Share

Bab 11

Penulis: Russel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Selanjutnya, Barra mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi pagi ini. Barra adalah seorang ahli bela diri, sehingga dia cukup memahami titik meridian di tubuh manusia. Jadi, dia bisa memberitahukan dengan jelas titik meridian mana saja yang ditekan oleh Afkar saat itu.

Setelah mendengarnya, wajah Dokter Bian sontak terperangah. "Hebat! Luar biasa .... Entah dari keluarga kedokteran mana orang ini berasal. Tapi, luar biasa sekali dia bisa memicu detak jantung Pak Bayu dengan cara seperti ini."

"Pantas saja kondisi Pak Bayu malah membaik setelah penyakitnya kambuh. Kalau bisa dipijat beberapa kali lagi, mungkin Pak Bayu masih bisa hidup 10-20 tahun lagi!" puji Dokter Bian.

Mendengar hal ini, semua orang di tempat itu langsung terkejut.

"Dokter Bian, tadi Barra sudah beri tahu kamu bagaimana anak muda itu melakukannya. Kalau begitu, bukankah sama saja kalau kamu lakukan sesuai caranya?" tanya istri Bayu, Tara.

"Ya, benar! Dokter Bian, lakukan sesuai cara anak muda itu saja," timpal Farel dengan mata berbinar.

Namun, Dokter Bian malah menggelengkan kepalanya. "Aku nggak sanggup! Nggak semudah itu. Bukan hanya urutan pijatnya yang harus diperhatikan. Setiap titik meridian yang ditekan akan memicu rangsangan dari titik meridian selanjutnya dan berhubungan satu sama lain."

"Kalau sampai terjadi kesalahan di salah satu bagian, akibatnya nggak bisa dibayangkan! Selain itu, aku juga nggak bisa menguasai kekuatan pijatannya. Kecuali anak muda itu turun tangan sendiri. Kalau nggak, nggak akan ada yang bisa menirunya!"

"Mengagumkan! Ini benar-benar mengagumkan sekali!" Bahkan Dokter Bian juga terus-menerus memujinya.

Melihat hal ini, Bayu, Tara, dan Farel saling memandang sekilas. Bian adalah tokoh terpandang dalam dunia pengobatan tradisional. Dia diundang langsung oleh Keluarga Subroto dari ibu kota untuk mengobati penyakit Bayu.

Pakar medis seperti ini malah melontarkan pujian bertubi-tubi pada pemuda yang mereka temui tadi pagi. Apakah metode pengobatan yang dilakukan pemuda itu benar-benar semenakjubkan itu?

"Oh ya, apa kalian ada minta nomor kontak pemuda itu tadi? Siapa namanya?" tanya Bian dengan penuh harap setelah mengoceh seharian.

"Ini ... tadi aku memberinya kartu namaku dan menyuruhnya menghubungiku kalau ada masalah. Tapi, pemuda itu malah nggak tahu diri dan menolaknya," jawab Farel.

"Nggak tahu diri?" Mendengar ucapannya, Bian memandang Farel dengan tatapan rumit dan menggeleng dengan tak berdaya.

Ekspresi Farel tampak canggung. Dia merasa tatapan Bian seperti menganggapnya sebuah lelucon. Benar saja, Bian memang merasa seperti itu! Pada saat ini, Bian beranggapan bahwa Farel benar-benar menggelikan.

Memangnya orang yang punya kemampuan medis sehebat ini akan mencarinya? Memangnya dia kira dia siapa?

Keluarga Subroto memang cukup berkuasa di Kota Nubes. Hanya saja, jika dibandingkan dengan skala nasional, sebenarnya mereka juga tidak termasuk luar biasa. Namun, dengan kemampuan medis dokter ajaib tadi, bahkan keluarga besar sekalipun pasti akan menganggapnya sebagai tamu kehormatan!

Jika bisa mengenal dokter sehebat itu, apa bedanya dengan memperpanjang nyawa mereka? Namun, Farel malah bisa-bisanya menyebut pemuda itu tidak tahu diri? Ini benar-benar konyol!

"Farel, lain kali jangan terlalu sombong. Ada banyak orang hebat di dunia ini. Kamu harus belajar lebih rendah diri memperlakukan orang!" ceramah Bayu sambil memelototi cucunya.

Saat ini, dia merasa agak menyesal. Meskipun tadi dia memang memperlakukan pemuda itu dengan cukup segan, ternyata sekarang dia baru menyadari bahwa semua itu ternyata masih belum cukup!

Seandainya saja tadi dia bersikap lebih tulus dan hormat, mungkin dia masih bisa hidup beberapa tahun lebih lama lagi. Tidak ada orang yang tidak menyayangi nyawanya sendiri. Asalkan bisa memperpanjang hidup, Keluarga Subroto pasti akan terus sukses dengan mengandalkan koneksinya saat ini.

Jika Bayu sampai meninggal, Keluarga Subroto juga pasti akan ikut jatuh!

"Ya, Kakek. Aku akan ingat. Kakek tenang saja. Selama dokter ajaib ini masih berada di Kota Nubes, aku pasti bisa menemukannya."

Farel mengangguk dengan serius dan menepuk dadanya memberi jaminan. Meski dia bahkan tidak tahu nama pemuda itu, Farel yakin dirinya bisa menemukan orang itu dengan kekuasaannya. Paling tidak, dia hanya butuh lebih banyak waktu.

....

Klub Golden, kasino rahasia di lantai paling atas.

"Bu Felicia!"

"Bu Felicia!" teriak para bawahan Fadly dengan serempak di luar ruang istirahat pribadi Fadly. Mereka semua mengenal Felicia dan tahu bahwa Fadly sangat menyayangi dan takut terhadap kakaknya ini.

Rasa takut itu bukanlah hal yang buruk, melainkan tanda dari hubungan yang sangat erat antara kakak-beradik. Oleh karena itu, bahkan membuat bos mereka marah sekalipun, anak buah Fadly tidak akan pernah berani menyinggung Felicia.

"Kak, kenapa kamu datang ke sini? Kalian berdua keluar dulu!"

Saat melihat Felicia masuk dengan menggandeng Afkar, Fadly yang tadinya sedang merangkul dua wanita cantik langsung refleks berdiri dan mengusir kedua wanita itu. Detik berikutnya, dia sontak tercengang melihat kakaknya menggandeng seorang pria dengan mesra.

"Kak, orang ini ...."

"Kakak iparmu! Afkar!" ucap Felicia memperkenalkan.

Mendengar hal itu, ekspresi Fadly menjadi muram dan melirik Afkar dengan tatapan meremehkan. Lagi-lagi kakaknya memperalat orang? Selama ini, Fadly tidak pernah menganggap "kakak ipar" palsu yang dicari Felicia sebagai manusia.

"Cepat sapa kakak iparmu!" bentak Felicia dengan ekspresi serius.

"Hah?" Fadly menunjuk Afkar sambil berkata, "Kak, cuma kakak ipar palsu, nggak perlu sampai begitu, 'kan?"

Mana mungkin dia rela mengakui kakak ipar boneka seperti ini? Pada saat bersamaan, Fadly merasa frustasi! Felicia tidak pernah menyuruhnya menyapa kedua tunangan palsu sebelumnya, kenapa kali ini berbeda?

"Apanya yang kakak ipar palsu? Sore ini aku akan ambil akta nikah sama kakak iparmu ini! Dia adalah pria yang benar-benar kucintai!" Sambil berkata demikian, Felicia menoleh pada Afkar dan menatapnya dengan mesra, "Kak Afkar, jangan marah ya. Fadly masih muda."

"Nggak apa-apa, kok. Dia adikmu, berarti adikku juga. Mana mungkin aku marah sama adikku sendiri?" pungkas Afkar dengan penuh kasih sembari memeluk pinggang Felicia.

Melihat adegan ini, Fadly tersenyum sinis. Setelah mengerjapkan matanya beberapa kali, dia berdeham keras.

"Kak, jangan bercanda! Aku nggak percaya kamu benar-benar cinta sama orang ini. Dia pasti pria simpanan yang kamu gunakan untuk membuat Noah kesal, 'kan?"

"Dua mantan sebelumnya, yang satu meninggal dan yang satu lagi cacat. Kamu nggak ingin orang ini terluka, makanya ingin membuatku menganggap serius hubungan kalian dan melindunginya, 'kan?"

Harus diakui, Fadly memang sangat memahami jalan pikiran kakaknya. Justru karena dia sangat memahami kakaknya, Fadly jadi tidak percaya dengan semua ini. Mana mungkin kakaknya ini bisa semudah ini jatuh cinta pada seorang pria?

Sembari berbicara, Fadly menunjuk Afkar dan menghardiknya dengan tanpa sungkan-sungkan, "Siapa yang adikmu? Memangnya kamu siapa? Singkirkan tanganmu dari tubuh kakakku atau kupotong tanganmu!"
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bang Zai
lanjutkan bos q, .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 12

    Begitu Fadly mengucapkan perkataan itu, ekspresi Felicia sontak berubah. Sebab, adiknya bisa menebak rencananya dengan jelas.Namun, Afkar malah terkekeh-kekeh dan berkata, "Katanya anak orang kaya biasanya sangat beretika. Dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya nggak semuanya begitu. Feli, begini cara adikmu bicara sama kakak iparnya?"Bukan hanya tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Felicia, Afkar bahkan semakin mempererat pelukannya. Seketika, wangi Felicia yang semerbak membuat hatinya bergetar.Felicia merintih pelan dan tangannya mencubit pinggang Afkar di belakang. Namun, ekspresinya malah tampak tersipu. Dia tidak menyangka bahwa Afkar bahkan tidak gentar menghadapi Fadly yang telah berhasil membongkar kedok mereka.Orang ini benar-benar berbeda dengan dua orang sebelumnya. Keberanian ini saja sudah jauh melebihi dua orang pengecut itu. Tidak ada wanita yang akan tertarik pada pria yang selalu tunduk dan patuh. Meskipun Felicia tidak akan tersentuh hanya karena tindakan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 13

    Semua orang tidak menyangka bahwa Afkar akan mendorong bawahan Fadly dan duduk di seberang Ular Tua. Ahli judi itu menoleh pada Fadly untuk meminta persetujuannya. Fadly juga tidak tahu apa yang hendak dilakukan Afkar, sehingga dia menoleh pada kakaknya.Namun, Felicia juga memandang Afkar dengan tatapan yang sama bingungnya dengan Afkar."Hehe, ganti orang lagi ya?" ejek Codet."Nak, kamu mau main denganku?" tanya Ular Tua sambil mengangkat alisnya."Kalau nggak, untuk apa aku duduk di sini?" Afkar mengangguk, lalu berkata pada Fadly, "Adik Ipar, cip!""Adik ipar?" Mendengar panggilan Afkar terhadap Fadly, Codet tertegun sejenak. Kemudian, dia tertawa terbahak-bahak, "Bu Felicia ganti tunangan lagi ya?"Dengan wajah muram, Fadly berjalan ke sisi Afkar dan bertanya dengan nada dingin, "Apa yang kamu lakukan? Kamu bisa judi?"Sialan, jangan-jangan pria simpanan ini sengaja mau memerasnya?"Berikan saja cipnya!" jawab Afkar sambil tersenyum. Apakah Afkar bisa berjudi? Sebenarnya tidak bi

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 14

    Klik! Suara yang pelan ini terkesan begitu keras dalam ruangan yang hening. Semua orang tersentak mendengarnya. Afkar akhirnya menutup silinder pistolnya. Di dalamnya berisi lima peluru dan hanya ada satu slot yang kosong!"Jangan bilang aku curang, coba kamu periksa dulu!" Dengan mata tertutup kain hitam, Afkar meletakkan pistol di atas meja judi dan mendorongnya ke arah Ular Tua.Ular Tua saling bertukar pandang dengan Codet, kemudian mengambil pistol itu dan memeriksanya. Ternyata benar, tidak ada masalah! Setelah memeriksanya, pistol itu dikembalikan kepada Afkar. Dengan mata tertutup, Afkar kembali memutar silinder dengan tangannya."Anak muda, ini bukan judi. Ini murni bunuh diri!" seru Ular Tua sambil menelan ludah. Suaranya terdengar serak dan tidak setenang sebelumnya lagi. Menurutnya, tindakan Afkar ini tidak ada bedanya dengan bunuh diri!Dalam perjudian, selalu ada peluang untuk menang. Namun sekarang, Ular Tua merasa Afkar pasti akan mati."Kamu sendiri yang menyuruhku men

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 15

    Setelah keluar dari Klub Golden, Felicia masih terus menggandeng lengan Afkar. Dia terlihat seperti gadis kecil yang sedang dalam masa kasmaran. Pada saat ini, Fadly tidak lagi berpikir bahwa Afkar hanyalah alat yang dipilih oleh kakaknya, melainkan khawatir apakah kakaknya yang telah ditipu.Bahkan orang yang kuat dan sombong seperti kakaknya ini sekalipun, mungkin kecerdasannya bisa menurun saat sedang mabuk cinta. Penampilan Afkar hari ini membuat Fadly merasa bahwa orang ini agak berbahaya!"Selidiki dia! Cari tahu semua latar belakang orang itu!" perintah Fadly."Baik, Bos!"Di sisi lain, senyum manis Felicia langsung menghilang setelah masuk ke dalam Ferrari, digantikan dengan ekspresi sedingin es."Afkar, sebaiknya kamu bersikap lebih patuh lain kali. Kalau kamu berani bertindak kurang ajar lagi padaku, aku sendiri yang akan membunuhmu sebelum Noah!"Sikap Afkar yang menarik Felicia ke pangkuannya tadi jelas membuat Felicia marah. Baginya, Afkar masih tetap hanya seorang alat ya

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 16

    "Akan kuhabisi semua pria yang kamu cari!" pekik seorang pria sambil membanting semua benda di ruangan itu hingga hancur. Pria itu adalah Tuan Muda Keluarga Sanjaya, Noah. Dia telah bertekad untuk mendapatkan Felicia!Sebenarnya, meskipun telah mendapatkan Felicia, Noah tetap tidak bisa melakukan apa pun. Pasalnya, dia memiliki kekurangan secara fisik sejak kecil. Namun justru karena alasan itu, hal ini membuat kepribadiannya menjadi temperamental dan memiliki hasrat yang mendominasi!....Dua hari kemudian, Afkar naik taksi dan tiba di sebuah kawasan rumah lama yang sederhana. Kawasan ini adalah tempat rumah kontrakannya. Demi membiayai pengobatan Shafa, Afkar telah menjual rumahnya yang dulu dan kini hanya bisa menyewa tempat tinggal.Saat ini, Afkar tak kuasa menahan senyuman yang merekah di wajahnya! Kondisi Shafa sudah benar-benar stabil dan akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit. Hari ini, Afkar pulang lebih awal untuk membereskan rumah agar bisa menciptakan suasana yang hanga

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 17

    Setelah terakhir kali kondisi Shafa memburuk dan harus dirawat di rumah sakit, Afkar telah mengemas beberapa barang keperluan sehari-hari dan tetap tinggal di rumah sakit untuk menemani putrinya. Tak disangka setelah beberapa lama tidak pulang, pemilik rumah ternyata mengusirnya tanpa pemberitahuan sebelumnya sama sekali?Kenapa Afkar harus pergi? Dia sudah membayar uang sewanya, jadi dia masih berhak untuk tinggal di sana. Hanya karena pemilik rumah meremehkannya dan berpikir bahwa dia tidak punya uang untuk memperpanjang sewa, mereka ingin mengusirnya lebih awal?Afkar memang telah mendapatkan peluang, tetapi peluang itu belum bisa menghasilkan uang. Waktu itu, Felicia hanya membayar biaya rumah sakit untuk Shafa. Dia tidak membayar Afkar untuk kebutuhan lainnya.Oleh karena itu, saat ini Afkar masih tidak punya uang untuk mencari tempat tinggal lain. Selain itu, Shafa masih menunggu untuk pulang. Betapa sedih dan kecewanya Shafa kalau dia sampai tahu mereka telah diusir?"Nggak mau

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 18

    Freya tertawa terbahak-bahak sembari melihat Afkar dengan kejam, "Siapa yang suami istri denganmu? Memangnya kamu pantas? Kalau mau salahkan, salahkan saja dirimu yang miskin dan sok hebat! Pecundang sepertimu memang seharusnya diinjak-injak!""Sialan, aku lagi bicara denganmu! Cepat berlutut!" teriak Gundul dengan beringas saat melihat Afkar tidak memedulikannya."Maaf, kakiku bermasalah. Nggak bisa dibengkokkan!" balas Afkar dengan ekspresi datar."Berengsek! Kalau begitu, akan kuobati kakimu hari ini! Kenapa diam saja? Cepat lumpuhkan dia!" teriak Kak Gundul dengan marah. Detik berikutnya, bawahan Gundul langsung menyerbu ke arah Afkar."Haha ... siapa suruh kamu nggak mau pergi? Kali ini aku nggak usah turun tangan, sudah ada yang habisin pecundang ini duluan," timpal Intan dengan gembira setelah melihat kejadian ini.Namun di detik berikutnya, terjadi adegan yang membuat semua orang terperangah.Bum! Bum! Bum!Dengan sekali tinjuan, Afkar menghantam salah seorang preman hingga tul

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 19

    Setelah Barra membawa orangnya masuk, dia langsung tertegun melihat pemandangan di dalam halaman itu. Setelah itu, dia bergidik saat menoleh pada Afkar.Pada saat ini, Rafai dan Freya yang hendak melarikan diri tiba-tiba menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Intan.Sebab, mereka mendengar teriakan si Gundul. Ternyata yang datang itu adalah teman si Gundul? Selain itu, didengar dari panggilannya, jelas sekali orang ini bahkan lebih hebat daripada si Gundul."Kak Barra, kebetulan sekali kamu datang. Bocah ini sudah melukai banyak sekali bawahan kita. Dia benar-benar kejam! Kamu harus membelaku dan semua bawahan kita!" Setelah berkata demikian, si Gundul berpaling pada Afkar.Ekspresinya yang tadinya ketakutan, kini berubah menjadi bangga dan beringas. "Nak, jangan kira kamu sudah hebat sekali. Kemampuanmu nggak ada apa-apanya di hadapan Kak Barra!""Kak Barra ini ahli bela diri sungguhan! Dengan kekuasaannya saja dia bisa menghancurkanmu! Kekuasaanku nggak bisa dibandingkan dengan

Bab terbaru

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 148

    "Pak Dennis, bukan begitu. Jangan salah paham. Aku nggak bersekongkol dengan siapa pun untuk menipumu. Aku ... aku hanya salah nilai! Tapi, aku benar-benar nggak bermaksud menipumu!" jelas Teddy dengan gugup.Sementara itu, Yuvan masih terduduk di tanah sambil memandangi batu-batu tidak berharga di sana. Dia bergumam dengan linglung, "Nggak mungkin, nggak mungkin ...."Saat ini, Felicia tersenyum mengejek dan berkata, "Viola, ternyata pacarmu tukang tipu. Untung saja ada Afkar yang membongkar triknya. Seorang wanita harus pintar-pintar cari pacar yang bisa diandalkan. Jangan sampai kamu diperdaya."Kata-kata yang diucapkan dengan ringan oleh presdir cantik ini membuat Viola kesal setengah mati."Ka ... kamu!" Viola sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata. Pacar yang tadi dibangga-banggakannya kini terlihat begitu menyedihkan."Nggak bermaksud menipuku? Kalau hanya ada satu atau dua batu gagal, itu mungkin kebetulan. Tapi, kalau semuanya batu gagal begini, mana mungkin itu kebetulan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 147

    Yuvan memandang Afkar dan berkata, "Teruskan taruhannya! Aku bertaruh 20 miliar! Potong batu ini. Aku nggak percaya semua batu-batuku gagal!"Yuvan memilih sebongkah batu mentah seukuran kepala manusia dengan sentuhan warna hijau di permukaannya."Oke! Kita teruskan," sahut Afkar yang sudah menerima uang Teddy sambil mengangguk dan tersenyum. Tidak ada alasan untuk menolak uang gratis!Beberapa menit kemudian, semua orang memandang batu mentah yang sudah terbelah menjadi beberapa bagian dengan beragam ekspresi. Wajah Yuvan memucat, Teddy terlihat tidak percaya, dan Viola memasang raut masam.Izora dan Naufal saling memandang, terlihat sama-sama terkejut. Mungkinkah ucapan Afkar benar? Semua batu mentah ini hanyalah sampah?"Papa ternyata bukan buaya, tapi orang hebat yang punya mata tajam! Hahaha!" ucap Shafa sambil tertawa manis dan bertepuk tangan.Afkar tersenyum masam, lalu mencubit hidung mungil putrinya dan berucap lembut, "Sejak awal Papa memang bukan buaya.""Tolong potong semu

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 146

    Saat mendengar pertanyaan Dennis, Teddy sontak berkeringat dingin. Dia hanya bisa menjawab dengan ekspresi muram, "Kebetulan, ini hanya kebetulan! Batu-batu mentah ini jelas-jelas berkualitas tinggi!""Ya, pasti hanya kebetulan. Lagi pula, hanya satu yang bermasalah. Batu mentah memang sulit diprediksi. Paman Dennis, sisanya pasti nggak ada masalah!" timpal Yuvan buru-buru. Dia juga merasakan kilat curiga dari tatapan Dennis padanya tadi."Jangan banyak bacot. Master Teddy, tolong bayar dulu uangnya. Dua puluh miliar untuk sebongkah batu nggak berharga. Kamu royal juga," cibir Naufal.Sekarang Naufal memihak pada Afkar. Dia sudah menahan kesal dari tadi karena orang-orang ini terus mengejek dan meremehkan Afkar."Iya, cepat bayar! Master apanya? Lihat saja batu nggak berharga ini! Yuvan, apa kamu mau menipu ayahku?" tanya Izora sambil cemberut."Jangan asal ngomong! Ini hanya kebetulan! Lagi pula, akulah yang harus dibayar di sini. Kenapa kalian harus begitu terburu-buru?" balas Yuvan

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 145

    Pada saat ini, Dennis meminta seseorang untuk menempatkan batu mentah tersebut ke mesin pemotong. Batu itu sudah siap untuk dibelah.Afkar berulang kali mengatakan bahwa seluruh batu dalam tumpukan itu hanyalah sampah. Dennis ingin sekali memberinya pelajaran. Lagi pula, dia hanya menyediakan orang dan alat tanpa harus membayar apa pun."Mau dipotong seperti apa?" tanya si tukang potong batu pada Afkar dan Teddy."Mulai dari garis ini, lalu diampelas perlahan-lahan!" ujar Teddy sambil menggambar garis dengan kapur.Sementara itu, Afkar mengerucutkan bibirnya dan berucap dengan tidak sabar, "Aku rasa langsung potong dari tengah saja biar nggak buang waktu!"Mendengar ucapan itu, Viola langsung menyemprot, "Afkar, kamu tahu bakal kalah jadi mau menghancurkan batunya ya? Kamu nggak rela Master Teddy diuntungkan, 'kan?"Teddy menimpali dengan dingin, "Hei, jangan main licik!"Dennis juga mengerutkan keningnya. Tatapannya pada Afkar jadi makin tidak suka. Dia merasa pemuda ini terlalu beris

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 144

    Mendengar Afkar menerima tantangan itu dengan santai, Teddy terdiam sesaat sebelum mengejek, "Kelihatannya kamu benaran nggak tahu apa-apa. Jangan memaksakan diri.""Kalau kamu minta maaf sekarang dan mengakui bahwa kamu bicara sembarangan, aku nggak akan mempermalukanmu," tambah Teddy."Dasar bodoh! Batu ini jelas-jelas akan menghasilkan giok hijau. Nggak tahu apa-apa, tapi beraninya kamu menantang Master Teddy!" ejek Viola dengan sinis."Julukan Mata Dewa Master Teddy bukan tanpa alasan. Bahkan tanpa dia, orang yang paham sedikit soal giok pasti tahu bahwa batu ini nggak akan mengecewakan. Ketidaktahuan memang menakutkan. Haha ...," timpal Yuvan sambil tersenyum dan menggeleng.Afkar menatap mereka dengan tenang, lalu berujar, "Pengetahuan umum bukanlah kebenaran mutlak. Bukan cuma batu ini, aku berani bertaruh bahwa setiap batu dalam tumpukan ini kosong!"Mata Felicia berkedip menatap Afkar. Menurutnya batu itu jelas akan menghasilkan giok hijau, tetapi karena Afkar begitu yakin, di

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 143

    Dennis tidak peduli dengan perselisihan yang terjadi antara orang-orang di sekitarnya. Fokusnya hanya pada kualitas batu mentah yang baru tiba."Nggak ada masalah. Semua batu ini adalah bahan unggulan dengan peluang tinggi untuk menghasilkan giok hijau. Pak Dennis bisa membeli ini dengan tenang," ucap Teddy dengan penuh keyakinan sambil mengangguk.Mendengar hal ini, wajah Dennis menunjukkan secercah senyuman. Dia pun mengangguk setuju. Namun pada saat yang sama, Afkar tiba-tiba berbicara dan mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan semua orang di sana."Aku rasa, sebaiknya Pak Dennis jangan beli batu-batu ini. Semua batu mentah di sini cuma sampah!" Ucapan Afkar membuat semua orang tertegun. Mereka menatapnya dengan ekspresi kaget.Yuvan langsung memaki, "Omong kosong!""Afkar, kamu pasti iri karena Yuvan lebih unggul darimu sehingga sengaja cari masalah, 'kan? Dengan matamu itu, kamu pikir bisa menilai kualitas batu giok?" ejek Viola dengan dingin.Teddy mendengus, lalu berbicara den

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 142

    Melihat kehadiran Viola, raut wajah Felicia langsung berubah masam. Dia memalingkan wajah karena enggan menanggapi sepupunya itu.Afkar hanya memperhatikan batu-batu mentah yang ada di sekeliling. Dia tidak tertarik untuk berdebat dengan seorang wanita.Di sisi lain, Izora dan Naufal mengernyit. Kemudian, Naufal bertanya kepada Afkar, "Kak Afkar, siapa dia?""Cuma sepupu iparku. Biarkan saja," jawab Afkar sambil melambaikan tangan."Cuih! Siapa juga yang mau jadi sepupu iparmu? Dasar nggak tahu malu! Kamu kira, kamu sudah jadi menantu Keluarga Safira ya?" tanya Viola sambil menatapnya dengan sinis.Pemuda yang sedang berdiri di samping Dennis mengangkat alis. Dia memandang Felicia dengan tatapan takjub sebelum menoleh kepada Afkar dengan pandangan meremehkan. Kemudian, dia bertanya pada Viola, "Jadi, dia menantu pecundang Keluarga Safira?""Eh, jaga bicaramu! Jangan bicara sembarangan tentang Pak Afkar!" tegur Izora dengan ekspresi kesal.Shafa menggenggam tangan Afkar, lalu berbicara

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 141

    "Aku akan habiskan!" Usai berkata demikian, Naufal mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Afkar. Dia mengernyit dan meminum semuanya dalam satu tegukan.Begitu selesai minum, wajahnya langsung memerah dan jelas sekali menahan rasa sakit. Tenggorokannya terasa seperti diiris-iris. Itu luar biasa pedih.Melihat Naufal menderita, mata Izora mulai berkaca-kaca. Dia bertanya, "Naufal, kamu baik-baik saja?"Afkar juga menenggak minuman dalam gelasnya, lalu mengulurkan tangan ke arah Naufal. Meski wajah Naufal berkerut untuk menahan sakit, dia tetap meraih tangan Afkar dan berjabat tangan dengannya."Pak Naufal, mohon bantuanmu ke depannya," ucap Afkar sambil tersenyum lebar.Naufal berusaha tersenyum, tetapi tiba-tiba dia terkejut. Dia merasakan aliran energi hangat mengalir masuk dari tangan Afkar melalui titik akupunktur di punggung tangannya.Kemudian, energi itu perlahan memperbaiki luka bakar yang dirasakannya. Rasa perih yang tadinya menyakitkan di tenggorokannya, kini terasa hangat

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 140

    Afkar merasa curiga dengan kedua orang ini karena pernah terlibat dalam masalah dengan mereka sebelumnya. Itu sebabnya, dia tidak berharap banyak dari mereka.Felicia juga menatap keduanya, lalu bertanya, "Nona Izora, ada perlu apa?"Berhubung masih di wilayah Kota Nubes, Felicia mengenali Izora meskipun mereka bukan teman dekat. Dia adalah putri pemilik Gunawan Jewelry."Kak Felicia, sebenarnya nggak ada masalah besar. Kami cuma mau traktir Pak Afkar makan. Pak Afkar, apa kamu punya waktu?" tanya Izora sambil tersenyum.Afkar menatap mereka dengan ekspresi sedikit aneh, lalu bertanya, "Mau traktir aku makan?"Naufal mengangguk sambil menjawab dengan suara serak, "Ya. Pak Afkar, aku mengundangmu dengan tulus. Tolong kasih aku kesempatan."Dua puluh menit kemudian, mereka sudah berada di sebuah restoran yang menyajikan hidangan khas daerah. Naufal menuangkan segelas minuman untuk Afkar, lalu berucap, "Pak Afkar, aku benar-benar senang melihatmu kembali dengan selamat!"Mendengar itu, A

DMCA.com Protection Status