Share

BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN
BELENGGU CINTA SUAMI IDAMAN
Author: Himawarin

01. ~BCSI~

"Lepas! Aku tidak mau melakukannya!" Arcelia meronta saat Karan, suaminya menarik ia ke atas ranjang.

"Tidak usah sok jual mahal. Kau mau menikah karena menginginkan harta, kan?" tuduhnya dengan sombong.

Arcelia melangkah mundur, namun satu tangannya kembali diraih oleh Karan.

"Lakukan kewajibanmu sebagai istri," geram Karan.

Menggeleng keras, Arcelia menghempas cengkraman tangan Karan. "Hal itu hanya dilakukan oleh pasangan yang sehat. Tidak seperti kita, sampai kapan pun aku tidak akan mau melakukannya!" teriak Arcelia.

Karan berdecih sinis, sangat membenci dengan penolakan Arcelia. Laki-laki itu menatap Arcelia dari bawah hingga atas dengan sorot m*s*m.

"Berhenti menatapku, sial*n!" Arcelia meraih bantal lalu melemaprnya pada wajah Karan.

"Diluar sana banyak wanita yang mendamba sentuhanku, seharusnya kau bangga karena bisa menjadi istriku."

Karan Hanenda, pria mapan dan tampan namun minim akhlak. Tidak semua orang tau kenyataan itu, Karan terlalu mahir dalam bermain peran sebagai laki-laki baik bak malaikat dengan tampilan layaknya dewa Yunani yang begitu tampan.

"Pria gila! Mereka terlalu b*d*h, hingga tidak mengenali iblis yang berpura-pura jadi malaikat," tekannya. 'Dan sialnya aku juga tertipu hingga sedalam ini.' Arcelia membatin.

Tertawa membahana, Karan melangkah semakin mendekat pada Arcelia, gerakan yang pelan namun terasa sangat mengerikan bagi Arcelia.

Bak magnet yang yang bertolak belakang, Arcelia pun melangkah semakin mundur hingga kakinya memnentur tepian ranjang.

'Buk.'

Dengan sangat mudah, Karan menjatuhkan Arcelia di atas ranjang. Segera ia menindihnya supaya Arcelia tidak bisa menghindar.

"Aku menyukai wajah ketakutan ini." Jemari kokoh Karan membelai pipi lembut Arcelia dengan begitu ringan.

Seringai kemenangan tercetak di bibir Karan. "Benar. Aku adalah ibl*s, selamat datang di neraka ciptaanku. Tidak mudah untuk mendapatkan satu rupiah, istriku," tekannya mengancam.

Menurut Karan, Arcelia mau menikah dengan dirinya hanya karena harta. Sedikit banyak Karan tahu Arcelia, gadis yang memiliki cinta terhadap adiknya. Karan benci kenyataan itu.

Arcelia lantas memasang wajah menantang. "Ceraikan aku sekarang juga. Aku tidak butuh uangmu!"

Seringai di bibir Karan seketika hilang. Laki-laki itu mengikis jarak antara wajahnya dan wajah Arcelia, ketika hendak mendaratkan bibirnya, Arcelia segera memalingkan wajahnya.

Tidak suka akan penolakan, satu tangan Karan meraih pipi Arcelia, menghadapkan wajah gadis itu pada wajahnya hingga Karan berhasil melakukan apa yang ia inginkan.

Arcelia masih tetap meronta, kedua tangan gadis itu menarik keras rambut lebat Karan ke belakang, hingga ia dapat terlepas.

"Gadis, sial*an!"

'Plak'

"Menjauh dariku!" Dengan sekuat tenaga, Arcelia mendorong Karan.

Mendapat perlawanan seperti itu, membuat harga diri Karan tergores. Kemarahan kini menguasai Karan. Tidak perduli seberapa keras Arcelia meronta, Karan tetap mengurungnya. 

Karan mulai merobek kasar gaun tidur yang Arcelia kenakan.

"Biar aku beri paham. Jika kau, tubuhmu ini sekarang adalah milikku. Jangan pernah bermimpi bisa kembali pada Bryan," desis Karan penuh amarah.

Mendengar itu, Arcelia tertegun. Gadis itu tidak paham dengan apa yang diucapan oleh Karan.

Melihat Arcelia yang terdiam semakin membuat Karan geram. "Sepertinya hanya menyabut namanya saja bisa membuatmu lemah. Bagaimana jika aku melukainya?"

"Gila! Dia adikmu!" Arcelia menepis tangan Karan yang hendak membuka penutup d*d*nya.

"Memangnya kenapa? Aku tidak perduli." Karan kembali melabuhkan bibirnya pada bagian tertentu dengan brutal karena kemarahan.

"Karan, hentikan! Aku tidak mau!" Arcelia masih berusaha memberontak meski hanya kemungkinan kecil dia bisa selamat dari Karan. 

Di saat Karan sibuk menyentuhnya. Arcelia memperhatikan sekeliling kamar, mencari celah agar bisa lolos dari Karan.

"Kau mencari sesuatu untuk memukulku, heh?" Tebak Karan, laki-laki itu mengangkat wajahnya. Sebab tidak ada perlawanan, hal itu membuat Karan curiga.

Arcelia pun menggeleng.

"Bagus, lebih baik menurut jika tidak ingin aku melakukannya dengan kasar."

"T-tunggu. Aku belum siap, tidak, aku tidak siap. Aku butuh waktu sebentar." Arcelia menutup dirinya dengan pakaian yang sudah terkoyak.

Dengan cepat Karan kembali membukanya. 

"Tidak usah beralasan. Ketika kamu setuju menikah, maka aku anggap sudah siap untuk segala resiko."

Karan hendak kembali mendekatkan wajahnya.

'Plak'

Reflek, Arcelia menampar pipi glowing Karan. "Maaf, aku tegang, aku ingin minum. Biarkan aku minum dulu." 

'Aku tidak akan menang jika melawannya secara terang-terangan.'

Mengusap bekas tamparan Arcelia, Karan kemudian bangun dari posisinya. Mengambil satu botol air mineral dari dalam kulkas mini yang tersedia di dalam kamar.

"Cepat minum dan kau harus membayar rasa sakit di pipiku."

Mengangguk pelan, Arcelia segera bangun dengan baju yang sudah tak berbentuk. "Aku harus duduk agar tidak tersedak," katanya saat Karan menatap dengan tatapan curiga.

"Bisakah tidak menatapku? Kau membuatku gugup," kali ini Arcelia berbicara dengan nada normal tidak seperti tadi yang ketus dan terus meninggikan intonasi nadanya.

Karan lantas memalingkan wajahnya. Dan tanpa di duga dengan gerakan cepat Arcelia memukul tengkuk Karan hingga laki-laki itu jatuh pingsan.

Arcelia sedikit mengerti dengan ilmu bela diri hingga ia bisa memukul dititik yang bisa melumpuhkan.

"Hahaha, malam ini aku bebas!" Girang Arcelia, detik berikutnya dirinya menatap Karan  yang tidak sadarkan diri. "Eh, dia tidak matikan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status