Beranda / Pernikahan / Bangkitnya Istri yang Dikhianati / Part 99. Pergi dari Rumah Binar

Share

Part 99. Pergi dari Rumah Binar

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-02 19:17:08

“Aku udah bilang sama Bibi kalau aku nginap di rumah Mama. Memangnya Bibi nggak bilang?”

Binar menoleh pada ibunya yang berdiri di samping sofa dan tengah menatapnya. Tidak ada senyum di bibirnya. Bahkan tampak jelas jika perempuan itu tengah menunjukkan kemarahannya.

“Jadi lebih baik izin dengan Bibi daripada sama Ibu?” Begitu tanggapannya.

“Astaga, Bu. Hanya kayak gini aja dipermasalahkan?” Lama-lama ibunya ini benar-benar membuat Binar kesal luar biasa. Dia sudah bertindak keterlaluan seolah ingin mengatur hidup Binar dengan caranya.

Binar yang lelah pun langsung berdiri. Dia menatap ibunya dengan malas sebelum pamit pergi ke kamar. “Aku nggak mau berdebat, Bu. Terserah Ibu mau bilang apa. Capek aku lama-lama ngadepin Ibu.”

Kemudian setelah mengatakan itu, dia pergi dari sana menuju kamarnya. Sepertinya bukan hal baru lagi perdebatan itu diketahui oleh para karyawan Binar semenjak kedatangan ibunya di rumah itu. Bahkan sekarang pun, dia merasa punya kuasa di rumah itu untuk me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
pergi sana huus huuuss huuuss kuman berbahaya jangan datang lagi
goodnovel comment avatar
Harma Putri
pulang saja itu lebih bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 100. Tak Tahu Malu

    “Ibumu itu memang keras kepala. Mungkin setelah dia menyadari kesalahannya nanti, dia akan kembali dan meminta maaf.” Begitu kata sang ayah setelah melihat mantan istrinya itu keluar dari rumah Binar. Sungguh, Binar tidak bermaksud untuk bersikap seperti itu. Tapi akan sampai kapan dia diatur oleh ibunya? Bahkan dengan Kala tidak akur, dengan Binar pun dia menuntut untuk mengikuti apa yang diinginkan. Sungguh, itu membuatnya tidak nyaman. Katakanlah Binar sudah melepaskan masalah yang pernah ada di masa lalu dan fokus pada masa sekarang. Tapi tetap saja yang dilakukan oleh ibunya itu tidak benar. “Terserah Ibu aja, Yah. Aku beneran nggak akan mengizinkan siapapun ikut campur rumah tanggaku. Aku udah terbiasa menghadapi dan mengambil keputusan sendiri.” Ayah Binar tidak ingin membahas itu terlalu jauh karena menyadari kesalahannya di masa lalu. Maka dia hanya terdiam dan memilih menatap cucunya yang pulas tidur di pangkuan sang nenek. Binar pun hanya menatap interaksi itu dalam di

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 101. Pindah Rumah

    “Jadi begini caramu memperlakukan keluarga istrimu?” Bu Yuni jelas tak terima mendengar pernyataan Kala yang menyuruh Melina bekerja tanpa dibayar. Akan membutuhkan waktu berapa lama Melina terjebak di sana sampai uang itu benar-benar lunas. “Yang benar aja dong. Uang seratus juta itu nggak sedikit. Kalau Melina bekerja tanpa dibayar, dia akan terjebak di sini puluhan tahun.” “Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seseorang itu harus berkorban untuk mendapatkannya.” Kala berujar tenang. “Istri saya membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk menjadi seperti sekarang ini. Erza saja yang bekerja di sini tidak pernah sekalipun dia menginginkan sesuatu yang aneh-aneh seperti yang Melina lakukan.” “Kenapa Abang jadi membandingkan aku dengan Erza? Jelas saja kami berbeda. Beda jauh malah. Dia itu cuma anak dari pelakor yang harusnya tahu diri, sedangkan aku dididik Ibu nggak seperti itu.” “Jangan merembet ke hal yang tidak perlu, Mel.” Binar menasehati. “Ini nggak ada sangkut pautnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 102. Ancang-ancang

    Acara di rumah baru Binar berjalan dengan meriah. Semua orang merasakan kebahagiaan yang sama dengan yang dirasakan oleh Binar. Tapi yang membuat Binar merasa tidak senang adalah ketika Melina seolah mengambil kesempatan untuk bisa dekat dengan Arga. “Mbak Bi.” Saat Binar duduk seorang diri di sofa dan melihat orang-orang tengah sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, Melina mendekati Binar dan duduk di samping perempuan itu. Tampak jelas jika ada yang ingin dia katakan. “Bang Arga itu beneran jomblo?” Begitu tanyanya dengan ekspresi mendamba. “Ganteng gitu masa’ sih masih jomblo?” Tatapannya mengarah pada sosok Arga yang duduk bersama Kala dan Ramon. Binar mengernyit aneh mendengar pertanyaan itu dari sang adik. Ada pikiran yang terasa familiar. Mungkin saja, Melina ingin dijodohkan dengan adik iparnya tersebut. “Mbak ….” “Aku nggak tahu. Bisa jadi dia punya pacar dan sengaja disembunyikan dulu. Aku belum terlalu dekat dengannya.” “Mbak Bi, kalau aku deketin dia gimana?” M

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 103. Gemi Lelah

    Gemi tersenyum lebar saat Kala mengajaknya bicara. Bayi empat bulan itu sepertinya sedang dalam mood yang sangat baik. Seolah kebahagiaan tengah menyerbunya. Berada di dekapan Binar tangannya bergerak-gerak ringan. “Hari ini Gemi akan kerja. Nanti kerjanya yang benar ya. Pastikan nggak ada kesalahan atau Papa akan menghukum Gemi.” Sambil memegang kemudi, Kala terus berbicara. Sesekali dia menoleh pada Gemi yang ada di sebelah kirinya. “Papa akan mengecek pekerjaan Gemi secara berkala. Jadi, Gemi nggak boleh buat kesalahan.” Lagi, senyum lebarnya terlihat memperlihatkan gusinya. Bayi itu seolah mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh sang ayah. Binar yang melihat itu hanya bisa tersenyum lebar. “Nanti, Gemi bantu Ibu ngetik ya. Terus ngecek apa-apa saja yang perlu cek. Dokumen kerja sama dengan perusahaan lain, bisa juga bantuin Ibu marahi Om Anton kalau berbuat ulah.” Reaksi yang sama ditunjukkan. Senyumnya sungguh membuat Binar gemas luar biasa. Binar mencium pipi gembil put

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 104. Hal-Hal Tak Terduga

    Binar tidak tidur sepanjang malam. Dia mengkhawatirkan Gemi begitu besar. Tetesan air matanya tak hentinya jatuh dari netranya. Dia terus mendekap Gemi dalam pelukannya. Setelah memastikan putri kecilnya itu bisa tidur, dia bahkan tidak berani meletakkan Gemi di box bayinya. Kala juga terjaga. Lelaki itu tentu saja tidak akan tidur sedangkan Binar terjaga. Meskipun tidak ada yang bicara di antara mereka, tapi Kala tetap menemani Binar mengurus Gemi. “Kamu tidur aja, biar aku yang jaga Gemi. Kamu kecapekan nanti.” Seharian ini, Binar benar-benar bekerja keras di kantor, dan sekarang hari sudah larut malam bahkan dia belum kembali tidur. “Percuma, Mas. Aku nggak akan bisa tidur.” Memikirkan putrinya sakit karena dirinya saja membuat jantung Binar terasa tak karuan, bagaimana mungkin dia bisa dengan mudah tidur sedangkan Gemi sedang tidak sehat. “Kalau begitu, biar aku gantikan gendong Gemi.” Kala sudah berdiri di samping Binar untuk menggantikan istrinya. Sayangnya Binar kera

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 105. Aku Cinta Kamu

    “Aku nggak mau, Bu,” tolak Binar dengan cepat. “Kalau Arga tertarik dengan Melina saat pertemuan saat itu, seharusnya dia yang maju untuk mendekati. Lagian, kenapa Ibu jadi minta aku nyomblangin Melina ke adiknya lelaki yang Ibu benci setengah mati?” “Karena beda orang beda sifat dan sikap. Ibu lihat Arga itu lebih dewasa dari kakaknya. Nggak ada salahnya dong kalau Melina sama Arga.” Jawaban itu terdengar tak punya malu di telinga Binar. Namun sekali lagi, Binar tidak ingin menanggapi terlalu serius. Dia tidak ingin membuat dirinya terbebani dengan keinginan adiknya. “Kalau kamu bisa bahagia dengan seorang suami pengusaha, seharusnya kamu juga bisa membantu adikmu untuk bisa sampai di titik itu dong.” “Kalau aku bisa sampai di titik sekarang dengan usahaku sendiri, seharusnya Melina juga bisa dong. Kenapa harus menyulitkan orang lain untuk sampai ke atas?” Ringannya ucapan Binar membuat ekspresi Melina berubah seketika. Sejak dulu tidak pernah dekat, tapi saat sekarang Binar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   S2 - Part 1. Kasus Hak Asuh Anak

    “Saya ingin hak asuh Ancala jatuh pada kami.” Salah satu dari tiga orang yang tengah duduk berhadapan itu terdengar. Lebih tepatnya, seorang perempuan paruh baya yang berbicara. Perempuan dengan wajah jutek itu menatap Anyelir seperti seorang musuh yang ingin dilenyapkan dari muka bumi. “Seharusnya kamu memberikan Ancala pada kami sejak awal agar kita tidak lagi berurusan. Ancala adalah cucu kami, jadi kami berhak atas anak itu.” Dan kali ini suara lelaki paruh baya itu yang bersuara. Anyelir sejak tadi tidak mengatakan sepatah katapun dan hanya memerhatikan pasangan tersebut dengan serius. Ada sebuah emosi yang menelisik masuk ke dalam hatinya yang mati-matian Anyelir tahan agar dia tak berteriak di depan wajah-wajah menyebalkan itu. “Kenapa kamu hanya diam saja?” Lagi, perempuan paruh baya itu bersuara. “Kamu masih tidak ingin menyerahkan Ancala kepada kami!” Matanya melotot dan nada suaranya meninggi di akhir kalimat membuat beberapa orang yang berada di sekitar meja mereka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   S2 – Part 2. Pertemuan Untuk Sebuah Cerita

    “Salam dulu sama Om.” Anyelir mendekatkan Ancala di depan Ramon agar bocah laki-laki berusia tiga tahun itu menjabat tangan Ramon. Ramon yang melihat Ancala pun tersenyum kecil. Bocah kecil itu tampan sekali, juga ramah, dan juga penurut. Terlihat ketika Anyelir memerintahkan, dia segera melakukannya. “Hai, Boy. Siapa namanya?” Ramon mencoba beramah tamah dengan bocah tersebut.“Ancala, Om.” “Ancala. Baru pulang sekolah?” Ancala mengangguk. “Iya.” Sambil naik ke atas kursi dengan dibantu oleh Anyelir. Mereka berada di restoran privat untuk membicarakan lebih jauh tentang kondisi Anyelir sekarang untuk mendapatkan hak asuh Ancala. Perhatian Ramon sejak tadi tidak beralih dari Ancala yang berada tepat di depannya. Dia belum tahu berapa usia Ancala tapi bocah itu pasti mendapatkan didikan yang baik sehingga membuat bocah itu menjadi mandiri. Bahkan dia sama sekali tidak rewel dan makan sendiri tanpa ada drama yang berarti. “Berapa usianya?” tanya Ramon pada akhirnya. “Dia terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09

Bab terbaru

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 45. Hidup Bahagia (Tamat)

    “Istriku.” Ancala baru saja sampai rumah ketika melihat penampilan Gemi yang sudah cantik. Meskipun hanya mengenakan daster rumahan kebanggaannya, kecantikan perempuan itu selalu terpancar. Dan inilah yang selalu disukai oleh Ancala, Gemi akan selalu menunggu kepulangannya di teras rumah sambil membaca buku. Tidak di rumah Kala, atau bahkan di rumah mereka sendiri, Gemi memiliki perpustakaan sendiri dengan koleksi buku-bukunya. Gemi tersenyum melihat Ancala yang berjalan ke arahnya. Perempuan itu beranjak untuk menerima tas kerja lelaki itu. “Suamiku capek banget kayaknya.” Ancala memeluk Gemi sambil mencium pipi perempuan itu. Bagi Ancala, energinya akan kembali ketika sudah bertemu dengan sang istri setelah seharian bekerja. Rasa lelah itu seolah menguap begitu saja. Pelukan mereka terurai. Masih dengan memeluk pinggang sang istri, Ancala sedikit menjauhkan tubuhnya untuk menatap wajah Gemi yang halus. “Makan apa malam ini?” tanyanya, “lama nggak ke angkringan. Kangen nasi

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 44. Cinta Sejati

    “Kalian udah datang?” Ancala mendekati istri dan kedua adiknya dengan senyum kecil. Meskipun pagi tadi dia sempat kesal, tetapi setelah Gemi sekarang datang ke kantor, perasaannya menjadi sedikit membaik. Tatapannya mengarah pada ‘tiga tamunya’ yang tidak membawa apa pun. “Jadi belanjanya?” tanyanya. Perempuan yang dimaksud oleh Laksa tadi tidak mengikuti Ancala dan kembali lebih dulu. Gemi tidak bertanya siapa perempuan tersebut karena dia tahu kalau itu adalah sekretaris Ancala. Laksa pun sebenarnya juga tahu, tetapi dia hanya pura-pura untuk mengerjai Gemi. “Bang, aku laper banget, lho.” Laksa mengadu. “Aku laper, Bang.” Ulangnya lagi. “Kalian nggak makan dulu tadi?” Ancala mengernyit aneh menatap satu per satu saudaranya. “Istri Abang ngambek karena diajak desak-desakan. Jadi, nggak memedulikan aku yang kelaparan. Tapi, aku nggak mau makan di kantin ini. Abang tolong pesankan aku makanan yang enak, ya.” Laksa memang benar-benar membuat kakak-kakaknya kesal kalau sudah me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 43. Perkara Sepatu

    “Gem, bangun!” Ancala menepuk paha sang istri pelan ketika sudah sampai di rumah. Mereka baru saja sampai rumah ketika Gemi tidak sadarkan diri, tidur. Sepanjang jalan, Ancala memegangi tangan Gemi takut-takut kalau istrinya itu terjatuh. Bukannya apa-apa, Gemi tidur sepanjang jalan sedangkan mereka menggunakan motor. Kebanyakan makan kepala ayam membuat Gemi lemas sepertinya. “Bang, aku nggak sanggup jalan. Gendong.” Dengan suara lemas, perempuan itu masih memeluk pinggang Ancala dengan erat takut jatuh. Matanya masih tertutup erat enggan untuk terjaga. Napas panjang Ancala terbuang kasar. Menikahi Gemi adalah impiannya, tetapi kalau sifat manja perempuan keluar, maka habislah dia. “Iya, tapi tunggu dulu deh. Aku turun dulu.” Ancala melepaskan tangan Gemi dari pinggangnya sebelum dia turun dengan pelan dari motor. Baru setelahnya menarik tangan Gemi agar istrinya itu naik ke gendongannya. Diam-diam Ancala tersenyum kecil. Terkadang istrinya itu memang menyebalkan, tetapi juga me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 42. Pernikahan

    Perdebatan yang terjadi malam itu dianggap bukan apa-apa. Pernikahan antara Gemi dan Ancala bahkan akan segera dilakukan dalam waktu dua hari lagi. Pernikahan mewah itu akan dilakukan di outdoor di pinggir pantai. Tidak banyak yang diundang karena Gemi dan Ancala benar-benar memilih orang-orang terdekat mereka saja yang datang. Kabar pernikahan yang sudah merebak itu membuat banyak orang terkejut. Tidak pernah menyangka kalau Gemi dan Ancala akan menikah. Semua orang tahu jika Abimanyu dan Sambara group adalah saudara. Tentu saja hal itu menjadi perbincangan banyak orang. “Gimana rasanya mau menikah?” Denta datang ke rumah Ancala untuk sekedar menemani sahabatnya itu mengobrol. “Dan menikah dengan perempuan yang lo cintai?” “Setelah semua yang terjadi, tentu saja gue bahagia, Den.” Ancala memainkan kakinya yang ada di kolam renang, menimbulkan bunyi kecipak air. “Gue kira akan sulit mendapatkan restu dari para tetua.” Denial mengatakan itu merujuk pada nenek dan kakek Ancala, lela

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 41. Berbeda Pandangan

    “Kamu sudah benar-benar yakin akan menikah dengan Gemi, Bang?” Ramon meyakinkan sekali lagi kepada sang putra atas keputusan untuk meminang sang pencuri hati. Para tetua, nenek kakeknya sudah memberikan izin untuk mempersatukan dua keluarga yang seharusnya tetap menjadi keluarga yang sesungguhnya. Namun, mereka memilih untuk memberikan restu dan menyingkirkan segala ego yang ada. Dua anak manusia itu sudah tidak bisa dipisahkan, untuk apa lagi mereka menahannya dan akan berakhir buruk. “Aku udah yakin, Yah. Aku sudah berbicara dengan Gemi dan dia menerima lamaranku.” Senyum lebar tersemat di bibir Ancala dan wajah sumringah itu tidak bisa berbohong jika dia sangat bahagia. “Kalau begitu, Ayah dan Bunda akan berbicara kepada Papa Kala kalau kami akan segera melamar Gemi. Pikirkan juga kamu ingin menikah di mana? Outdoor atau indoor, masalah biaya jangan khawatir, semua biaya Ayah yang urus.” Rasa sayang Ramon yang diberikan kepada Ancala tidak surut sedikitpun sejak dulu. Lelaki it

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 40. Tidak Menepati Janji

    Setelah obrolan semalam, Gemi bangun tidur dengan perasaan yang terasa ringan. Hubungannya dengan sang ayah sudah membaik dan dia sudah memaafkan apa pun yang pernah sang ayah lakukan. Semua yang dilakukan oleh sang ayah semata untuk melindungi keluarganya. Suasana hati Gemi pun terlihat sangat baik seharian ini. Meskipun Ancala sejak tadi tak kunjung menghubunginya seperti yang sudah dijanjikan semalam, dia masih baik-baik saja. Seperti yang sudah Ancala bilang semalam, lelaki itu akan membicarakan masalah kerjaan dengan sang ayah. “Jadi, kamu mau balik kerja lagi?” Gemi yang baru saja duduk di sofa di samping sang bunda, segera mendapatkan pertanyaan tersebut. “Aku akan pikirkan lagi, Ma.” Sudah kebiasaan berada di rumah selama beberapa bulan, menjadikan Gemi enggan untuk kembali beraktivitas. “Tapi, Ma, Papa ngeluarin aku dari kantor dengan alasan apa, ya?” Benar, Binar pun tampaknya belum tahu tentang masalah tersebut karena dia tak pernah bertanya dengan Kala. “Mama juga

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 39. Restu

    Binar dan Kala mendengar dengan jelas ucapan putri mereka meskipun kata-kata yang diucapkan terbata-bata. Mereka mendengarkan di balik dinding hanya untuk mengetahui reaksi Gemi ketika bertemu dengan Ancala. Nyatanya, Gemi mengatakan sesuatu yang membuat orang tuanya menahan kesedihannya. “Jangan bicara yang tidak-tidak. Sekarang fokuslah pada kesembuhanmu dulu. Papa bilang, kamu masih perlu bertemu dengan psikiater. Kapan jadwalnya? Aku temani ya?” “Aku nggak butuh psikiater lagi, Bang. Obatku udah ada di sini.” Kala mendesah pasrah mendengar jawaban Ancala atas ucapan sang putri. Sudah pasti perasaan Kala sekarang dipenuhi oleh rasa penyesalan yang amat besar. Di ruang tamu, Gemi dan Ancala melepaskan pelukan mereka. Ancala mengusap air mata Gemi yang mengalir menganak sungai di wajahnya. “Aku nggak akan ke mana-mana lagi, Gemi. Aku udah pulang sekarang. Jadi, kamu nggak perlu takut aku pergi lagi.” “Memangnya, Abang dari mana kemarin?” Ancala menyodorkan minuman yang disiapka

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 38. Pertemuan 

    Kala pasti tidak pernah menyangka jika Ramon akan menurunkan egonya untuk meminta putranya pulang. Dia tahu betul bagaimana Ramon menolak permintaannya saat itu. Namun, sekarang tiba-tiba Ancala sudah ada di rumahnya dan menanyakan kabar Gemi. Hal itu tentu saja membuat Kala sedikit bingung. Apa pun itu, Kala tentulah merasa senang dengan kedatangan Ancala ke rumahnya. “Keadaan Gemi sudah lebih baik. Dia sekarang sedang istirahat.” Tepat setelah itu, Binar datang dan segera duduk di samping Ancala. Perempuan paruh baya itu mengelus punggung Ancala tanpa berbicara. Kelegaan terpancar dari matanya. “Kamu dari mana saja, Bang?” tanyanya setelah itu, “Mama cariin kamu.” “Aku jalan-jalan, Ma,” jawab Ancala dengan lembut, “Mama baik-baik aja ‘kan?” “Mama baik. Anca, kamu masih mau nemuin Gemi ‘kan? Setelah waktu itu, dia murung dan tidak ingin berurusan dengan siapa pun.” “Tentu saja aku mau, Ma. Gemi adalah adikku. Kalau memang perlu, aku akan menemaninya sampai dia sembuh.” “Apa mak

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 37. Kedatangan Ancala

    “Aku harus pulang, Den. Sorry, ya.” Gemi memilih menghindar daripada harus menjawab ucapan Denta. Gadis itu berdiri, lalu buru-buru pergi meninggalkan Denta yang tampak kebingungan. “Gem!” Denta berteriak memanggil gadis itu, tetapi seolah tuli, Gemi tetap berjalan dan sesekali berlari untuk menghindari sahabat Ancala tersebut. Setelah memasuki komplek perumahannya, barulah dia berjalan dengan tenang. Gemi berpikir, kalau Denta saja tidak tahu keberadaan Ancala, itu artinya, kepergian lelaki itu dirahasiakan. Sepertinya, masalah ini benar-benar serius. Gemi berhenti di pinggir jalan, terpaku di tempatnya, lalu berpikir sejenak. Apa dia harus menghubungi Ancala? Apa lelaki itu akan menerima panggilannya kalau dia melakukannya? Kebingungan itu melanda dirinya. Gara-gara kedatangan Denta, menjadikannya berpikir lebih keras tentang Ancala. Gadis berdaster coklat itu kembali melangkah untuk kembali ke rumah. Meskipun dia banyak memikirkan banyak hal, tapi beruntung kini halusinasinya ti

DMCA.com Protection Status