mentah yang baru tiba."Nggak ada masalah. Semua batu ini adalah bahan unggulan dengan peluang tinggi untuk menghasilkan giok hijau. Pak Dennis bisa membeli ini dengan tenang," ucap Teddy dengan penuh keyakinan sambil mengangguk.Mendengar hal ini, wajah Dennis menunjukkan secercah senyuman. Dia pun mengangguk setuju. Namun pada saat yang sama, Afkar tiba-tiba berbicara dan mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan semua orang di sana."Aku rasa, sebaiknya Pak Dennis jangan beli batu-batu ini. Semua batu mentah di sini cuma sampah!" Ucapan Afkar membuat semua orang tertegun. Mereka menatapnya dengan ekspresi kaget.Yuvan langsung memaki, "Omong kosong!""Afkar, kamu pasti iri karena Yuvan lebih unggul darimu sehingga sengaja cari masalah, 'kan? Dengan matamu itu, kamu pikir bisa menilai kualitas batu giok?" ejek Viola dengan dingin.Teddy mendengus, lalu berbicara den

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 142

    Melihat kehadiran Viola, raut wajah Felicia langsung berubah masam. Dia memalingkan wajah karena enggan menanggapi sepupunya itu.Afkar hanya memperhatikan batu-batu mentah yang ada di sekeliling. Dia tidak tertarik untuk berdebat dengan seorang wanita.Di sisi lain, Izora dan Naufal mengernyit. Kemudian, Naufal bertanya kepada Afkar, "Kak Afkar, siapa dia?""Cuma sepupu iparku. Biarkan saja," jawab Afkar sambil melambaikan tangan."Cuih! Siapa juga yang mau jadi sepupu iparmu? Dasar nggak tahu malu! Kamu kira, kamu sudah jadi menantu Keluarga Safira ya?" tanya Viola sambil menatapnya dengan sinis.Pemuda yang sedang berdiri di samping Dennis mengangkat alis. Dia memandang Felicia dengan tatapan takjub sebelum menoleh kepada Afkar dengan pandangan meremehkan. Kemudian, dia bertanya pada Viola, "Jadi, dia menantu pecundang Keluarga Safira?""Eh, jaga bicaramu! Jangan bicara sembarangan tentang Pak Afkar!" tegur Izora dengan ekspresi kesal.Shafa menggenggam tangan Afkar, lalu berbicara

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 141

    "Aku akan habiskan!" Usai berkata demikian, Naufal mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Afkar. Dia mengernyit dan meminum semuanya dalam satu tegukan.Begitu selesai minum, wajahnya langsung memerah dan jelas sekali menahan rasa sakit. Tenggorokannya terasa seperti diiris-iris. Itu luar biasa pedih.Melihat Naufal menderita, mata Izora mulai berkaca-kaca. Dia bertanya, "Naufal, kamu baik-baik saja?"Afkar juga menenggak minuman dalam gelasnya, lalu mengulurkan tangan ke arah Naufal. Meski wajah Naufal berkerut untuk menahan sakit, dia tetap meraih tangan Afkar dan berjabat tangan dengannya."Pak Naufal, mohon bantuanmu ke depannya," ucap Afkar sambil tersenyum lebar.Naufal berusaha tersenyum, tetapi tiba-tiba dia terkejut. Dia merasakan aliran energi hangat mengalir masuk dari tangan Afkar melalui titik akupunktur di punggung tangannya.Kemudian, energi itu perlahan memperbaiki luka bakar yang dirasakannya. Rasa perih yang tadinya menyakitkan di tenggorokannya, kini terasa hangat

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 140

    Afkar merasa curiga dengan kedua orang ini karena pernah terlibat dalam masalah dengan mereka sebelumnya. Itu sebabnya, dia tidak berharap banyak dari mereka.Felicia juga menatap keduanya, lalu bertanya, "Nona Izora, ada perlu apa?"Berhubung masih di wilayah Kota Nubes, Felicia mengenali Izora meskipun mereka bukan teman dekat. Dia adalah putri pemilik Gunawan Jewelry."Kak Felicia, sebenarnya nggak ada masalah besar. Kami cuma mau traktir Pak Afkar makan. Pak Afkar, apa kamu punya waktu?" tanya Izora sambil tersenyum.Afkar menatap mereka dengan ekspresi sedikit aneh, lalu bertanya, "Mau traktir aku makan?"Naufal mengangguk sambil menjawab dengan suara serak, "Ya. Pak Afkar, aku mengundangmu dengan tulus. Tolong kasih aku kesempatan."Dua puluh menit kemudian, mereka sudah berada di sebuah restoran yang menyajikan hidangan khas daerah. Naufal menuangkan segelas minuman untuk Afkar, lalu berucap, "Pak Afkar, aku benar-benar senang melihatmu kembali dengan selamat!"Mendengar itu, A

DMCA.com Protection Status