Share

Part 93. Kepergok

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-28 18:27:11

Binar merasakan rambutnya dialiri oleh air dingin yang menyegarkan. Tangan kiri Kala mengusap rambut Binar dengan lembut seolah takut dia akan menyakiti istrinya. Setelah rambutnya basah sepenuhnya, Kala memberinya shampoo lalu kembali menggosoknya yang kali ini lebih keras sehingga busa dari shampoo itu keluar. Aroma wangi itu segera menguar keluar.

Kala melakukan itu tanpa kata. Tidak ada yang bicara di antara mereka. Binar benar-benar tidak tahu apa yang akan dikatakan ketika Kala melakukan ini.

“Bi, ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu. Aku membutuhkan pendapatmu.” Kala akhirnya memecah keheningan di antara gemericik air.

“Tentang apa?” tanya Binar penasaran.

“Aku nggak bermaksud apa-apa, tapi aku pikir kita perlu pindah dari sini.” Akhirnya Kala menyuarakan pikirannya. “Bisnis kamu sudah cukup berkembang dan orang-orang packing pun sampai di ruang keluarga. Semakin banyak pesanan, pasti akan membutuhkan tempat yang lebih besar. Kalau kita tinggal di tempat baru,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 94. Tidak Nyaman

    Tautan bibir Kala dan Binar terlepas ketika mendengar suara tersebut. Keduanya menatap ke arah sumber suara dan mendapati Bu Yuni berada di ambang pintu. Perempuan itu menatap anak dan menantunya itu dengan tatapan kesal. Seharusnya ini bukan kesalahan Binar atau bahkan Kala. Pintu kamar tadinya sudah tertutup dan tak seharusnya perempuan paruh baya itu membukanya tanpa permisi.“Binar baru saja melahirkan. Apa yang kamu lakukan, Kala?” bukannya meminta maaf, Bu Yuni justru menyangka Kala yang tidak-tidak. Dengan mengomel. “Ibu kenapa?” tanya Binar merasa kesal. “Bu, seharusnya kalau Ibu mau masuk ke dalam kamar orang lain, Ibu permisi dulu. Mengetuknya.” “Kalau Ibu mengetuk, nggak akan tahu bagaimana tabiat Kala.” Kala yang mendengar itu segera saja merasa kesal luar biasa. Dia bukannya tidak tahu kalau mertuanya itu sangat tidak menyukainya. Kala berusaha untuk tetap menghormati perempuan itu. Lelaki itu tak menjawab, tapi dia segera turun dari kasur hanya untuk menjauh dari istr

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 95. Atas Nama Istri

    “Selama ibu mertuamu tinggal di sini, ada nggak dia ngomong buruk sama kamu?” tadinya Kala ingin beristirahat di kamar, tapi ternyata ibunya menghalangi Kala di ruang keluarga. “Dia nggak suka sama kamu, kamu harus tahu itu,” lanjut Bu Fatma. Ada sebuah perasaan dongkol yang mengganjal di dalam hatinya. Bagaimanapun Kala adalah putranya. Meskipun dia akan memarahinya, menampar, atau bahkan mendeportasinya, biarlah dia sendiri yang melakukan. Orang lain tidak seharusnya melakukan hal tersebut. Terlebih lagi itu adalah mertuanya. Maka Bu Fatma lebih tidak menyukainya. “Kamu harus berhati-hati dengan perempuan itu, dia itu ingin kamu dan Binar pisah.” “Aku tahu kalau ibu nggak suka sama aku, Ma.” Kala tidak ingin menutupi. Kenyataan tidak bisa disembunyikan. “Tapi mau bagaimana lagi, aku memang melakukan kesalahan besar yang membuat putrinya sedih.” Kala tidak ingin memberitahukan tentang masalah Bu Yuni yang tanpa permisi datang ke kamarnya dan memergokinya tengah ciuman. Dia han

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 96. Selalu Tak Terduga

    Ucapan ibu Binar itu menarik penuh perhatian dari orang-orang yang ada di sana. Jangan tanyakan bagaimana Ramon menatap tak suka dengan sosok ibu Binar tersebut. Entahlah, semakin ke sini, perempuan itu semakin berbuat ulah. “Ibu ada masalah apa dengan Kala?” tanya Ramon dengan nada dingin. “Ucapan Ibu terlalu sinis dan menyakitkan untuk didengar. Tolong jangan begitu. Ibu juga harus mengingat kalau Ibu bukan ibu yang baik buat Binar sehingga bisa bersikap sinis kepada menantu Ibu sendiri.” Binar berdiri. Lalu dia mengambil Gemi dari pangkuan ibunya karena bayi itu tampak merengek. Dia mencoba untuk menenangkannya dengan menepuk-nepuk bokongnya. Ucapan Ramon itu belum mendapatkan tanggapan dari ibunya yang tampak menatap Ramon sama tidak sukanya. “Saya hanya bertanya. Janga sampai nanti lagi-lagi Binar dibebankan membayar rumah. Lebih baik tinggal di rumah sendiri tanpa memikirkan hutang daripada tinggal di rumah besar yang justru menjadi beban.” “Kalau belum lunas, bukannya belum

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 97. Melihat Rumah Baru

    “Kita bawa Gemi saja, Mas.” Binar sudah terlihat muak dengan ulah ibu dan sekarang justru adik tirinya itu ikut-ikutan. Apa dia bilang tadi? Dia yang menggantikan Binar untuk melihat rumahnya? Memangnya dia siapa? Kesal itu menggelayut di dalam kepala Binar membuatnya ingin melemparkan gadis itu tanpa ampun. Apa gadis itu tidak punya malu mengatakan hal seperti itu di depan Binar dan juga Kala? Sungguh memuakkan. “Binar. Gemi masih terlalu kecil untuk diajak bepergian!” Bu Yuni semakin kesal dengan Binar. “Kamu ini nggak bisa yang menuruti yang ibu katakan ke kamu? kalian ini belum diperbolehkan pergi ke mana-mana. Pamali. Dulu saat Ibu baru saja melahirkan saja nggak diizinkan pergi sebelum berbulan-bulan.” “Udahlah, Bu. Aku nggak mau berdebat lagi.” Binar berbalik untuk duduk di sofa. “Mas kita bawa Gemi. Tolong ambilkan gendongannya dan kita persiapkan semuanya.” “Oke. Tunggu di sini sebentar.” Kala kembali ke lantai dua untuk menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pergi k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 98. Menginap di Rumah Mertua

    “Mari kita sama-sama belajar untuk menjalani kehidupan kita, Mas. Kalau ada yang kurang dari aku sebagai seorang istri, maka katakan itu. Pun aku juga akan melakukan hal yang sama kepada Mas.” Itu adalah jawaban yang Binar berikan kepada Kala. Lepaskan semua beban yang bersarang di dalam hati dan songsong kehidupan yang baru. Begitulah kira-kira yang dipikirkan oleh Binar. Semua orang pernah punya salah. Semua orang punya dosa. Dan Binar tidak mau terus menerus menghakimi Kala dengan mengingat-ingat kesalahan lelaki itu. Rumah mewah sudah Kala berikan untuk Binar dan Binar harus bisa menjadikan rumah itu benar-benar rumah. Bukan hanya sekedar tempat untuk singgah ketika lelah. Dia akan menjadi istri dan juga ibu yang baik. “Mbak Bi!” Beberapa orang yang melihat Binar di kantor dengan bayi mereka, tampak terkejut luar biasa. Tadinya, Binar ingin pergi ke rumah orang tua Kala. Tapi karena jarak antara kantor dengan rumah barunya tidak begitu jauh, maka Binar ikut Kala ke kantor. Buk

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 99. Pergi dari Rumah Binar

    “Aku udah bilang sama Bibi kalau aku nginap di rumah Mama. Memangnya Bibi nggak bilang?” Binar menoleh pada ibunya yang berdiri di samping sofa dan tengah menatapnya. Tidak ada senyum di bibirnya. Bahkan tampak jelas jika perempuan itu tengah menunjukkan kemarahannya. “Jadi lebih baik izin dengan Bibi daripada sama Ibu?” Begitu tanggapannya. “Astaga, Bu. Hanya kayak gini aja dipermasalahkan?” Lama-lama ibunya ini benar-benar membuat Binar kesal luar biasa. Dia sudah bertindak keterlaluan seolah ingin mengatur hidup Binar dengan caranya. Binar yang lelah pun langsung berdiri. Dia menatap ibunya dengan malas sebelum pamit pergi ke kamar. “Aku nggak mau berdebat, Bu. Terserah Ibu mau bilang apa. Capek aku lama-lama ngadepin Ibu.” Kemudian setelah mengatakan itu, dia pergi dari sana menuju kamarnya. Sepertinya bukan hal baru lagi perdebatan itu diketahui oleh para karyawan Binar semenjak kedatangan ibunya di rumah itu. Bahkan sekarang pun, dia merasa punya kuasa di rumah itu untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 100. Tak Tahu Malu

    “Ibumu itu memang keras kepala. Mungkin setelah dia menyadari kesalahannya nanti, dia akan kembali dan meminta maaf.” Begitu kata sang ayah setelah melihat mantan istrinya itu keluar dari rumah Binar. Sungguh, Binar tidak bermaksud untuk bersikap seperti itu. Tapi akan sampai kapan dia diatur oleh ibunya? Bahkan dengan Kala tidak akur, dengan Binar pun dia menuntut untuk mengikuti apa yang diinginkan. Sungguh, itu membuatnya tidak nyaman. Katakanlah Binar sudah melepaskan masalah yang pernah ada di masa lalu dan fokus pada masa sekarang. Tapi tetap saja yang dilakukan oleh ibunya itu tidak benar. “Terserah Ibu aja, Yah. Aku beneran nggak akan mengizinkan siapapun ikut campur rumah tanggaku. Aku udah terbiasa menghadapi dan mengambil keputusan sendiri.” Ayah Binar tidak ingin membahas itu terlalu jauh karena menyadari kesalahannya di masa lalu. Maka dia hanya terdiam dan memilih menatap cucunya yang pulas tidur di pangkuan sang nenek. Binar pun hanya menatap interaksi itu dalam di

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 101. Pindah Rumah

    “Jadi begini caramu memperlakukan keluarga istrimu?” Bu Yuni jelas tak terima mendengar pernyataan Kala yang menyuruh Melina bekerja tanpa dibayar. Akan membutuhkan waktu berapa lama Melina terjebak di sana sampai uang itu benar-benar lunas. “Yang benar aja dong. Uang seratus juta itu nggak sedikit. Kalau Melina bekerja tanpa dibayar, dia akan terjebak di sini puluhan tahun.” “Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seseorang itu harus berkorban untuk mendapatkannya.” Kala berujar tenang. “Istri saya membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk menjadi seperti sekarang ini. Erza saja yang bekerja di sini tidak pernah sekalipun dia menginginkan sesuatu yang aneh-aneh seperti yang Melina lakukan.” “Kenapa Abang jadi membandingkan aku dengan Erza? Jelas saja kami berbeda. Beda jauh malah. Dia itu cuma anak dari pelakor yang harusnya tahu diri, sedangkan aku dididik Ibu nggak seperti itu.” “Jangan merembet ke hal yang tidak perlu, Mel.” Binar menasehati. “Ini nggak ada sangkut pautnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04

Bab terbaru

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 45. Hidup Bahagia (Tamat)

    “Istriku.” Ancala baru saja sampai rumah ketika melihat penampilan Gemi yang sudah cantik. Meskipun hanya mengenakan daster rumahan kebanggaannya, kecantikan perempuan itu selalu terpancar. Dan inilah yang selalu disukai oleh Ancala, Gemi akan selalu menunggu kepulangannya di teras rumah sambil membaca buku. Tidak di rumah Kala, atau bahkan di rumah mereka sendiri, Gemi memiliki perpustakaan sendiri dengan koleksi buku-bukunya. Gemi tersenyum melihat Ancala yang berjalan ke arahnya. Perempuan itu beranjak untuk menerima tas kerja lelaki itu. “Suamiku capek banget kayaknya.” Ancala memeluk Gemi sambil mencium pipi perempuan itu. Bagi Ancala, energinya akan kembali ketika sudah bertemu dengan sang istri setelah seharian bekerja. Rasa lelah itu seolah menguap begitu saja. Pelukan mereka terurai. Masih dengan memeluk pinggang sang istri, Ancala sedikit menjauhkan tubuhnya untuk menatap wajah Gemi yang halus. “Makan apa malam ini?” tanyanya, “lama nggak ke angkringan. Kangen nasi

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 44. Cinta Sejati

    “Kalian udah datang?” Ancala mendekati istri dan kedua adiknya dengan senyum kecil. Meskipun pagi tadi dia sempat kesal, tetapi setelah Gemi sekarang datang ke kantor, perasaannya menjadi sedikit membaik. Tatapannya mengarah pada ‘tiga tamunya’ yang tidak membawa apa pun. “Jadi belanjanya?” tanyanya. Perempuan yang dimaksud oleh Laksa tadi tidak mengikuti Ancala dan kembali lebih dulu. Gemi tidak bertanya siapa perempuan tersebut karena dia tahu kalau itu adalah sekretaris Ancala. Laksa pun sebenarnya juga tahu, tetapi dia hanya pura-pura untuk mengerjai Gemi. “Bang, aku laper banget, lho.” Laksa mengadu. “Aku laper, Bang.” Ulangnya lagi. “Kalian nggak makan dulu tadi?” Ancala mengernyit aneh menatap satu per satu saudaranya. “Istri Abang ngambek karena diajak desak-desakan. Jadi, nggak memedulikan aku yang kelaparan. Tapi, aku nggak mau makan di kantin ini. Abang tolong pesankan aku makanan yang enak, ya.” Laksa memang benar-benar membuat kakak-kakaknya kesal kalau sudah me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 43. Perkara Sepatu

    “Gem, bangun!” Ancala menepuk paha sang istri pelan ketika sudah sampai di rumah. Mereka baru saja sampai rumah ketika Gemi tidak sadarkan diri, tidur. Sepanjang jalan, Ancala memegangi tangan Gemi takut-takut kalau istrinya itu terjatuh. Bukannya apa-apa, Gemi tidur sepanjang jalan sedangkan mereka menggunakan motor. Kebanyakan makan kepala ayam membuat Gemi lemas sepertinya. “Bang, aku nggak sanggup jalan. Gendong.” Dengan suara lemas, perempuan itu masih memeluk pinggang Ancala dengan erat takut jatuh. Matanya masih tertutup erat enggan untuk terjaga. Napas panjang Ancala terbuang kasar. Menikahi Gemi adalah impiannya, tetapi kalau sifat manja perempuan keluar, maka habislah dia. “Iya, tapi tunggu dulu deh. Aku turun dulu.” Ancala melepaskan tangan Gemi dari pinggangnya sebelum dia turun dengan pelan dari motor. Baru setelahnya menarik tangan Gemi agar istrinya itu naik ke gendongannya. Diam-diam Ancala tersenyum kecil. Terkadang istrinya itu memang menyebalkan, tetapi juga me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 42. Pernikahan

    Perdebatan yang terjadi malam itu dianggap bukan apa-apa. Pernikahan antara Gemi dan Ancala bahkan akan segera dilakukan dalam waktu dua hari lagi. Pernikahan mewah itu akan dilakukan di outdoor di pinggir pantai. Tidak banyak yang diundang karena Gemi dan Ancala benar-benar memilih orang-orang terdekat mereka saja yang datang. Kabar pernikahan yang sudah merebak itu membuat banyak orang terkejut. Tidak pernah menyangka kalau Gemi dan Ancala akan menikah. Semua orang tahu jika Abimanyu dan Sambara group adalah saudara. Tentu saja hal itu menjadi perbincangan banyak orang. “Gimana rasanya mau menikah?” Denta datang ke rumah Ancala untuk sekedar menemani sahabatnya itu mengobrol. “Dan menikah dengan perempuan yang lo cintai?” “Setelah semua yang terjadi, tentu saja gue bahagia, Den.” Ancala memainkan kakinya yang ada di kolam renang, menimbulkan bunyi kecipak air. “Gue kira akan sulit mendapatkan restu dari para tetua.” Denial mengatakan itu merujuk pada nenek dan kakek Ancala, lela

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 41. Berbeda Pandangan

    “Kamu sudah benar-benar yakin akan menikah dengan Gemi, Bang?” Ramon meyakinkan sekali lagi kepada sang putra atas keputusan untuk meminang sang pencuri hati. Para tetua, nenek kakeknya sudah memberikan izin untuk mempersatukan dua keluarga yang seharusnya tetap menjadi keluarga yang sesungguhnya. Namun, mereka memilih untuk memberikan restu dan menyingkirkan segala ego yang ada. Dua anak manusia itu sudah tidak bisa dipisahkan, untuk apa lagi mereka menahannya dan akan berakhir buruk. “Aku udah yakin, Yah. Aku sudah berbicara dengan Gemi dan dia menerima lamaranku.” Senyum lebar tersemat di bibir Ancala dan wajah sumringah itu tidak bisa berbohong jika dia sangat bahagia. “Kalau begitu, Ayah dan Bunda akan berbicara kepada Papa Kala kalau kami akan segera melamar Gemi. Pikirkan juga kamu ingin menikah di mana? Outdoor atau indoor, masalah biaya jangan khawatir, semua biaya Ayah yang urus.” Rasa sayang Ramon yang diberikan kepada Ancala tidak surut sedikitpun sejak dulu. Lelaki it

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 40. Tidak Menepati Janji

    Setelah obrolan semalam, Gemi bangun tidur dengan perasaan yang terasa ringan. Hubungannya dengan sang ayah sudah membaik dan dia sudah memaafkan apa pun yang pernah sang ayah lakukan. Semua yang dilakukan oleh sang ayah semata untuk melindungi keluarganya. Suasana hati Gemi pun terlihat sangat baik seharian ini. Meskipun Ancala sejak tadi tak kunjung menghubunginya seperti yang sudah dijanjikan semalam, dia masih baik-baik saja. Seperti yang sudah Ancala bilang semalam, lelaki itu akan membicarakan masalah kerjaan dengan sang ayah. “Jadi, kamu mau balik kerja lagi?” Gemi yang baru saja duduk di sofa di samping sang bunda, segera mendapatkan pertanyaan tersebut. “Aku akan pikirkan lagi, Ma.” Sudah kebiasaan berada di rumah selama beberapa bulan, menjadikan Gemi enggan untuk kembali beraktivitas. “Tapi, Ma, Papa ngeluarin aku dari kantor dengan alasan apa, ya?” Benar, Binar pun tampaknya belum tahu tentang masalah tersebut karena dia tak pernah bertanya dengan Kala. “Mama juga

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 39. Restu

    Binar dan Kala mendengar dengan jelas ucapan putri mereka meskipun kata-kata yang diucapkan terbata-bata. Mereka mendengarkan di balik dinding hanya untuk mengetahui reaksi Gemi ketika bertemu dengan Ancala. Nyatanya, Gemi mengatakan sesuatu yang membuat orang tuanya menahan kesedihannya. “Jangan bicara yang tidak-tidak. Sekarang fokuslah pada kesembuhanmu dulu. Papa bilang, kamu masih perlu bertemu dengan psikiater. Kapan jadwalnya? Aku temani ya?” “Aku nggak butuh psikiater lagi, Bang. Obatku udah ada di sini.” Kala mendesah pasrah mendengar jawaban Ancala atas ucapan sang putri. Sudah pasti perasaan Kala sekarang dipenuhi oleh rasa penyesalan yang amat besar. Di ruang tamu, Gemi dan Ancala melepaskan pelukan mereka. Ancala mengusap air mata Gemi yang mengalir menganak sungai di wajahnya. “Aku nggak akan ke mana-mana lagi, Gemi. Aku udah pulang sekarang. Jadi, kamu nggak perlu takut aku pergi lagi.” “Memangnya, Abang dari mana kemarin?” Ancala menyodorkan minuman yang disiapka

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 38. Pertemuan 

    Kala pasti tidak pernah menyangka jika Ramon akan menurunkan egonya untuk meminta putranya pulang. Dia tahu betul bagaimana Ramon menolak permintaannya saat itu. Namun, sekarang tiba-tiba Ancala sudah ada di rumahnya dan menanyakan kabar Gemi. Hal itu tentu saja membuat Kala sedikit bingung. Apa pun itu, Kala tentulah merasa senang dengan kedatangan Ancala ke rumahnya. “Keadaan Gemi sudah lebih baik. Dia sekarang sedang istirahat.” Tepat setelah itu, Binar datang dan segera duduk di samping Ancala. Perempuan paruh baya itu mengelus punggung Ancala tanpa berbicara. Kelegaan terpancar dari matanya. “Kamu dari mana saja, Bang?” tanyanya setelah itu, “Mama cariin kamu.” “Aku jalan-jalan, Ma,” jawab Ancala dengan lembut, “Mama baik-baik aja ‘kan?” “Mama baik. Anca, kamu masih mau nemuin Gemi ‘kan? Setelah waktu itu, dia murung dan tidak ingin berurusan dengan siapa pun.” “Tentu saja aku mau, Ma. Gemi adalah adikku. Kalau memang perlu, aku akan menemaninya sampai dia sembuh.” “Apa mak

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 37. Kedatangan Ancala

    “Aku harus pulang, Den. Sorry, ya.” Gemi memilih menghindar daripada harus menjawab ucapan Denta. Gadis itu berdiri, lalu buru-buru pergi meninggalkan Denta yang tampak kebingungan. “Gem!” Denta berteriak memanggil gadis itu, tetapi seolah tuli, Gemi tetap berjalan dan sesekali berlari untuk menghindari sahabat Ancala tersebut. Setelah memasuki komplek perumahannya, barulah dia berjalan dengan tenang. Gemi berpikir, kalau Denta saja tidak tahu keberadaan Ancala, itu artinya, kepergian lelaki itu dirahasiakan. Sepertinya, masalah ini benar-benar serius. Gemi berhenti di pinggir jalan, terpaku di tempatnya, lalu berpikir sejenak. Apa dia harus menghubungi Ancala? Apa lelaki itu akan menerima panggilannya kalau dia melakukannya? Kebingungan itu melanda dirinya. Gara-gara kedatangan Denta, menjadikannya berpikir lebih keras tentang Ancala. Gadis berdaster coklat itu kembali melangkah untuk kembali ke rumah. Meskipun dia banyak memikirkan banyak hal, tapi beruntung kini halusinasinya ti

DMCA.com Protection Status